BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini sangatlah pesat, sehingga perkembangan dunia
industri juga secara otomatis mengalami kemajuan, hal ini berpengaruh terhadap
permintaan kebutuhan. Untuk itu perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang
industri berlomba-lomba meningkatkan jumlah produksinya dalam rangka memehuhi
kebutuhan masyarakat tersebut. Kebutuhan akan peningkatan produksi pada suatu
industri tentunya diimbangi pula dengan kebutuhan akan daya dan energi yang tinggi.
Salah satu alat yang biasanya digunakan sebagai sumber daya pada industri-industri
sekarang ini adalah boiler atau ketel uap.
Peralatan industri yang berupa sistem boiler merupakan asset yang sangat
penting bagi perusahaan. Boiler disini mempunyai peranan penting dalam proses
produksi uap, dimana uap ini nantinya akan digunakan untuk menjalankan berbagai
macam proses dalam industri maupun untuk penggerak turbin. Di PT KIMIA FARMA
Manufaktur
Semarang,
boiler
utamanya
digunakan
sebagai
pemanas
pada
2. Tinjauan Lapangan
Yakni dengan melakukan pengambilan data terhadap objek yang diteliti secara
langsung di lapangan.
3.
Metode wawancara
Dalam metode ini penulis memperoleh data melalui wawancara, diskusi dan tanya
jawab dengan pembimbing lapangan serta operator.
nilai
pembakaran
pembakaran, gas asap, karbon yang tidak terbakar, karbon aktual yang habis
Universitas Diponegoro
Semarang
14
BAB VI PENUTUP
berisi kesimpulan dan saran
Universitas Diponegoro
Semarang
15
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Universitas Diponegoro
Semarang
16
2.
3.
4.
5.
6.
Universitas Diponegoro
Semarang
17
Mengembangkan
sumber
daya
manusia
perusahaan
untuk
2.4
PT.
Kimia
Farma
juga
dapat
di
akses
melalui
http://www.kimiafarma.co.id//.
Di tinjau dari lokasinya, PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang cukup
baik. Pemilihan lokasi tersebut di dasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
Jawa Tengah di kenal sebagai daerah penghasil bahan baku biji jarak yang
di butuhkan.
Universitas Diponegoro
Semarang
18
Luas lokasi PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang sekitar 2,67 Ha,
yang meliputi :
o
Bangunan Pabrik
: 10.000 m
: 1.200 m
: 15.000 m
500 m
Untuk lebih jelas lokasi dan tata letak PT. Kimia Farma Unit Produksi
Semarang dapat di lihat pada gambar 2.1 dan gambar 2.2.
Universitas Diponegoro
Semarang
19
Universitas Diponegoro
Semarang
20
Universitas Diponegoro
Semarang
21
perusahaan
sangat
penting dalam
rangka pengelolaan
Universitas Diponegoro
Semarang
22
KSBPS
KSPR
KSBR
KBPD
KSPPK
KSBPK
KSPFT
KSPP
KSBPR
KSPPPP
KSGK
KSGM
KUPS
KBSMP
KSBP
KSAK
KSKU
KSBKU
KSPU
KSESP
KSBPE
KSCL
KSPK
KBPM
KSPML
KSBPPP
Universitas Diponegoro
Semarang
23
Mengelola
pelaksanaan
operasional
dalam
perencanaan
dan
pengendalian investasi.
Universitas Diponegoro
Semarang
24
Universitas Diponegoro
Semarang
25
Universitas Diponegoro
Semarang
26
Universitas Diponegoro
Semarang
27
5.
Universitas Diponegoro
Semarang
28
Bagian
Perencanaan,
Pengendalian
Produk
dan
Persediaan
Universitas Diponegoro
Semarang
29
Universitas Diponegoro
Semarang
30
6.
Universitas Diponegoro
Semarang
31
Universitas Diponegoro
Semarang
32
dan
kewajiban
Sub
Bagian
Penelitian
dan
Membantu
Kepala
Bagian
Pengawasan
Mutu
dengan
Membuat
standar
mutu
dan
produk
hasil
penelitian
pengembangan.
7.
Universitas Diponegoro
Semarang
33
8.
Merencanakan
dan
mengendalikan
keuangan
sesuai
dengan
cashflow.
departemen :
o
Melaksanakan
pemberian
rekening,
pembukuan,
dan
Universitas Diponegoro
Semarang
34
9.
Universitas Diponegoro
Semarang
35
Universitas Diponegoro
Semarang
36
2.6
Kepegawaian.
Menurut data pada Agustus 2006, diketahui bahwa jumlah Sumber Daya
Manusia PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang adalah 153 orang. Status
karyawan di PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang meliputi :
1. Pegawai Tetap.
2. Pegawai Tidak Tetap.
3. Pegawai Honorer, Tenaga Borongan, dan Harian Lepas.
2.7
Faasilitas Perusahaan.
Karyawan adalah kekayaan yang paling berharga dan berperan penting
dalam perusahaan. PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang memandang perlu
memberikan dan menyediakan fasilitas penunjang untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawannya, diantaranya dengan :
Universitas Diponegoro
Semarang
37
2.
