Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

Dasar Teori Perhitungan Efisiensi Boiler

4.1 Neraca Panas


Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk diagram
alir energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana energi
masuk dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai kegunaan dan
menjadi aliran kehilangan panas dan energi. Panah tebal menunjukan jumlah energi
yang dikandung dalam aliran masingmasing.

Gambar 4.1 diagram neraca energi boiler


Neraca panas merupakan keseimbangan energi total yang masuk boiler
terhadap yang meninggalkan boiler dalam bentuk yang berbeda. Gambar berikut
memberikan gambaran berbagai kehilangan yang terjadi untuk pembangkitan steam.

Kehilangan panas karana gas


buang kering

Kehilangan panas karena steam dalam gas


buang

BOILER

Kehilangan panas karena kandungan air


dalam
bahan bakar

Bahan bakar

Kehilangan panas karena bahan yang


tidak terbakar
dalam residu
Kehilangan panas karena kandungan air
dalam udara

Kehilangan panas karena radiasi dan


kehilangan yang tidak terhitung
Panas dalam steam

Gambar 4.2 rugi-rugi pada boiler


Kehilangan energi dapat dibagi kedalam kehilangan yang tidak dapat
dihindarkan dan kehilangan yang dapat dihindarkan. Tujuan dari pengkajian energi
adalah agar rugi-rugi/kehilangan dapat dihindari, sehingga dapat meningkatkan
efisiensi energi. Rugi-rugi yang dapat diminimalisasi antara lain:

Kehilangan gas cerobong:


-

Udara berlebih (diturunkan hingga ke nilai minimum yang tergantung dari


teknologi burner, operasi (kontrol), dan pemeliharaan).

Suhu gas cerobong (diturunkan dengan mengoptimalkan perawatan


(pembersihan), beban; burner yang lebih baik dan teknologi boiler).

Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong dan abu
(mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang lebih baik).

Kehilangan dari blowdown (pengolahan air umpan segar, daur ulang kondensat)

Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin kondensat)

Kehilangan konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang lebih
baik)

4.2 Nilai Pembakaran Bahan Bakar


Bahan bakar adalah zat kimia yang apabila direaksikan dengan oksigen (02)
akan menghasilkan sejumlah kalor. Bahan bakar dapat berwujud gas, cair, maupun
padat. Selain itu, bahan bakar merupakan suatu senyawa yang tersusun atas
beberapa unsur seperti karbon (C), hidrogen (H), belerang (S), dan nitrogen (N).
Kualitas bahan bakar ditentukan oleh kemampuan bahan bakar untuk
menghasilkan energi. Kemampuan bahan bakar untuk menghasilkan energi ini
sangat ditentukan oleh nilai bahan bakar yang didefinisikan sebagai jumlah energi
yang dihasilkan pada proses pembakaran per satuan massa atau persatuan volume
bahan bakar.
Nilai pembakaran ditentukan oleh komposisi kandungan unsur di dalam
bahan bakar. Dikenal dua jenis pembakaran (ESM, Tambunan, Fajar H Karo
1984:33), yaitu:
1. Nilai Kalor Pembakaran Tinggi
Nilai kalor pembakaran tinggi atau juga dikenal dengan istilah High Heating
Value (HHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan air dari
proses pembakaran ikut diperhitungkan sebagai panas dari proses pembakaran.
Dirumuskan dengan:
HHV = 7986C + 33575(H - O/8) + 2190S(4.1a)
2. Nilai Kalor Pembakaran Rendah
Nilai kalor pembakaran rendah atau juga dikenal dengan istilah Low Heating
Value (LHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan uap air dari
hasil pembakaran tidak ikut dihitung sebagai panas dari proses pembakaran.
Dirumuskan dengan:
LHV = HHV 600(9H + Mm)...(4.1b)
Dimana Mm merupakan kelembaban bahan bakar.

