Anda di halaman 1dari 121

Laporan Kerja Praktek

PT. Kimia Manufaktur Semarang

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini sangatlah pesat, sehingga perkembangan dunia
industri juga secara otomatis mengalami kemajuan, hal ini berpengaruh terhadap
permintaan kebutuhan. Untuk itu perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang
industri berlomba-lomba meningkatkan jumlah produksinya dalam rangka memehuhi
kebutuhan masyarakat tersebut. Kebutuhan akan peningkatan produksi pada suatu
industri tentunya diimbangi pula dengan kebutuhan akan daya dan energi yang tinggi.
Salah satu alat yang biasanya digunakan sebagai sumber daya pada industri-industri
sekarang ini adalah boiler atau ketel uap.
Peralatan industri yang berupa sistem boiler merupakan asset yang sangat
penting bagi perusahaan. Boiler disini mempunyai peranan penting dalam proses
produksi uap, dimana uap ini nantinya akan digunakan untuk menjalankan berbagai
macam proses dalam industri maupun untuk penggerak turbin. Di PT KIMIA FARMA
Manufaktur

Semarang,

boiler

utamanya

digunakan

sebagai

pemanas

pada

pengolahan/ekstraksi biji jarak menjadi minyak jarak.


Apabila terjadi gangguan pada sistem Boiler tersebut maka kelancaran dan
kontinuitas produksi uap akan terganggu sehingga produksi minyak jarak yang
dihasilkan juga akan mengalami gangguan. Untuk mengetahui kinerja boiler yang ada
di PT.KIMIA FARMA Manufaktur Semarang maka penulis akan menganalisa dan
menghitung efisiensi boiler di perusahaan tersebut.
Disamping itu, sering kali effisiensi kualitas kerja boiler tersebut diabaikan
padahal peningkatan efisiensi kualitas kerja boiler itu sendiri akan memberikan nilai
ekonomis tersendiri bagi perusahaan. Oleh karena itu peningkatan efisiensi boiler ini
sangat penting guna mendapatkan output yang baik.
Universitas Diponegoro
Semarang
12

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
1.2 Alasan Pemilihan Judul
Alasan pengambilan judul laporan ini adalah untuk mengetahui efisiensi/kinerja
dari boiler di PT.KIMIA FARMA Manufaktur Semarang agar kita dapat
memperkirakan kemungkinan untuk meningkatkan kinerja atau efisiensi boiler tersebut.
Dalam penulisan laporan ini penulis tidak lupa menjelaskan tentang pengetahuan boiler
secara umum.

1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktek


Ruang lingkup atau batasan masalah yang akan di bahas dalam laporan ini
adalah mengenai efisiensi boiler di PT KIMIA FARMA Manufakturing Semarang,

1.4 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan dari kegiatan kerja praktek ini adalah :
1. Menganalisis performance /efisiensi boiler di PT.KIMIA FARMA Manufaktur
Semarang
2. Mengetahui perandingan efisiensi teoritis dengan efisiensi boiler sesungguhnyadi
lapangan di PT.KIMIA FARMA Manufaktur Semarang
3. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler di PT. KIMIA
FARMA Manufaktur Semarang

1.5 Metoda Penulisan


Metode yang dipakai pada penulisan laporan Kerja Praktek ini adalah sebagai
berikut:
1. Studi literatur
Metode ini dilaksanakan dengan studi dari buku-buku maupun instruction manual
book dan pustaka lainnya yang berkaitan. Metode ini dilakukan untuk keperluan
dasar teori dan analisa pembahasan.
Universitas Diponegoro
Semarang
13

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

2. Tinjauan Lapangan
Yakni dengan melakukan pengambilan data terhadap objek yang diteliti secara
langsung di lapangan.
3.

Metode wawancara
Dalam metode ini penulis memperoleh data melalui wawancara, diskusi dan tanya
jawab dengan pembimbing lapangan serta operator.

1.6 Sistematika Penyusunan


Laporan kerja praktek ini dibagi menjadi enam bab yang saling berhubungan satu
sama lain. Adapun sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai latar belakang kerja pratek, alasan pemilihan judul, ruang
lingkup/ batasan masalah, tujuan kerja praktek, metodologi penyusunan laporan dan
sistematika laporan.
BAB IIPROFIL PT KIMIA FARMA MANUFAKTUR SEMARANG
Berisikan tentang sejarah singkat perusahaan.
BAB III PENGETAHUAN UMUM BOILER
Pembahasan mengenai pengertian boiler, klasifikasi boiler, bagian-bagian boiler,
pengoperasian ketel uap, pengolahan air umpan boiler, serta daftar periksa opsi,
BAB IV DASAR TEORI PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER
Pembahasan mengenai

nilai

pembakaran

bahan bakar, kebutuhan udara

pembakaran, gas asap, karbon yang tidak terbakar, karbon aktual yang habis

Universitas Diponegoro
Semarang
14

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
terbakar (Ct), rumus perhitungan efisiensi ketel uap, rumus perhitungan kapasitas
produksi ketel uap (Mu), serta perhitungan efisiensi berdasarkan neraca kalor.
BAB V PERHITUNGAN EFISIENSI DAN KAPASITAS PRODUKSI UAP
SERTA PELUANG MENINGKATKAN EFISIENSI BOILER
Pembahasan mengenai spesifikasi ketel uap di PT.KIMIA FARMA Semarang,
data ketel uap di PT.KIMIA FARMA Semarang, perhitungan pembakaran,
perhitungan efisiensi ketel uap, perhitungan kapasitas produksi uap, efisiensi
berdasarkan neraca kalor, peluang meningkatkan efisiensi boiler

BAB VI PENUTUP
berisi kesimpulan dan saran

Universitas Diponegoro
Semarang
15

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan


PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang pada mulanya merupakan
Perusahaan milik Swasta.Setelah dikeluarkannya UU No. 58 Tahun 1958, maka
perusahaan milik Belanda ini mengalami Nasionalisasi menjadi milik pemerintah
Republik Indonesia.
Setelah musyawarah Kabinet Kerja dengan terlebih dahulu membentuk
Badan Pimpinan Umum (BPU), maka di tetapkan bentuk Perusahaan Negara
Farmasi (PNF). Berdasarkan Inpres No. 17 Tahun 1967 dan Perpu No. 3 Tahun
1967, maka pada tanggal 23 Januari 1968 semua PNF, kecuali PNF Bio Farma,
di satukan dengan PNF Bhineka Kimia Farma.
Dengan PP No. 16 Tahun 1971 yang berlaku pada tanggal 19 Maret 1971,
maka PNF Bhineka Kimia Farma berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT)
Kimia Farma. Status PT. Kimia Farma baru berlaku 16 Agustus 1971 setelah di
sahkan oleh akte notaries Soloeman Adjasasmita, SH., No. 18 (Lembar Negara
No. 508 Tahun 1971, tambahan berita RI tanggal 19 November 1971 No. 91),
yang kemudian mendapatkan pengesahan Menteri Kehakiman dengan Surat
Penetapan No. 1 A5/184/21, tanggal 14 Oktober 1971.
Secara umum PT. Kimia Farma terbagi menjadi dua unit besar, yaitu unit
poduksi dan unit perdagangan. PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang
merupakan salah satu unit produksi yang ada di Indonesia.PT. Kimia Farma Unit
Produksi Semarang semula bernama Pabrik Castrol Oil. Pabrik resmi di buka
tanggal 1 Juni 1971. Sejak tanggal 1 April 1974, Pabrik Castrol Oil berubah