3.
Gaji.
Asuransi kematian.
Universitas Diponegoro
Semarang
38
3)
4)
5)
6)
Tunjangan Bonus.
7)
8)
9)
2.9
Universitas Diponegoro
Semarang
39
RBD M V O III
RBD M V O III yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik,
tidak tercampur minyak babi atau minyak lainnya.
Universitas Diponegoro
Semarang
40
RBD FB 21
RBD FB 21 yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut
: cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik, tidak
tercampur minyak babi atau minyak lainnya.
RBD FB 23
RBD FB 23 yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut
: cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik, tidak
tercampur minyak babi atau minyak lainnya.
Bedak Salicyl 2%
Universitas Diponegoro
Semarang
41
Universitas Diponegoro
Semarang
42
Produk Samping
Produk samping yang dihasilkan berupa ampas biji jarak.
Ampas biji jarak memiliki sepsifikasi sebagai berikut :
Warna
: cokelat muda
Universitas Diponegoro
Semarang
43
: maksimal 11%
Kadar minyak
: 5,5 11%
Kadar Nitrogen
: minimal 5,5%
Kadar P2O5
: 1 1,5%
Kadar Kalium
: 1 4%
: 1 4%
Universitas Diponegoro
Semarang
44
Universitas Diponegoro
Semarang
45
Universitas Diponegoro
Semarang
46
Cara kerja:
Proses pengapian terjadi di dalam
dihantarkan langsung kedalam boiler yang berisi air. Besar dan konstruksi boiler
mempengaruhi kapasitas dan tekanan yang dihasilkan boiler tersebut.
Karakteristik:
-
Dalam operasinya dapat menggunakan bahan bakar minyak, gas atau bahan
bakar padat.
Untuk alasan ekonomis, sebagian besar fire tube boiler dikonstruksi sebagai
paket boiler (dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan bakar
Universitas Diponegoro
Semarang
47
Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan
air. Sehingga air harus dikondisikan terhadap mineral dan kandungankandungan lain yang larut dalam air.
Universitas Diponegoro
Semarang
48
Boiler ini digunakan untuk kebutuhan tekanan steam yang sangat tinggi
seperti pada pembangkit tenaga.
Menggunakan bahan bakar minyak dan gas untuk water tube boiler yang
dirakit dari pabrik
Menggunakan bahan bakar padat untuk water tube boiler yang tidak dirakit
di pabrik.
Tipe boiler
Keuntungan
Kerugian
operasi
dan cepat.
untuk
terbatas
steam
tekanan
jika
dibandingkan
dengan
water tube
Bentuknya lebih compact Tempat pembakarannya sulit
dan portabel
dan
diperiksa
kondisinya.
Tidak membutuhkan area Nilai
efisiensinya
rendah,
Water Tube
Boiler
boiler
yang terbuang
mahal
Universitas Diponegoro
Semarang
49
efisiensinya
mampu
konstruksinya
membutuhan
Harga bahan baku relatif lebih murah dari boiler yang menggunakan bahan
bakar cair dan listrik
2. Oil fuel
Pemanasan yang terjadi akibat pembakaran antara percampuran bahan bakar
cari (solar, IDO, residu, kerosin) dengan oksigen dan sumber panas.
Karakteristik:
-
Nilai efisiensinya lebih baik dari boiler berbahan bakar padat dan listrik
Universitas Diponegoro
Semarang
50
3. Gaseous Fuel
Pembakaran yang terjadi akibat percampuran bahan bakar gas (LNG) dengan
oksigen dan sumber panas.
Karakteristik:
-
Harga bahan baku pembakaran paling murah dibandingkan semua tipe boiler
Nilai efisiensi lebih baik jika dibandingkan dengan semua tipe boiler
4. Elektrik
Pemanasan yang terjadi akibat sumber listrik yang menyuplai sumber panas.
Karakteristik:
-
Harga bahan baku relatif lebih murah dibandingkan dengan boiler yang
menggunakan bahan bakar cair
Tipe boiler
Keuntungan
Bahan
Solid fuel
baku
Kerugian
mudah Sisa
pembakaran
sulit
didapatkan
dibersihkan
Murah konstruksinya
Sisa
pembakaran
Oil fuel
dibersihkan
Bahan
bakunya
didapatkan
Universitas Diponegoro
Semarang
51
Gaseous fuel
Paling
banyak
nilai Sulit
efisiensinya
didapatkan
bahan
Paling
buruk
nilai
efisiensinya
4
Electric
pembakaran
sumbernya
Klasifikasi Boiler Berdasarkan Kegunaan Boiler
1. Power Boiler
Steam yang dihasilkan boiler ini menggunakan tipe water tube boiler, hasil
steam yang dihasilkan memiliki tekanan dan kapasitas yang besar, sehingga
mampu memutar steam turbin dan menghasilkan listrik dari generator.
Karakteristik:
-
2. Industrial Boiler
Steam yang dihasilkan boiler ini dapat menggunakan tipe water tube boiler atau
fire tube boiler.