4.3 Kebutuhan Udara Pembakaran

Pembakaran adalah proses persenyawaan bagian dari bahan bakar dengan


O2 dengan disertai kalor. Pembakaran akan terjadi jika titik nyala telah dicapai oleh
campuran bahan bakar dengan udara.
Di dalam teknik pembakaran diperlukan jumlah udara yang memadai
(udara berlebih) sehingga pembakaran yang terjadi akan sempurna. Untuk
mengetahui jumlah keperluan udara pada proses pembakaran harus diketahui
kandungan O2 dalam udara. Komposisi unsur-unsur yang terkandung dalam udara
menurut satuan berat (buku STEAM its generation and use, Babcok and Willcox,
table 4 hal 9-5) adalah:
-

02 sebanyak 23%
N2 sebanyak 77%

Reaksi pembakaran yang terjadi dapat dinyatakan dalam satu satuan berat
molekul. Maka reaksi pembakaran dari unsur-unsur bahan bakar adalah sebagai
berikut:
1. Zat Belerang terbakar menurut:
S +O2 S O2
Untuk pembakaran belerang diperlukan
32 kg O2 1 kg O2

32kgS
kgS
Dalam pembakaran belerang dihasilkan SO2 sebanyak:
64 kgS O 2 2 kg O2

32 kgS
kgS

2. Zat Karbon terbakar menurut:


C+O2 C O2
12 kgC+32 kg O2 44 kgC O2
Dalam pembakaran karbon diperlukan:

32 kg O2 2,66 kg O2

32 kgC
kgC
Dalam pembakaran karbon dihasilkan CO2 sebesar:
44 kgC O2 3,66 kgC O2

12 kgC
kgC

3. Hidrogen terbakar menurut:


1
H 2+ O 2 H 2 O
2
2 kg H 2+ 16 kg O 2 18 kg H 2 O
Maka:
16 kg O2 8 kg O 2

2kg H 2
kg H 2
Pembakaran H2 menghasilkan H2O sebanyak:
18 kg H 2 O 9 kg H 2 O

2 kg H 2
kg H 2
Kebutuhan udara pembakaran didefinisikan sebagai kebutuhan oksigen
yang diperlukan untuk pembakaran 1 kg bahan bakar secara sempurna (ESM.
Tambunan, Fajar H karo 1984:34), yang meliputi:
a. Kebutuhan udara teoritis (Ut):
Ut = 11,5C + 34,5(H O/8) + 4,32 S (kg/kgBB)(4.2a)
b. Kebutuhan udara pembakaran sebenarnya/aktual (Us):
Us = Ut (1+) (kg/kgBB).(4.2b)

4.4 Gas Asap

Reaksi pembakaran akan menghasilkan gas baru, udara lebih dari sejumlah
energi. Senyawa-senyawa yang merupakan hasil dari reaksi pembakaran disebut gas
asap. (ESM. Tambunan, Fajar H karo 1984:34)
a. Berat gas asap teoriti (Gt)
Gt = Ut + (1 A)(kg/kgBB)..(4.3a)
Dimana A = kandungan abu dalam bahan bakar (ash)
Gas asap yang terjadi terdiri dari:
-

Hasil reaksi atas pembakaran unsur-unsur bahan bakar dengan O2 dari udara

seperti CO2, H2O, SO2


Unsur N2 dari udara yang tidak ikut bereaksi
Sisa kelebihan udara
Dari reaksi pembakaran sebelumnya diketahui:
1 kg C menghasilkan 3,66 kg CO2
1 kg S menghasilkan 1,996 kg SO2
1 kg H menghasilkan 8,9836 kg H2O
Maka untuk menghitung berat gas asap pembakaran perlu dihitung dulu masingmasing komponen gas asap tersebut (Ir. Syamsir A. Muin, Pesawat-pesawat
Konversi Energi 1 (Ketel Uap) 1988:196):
Berat CO2

3,66 C kg/kg

Berat SO2

2 S kg/kg

Berat H2O

9 H2 kg/kg

Berat N2

77% Us kg/kg

Berat O2

23% Ut

Dari perhitungan di atas maka akan didapatkan jumlah gas asap:

Berat gas asap (Gs) = W CO2 + W SO2 + W H2O + W N2 + W O2


Atau:
b. Berat gas asap sebenarnya (Gs)
Gs = Us + (1 A) (kg/kg BB)(4.3b)
Untuk menentukan komposisi dari gas asap didapatkan:
Kadar gas = (W gas tersebut / W total gas) x 100%