Universitas Diponegoro
Semarang
16

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
nama menjadi Pabrik Minyak dan Lemak. Perubahan nama ini di harapkan lebih
sesuai dengan keadaan produk yang di hasilkan, karena pabrik ini tidak hanya
memproduksi minyak jarak saja, tetapi juga mengolah minyak nabati lainnya
seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak kacang.
Pada tanggal 1 Maret 1991, PT. Kimia Farma Pabrik Minyak dan Lemak di
ubah menjadi PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang. Pada tahun yang sama,
PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang juga memproduksi Kosmetika Bedak
Marcks, di samping memproduksi minyak dan lemak. Pada tahun 1994, PT.
Kimia Farma Unit Produksi Semarang di percaya oleh direksi untuk
memproduksi Lysol untuk sarana kesehatan.
PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang, yang memperingati hari ulang
tahunnya setiap tanggal 16 Agustus, mendapatkan ISO 9001 versi 1994
mengenai system manajemen mutu dan disain produk pada November 1997.
Sertifikat ISO 9001 ini di perbarui pada tahun 2000 menjadi versi 2000, dan
setiap tiga tahun di perbarui, dan akan di perbarui lagi pada November 2006.

2.2 Tujuan Berdirinya Perusahaan


Tujuan di dirikannya PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang antara lain
:
1.

Untuk memanfaatkan potensi sumber alam Indonesia yang belum di


manfaatkan secara optimal.

2.

Menciptakkan kemampuan pengadaan minyak dan lemak negeri.

3.

Menciptakkan kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitar pabrik, yang


berarti pula meningkatkan taraf hidup.

4.

Memupuk keuntungan bagi perusahaan.

5.

Menambah sumber devisa Negara.

6.

Menambah pendapatan di bidang pertanian, transportasi, dan lain-lain.

Universitas Diponegoro
Semarang
17

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
2.3

Visi dan Misi.


Visi PT. Kimia Farma : Menjadi perusahaan farmasi utama di Indonesia
dan bardaya saing di pasar global.

Misi PT. Kimia Farma :

Menyediakan, mengadakan, dan menyalurkan persediaan farmasi,


alat kesehatan, dan jasa kesehatan lainnya yang berkualitas dan
bernilai tambah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Mengembangkan bisnis farmasi dengan cara meningkatkan nilai


perusahaan untuk kepentingan pemegang saham dan pihak lain yang
berkepentingan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip good corporate
governance.

Mengembangkan

sumber

daya

manusia

perusahaan

untuk

meningkatkan kompetensi dan komitmen guna pengembangan


industry farmasi.

2.4

Lokasi dan Letak Perusahaan.


PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang terletak di jalan Simongan
Nomor 169, Desa Manyaran, Kecamatan Semarang Barat, Kota Madya
Semarang.

PT.

Kimia

Farma

juga

dapat

di

akses

melalui

http://www.kimiafarma.co.id//.
Di tinjau dari lokasinya, PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang cukup
baik. Pemilihan lokasi tersebut di dasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :

Jawa Tengah di kenal sebagai daerah penghasil bahan baku biji jarak yang
di butuhkan.

Universitas Diponegoro
Semarang
18

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Semarang memiliki pelabuhan yang memungkinkan sebagai sarana


transportasi laut, misalnya dalam pengadaan bahan baku maupun
pemasaran produk.

Persedian air tawar yang dapat memenuhi syarat untuk proses.

Dekat dengan sungai Kaligarang, yang dapat di gunakan sebagai tempat


pembuangan air limbah yang telah diolah.

Luas lokasi PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang sekitar 2,67 Ha,
yang meliputi :
o

Bangunan Pabrik

: 10.000 m

Gudang apenyimpanan Minyak

: 1.200 m

Laboratorium dan Perpustakaan

Sarana Olahraga dan lain-lain

: 15.000 m

500 m

Untuk lebih jelas lokasi dan tata letak PT. Kimia Farma Unit Produksi
Semarang dapat di lihat pada gambar 2.1 dan gambar 2.2.

Universitas Diponegoro
Semarang
19

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 2.1 Lokasi Perusahaan.

Universitas Diponegoro
Semarang
20

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 2.2 Tata Letak / Lay Out Perusahaan.

Universitas Diponegoro
Semarang
21

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
2.5

Struktur Organisasi Perusahaan.


Organisasi

perusahaan

sangat

penting dalam

rangka pengelolaan

perusahaan dan mengaktifkan kerja untuk mencapai tujuan perusahaan.


Administrasi perusahaan mencakup struktur organisasi perusahaan, hak dan
kewajiban pengusaha dan pegawai, tata cara dan pegangan praktis yang
berhubungan dengan tugas.
PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang di pimpin oleh seorang Kepala
Unit Produksi Semarang dan di bantu oleh Tenaga Ahli, Kepala Bagian, serta
Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi. Bagan Organisasi PT. Kimia Farma Unit
Produksi Semarang dapat di lihat pada gambar 2.3.

Universitas Diponegoro
Semarang
22

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
PT.Kimia Farma Semarang
KSEP

KSBPS

KSPR
KSBR
KBPD

KSPPK
KSBPK
KSPFT

KSPP
KSBPR
KSPPPP

KSGK
KSGM

KUPS
KBSMP

KSBP
KSAK
KSKU

KSBKU

KSPU
KSESP
KSBPE
KSCL
KSPK
KBPM
KSPML

KSBPPP

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Perusahaan.

Universitas Diponegoro
Semarang
23

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Berikut ini penjelasan struktur organisasi PT. Kimia Farma Unit Produksi
Semarang :
1. Kepala Unit Produksi Semarang
Kepala Unit Produksi Semarang (KUPS) memegang kekuasaan dalam
struktur organisasi di PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Kepala Unit Produksi Semarang antara lain :

Mengelola pelaksanaan operasional produksi dan pemeliharaan system


mutu yang di tetapkan di PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang.

Mengelola

pelaksanaan

operasional

dalam

perencanaan

dan

pengendalian investasi.

Mengelola pelaksanaan kebijakan operasional dalam keuangan dan


anggaran serta personalia dan rumah tangga.