Karakteristik:
-
3. Komersial Boiler
Universitas Diponegoro
Semarang
52
4. Residential Boiler
Steam yang dihasilkan boiler ini menggunakan boiler tipe fire tube boiler.
Karakteristik:
-
Kagunaan utamanya sebagai penghasil steam dari uap panas yang tidak
terpakai
Tipe Boiler
Keuntungan
Kerugian
Power Boiler
awal
relatif
proses
industri
Universitas Diponegoro
Semarang
53
yang
dihasilkan Perlu
factor
safety
diperhatikan
yang dihasilkan
Industrial Boiler
Konstruksi
awal
relatif
murah
Penanganan boiler lebih Steam
mudah
3
yang
dihasilkan
Commercial Boiler
Konstruksi
awal
relatif
murah
Penanganan boiler lebih Steam
mudah
4
yang
dihasilkan
Residential Boiler
Konstruksi
awal
relatif
murah
Penanganan boiler lebih Steam
5
Heat Recovery
Boiler
mudah
Konstruksi
yang
dihasilkan
relatif
murah
Universitas Diponegoro
Semarang
54
Universitas Diponegoro
Semarang
55
Tipe Boiler
Mudah pengirimannya
1
Kerugian
Keuntungan
Package Boiler
Terbatas
tekanan
dan
kapasitas kerjanya
Dibutuhkan waktu
yang Komponen-komponen
Universitas Diponegoro
Semarang
56
untuk boiler
pengoperasian
tergantung
pada
pengiriman
Site Erected
Boiler
Tekanan
dan
kapasitas Sulit
pengirimannya,
dapat
: 5 atm abs
: 5-40 atm
: 30-225 atm
Tipe Boiler
Keuntungan
Kerugian
Low Pressure
penanganannya
tidak rendah,
terlalu rumit
tidak
dapat
membangkitkan listrik.
konstruksi
tidak
Universitas Diponegoro
Semarang
57
sehingga
membangkitkan
2
High Pressure
dapat penanganannya
perlu
listrik diperhatikan
aspek
untuk
mengoperasikan
proses
industri
Area
yang
dibutuhkan
mahal
dari
low
pressure boiler
Universitas Diponegoro
Semarang
59
Gambar diatas adalah pengabut buatan wallsend. Jenis pengabut ini mempunyai
diafragma dan plat pengabut yang disambungkan pada badan pembakar oleh mur
tarik. Pada diafragma terdapat 4 buah luban kecil yang miring, sedang plat pengabut
hanya mempunyai sebuah lubang pusat yang kecil garis tengahnya. Minyak tekanan
yang bermuara dikamar minyak akan menyemprot keluar melalui lubang kecil
dengan gerakan berputar dan lintasannya berbentuk mantel kerucut yang menganga.
Gambar diatas adalah pengabut buatan Babcock & Willcock. Diafragma pengabut
ini mempunyai lubang-lubang yang lurus. Disebelah muka diafragma dibuat saluran
silinder gelang, tempat muara minyak yang keluar dari lubang-lubang diafragma.
Dari saluran selinder ini dibuat 2 buah alur yang mengarah tangensial kepada muara
minyak. Karena kedua alur ini mengalirkan minyak dalam arah tangensial (miring)
Universitas Diponegoro
Semarang
60
Universitas Diponegoro
Semarang
61
6. Air Heater
Universitas Diponegoro
Semarang
63
7. Economizer
Universitas Diponegoro
Semarang
64
saturated
steam, dengan demikian tegangan (external stress) yang terdapat didalam ketel dapat
diperkecil sehingga bisa menaikan efisiensi.
Dengan menggunakan economizer, selain untuk menaikkan suhu air umpan ketel
juga dimaksudkan untuk menurunkan suhu gas asap sebab gas asap menyalurkan panasnya
pada air dalam economizer, dimana setiap kenaikan suhu 1oC feed water selalu diikuti
penurunan suhu gas asap sebesar 2-3oC.
Economizer biasanya terbuat dari susunan pipa-pipa yang membentuk heat
exchanger dan terbuat dari besi tuang (cast iron pipe) ataupun terbuat dari pipa baja (steel
tube). Untuk pipa-pipa dari besi, tekanan yang diizinkan adalah sampai 22 atm. Untuk
tekanan yang lebih besar lagi maka digunakan steel tube economizer.
Umumnya economizer dari besi banyak digunakan pada ketel pipa api karena
tekanan yang dihasilkan rendah.
Steel tube yang digunakan sebagai economizer kadang-kadang juga menghasilkan
uap. Apabila economizer yang digunakan juga berfungsi untuk menghasilkan uap maka
disebut steaming economizer.
Pada prakteknya pemanasan feed water dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
1. Pemanasan dengan memanfaatkan gas asap
Alatnya disebut : economizer
Universitas Diponegoro
Semarang
65
Universitas Diponegoro
Semarang
66
Universitas Diponegoro
Semarang
67
Universitas Diponegoro
Semarang
68
Universitas Diponegoro
Semarang
69
5. Pneumatic Valve
Pneumatic valve sebagaimana juga safety valve berfungsi sebagai pengaman
tekanan uap lebih pada boiler hanya dilengkapi dengan alat sensor tekanan yang
disampaikan melalui signal elektronik ke elektro mekanik untuk membuka pilot
valve.