4.5 Karbon Yang Tidak Terbakar


Dari proses pembakaran selama terbentuk gas-gas asap, juga akan
terbentuk solid refuse (Msr) dimana solid refuse ini terdiri dari abu refuse (Ar), dan
karbon refuse (Cr). (ESM. Tambunan, Fajar H karo 1984:35)
Persamaannya adalah:
mbb + Us = Gs + Msr...(4.4a)
sedangkan dari perhitungan refuse didapatkan persamaan:
Msr . Ar = mbb . A
Atau
Ar=

mbb . A
100 ....................................................................(4.4b)
M sr

Maka karbon yang tidak terbakar dalam terak (Cr) adalah:


Cr = 100% - Ar(4.4c)
Sehingga massa refuse (Mr) yang terjadi tiap jamnya adalah:
Mr = Cr.mbb (kg/jam)..(4.4d)
Dimana:
mbb

massa bahan bakar

Us

massa udara pembakaran sebenarnya (kg/kgBB)

Gs

berat gas asap sebenarnya (kg/kgBB)

Msr

massa solid refuse (kg/kgBB)

Ar

prosentase solid refuse dalam abu

prosentase abu dalam bahan bakar

4.6 Karbon Aktual Yang Habis Terbakar (Ct)


Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dalam dapur ketel
tidaklah seluruhnya digunakan untuk membentuk uap, karena sebagian panas
tersebut ada yang hilang. (ESM. Tambunan, Fajar H karo 1984:35). Panas yang
hilang dari pembakaran bahan bakar dalam dapur ketel merupakan kerugiankerugian kalor yang diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kerugian kalor karena bahan bakar (Q1)
Kerugian ini disebabkan karena adanya kandungan air dalam bahan bakar,
dimana besarnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q 1=M m .(h gh f ) .(4.6a)
Dimana:
Q1

= kerugian kalor karena kelembaban bahan bakar (btu/lb BB)

Mm

= prosentase kelembaban bahan bakar

hg

= entalpi uap super panas pada temperatur gas buang (btu/lb)

hf

= entalpi pada temperatur udara ruang (btu/lb)

b. Kerugian kalor karena hidrogen (H) yang terdapat dalam bahan bakar (Q2)

Kerugian ini disebabkan karena kandungan unsur hidrogen (H) dalam bahan
bakar, yang bila terbakar akan bereaksi dengan oksigen dari udara dan berbentuk
uap air (H2O).
Besarnya kerugian ini dirumuskan dengan:
Q 2=9 H y (h ghf ) .(4.6b)
Dimana Hy = prosentase hidrogen dalam bahan bakar.
c. Kerugian kalor untuk menguapkan air yang terdapat dalam udara pembakaran
(Q3)
Karena udara yang masuk ke dalam ruangan pembakaran tidak kering dan masih
mengandung air, maka terdapat panas yang hilang untuk menguapkan air yang
terkandung dalam udara tersebut.
Besarnya kerugian kalor ini dapat dirumuskan dengan:
Q3=U s . M v .0,6 (t gt a ) (4.6c)
Dimana:
Us
= berat udara pembakaran sebenarnya (lb/lb BB)
Mv
= prosentase penguapan udara masuk dapur dikalikan dengan nilai
kelembaban udara pada temperatur ruang.
tg
= temperatur gas buang (0F)
ta
= temperatur ruang (0F)
d. Kerugian kalor karena pembakaran yang tidak sempurna (Q4)
Gas CO yang terdapat dalam gas asap menunjukkan bahwa sebagian bahan
bakar ada yang terbakar tidak sempurna. Hal ini terjadi karena kekurangan udara
atau distribusi udara yang kurang baik.
Kerugian kalor akibat pembakaran yang tidak sempurna ini dirumuskan dengan:
CO
Q4 =
10160C 1 (4.6d)
CO 2+ CO
Dimana:
CO
= prosentase gas CO dalam asap
CO2 = prosentase gas CO2 dalam asap
C1
= karbon actual yang habis terbakar (lb/lb BB)
e. Kerugian kalor karena terdapat unsur karbon yang tidak ikut terbakar dalam sisa
pembakaran (Q5)
Kerugian ini dapat dirumuskan dengan:
14540 M r C r
Q 5=
.............(4.6e)
M bb
Dimana:
Mr
= massa refuse (lb/jam)
Cr
= prosentase karbon yang tidak terbakar dalam refuse