2. Bagian Sistem Mutu dan Produktivitas (BSMP)


Bagian Sistem Mutu dan Produktivitas terdiri dari staf (tenaga ahli)
yang di kepalai oleh seorang Kepala Bagian Sistem Mutu dan Produktivitas
(KBSMP), yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Unit Produksi
Semarang.
Tugas dan kewajiban Bagian Sistem Mutu dan Produktivitas yaitu :

Merencanakan, melaksanakan, memantau dan menyempurnakan


penerapan system mutu dan peningkatan produktivitas.

Melaporkan kinerja system mutu dan peningkatan produktivitas dalam


rapat tinjauan manajemen.

Menjamin pelaksanaan rapat tinjauan manajemen dan tindak lanjut


hasilnya sesuai dengan prosedur rapat tinjauan manajemen.

Universitas Diponegoro
Semarang
24

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
3. Sub Bagian Pengadaan (SBP)
Sub Bagian Pengadaan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Pengadaan
yang bertanggung jawab kepada Kepala Unit Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Pengadaan adalah :

Menerima rencana kebutuhan bahan baku, bahan penolong, dan bahan


kemasan serta barang lain sesuai permintaan unit kerja.

Menerima permintaan kebutuhan sarana dan prasarana sesuai


permintaan unit kerja.

Mengusulkan pemasok dengan mempertimbangkan legalitas pemasok,


ketetapan , jumlah, harga, dan waktu pengiriman barang sesuai
prosedur yang telah ditetapkan.

4. Bagian Produksi (BPD)


Bagian Produksi dipimpin oleh Kepala Bagian Produksi KBPD) yang
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Unit Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Bagian Produksi antara lain :

Merencanakan dan mengevaluasi jadwal kebutuhan dan penggunaan


bahhan baku, bahan penolong, dan bahan kemasan.

Mengkoordinasi dan mengendalikan pelaksanaan proses produksi


minyak, kosmetik, bedak, dan kemasan produk.

Mengevaluasi, mengendalikan permintaan dan penggunaan bahan


baku, bahan penolong serta bahan kemasan untuk produksi dan produk
jadi.

Universitas Diponegoro
Semarang
25

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Bagian Produksi membawahi tiga seksi, yaitu :
o

Seksi Pressing (SPR)


Seksi Pressing berada dibawah wewenang Bagian Produksi,
dipimpin oleh Kepala Seksi Pressing (KSPR) yang bertanggung jawab
kepada Kepala Bagian Produksi.
Tugas dan kewajiban Seksi Pressing adalah :

Melakukan permintaan (bon) bahan baku, bahan penolong,


bahan kemasan ke gudang sesuai kebutuhan dan mencatat pada
catatan pengolahan dan pengemasan.

Memantau penyerahan sample crude oil hasil jadi untuk


pemeriksaan mutu.

Menyerahkan produk jadi ke Kepala Seksi Bagian Refining atau


Gudang Minyak (KGSM).

Seksi Pengemasan Produk Bedak dan Kosmetik (SPPBK)


Seksi Pengemasan Produk Bedak dan Kosmetik berada di bawah
wewenang Bagian Produksi, dan dipimpin oleh Kepala Seksi
Pengemasan Produk Bedak dan Kosmetik yang bertanggung jawab
kepada Kepala Bagian Produksi.
Tugas dan kewajiban Seksi Pengemasan Produk Bedak dan
Kosmetik adalah sebagai berikut :

Merencanakan jadwal kebutuhan dan memantau penggunaan


bahan kemasan untuk kegiatan pengemasan.

Melakukan permintaan (bon) bahan kemasan ke gudang sesuai


kebutuhan dan mencatat pada catatan pengolahan atau
pengemasan batch.

Mengawasi dan mengatur pelaksanaan kegiatan pengemasan.

Universitas Diponegoro
Semarang
26

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Seksi Produk Farmasi Terbatas (SPFT)


Seksi Produksi Farmasi Terbatas dipimpin oleh Kepala Seksi
Produk Farmasi Terbatas (KSPFT) yang bertanggung jawab kepada
Kepala Seksi Produksi. Seksi Produk Farmasi Terbatas berada di
bawah departemen Bagian Produksi.
Tugas dan kewajiban Seksi Produk Farmasi Terbatas yaitu :

Merencanakan jadwal, kebutuhan dan memantau penggunaan


bahan baku, bahan kemasan untuk kegiatan produksi farmasi
terbatas.

Melakukan permintaan (bon) bahan baku, bahan kemasan ke


gudang sesuai kebutuhan dan mencatat pada catatan pengolahan.

Mengawasi dan mengatur pelaksanaan kegiatan produksi dan


pengawasan produk farmasi terbatas.

Bagian Produksi juga di bantu oleh :

Sub Bagian Refining (SBR)


Sub Bagian Refining dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Refining
(KSBR) yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Bagian
Produksi.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Refining yaitu :
Merencanakan jadwal kebutuhan dan memantau bahan baku dan
bahan penolong untuk kegiatan refining dan untuk produksi
lainnya.
Melakukan permintaan (bon) bahan baku dan bahan kemasan ke
gudang sesuai dengan kebutuhan dan mencatat pada catatan
pengolahan atau pengemasan.

Universitas Diponegoro
Semarang
27

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Mengawasi dan mengatur pelaksanaan proses refining.

Sub Bagian Produksi Kosmetik (SBPK)


Sub Bagian Produksi Kosmetik dipimpin oleh Kepala Sub Bagian
Produksi Kosmetik dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Bagian Produksi.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Produksi Kosmetik adalah :
Merencanakan jadwal kebutuhan dan memantau kebutuhan bahan
baku dan bahan kemasan untuk kegiatan produksi kosmetik dan
bedak.
Menerima penyerahan bahan baku, bahan kemasan , dan gudang
(SGF) sesuai kebutuhan dan mencatat pada catatan pengolahan
batch.
Mengawasi dan mengatur pelaksanaan kegiatan proses produksi
kosmetik dan bedak.

5.

Bagian Perencanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan (BPPPP)


Bagian Perencanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan dipimpin
oleh Kepala Bagian Perncanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan, yang
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Unit Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Bagian Perencanaan, Pengendalian Produk dan
Persediaan yaitu :

Merencanakan mengendalikan, dan mengevaluasi jadwal produksi


kebutuhan bahan baku, bahan penolong, dan bahan kemasan proses
produksi dan persediaan secara berkala.

Universitas Diponegoro
Semarang
28

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Membantu dan mengendalikan permintaan dan penggunaan bahan baku,


bahan penolong, dan bahan kemasan, serta waktu proses produksi.

Memantau pelaksanaan permintaan, penyimpanan, persediaan dan


penyerahan bahan baku, bahan penolong, bahan kemasan , dan produk
jadi sarana dan prasarana produksi lainnya.

Bagian

Perencanaan,

Pengendalian

Produk

dan

Persediaan

membawahi departemen departemen :

Seksi Pengendalian dan Pelaporan (SPP)


Seksi Pengendalian dan Pelaporan dipimpin oleh Kepala Seksi
Pengendalian dan Pelaporan, yang bertanggung jawab kepada Kepala
Bagian Perencanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan.
Tugas dan kewajiban Seksi Pengendalian dan Pelaporan yaitu :

Mengevaluasi rencana produksi tahunan, triwulan, bulanan dan


mingguan.