Universitas Diponegoro
Semarang
70
Periksa level water seal through pada bottom hopper boiler harus berada pada
posisi diatas normal level. Periksa LCV an bypass valve water supplynya.
2)
Periksa kondisi manhole boiler sebelum startup boiler harus pada kondisi
tertutup termasuk desorvation door.
3)
Universitas Diponegoro
Semarang
71
Universitas Diponegoro
Semarang
72
Periksa select auto start scanner blower yang standby pada posisi auto.
Universitas Diponegoro
Semarang
73
13. Manometer
Manometer ini digunakan sebagai alat untuk menunjukkan tekanan uap pada
ketel uap. Pemasangan manometer ini ditujukan agar besar kecilnya tekanan di
dalam ketel uap dapat diketahui sehingga memudahkan untuk mengontrolnya.
Penempatan manometer adalah pada bagian dimana uap hampir tidak mengalir,
kebanyakan manometer yang dipasang adalah manometer bourdon.
Universitas Diponegoro
Semarang
74
Universitas Diponegoro
Semarang
75
Universitas Diponegoro
Semarang
76
Universitas Diponegoro
Semarang
77
Universitas Diponegoro
Semarang
78
Universitas Diponegoro
Semarang
79
Universitas Diponegoro
Semarang
80
Universitas Diponegoro
Semarang
81
Universitas Diponegoro
Semarang
82
Analisa Sebab
1. Pompa rusak
2. Arus listrik
terhambat
3. Elektroda
otomatis pompa
Solusi
1. Perbaiki oleh
petugas yang di
tunjuk
2. Bersihkan dari
kerak
tertutup kerak
Pompa bekerja
1. Sudut pompa
mulai aus.
Upaya / Perawatan
1. Perawatan instalasi
listrik secara berkala
2. Jaga kondisi kesadahan
air ketel tetap rendah
3. Diadakan perawatan
ringan secara berkala
secara bergantian
2. Jaga kondisi kekerasan
air ketel
3. Diadakan perawatan
ringan secara berkala
4. Buat tanda yang mudah
dilihat bila air tandon
habis
5. Buat instalasi otomatis
isi dan stop pompa pada
tandon
Universitas Diponegoro
Semarang
83
Pipa penghubung
Dicoba drain
Rencanakan
bawah gelas
dibuka atau
pembersihan/bongkar pada
dalam gelas
pedoman dengan
ditutup agar
penduga masih
badan ketel
kotoran dalam
diatas batas
tersumbat kerak
pipa penghubung
bawah hilang
ditutup
normal
B. Pembakaran
Permasalah
Analisa Sebab
Solusi
bakar kurang
sempurna
debu
/ noxxle
2. Temperatur
minyak bakar
rendah
3. stel pengapian
dan lihat
cerobong asap
Upaya / Perawatan
1. Perawatan burner
secara berkala sesuai
petunjuk
2. Temperatur minyak
bakar yang akan
masuk sumber dijaga
sesuai petunjuk
3. Lakukan pembersihan
pada lorong dan pipa
api setelah bekerja
selama 300-400 jam
Tabel 3.7 Beberapa permasalahan pada boiler yang dapat diatasi dengan pengolahan air
umpan boiler
Masalah
Tekanan
Kerak
Tekanan rendah
Fenomena
Pembentukan kerak oleh
komponen kesadahan
penyebab
Mutu air buruk dan resin
penukar ion kotor
Universitas Diponegoro
Semarang
84
Tekanan sedangtinggi
Tekanan rendah
Korosi
Tekanan sedang
Tekanan rendah
Carry over
Tekanan sedang
Pengembalian kondensat
yang mengandung hasil
korosi
Korosi selama masa
perbaikan
Korosi pada permukaan
Hasil korosi dalam air
pemanasa karena
umpan dan pipa kondensat
penumpukan oksida hidrat terbawa dalam boiler
metal
Korosi karena kaustik
Pengaturan pH dan
penyerapan O2 tidak
sempurna
Korosi pada pipa
Korosi selama masa
kondensat dan pipa umpan perbaikan
karena gas terlarut
Kamurnian uap air turun
Perubahan beban boiler
yang mendadak
Mempengaruhi mutu
Ketidaksempurnaan cara
produksi pabrik
kerja pemisah uap dan
system pengendali air
umpan
Terjadinya peledakan pipa Tidak normalnya mutu air
superheater
terutama karena silica
Pembentukan kerak pada
Zat padat tersuspensi dan
Universitas Diponegoro
Semarang
85
Scale (pengapuran)
Adalah timbulnya endapan zat-zat yang terlarut dalam air. Penyebabnya adalah Kandungan
kalsium pospat, dan kalsium karbonat (terutama pada boiler bertekanan rendah) serta
kandungan magnesium hidroksida, silica dan alumina.