Mbb

= laju aliran massa bahan bakar (lb/jam)

f. Kerugian cerobong (Q6)


Kerugian cerobong ini disebabkan oleh gas asap yang meninggalkan cerobong
masih mengandung energi tinggi.
Kerugian cerobong dirumuskan dengan:
Q6=G s . C p ( t g t a ) ....(4.6f)
Dimana:
Gs
= berat gas asap sebenarnya (kg/kg)
tg
= temperatur gas buang (0K)
ta
= temperatur udara ruang (0K)
Cp
= panas jenis rata-rata dari gas asap (kJ/kg0K)
g. Kerugian kalor karena radiasi dan lain-lain (Q7)
Terjadi akibat penghantaran dan pemancaran panas dari peralatan ketel, misalnya
pada badan ketel dan lain-lain.
Besarnya kerugian ini dirumuskan dengan:
Q7=4 . LHV .(4.6g)
Apabila rugi-rugi kalor tersebut di atas dinyatakan dalam prosentase, maka
persamaannya adalah sebagai berikut:
Q
Qn= n 100 ................................................................................(4.6h)
LHV
Dimana Qn merupakan rugi-rugi kalor dari Q1 sampai Q7

4.7 Rumus Perhitungan Efisiensi Ketel Uap


Dengan diketahuinya kerugian-kerugian kalor dari hasil pembakaran pada
suatu ketel, maka dapat dihitung efisiensi dari ketel tersebut, yang besarnya
dirumuskan:
=

LHV ( rugi 2 total )


100
LHV

= 100 (Q1 +Q2 +Q3 +Q4 +Q5 +Q6 +Q7 ) ..(4.7)


(w. Culp, Archie. Jr.1989:211)

4.8 Rumus Perhitungan Kapasitas Produksi Ketel Uap (Mu)


Dirumuskan dengan:
M u=Qair . air . F .(4.8)
Dimana:
Qair

= debit air (m3/jam)

air

= massa jenis air (kg/m3)

= faktor koreksi terhadap kotoran dan endapan

4.9 Perhitungan Efisiensi Berdasarkan Neraca Kalor


Dikenal juga sebagai metode input-output karena kenyataan bahwa
metode ini hanya memerlukan keluaran/output (steam) dan panas masuk/input
(bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi.
Efisiensi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan rumus:
Efisiensi Boiler () =

panas keluar
x 100%.......................................(4.9a)
panas masuk

Efisiensi Boiler () =

Q(hg hf )
x 100%............................................(4.9b)
q LHV

Parameter yang dipantau untuk perhitungan efisiensi boiler dengan metode


langsung adalah:
-

Jumlah steam yang dihasilkan per jam (Q) dalam kg/jam

Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam kg/jam

Tekanan kerja (dalam kg/cm2(g)) dan suhu lewat panas (0C), jika ada

Suhu air umpan (0C)


Dimana:
-

hg

= Entalpi

steam jenuh dalam kkal/kg steam

hf

= Entalpi air umpan dalam kkal/kg air

4.10 Rumus Perhitungan Efisiensi Boiler Menurut ASME


Standar acuan untuk Uji Boiler di Tempat dengan menggunakan metode
tidak langsung adalah British Standard, BS 845:1987 dan USA Standard ASME
PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Units.
Metode tidak langsung juga dikenal dengan metode kehilangan panas.
Efisiensi dapat dihitung dengan mengurangkan bagian kehilangan panas dari 100
sebagai berikut:
Efisiensi boiler (n) = 100 - (i + ii + iii + iv + v + vi + vii)
Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas
yang diakibatkan oleh:
i