Mengawasi rencana kebutuhan pemakaian bahan baku kemasan


sesuai dengan rencana produksi.

Mengevaluasi jadwal kedatangan bahan baku, bahan kemasan,


produk setengah jadi, dan produk jadi.

o Seksi Gudang Kosmetik dan Bedak (SGK)


Seksi Gudang Kosmetik dan Bedak dipimpin oleh Kepala Seksi
Gudang Kosmetik dan Bedak, yang bertanggung jawab kepada bagian
Perencanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan.
Tugas dan kewajiban Seksi Gudang Kosmetik dan Bedak yaitu :

Universitas Diponegoro
Semarang
29

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Mengawasi dan mengatur pelaksanaan kegiatan penerimaan,


penyimpanan, pengeluaran bahan baku, bahan kemasan, produk
jadi, sarana dan prasarana lainnya.

Mengawasi pelaksanaan penimbangan dan pengeluaran bahan


baku, bahan kemasan, dan produk jadi.

Memantau kualitas bahan baku, bahan kemasan, dan produk jadi


oleh gudang sesuai dengan hasil pemeriksaan dan pengawasan
mutu.

o Seksi Gudang Minyak (SGM)


Seksi Gudang Minyak dipimpin oleh Kepala Seksi Gudang
Minyak, yang bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Perencanaan,
Pengendalian Produk dan Persediaan.
Tugas dan kewajiban Seksi Gudang Minyak yaitu :

Mengawasi dan mengatur pelaksanaan kegiatan penerimaan,


penyimpanan bahan baku dan bahan penolong.

Mengawasi pengeluaran bahan baku, bahan penolong, dan bahan


kemasan produk jadi.

Mengawasi pelaksanaan penimbangan dan pengeluaran bahan


baku, bahan penolong, bahan kemasan dan produk jadi sesuai
dengan hasil pemeriksaan pengawasan mutu.

Memantau kualitas bahan baku, bahan penolong, bahan kemasan


dan produk jadi sesuai dengan hasil pengawasan pemeriksaan
mutu.
Bagian Perencanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan,
dibantu oleh staf dari Sub Bagian Perencanaan (SBPR), yang dipimpin

Universitas Diponegoro
Semarang
30

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
oleh Kepala Sub Bagian Perencanaan, yang bertanggung jawab kepada
Kepala Bagian Perencanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Perencanaan yaitu ;

Menyusun rencana produksi tahunan, triwulan, bulanan, dan


minguan.

Menyusun rencana kebutuhan bahan baku, bahan penolong,


bahan kemasan sesuai dengan rencana produksi.

Menyusun rencana jadwal kedatangan bahan baku, bahan


penolong, bahan kemasan untuk keperluan produksi.

6.

Bagian Pengawasan Mutu (BPM)


Bagian Pengawasan Mutu dipimpin oleh Kepala Bagian Pengawasan
Mutu, yang bertanggung jawab kepada Kepala Unit Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Bagian Pengawasan Mutu yaitu :
Mengkoordinasi dan melaksanakan pemeriksaan bahan baku , bahan
penolong , bahan kemasan, produk setengah jadi, dan produk jadi
sesuai dengan prosedur Inspeksi dan Tes.
Mengevaluasi dan menindaklanjuti bahan baku, bahan penolong,
bahan kemasan, produk jadi, dan produk setengah jadi yang tidak
memenuhi syarat sesuai dengan prosedural pengendalian produk
yang sesuai.
Membuat standar mutu bahan dan produk jadi.
Bagian Pengawasan Mutu membawahi departemen departemen :
o Seksi Pemeriksaan Produk Kosmetik dan Bedak (SPK)

Universitas Diponegoro
Semarang
31

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Seksi Pemeriksaan Produk Kosmetik dan Bedak dipimpin oleh
Kepala Seksi Pemeriksaan Produk Kosmetik dan Bedak yang
bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Pengawasan Mutu (KBPM).
Tugas dan kewajiban Seksi Pemeriksaan Produk Kosmetik dan
Bedak yaitu :

Memantau pengambilan dan pendalaman sample bahan baku,


bahan kemasan, produk setengah jadi, dan produk jadi yang akan
diperiksa.

Mengatur dan mengawasi pelaksanaan pemeriksaan mutu bahan


baku, bahan penolong, produk setengah jadi, dan poduk jadi.

Menjamin kebenaran hasil analisa pemeriksaan mutu yang


dilaporkan.

o Seksi Pemeriksaan Produk Minyak dan Limbah (SPML)


Seksi Pemeriksaan Produk Minyak dan Limbah dipimpin oleh
Kepala Seksi Pemeriksaan Produk Minyak dan Limbah, yang
bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Pengawasan Mutu
(KBPM).
Tugas dan kewajiban Seksi Pemeriksaan Produk Minyak dan
Limbah yaitu :

Memantau pengambilan dan pendapatan sample bahan baku,


bahan penolong, bahan kemasan, produk setengah jadi, produk
jadi, dan limbah cair.

Mengatur dan mengawasi pelaksanaan pemeriksaan mutu bahan


baku, bahan penolong, produk setengah jadi, dan produk jadi.

Menjamin kebenaran hasil analisa pemeriksaan mutu yang akan


dilaporkan.

Universitas Diponegoro
Semarang
32

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Kepala Bagian Pengawasan Mutu (KBPM) dibantu oleh staf


Sub Bagian Penelitian dan Pengembangan Pabrik (SBPPP), yang
dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Penelitian dan Pengembangan
Pabrik, yang bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Pengawasan
Mutu.
Tugas

dan

kewajiban

Sub

Bagian

Penelitian

dan

Pengembangan Pabrik yaitu :

Mengkoordinasi dan melaksanakan peelitian dan pengembangan


produk serta membantu Kepala Bagian Pengawasan Mutu dalam
pemeriksaan bahan baku, bahan kemasan, produk setengah jadi,
dan produk jadi yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan
prosedur inspeksi dan tes.

Membantu

Kepala

Bagian

Pengawasan

Mutu

dengan

mengevaluasi dan menindaklanjuti bahan baku, bahan kemasan,


produk setengah jadi, dan produk jadi yang tidak sesuai.

Membuat

standar

mutu

dan

produk

hasil

penelitian

pengembangan.

7.

Sub Bagian Pemasaran (SBPS)


Sub Bagian Pemasaran dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Pemasaran,
yang bertanggung jawab kepada Kepala Unit Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Pemasaran yaitu :
Melaksanakan pembianaan pelanggan dan menjaga kepuasan
pelanggan.
Memasarkan produk jadi didalam dan luar negeri.