Universitas Diponegoro
Semarang
86
1/2 mm
2%
1 mm
4%
2 mm
6%
4 mm (1/8 ")
10 %
8 mm (1/4")
20 %
16 mm (1/2 ")
40 %
30 mm (1")
80 %
Sumber : www.hacschem.com
Universitas Diponegoro
Semarang
87
Fe2+ + 2e
Katode :
H2O + 1/2O2 + 2e
2OH
Dalam air :
Fe2+ + 2OH -
Fe(OH)2
4Fe(OH)2 + O2 + 2H2O
4Fe(OH)3
Chloride stress corrosion dan Transgraular cracking akan terjadi pada bahan
stainless steel
Jika dalam air terdapat deposit yang dapat menghasilkan ion hidroksil, dapat
menyebabkan caustic stress corrosion
Carry over
Carry over adalah terikutnya butiran air dalam steam yang keluar dari drum boiler.
Ada 2 jenis carry over
1. Carry over mekanis (mechanical carry over)
Terikutnya butiran air dalam steam yang keluar dari drum boiler
Penyebabnya:
Universitas Diponegoro
Semarang
88
Pengendalian level air dalam drum yang jelek, perubahan tekanan (atau
beban) yang sangat cepat
Drum
Pressure
(psig)
Specific Alkalinity
Conductances
SiO2)
(ppm CaCO3)
(micromhos/cm)
0 - 300
150
700
7000
301 - 450
90
600
6000
451 - 600
40
500
5000
601 - 750
30
400
4000
750 - 900
20
300
3000
901 - 1000
200
2000
1001 - 1500
150
1501 - 2000
100
Sumber : www.hacschem.com
Universitas Diponegoro
Semarang
89
Bebas dari zat penyebab busa dan zat padat ikutan, selain itu juga bebas
dari minyak dan lemak.
Pengolahan air umpan boiler dibagi menjadi dua yaitu pengolahan air internal
dan pengolahan air eksternal.
3.5.1 Pengolahan Air Internal
Pengolahan air internal adalah penambahan bahan kimia ke boiler untuk
mencegah pembentukan kerak. Senyawa pembentuk kerak diubah menjadi
lumpur yang mengalir bebas, yang dapat dibuang dengan blowdown. Metode ini
terbatas pada boiler dimana air umpan mengandung garam sadah yang rendah,
dengan tekanan rendah, kandungan TDS tinggi dalam boiler dapat ditoleransi,
dan jika jumlah airnya sedikit. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka laju
blowdown yang tinggi diperlukan untuk membuang lumpur. Hal tersebut
menjadi tidak ekonomis sehubungan dengan kehilangan air dan panas.
Universitas Diponegoro
Semarang
90
Universitas Diponegoro
Semarang
91
Universitas Diponegoro
Semarang
92
b. Deaerasi
Dalam de-aerasi, gas terlarut seperti oksigen dan karbondioksida
dibuang dengan pemanasan awal air umpan masuk ke boiler. Seluruh air
alam mengandung gas terlarut dalam larutannya. Gas-gas tertentu seperti
karbondioksida dan oksigen sangat meningkatkan korosi. Bila dipanaskan
dalam sistem boiler, karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) dilepaskan
sebagai gas dan bergabung dengan air (H2O) membentuk asam karbonat
(H2CO3).
Penghilangan oksigen, karbondioksida dan gas lain yang tidak dapat
terembunkan dari air umpan boiler sangat penting bagi umur peralatan boiler
dan juga keamanan operasi. Asam karbonat mengkorosi logam menurunkan
umur peralatan dan pemipaan. Asam ini juga melarutkan besi (Fe) yang jika
kembali ke boiler akan mengalami pengendapan dan menyebabkan
terjadinya pembentukan kerak pada boiler dan pipa. Kerak ini tidak hanya
Universitas Diponegoro
Semarang
93
De-aerasi mekanis
De-aerasi mekanis untuk menghilangkan gas terlarut digunakan
menyatakan
menyatan
bahwa
penghilangan
oksigen
dan
Universitas Diponegoro
Semarang
94
De-aerasi kimiawi
Sementara deaerators mekanis yang paling efisien menurunkan
Universitas Diponegoro
Semarang
95
Universitas Diponegoro
Semarang
96
Universitas Diponegoro
Semarang
97
e. Filtrasi
Adalah proses penyaringan yang fungsinya untuk menghilangkan
suspended solid seperti pasir halus, tanah liat, dan beberapa bahan organic.