= Gas cerobong yang kering

ii

= Penguapan air yang terbentuk karena H2 dalam bahan bakar

iii

= Penguapan kadar air dalam bahan bakar

iv

= Adanya kadar air dalam udara pembakaran

= Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/ fly ash

vi

= Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/ bottom ash

vii = Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung


Kehilangan yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang
disebabkan oleh pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan tidak dapat
dikendalikan oleh perancangan.
Data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi boiler dengan
menggunakan metode tidak langsung adalah:

Analisis ultimate bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu)

Persentase oksigen atau CO2 dalam gas buang

Suhu gas buang dalam 0C (Tf)

Suhu ambien dalam 0C (Ta) dan kelembaban udara dalam kg/kg udara kering

Nilai kalor bahan bakar dalam kkal/kg

Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar padat)
Prosedur rinci untuk perhitungan efisiensi boiler menggunakan metode tidak

langsung diberikan dibawah. Biasanya, manager energi di industri lebih menyukai


prosedur perhitungan yang lebih sederhana.

Tahap 1: Menghitung kebutuhan udara teoritis


= [(11,43 x C) + {34,5 x (H2 O2/8)} + (4,32 x S)]/100 kg/kg bahan bakar

Tahap 2: Menghitung persen kelebihan udara yang dipasok (EA)

persenO 2 100
(21 persen O2 )

Tahap 3: Menghitung massa udara sebenarnya yang dipasok/ kg bahan bakar (AAS)
= {1 + EA/100} x udara teoritis
Tahap 4: Memperkirakan seluruh kehilangan panas
Persentase kehilangan panas yang diakibatkan oeh gas buang yang kering

mC p (T f T a)100
LHV

Dimana, m = massa gas buang kering dalam kg/kg bahan bakar

m = (massa hasil pembakaran kering / kg bahan bakar) + (massa N 2 dalam


bahan bakar pada basis 1 kg) + (massa N2 dalam massa udara pasokan yang
sebenarnya).
Cp = Panas jenis gas buang (kkal/kg )

Persen kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena adanya
H2 dalam bahan bakar

9 H 2 {584+C p ( T f T a ) } 100
LHV

Dimana,H2 = persen H2 dalam 1 kg bahan bakar


Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (0,45 kkal/kg)
Persen kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan bakar

M {584+ C p (T f T a)100
LHV

Dimana, M persen kadar air dalam 1 kg bahan bakar


Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (kkal/kg)
Persen kehilangan panas karena kadar air dalam udara

AAS faktor kelembabanxC p(T f T a)} 100


LHV

Dimana, Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (0,45


kkal/kg)
Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu
terbang/ fly ash

Total abu per kg bahanbakar yang terbakar GCV abu terbang 100
LHV

Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu
bawah/ bottom ash

Total abu terkumpul per kg bahan bakar yang terbakar GCV abu bawah
LHV

persen kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan lain yang tidak
terhitung
Kehilangan radiasi dan konveksi aktual sulit dikaji sebab daya emisifitas
permukaan yang beraneka ragam, kemiringan, pola aliran udara, dll. Pada boiler
yang relatif kecil, dengan kapasitas 10 MW, kehilangan radiasi dan yang tidak
terhitung dapat mencapai 1 hingga 2 persen nilai kalor kotor bahan bakar, sementara
pada boiler 500 MW nilainya 0,2 hingga 1 persen. Kehilangan dapat diasumsikan
secara tepat tergantung pada kondisi permukaan.
Tahap 5: Menghitung efisiensi boiler dan rasio penguapan boiler
Efisiensi boiler (n) = 100 - (i + ii + iii + iv + v + vi + vii)
Rasio Penguapan = Panas yang digunakan untuk pembangkitan steam/ panas yang
ditambahkan ke steam
Rasio penguapan yaitu kilogram steam yang dihasilkan per kilogram bahan
bakar yang digunakan. Contohnya adalah:

Boiler berbahan bakar batubara: 6 (yaitu 1 kg batubara dapat menghasilkan 6 kg


steam)

Boiler berbahan bakar minyak: 13 (yaitu 1 kg batubara dapat menghasilkan 13


kg steam)
Walau demikian, rasio penguapan akan tergantung pada jenis boiler, nilai

kalor bahan bakar dan efisiensi.

Anda mungkin juga menyukai