Universitas Diponegoro
Semarang
33

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Menerima dan menginventarisasi pesanan produk jadi berdasarkan


permintaan pelanggan.
Kepala Sub Bagian Pemasaran membawahi Seksi Ekspedisi dan
Pelayanan, yang dipimpin oleh Kepala Seksi Ekspedisi dan Pelayanan, yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk merencanakan jadwal
pengiriman produk kepada pelanggan.

8.

Sub Bagian Keuangan dan Umum (SKBU)


Sub Bagian Keuangan dan Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian
Keuangan dan Umum, yang bertanggung jawab kepada Kepala Unit
Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Keuangan dan Umum yaitu :

Menyusun perencanaan anggaran belanja dan cash flow tahunan.

Merencanakan

dan

mengendalikan

keuangan

sesuai

dengan

cashflow.

Bertanggung jawab atas kebenaran pemeriksaan dan pengeluaran


uang.
Kepala Sub Bagian Keuangan dan Umum membawahi departemen

departemen :
o

Seksi Akutansi (SAK)


Seksi Akutansi dipimpin oleh Kepala Seksi Akutansi, yang
bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bagian Keuangan dan
Umum.
Tugas dan kewajiban Seksi Akutansi yaitu :

Melaksanakan

pemberian

rekening,

pembukuan,

dan

pengolahan data yang masuk dari seluruh perusahaan sesuai


dengan kaidah akutansi.

Melaksanakan kegiatan pencatatan kredit nota dan debit nota.

Universitas Diponegoro
Semarang
34

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Melaksanakan perhitungan penyusutan.

Seksi Keuangan (SPU)


Seksi Keuangan dipimpin oleh Kepala Seksi Keuangan, yang
bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bagian Keuangan dan
Umum.
Tugas dan kewajiban Seksi Keuangan yaitu ;

Menyusun inventarisasi dan pengolahan data pegawai untuk


penyusunan pengadaan mutasi, promosi, dan pemberhentian
personil.

Memantau, mengevaluasi, dan mengolah data presensi


personil, hasil kerja lembur, cuti personil, hasil penelitian
prestasi personil dan biaya kesehatan.

Menyusun daftar perhitungan pendapatan dan asuransi, iuran


pajak dan pinjaman.

9.

Sub Bagian Pemeliharaan Energi (SBPE)


Sub Bagian Pemeliharaan Energi dipimpin oleh Kepala Sub Bagian
Pemeliharaan Energi, yang bertanggung jawab kepada Kepala Unit Produksi
Semarang.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Pemeliharaan Energi yaitu :

Merencanakan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan


bangunan, sarana dan prasarana produksi serta instalasi energi dan
kendaraan.

Mengatur dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan


perbaikan bangunan, sarana dan prasarana produksi serta instalasi
energi dan kendaraan.

Universitas Diponegoro
Semarang
35

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Merencanakan kebutuhan dan memantau penggunaan peralatan dan


suku cadang untuk pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana.

Kepala Sub Bagian Pemeliharaan dan Energi membawahi departemen


departemen ;
o

Seksi Civil dan Lingkungan (SCL)


Seksi Civil dan Lingkungan dipimpin oleh Kepala Seksi Civil
dan Lingkungan, yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bagian
Pemeliharaan Energi.
Tugas dan kewajiban Seksi Civil dan Lingkungan yaitu :

Memantau kegiatan pemeliharaan, perbaikan bangunan dan


lingkungan beserta kelengkapannya.

Pemantauan pemanfaatan untuk pemeliharaan, perbaikan


bangunan dan lingkungan beserta kelengkapannya.

Mengevaluasi dan melaporkan secara berkala mengenai hasil


kegiatan pemeliharaan, perrbaikan gedung dan lingkungan
beserta kelengkapannya.

Seksi Energi dan Sarana Produksi (SESP)


Seksi Energi dan Sarana Produksi dipimpin oleh Kepala Seksi
Energi dan Sarana Produksi, yang bertanggung jawab kepada Kepala
Sub Bagian Pemeliharaan Energi.
Tugas dan kewajiban Seksi Energi dan Sarana Produksi yaitu :

Membuat rencana kegiatan pemeliharaan, perbaikan instalasi


energi, sarana dan prasarana produksi.

Universitas Diponegoro
Semarang
36

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Mengawasi, mengatur, dan mengkoordinasi pelaksanaan


pemeliharaan, perbaikan instalasi energi, sarana dan prasarana
produksi.

Mengevaluasi dan melaporkan secara berkala mengenai hasil


kegiatan pemeliharaan, perbaikan instalasi energi, sarana dan
prasarana produksi.

2.6

Kepegawaian.
Menurut data pada Agustus 2006, diketahui bahwa jumlah Sumber Daya

Manusia PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang adalah 153 orang. Status
karyawan di PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang meliputi :
1. Pegawai Tetap.
2. Pegawai Tidak Tetap.
3. Pegawai Honorer, Tenaga Borongan, dan Harian Lepas.

2.7

Pelaksanaan Jam Kerja.

Peraturan kerja dibedakan antara karyawan masuk pagi (bukan shift)


dengan hari kerja dari Senin sampai Jumat. Karyawan shift dibagi dalam empat
group dengan jam kerja bergantian selama enam hari, dan hari libur satu hari
setelah bekerja tiga hari berturut turut.
Pembayaran gaji pegawai diatur dalam tiga tahap setiap bulan pada tanggal
5, 15, 25.
2.8

Faasilitas Perusahaan.
Karyawan adalah kekayaan yang paling berharga dan berperan penting

dalam perusahaan. PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang memandang perlu
memberikan dan menyediakan fasilitas penunjang untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawannya, diantaranya dengan :

Universitas Diponegoro
Semarang
37

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
1)

Memberikan jaminan hari tua (pesiun) dan memberikan jaminan


sosial tenaga kerja.
Jaminan sosial meliputi :
a. Asuransi pegawai.
b. Bantuan sosial hari tua (pensiun).
c. Kebutuhan lain yang ditetapkan pemerintah.
Usaha yang dilakukan oleh perusahaan adalah kerja sama
dengan ASTEK (Asuransi Sosial dan Tenaga Kerja) yang meliputi
Asuransi Kecelakaan Kerja (AKK), Asuransi Kematian (AK),
Tunjangan Hari Tua (THT).
Jaminan kesejahteraan sosial diberikan dengan kriteria :
1.

Pegawai tetap, calon pegawai tetap dan calon pegawai


penuh.
Fasilitas yang diberikan adalah sebagai berikut :

2.

Uang pakaian dinas, satu tahun sekali.

Penggantian biaya perawatan dan pengobatan.

Rekreasi untuk seluruh pegawai.

Pegawai honorer paruh waktu, tenaga borongan, harian


lepas.
Fasilitas yang diberikan adalah sebagai berikut :

3.

Gaji.

Asuransi kecelakaan kerja.

Asuransi kematian.