Universitas Diponegoro
Semarang
98
Hingga 20 kg/cm2
21 - 39 kg/cm2
40- 59 kg/cm2
0,05
0,02
0,01
0,01
0,01
0,01
1,0
0,3
0,1
0,02
0,02
0,01
-0,02-0,04
pH pada 250C
8,8-9,2
8,8-9,2
8,2-9,2
Kesadahan, ppm
1,0
0,5
Hingga 20 kg/cm2
21 - 39 kg/cm2
40- 59 kg/cm2
TDS, ppm
3000-3500
1500-2500
500-1500
500
200
150
1000
400
300
20-40
20-40
15-25
pH pada 250C
10-10,5
10-10,5
9,8-10,2
25
15
10
Universitas Diponegoro
Semarang
99
5.6.7 Hal yang Harus Dilakukan dan Tidak Dilakukan pada Boiler
Tabel 3.9 Hal-hal yang dilakaukan dan tidak dilakukan pada boiler
Dilakukan dan Tidak Dilakukan pada Boile r
Lakukan
Tidak Lakukan
1. Tiup jelaga secara teratur
1. Jangan nyalakan pemantik api secara
mendadak setelah api habis
(pembersihan)
2. Bersihkan pengukur gelas blowdown 2. Jangan lakukan blowdown jika tidak
sekali tiap satu sift
perlu
3. Periksa klep keamanan seminggu 3. Jangan biarkan pintu tungku terbuka
sekali
jika tidak perlu
4. Blowdown pada setiap sift, sesuai 4. Jangan sering menghembus klep
keperluan
pengaman (kendali operasi)
5. Jaga seluruh pintu tungku tertutup
5. Jangan memberikan aliran berlebih
pada hopper abu
6. Kendalikan sirkulasi tungku
6. Jangan menaikan laju pembakaran
melebihi yang diperbolehkan
7. Bersihkan, hopper pembuangan abu 7. Jangan mengumpankan air baku
setiap sift
8. Jaga asap cerobong dan pengendali api 8. Jangan mengoperasikan boiler pada
aliran tertutup
9. Periksa pengendali otomatis pada 9. Jangan memberi beban berlebih pada
bahan bakar dengan menghentikan
boiler
sekali waktu air umpan untuk jangka
waktu pendek
10. Perhatikan kebocoran secara berkala 10. Jangan membiarkan ketinggian air
terlalu tinggi atau terlalu rendah
11. Periksa seluruh klep, damper, dll 11. Jangan mengoperasikan penghembus
untuk operasi yang benar seminggu
jelaga pada beban tinggi
sekali
12. Beri pelumas seluruh alat mekanik 12. Jangan jalankan kipas ID manakala
untuk berfungsi mulus
sedang dalam operasi
13. Jaga switchboards rapi dan bersih 13. Jangan melihat langsung api dalam
dan sistim penunjuk sesuai dengan
tungku, gunakan kacamata keamanan
perintah pekerjaan
yang berwarna
14. Jaga kebersihan area, bebas debu
14. Hindarkan bed bahan bakar yang
tebal
Universitas Diponegoro
Semarang
100
BAB IV
Dasar Teori Perhitungan Efisiensi Boiler
Universitas Diponegoro
Semarang
101
BOILER
Universitas Diponegoro
Bahan bakar
Semarang
102
Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong dan abu
(mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang lebih baik).
Kehilangan dari blowdown (pengolahan air umpan segar, daur ulang kondensat)
Kehilangan konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang lebih baik)
Universitas Diponegoro
Semarang
104
dan entalpi reaktan ketika terjadi proses pembakaran sempurna pada suhu dan tekanan
tertentu[5].
Di mana
n = koefisien
= entalpi
= entalpi pembentukan
Nilai
pembakaran
di
tentukan
dengan
mengurangi
jumlah
entalpi
( )
( )
Dua nilai pembakaran yang dikenal yaitu Higher Heating Value (HHV) atau
nilai pembakaran tinggi adalah nilai yang didapat ketika semua air dari proses
pembakaran berbentuk cair sedangkan Lower Heating Value (LHV) atau nilai
pembakaran rendah di dapatkan ketika semua air dari proses pembakaran berbentuk
uap.
Universitas Diponegoro
Semarang
105
( )
( )
( )
HHV
( )
( )
( )
( )
()
( )
( )
LHV
( )
( )
( )
Universitas Diponegoro
Semarang
106
Universitas Diponegoro
Semarang
107
02 sebanyak 23%
N2 sebanyak 77%
Reaksi pembakaran yang terjadi dapat dinyatakan dalam satu satuan berat
molekul. Maka reaksi pembakaran dari unsur-unsur bahan bakar adalah sebagai berikut:
1. Zat Belerang terbakar menurut:
Universitas Diponegoro
Semarang
108
Maka:
Universitas Diponegoro
Semarang
109
3,66 C kg/kg
Berat SO2
2 S kg/kg
Berat H2O
9 H2 kg/kg
Berat N2
77% Us kg/kg
Berat O2
23% Ut
Universitas Diponegoro
Semarang
110
Universitas Diponegoro
Semarang
111
Us
Gs
Msr
Ar
).(4.6a)
Dimana:
Q1
Mm
hg
Universitas Diponegoro
Semarang
112
b. Kerugian kalor karena hidrogen (H) yang terdapat dalam bahan bakar (Q2)
Kerugian ini disebabkan karena kandungan unsur hidrogen (H) dalam bahan bakar,
yang bila terbakar akan bereaksi dengan oksigen dari udara dan berbentuk uap air
(H2O).
Besarnya kerugian ini dirumuskan dengan:
(
).(4.6b)
)(4.6c)
Dimana:
Us
Mv
tg
ta
Universitas Diponegoro
Semarang
113
CO2
C1
e. Kerugian kalor karena terdapat unsur karbon yang tidak ikut terbakar dalam sisa
pembakaran (Q5)
Kerugian ini dapat dirumuskan dengan:
.............(4.6e)
Dimana:
Mr
Cr
Mbb
)....(4.6f)
Dimana:
Gs
tg
ta
Universitas Diponegoro
Semarang
114
Cp
)..(4.7)
(w. Culp, Archie. Jr.1989:211)
Universitas Diponegoro
Semarang
115
air
x 100%.......................................(4.9a)
(
x 100%............................................(4.9b)
Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam kg/jam
Tekanan kerja (dalam kg/cm2(g)) dan suhu lewat panas (0C), jika ada
Universitas Diponegoro
Semarang
116
hg
= Entalpi
hf
BAB V
Perhitungan Efisiensi Dan Kapasitas Produksi Uap Serta Peluang Meningkatkan
Efisiensi Boiler
Loos Gunzenhausen
Negara pembuat
Jerman Barat
Model / Type
UL 3200
No. Seri
Tahun
1967
3200 kg/jam
Universitas Diponegoro
Semarang
117
Heavy Oil
Tekanan maksimal
18 kg/cm2
Luas Pemanas
80 m
3500C
1030C / 2150F
2000C
300C
1 atm
Karbon (C)
85,6%
Hidrogen (H)
9,7%
Oksigen (O)
1%
Nitrogen (N)
1%
Belerang (S)
2,3%
Abu/ash (A)
0,12%
Kelembaban/moisture (Mm)
0,28%
Dari data operasional kebutuhan bahan bakar IDO untuk ketel uap, tiap
jamnya rata-rata memerlukan 210 kg/jam (Mbb = 210 kg/jam). Sedangkan debit airnya
rata-rata 50 m3/24 jam = 2,083 m3/jam.
Universitas Diponegoro
Semarang
118
HHV =
=
= 10101,192 x 4,187 = 42293,690 kJ/kg
b. Nilai Pembakaran Rendah
Dari persamaan (4.1b) maka nilai kalor pembakaran rendah adalah sebagai berikut:
(
LHV =
=
= 9575,712 x 4,187 = 40082,87 kJ/kgBB
5.3.2 Kebutuhan Udara Bahan Bakar
a. Dari persamaan (4.2a) maka didapatkan kebutuhan udara teoritis (Ut):
Ut
= 13,247 kg/kgBB
b. Dan dari persamaan (4.2b) didapatkan kebutuhan udara pembakaran sebenarnya
(Us):
Universitas Diponegoro
Semarang
119
= 13,247(1 + 0,18)
= 15,631 kg/kg
= 13,247 + (1 0,00012)
= 14,246 kg/kgBB
= 2S
= 2 x 0,0023
= 0,0046 kg/kg
W CO2
= 3,666 C
= 3,666 x 0,856
= 3,133 kg/kg
W H2O
= 9 x H2
= 9 x 0,097
= 0,873 kg/kg
W O2
W N2
= 77% x 15,631
= 12,036 kg/kg
Dari persamaan (4.3b) didapatkan berat gas asap (basah) sebenarnya (Gs) adalah
sebagai berikut:
Universitas Diponegoro
Semarang
120
Gs
= 16,629 kg/kg BB
c. Analisa gas asap basah:
(
= Gs basah w H2O
= 16,636 0,873
= 15,763 kg/kg BB
Universitas Diponegoro
Semarang
121
Msr
= 0,002 kg/kgBB
Ar
=
= 60%
Maka dengan persamaan (4.4c) jumlah karbon yang tidak terbakar dalam
terak/jelaga adalah:
Cr
= 100% - 60%
= 40% dari solid refuse
= 40% x 0,002
= 0,0008 kg/kgBB
Jumlah massa refuse yang terjadi tiap jamnya (persamaan 4.4d) adalah:
Mr
= 0,0008 x 210
= 0,168 kg/jam
= 0,856 kg/kg BB
Universitas Diponegoro
Semarang
122
= 0,1898 x Cp(CO2)
= 0,1898 x 0,845
= 0,160 kJ/kg K
c(H2O)
= 0,05283 x Cp(H2O)
= 0,05283 x 1,867
= 0,0986 kJ/kg K
c(SO2)
= 0,000278 x Cp(SO2)
= 0,000278 x 0,644
= 0,000179 kJ/kg K
c(O2)
= 0,0358 x Cp(O2)
= 0,0358 x 0,917
= 0,0328 kJ/kg K
c(N2)
= 0,7234 x Cp(N2)
= 0,7234 x 1,038
= 0,75 kJ/kg K
Universitas Diponegoro
Semarang
123
hf
btu/lb
sehingga dari persamaan 4.6a besar kerugian kalor karena kelembaban bahan bakar
didapat:
Q1
= 0,0028(1229,714 54)
= 3,292 btu/lb BB x 0,556 x 4,187
= 7,6637 kJ/kg BB
Dan apabila kerugian ini dinyatakan dalam prosentase (persamaan 4.7), maka:
Q1*
=
= 0,0191%
5.4.3 Kerugian Kalor Untuk Menguapkan Lembab Yang Terjadi Akibat Hidrogen
(H) Yang Terdapat Dalam Bahan Bakar
Q2
= 9Hy(hg hf)
= 9 x 0,097 (1229,714 54)
= 1026,3983 x 0,556 x 4,187 = 2389,4265 kJ/kg
Q6*
=
= 5,956%
Universitas Diponegoro
Semarang
124
=
= 0,2322%
=
=0
5.4.6 Kerugian Karena Terdapatnya Unsur Karbon Yang Tidak Ikut Terbakar
Dalam Sisa Pembakaran.