Pegawai tetap bulananyang telah berumur 55 tahun dan


masa kerja mencapai 15 tahun berhak mendapat pensiun.
Ada juga yang tidak berhak atas pensiun tetapi berhak atas
jaminan sosial pensiun (jaminan hari tua), yaitu pegawai

Universitas Diponegoro
Semarang
38

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
bulanan yang berumur 55 tahun tetapi masa kerja belum
mencapai 15 tahun.
2)

Sumbangan kematian akan diberikan kepada pegawai maupun


keluarganya yang pada daftar perusahaan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.

3)

Perumahan bagi pejabat.

4)

Koperasi yang menyediakan kebutuhan sehari hari.

5)

Tunjangan Hari Raya (THR)

6)

Tunjangan Bonus.

7)

Perlengkapan kerja yang meliputi pakaian kerja, sepatu, seragam,


serta perlengkapan keselamatan (masker, helm, dan sebagainya).

8)

Hadiah dan penghargaan bagi karyawan.

9)

Masjid lengkap dengan perpustakaannya.

Ditinjau dari peraturan yang dikeluarkan pemerintah melalui Departemen


Tenaga Kerja, PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang telah memberikan
fasilitas yang cukup bagi karyawan.

2.9

Bahan Baku dan Produk yang Dihasilkan.

2.9.1 Bahan Baku


PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang menggunakan biji jarak
sebagai bahan baku pembuatan minyak jarak, crude oil untuk pembuatan
minyak kelapa sawit, dan minyak kacang. Pembuatan minyak jarak juga
menggunakan bahan bahan pembantu antara lain soda kaustik, bleaching
earth, karbon aktif, asam sitrat, garam, asam sulfat. Sedangkan bahan baku
pembuatan bedak didatangkan dari supplier.
2.9.2 Produk yang Dihasilkan

Minyak Telon Bayi

Universitas Diponegoro
Semarang
39

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Produk jadi minyak telon bayi memiliki dua macam kemasan
yaitu 37 ml dan 67 ml. Produk jadi minyak telon bayi yang dihasilkan
memiliki pemerian sebagai berikut : cairan kuning, bau aromatis
seperti kamfer, rasa menusuk seperti kamfer diikuti rasa hangat.

Minyak Kayu Putih


Produk jadi minyak kayu putih memiliki tiga macam kemasan
yaitu 37 ml, 67 ml, dan 127 ml. Produk jadi minyak kayu putih yang
dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut : cairan kuning
kehijauan, bau aromatis seperti kamfer, rasa menusuk seperti kamfer
diikuti rasa hangat.

Minyak Telon Anak


Produk jadi minyak telon anak memiliki dua macam kemasan
yaitu 37 ml dan 67 ml. Produk jadi minyak telon anak yang dihasilkan
memiliki pemerian sebagai berikut : cairan kuning, bau aromatis
seperti kamfer, rasa menusuk seperti kamfer diikuti rasa hangat.

RBD M V O III
RBD M V O III yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik,
tidak tercampur minyak babi atau minyak lainnya.

RBD SPC III


RBD SPC III yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik,
tidak bercampur minyak babi atau minyak lainnya.

RBD Fat Blend 933


RBD Fat Blend 933 yang dihasilkan memiliki pemerian
sebagai berikut: cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tindak
tengik, tidak tercampur minyak babi atau minyak lainnya.

Universitas Diponegoro
Semarang
40

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

RBD FB 21
RBD FB 21 yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut
: cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik, tidak
tercampur minyak babi atau minyak lainnya.

RBD FB 23
RBD FB 23 yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut
: cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik, tidak
tercampur minyak babi atau minyak lainnya.

RBD Soyabean Oil


RBD Soyabean Oil yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik,
tidak tercampur minyak babi atau minyak lainnya.

RBD Palm Oleia Oil


RBD Palm Oleia Oil yang dihasilkan memiliki pemerian
sebagai berikut : cairan berwarna kuning muda, jernih pada temperatur
ruangan, tidak tengik, tidak tercampur minyak babi atau minyak
lainnya.

RBD Peanut Oil


RBD Peanut Oil yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik,
tidak tercampur minyak babi atau minyak lainnya.

RBD Coconut Oil


RBD Coconut Oil yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik,
tidak bercampur minyak babi atau minyak lainnya.

Bedak Salicyl 2%

Universitas Diponegoro
Semarang
41

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Bedak Salicyl 2% yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : bubuk halus berwarna agak putih.

Marck Body Talk Scarlet


Marck Body Talk Scarlet yang dihasilkan memiliki pemerian
sebagai berikut : bubuk halus berwarna putih, berbau harum yang khas
scarlet.

Marck Body Talk Fressia


Marck Body Talk Fressia yang dihasilkan memiliki pemerian
sebagai berikut : bubuk halus berwarna putih, berbau harum yang khas
fressia.

Marck Bedak Creme


Marck Bedak Creme yang dihasilkan memiliki pemerian
sebagai berikut : bubuk halus berwarna creme, berbau harum yang
khas.

Marck Bedak Rose


Marck Bedak Rose yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : bubuk halus berwarna rose, berbau harum yang khas.

Marck Bedak Putih


Marck Bedak Putih yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : bubuk halus berwarna putih, berbau harum yang khas.

Marck Venus Loose Powder Active 03 Ivory


Marck Venus Loose Powder Active 03 Ivory yang dihasilkan
memiliki pemerian sebagai berikut : powder halus berwarna salem /
kuning langsat, dengan bau harum yang khas.

Marck Venus Loose Powder Active 02 Beige

Universitas Diponegoro
Semarang
42

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Marck Venus Loose Powder Active 02 Beige yang dihasilkan
memiliki pemerian sebagai berikut : powder halus berwarna kuning
kecokelatan, dengan bau harum yang khas.

Marck Venus Loose Powder Active 01 Invisible


Marck Venus Loose Powder Active 01 Invisible yang
dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut : powder halus berwarna
peach / kuning natural, dengan bau harum yang khas.

Marck Venus Loose Powder Dynamic 03 Ivory


Marck Venus Loose Powder Dynamic 03 Ivory yang dihasilkan
memiliki pemerian sebagai berikut : powder halus berwarna salem /
kuning langsat, dengan bau harum yang khas.

Marck Venus Loose Powder Dynamic 02 Beige


Marck Venus Loose Powder Dynamic 02 Beige yang
dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut : powder halus berwarna
kuning kecokelatan, dengan bau harum yang khas.

Marck Venus Loose Powder Dynamic 01 Invisible


Marck Venus Loose Powder Dynamic 01 Invisible yang
dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut : powder halus berwarna
peach / kuning natural, dengan bau yang khas.

Refined Bleached Deodorized (RBD) Castrol Oil


Refined Bleached Deodorized (RBD) Castrol Oil yang
dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut : cairan kental, kuning
muda, tidak berbau, tidak tengik.