Dari persamaan 4.6e didapatkan
Q5
=
= 4,65 btu/lb x 0,556 x 4,187
= 10,833 kJ/kgBB
=
= 0,027%
=
= 6,97%
= 4% x 40093,515
= 1603,355 kJ/kg BB
= 4%
Universitas Diponegoro
Semarang
126
= 2073,52 x 0,93
= 1928,38 kg/jam
Jadi perbandingan jumlah uap yang dihasilkan dengan bahan bakar yang dihabiskan
adalah 1928 : 210 = 9,18 : 1 kg uap/kg BB
x 100%
(
x 100%
Universitas Diponegoro
Semarang
127
Dapat diketahui neraca bahan dan energi yang lengkap untuk setiap aliran
yang dapat memudahkan dalam mengidentifikasi opsi-opsi untuk
meningkatkan efisiensi boiler.
udara
pembakaran (air preheater) atau untuk memanaskan air umpan ketel uap. Pemanasan
udara pembakaran dengan memanfaatkan temperatur flue gas/ gas buang dapat
menurunkan resiko kerugian kalor, karena dengan tingginya udara pembakaran berarti
fuel gas yang diperlukan untuk pemanasan udara supaya tercapai titik nyala tidak
begitu banyak. Sehingga kebutuhan akan fuel gas untuk memanaskan udara relatif
lebih rendah. Dengan demikian penggunaan bahan bakar dapat ditekan.
2. O2 Berlebih
Jumlah udara pembakaran yang disuplai untuk bercampur dengan bahan bakar
haruslah menghasilkan flameable mixture. Untuk menjamin bahwa semua bahan bakar
terbakar sempurna, oksigen harus disuplai cukup atau berlebih dari kebutuhannya.
Akan tetapi bila oksigen disuplai terlalu banyak, hal ini juga kurang effektif karena
dapat menyebabkan kehilangan panas sebab sebagian panas digunakan untuk
pemanasan udara. Sedangkan bila disuplai kurang akan terjadi pembakaran yang tidak
sempurna. Dalam pembakaran ini flue gas/ gas buang yang terbentuk adalah CO2.
3. Mutu bahan bakar
Didalam pembakaran, bereaksinya fuel dengan oksigen akan menghasilkan panas.
Komposisi fuel ini akan mempengaruhi besarnya panas yang dihasilkan. Spesifikasi
fuel dapat mempengaruhi nilai panas dari pembakaran tersebut. Nilai panas per satuan
berat untuk natural gas, propana dan butana mempunyai nilai panas yang lebih tinggi
daripada fuel cair atau padat. Tetapi pada fuel tersebut banyak mengandung hidrogen
yang pada waktu terjadinya pembakaran akan banyak terbentuk uap air dalam
pembakaran. Uap air ini akan berubah fasanya dengan mengambil energi waktu
Universitas Diponegoro
Semarang
129
Bab VI
Penutup
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penulisan laporan kerja praktek ini dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan effisiensi boiler PT. KIMIA FARMA MANUFAKTUR
Semarang menunjukkan bahwa boiler tersebut memiliki effisiensi sebesar
82,794%. Padahal berdasarkan performance test awal, boiler tersebut memiliki
effisiensi sekitar 87%. Hal ini menunjukkan bahwa boiler tersebut telah
mengalami penurunan performance, tetapi masih dalam keadaan yang baik
untuk tetap digunakan.
2. Faktor yang menyebabkan turunnya effisiensi boiler tersebut adalah karena
adanya Heat Losses (Kerugian kalor).
Universitas Diponegoro
Semarang
130
Universitas Diponegoro
Semarang
131
Daftar Pustaka
1
2
3
4
5
6
7
8
Djokosetyardjo, IR. M. J, 2003, Ketel Uap, Cetakan Kelima, Pradnya Paramita. Jakarta.
El-Wakil,M.M.,Jasjfi, MSc, Ir. E., 1992, Instalasi Pembangkit Daya, Erlangga, Jilid I,
Jakarta.
Holman, JP, 1981, Heat Transfer, Mc Graw Hill Book Inc., Edisi ke 5, Jakarta.
Muin, Syamsir A, 1988, Pesawat-Pesawat Konversi Energi, Rajawali Pers, edisi ke 1,
Jakarta.
Reynold, William C., Perkins, Henry C., 1994, Termodinamika Teknik, Erlangga, Edisi
Kedua, Jakarta.
Stultz, S,C and Kitto.,1992, STEAM its Generation and Use, Babcock & Wilcox, edisi
40.
Tambunan., 1984, Ketel Uap, Karya Agung, Jakarta.
www.energyefficiencyasia.org., Pedoman Efisiensi Energi Untuk Industri di Asia, (18
November 2009)
Universitas Diponegoro
Semarang
132