Produk Samping
Produk samping yang dihasilkan berupa ampas biji jarak.
Ampas biji jarak memiliki sepsifikasi sebagai berikut :
Warna

: cokelat muda

Universitas Diponegoro
Semarang
43

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Kadar air

: maksimal 11%

Kadar minyak

: 5,5 11%

Kadar Nitrogen

: minimal 5,5%

Kadar P2O5

: 1 1,5%

Kadar Kalium

: 1 4%

Kadar Asam Lemak

: 1 4%

Universitas Diponegoro
Semarang
44

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
BAB III

Pengetahuan Umum Boiler

3.1 Pengertian Boiler


Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air
sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu
kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang
berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air didihkan sampai
menjadi steam, volumenya akan meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga
yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan
peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam, dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan.
Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam
dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan
steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem
bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar
untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan dalam sistem
bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada system [8].
Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam disebut air umpan.
Dua sumber air umpan adalah:
1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali ke proses

Universitas Diponegoro
Semarang
45

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
2. Air make up (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari
luar ruang boiler ke plant proses.
Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer
untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas pada gas buang.
Uap dibagi menjadi 3 jenis yakni:
1. uap jenuh basah (wet saturated steam)
Adalah uap yang masih bercampur atau berhubungan dengan bagian air yang
mempunyai temperatur sama
2. Uap Jenuh kering (dry saturated steam)
Adalah uap yang tidak bercampur atau tidak mengandung bagian air.
3. Uap lewat panas (superheated steam)
Adalah uap yang didapat dari pemanasan lanjut uap jenuh
3.2 Klasifikasi Boiler
Setelah mengetahui proses singkat sistem boiler dan komponen pembentuk
sitem boiler, selanjutnya kita perlu mengetahui jenis-jenis boiler. Berbagai jenis boiler
yang telah berkembang mengikuti kemajuan teknologi dan evaluasi dari produkproduk boiler sebelumnya. Berikut adalah klasifikasi boiler:

Universitas Diponegoro
Semarang
46

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Menurut kontruksi dan cara kerjanya
1. Fire Tube Boiler

Gambar 3.1 fire tube boiler


( Sumber: www.eneryefficienyasia.org )

Cara kerja:
Proses pengapian terjadi di dalam

pipa, kemudian panas yang dihasilkan

dihantarkan langsung kedalam boiler yang berisi air. Besar dan konstruksi boiler
mempengaruhi kapasitas dan tekanan yang dihasilkan boiler tersebut.
Karakteristik:
-

Biasanya digunakan untuk kapasitas steam yang relatif kecil (12.000


kg/jam) dengan tekanan rendah sampai sedang (18 kg/cm2).

Dalam operasinya dapat menggunakan bahan bakar minyak, gas atau bahan
bakar padat.

Untuk alasan ekonomis, sebagian besar fire tube boiler dikonstruksi sebagai
paket boiler (dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan bakar

Universitas Diponegoro
Semarang
47

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
2. Water Tube Boiler

Gambar 3.2 Diagram sederhana Water Tube Boiler


( Sumber: www.eneryefficienyasia.org )
Cara kerja:
Proses pengapian terjadi di luar pipa. Panas yang dihasilkan digunakan untuk
memanaskan pipa yang berisi air. Air umpan itu sebelumnya dikondisikan
terlebih dahulu melalui economizer. Steam yang dihasilkan kemudian
dikumpulkan terlebih dahulu di dalam sebuah steam drum sampai sesuai.
Setelah melalui tahap secondary superheater dan primary superheater, baru
steam dilepaskan ke pipa utama distribusi.
Karakteristik:
-

Tingkat efisiensi panas yang dihasilkan cukup tinggi.

Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan
air. Sehingga air harus dikondisikan terhadap mineral dan kandungankandungan lain yang larut dalam air.

Universitas Diponegoro
Semarang
48

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
-

Boiler ini digunakan untuk kebutuhan tekanan steam yang sangat tinggi
seperti pada pembangkit tenaga.

Kapasitas steam antara 4.500-12.000 kg/jam dengan tekanan sangat tinggi.

Menggunakan bahan bakar minyak dan gas untuk water tube boiler yang
dirakit dari pabrik

Menggunakan bahan bakar padat untuk water tube boiler yang tidak dirakit
di pabrik.

Tabel 3.1 Keuntungan Dan Kerugian Boiler Berdasarkan Tipe Pipa


NO

Tipe boiler

Keuntungan

Kerugian

Proses pemasangan mudah Tekanan

operasi

dan cepat.

untuk

terbatas

steam
tekanan

Tidak membutuhkan setting rendah


khusus
Investasi awal boiler ini Kapasitas steam relatif kecil
murah
1

Fire tube boiler

jika

dibandingkan

dengan

water tube
Bentuknya lebih compact Tempat pembakarannya sulit
dan portabel

dijangkau untuk dibersihkan,


diperbaiki

dan

diperiksa

kondisinya.
Tidak membutuhkan area Nilai

efisiensinya

rendah,

yang besar untuk 1 HP karena banyak energi kalor

Water Tube
Boiler

boiler

yang terbuang

Kapasitas steam besar

Proses konstruksi lebih detail

Tekanan operasi mencapai Investasi awal relatif lebih


100 bar

mahal

Universitas Diponegoro
Semarang
49

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Nilai

efisiensinya

relatif Penanganan air yang masuk

lebih tinggi dari fire tube ke dalam boiler perlu dijaga,


boiler

karena lebih sensitif untuk


sistem ini. Perlu komponen
pendukung untuk hal ini.

Tungku mudah dijangkau Karena


untuk

mampu

melakukan menghasilkan kapasitas dan

pemeriksaan, pembersihan, steam yang lebih besar, maka


dan perbaikan

konstruksinya

membutuhan

area yang lebih luas.

Klasifikasi boiler berdasarkan bahan bakar yang digunakan.


1. Solid fuel
Pemanasan yang terjadi akibat pembakaran antara percampuran bahan bakar
padat (batu bara, baggase, rejected product, sampah kota, kayu) dengan oksigen
dan sumber panas.
Karakteristik:
-

Harga bahan baku relatif lebih murah dari boiler yang menggunakan bahan
bakar cair dan listrik

Nilai efisiensinya lebih baikdari boiler tipe listrik.

2. Oil fuel
Pemanasan yang terjadi akibat pembakaran antara percampuran bahan bakar
cari (solar, IDO, residu, kerosin) dengan oksigen dan sumber panas.
Karakteristik:
-

Harga bahan baku pembakaran paling mahal dibandingkan dengan semua


tipe boiler.

Nilai efisiensinya lebih baik dari boiler berbahan bakar padat dan listrik

Universitas Diponegoro
Semarang
50

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

3. Gaseous Fuel
Pembakaran yang terjadi akibat percampuran bahan bakar gas (LNG) dengan
oksigen dan sumber panas.
Karakteristik:
-

Harga bahan baku pembakaran paling murah dibandingkan semua tipe boiler

Nilai efisiensi lebih baik jika dibandingkan dengan semua tipe boiler

4. Elektrik
Pemanasan yang terjadi akibat sumber listrik yang menyuplai sumber panas.
Karakteristik:
-

Harga bahan baku relatif lebih murah dibandingkan dengan boiler yang
menggunakan bahan bakar cair

Nilai efisiensinya paling rendah dari semua tipe boiler

Tabel 3.2 Keuntungan Dan Kerugian Boiler Berdasarkan Bahan Bakar


No

Tipe boiler

Keuntungan
Bahan

Solid fuel

baku

Kerugian
mudah Sisa

pembakaran

sulit

didapatkan

dibersihkan

Murah konstruksinya

Sulit mendapatkan bahan


baku yang baik

Sisa

pembakaran

tidak Harga bahan baku paling

banyak dan lebih mudah mahal


2

Oil fuel

dibersihkan
Bahan

bakunya

mudah Mahan konstruksinya

didapatkan

Universitas Diponegoro
Semarang
51

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Harga bahan bakar paling Mahal konstruksinya
murah
3

Gaseous fuel

Paling

banyak

nilai Sulit

efisiensinya

didapatkan

bahan

bakunya, harus ada jalur


distribusi

Paling mudah perawatannya

Paling

buruk

nilai

efisiensinya
4

Electric

Mudah konstruksinya dan Temperatur


mudah

pembakaran

didapatkan paling rendah

sumbernya
Klasifikasi Boiler Berdasarkan Kegunaan Boiler
1. Power Boiler
Steam yang dihasilkan boiler ini menggunakan tipe water tube boiler, hasil
steam yang dihasilkan memiliki tekanan dan kapasitas yang besar, sehingga
mampu memutar steam turbin dan menghasilkan listrik dari generator.
Karakteristik:
-

Kegunaan utamanya sebagai penghasil steam untuk pembangkit listrik

Sisa steam digunakan sebagai proses industri.

2. Industrial Boiler
Steam yang dihasilkan boiler ini dapat menggunakan tipe water tube boiler atau
fire tube boiler.
Karakteristik:
-

Kegunaan steam utamanya untuk menjalankan proses industri dan sebagai


tambahan panas.

Steam memiliki kapasitas yang besar dan tekanan yang sedang.

3. Komersial Boiler

Universitas Diponegoro
Semarang
52

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Steam yang dihasilkan boiler ini dapat menggunakan tipe water tube boiler atau
fire tube boiler.
Karakteristik:
-

Kegunaan steam utamanya untuk menjalankan proses operasi komersial.

Steam memiliki kapasitas yang besar dan tekanan rendah.

4. Residential Boiler
Steam yang dihasilkan boiler ini menggunakan boiler tipe fire tube boiler.
Karakteristik:
-

Memiliki tekanan dan kapasitas steam yang rendah

Kegunaan utamanya yaitu sebagai penghasil steam tekanan rendah yang


digunakan untuk perumahan.

5. Heat Recovery Boiler


Steam yang dihasilkan boiler ini menggunakan tipe water tube boiler atau fire
tube boiler.
Karakteristik:
-

Steam yang dihasilkan memiliki tekanan dan kapasitas yang besar

Kagunaan utamanya sebagai penghasil steam dari uap panas yang tidak
terpakai

Hasil steam ini digunakan untuk menjalankan proses industri.

Tabel 3.3 Keuntungan Dan Kerugian Boiler Berdasarkan Kegunaan.


No

Tipe Boiler

Keuntungan

Kerugian

Dapat menghasilkan listrik Konstruksi


1

Power Boiler

awal

relatif

dan sisa steam dapat untuk mahal


menjalankan

proses

industri

Universitas Diponegoro
Semarang
53

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Steam

yang

dihasilkan Perlu

memiliki tekanan tinggi

factor

safety

Penanganan boiler lebih Steam


mudah

diperhatikan

yang dihasilkan

memiliki tekanan rendah.

Industrial Boiler
Konstruksi

awal

relatif

murah
Penanganan boiler lebih Steam
mudah
3

yang

dihasilkan

memiliki tekanan rendah

Commercial Boiler
Konstruksi

awal

relatif

murah
Penanganan boiler lebih Steam
mudah
4

yang

dihasilkan

memiliki tekanan rendah

Residential Boiler
Konstruksi

awal

relatif

murah
Penanganan boiler lebih Steam
5

Heat Recovery
Boiler

mudah
Konstruksi

yang

dihasilkan

memiliki tekanan rendah


awal

relatif

murah

Universitas Diponegoro
Semarang
54

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Klasifikasi Boiler Berdasarkan Konstruksi Boiler


1. Package Boiler
Disebut package boiler karena sudah tersedia sebagai paket yang lengkap
pada saat dikirim ke pabrik. Hanya memerlukan pipa steam, pipa air, suplai
bahan bakar dan sambungan listrik untuk dapat beroperasi. Paket boiler
biasanya merupakan tipe fire tube boiler dengan transfer panas yang tinggi baik
radiasi maupun konveksi.
Ciri-ciri package boiler:
-

Kecilnya ruang pembakaran dan tingginya panas yang dilepas menghasilkan


penguapan yang lebih cepat.

Banyaknya jumlah pipa yang berdiameter kecil membuatnya memiliki


perpindahan panas konvektif yang baik.

Sejumlah lintasan/pass menghasilkan perpindahan panas keseluruhan yang


baik.

Tingkat efisiensi thermisnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan boiler


lainnya.
Boiler tersebut dikelompokkan berdasarkan jumlah pass nya yaitu berapa

kali gas pembakaran melintasi boiler. Ruang pembakaran ditempatkan sebagai


lintasan pertama setelah itu kemudian satu, dua, atau tiga set pipa api. Boiler
yang paling umum dalam kelas ini adalah unit tiga pass dengan dua set fire tube
dan gas buangnya keluar dari belakang boiler.

Universitas Diponegoro
Semarang
55

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.3 Jenis Boiler 3 pass, bahan bakar minyak


( Sumber: www.eneryefficienyasia.org )
2. Site Erected Boiler
Tipe site erected boiler perakitannya biasanya dilakukan ditempat akan
berdirinya boiler tersebut. Pengiriman dilakukan per komponen.
Tabel 3.4 Keuntungan Dan Kerugian Boiler Berdasarkan Konstruksi.
No

Tipe Boiler

Mudah pengirimannya
1

Kerugian

Keuntungan

Package Boiler

Terbatas

tekanan

dan

kapasitas kerjanya
Dibutuhkan waktu

yang Komponen-komponen

Universitas Diponegoro
Semarang
56

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
singkat

untuk boiler

pengoperasian

tergantung

pada

setelah produsen boiler

pengiriman
Site Erected

Boiler

Tekanan

dan

kapasitas Sulit

pengirimannya,

kerjanya dapat disesuaikan memakan biaya yang mahal.


keinginan.
Komponen-komponen
boiler

dapat

Perlu waktu yang cukup

dipadukan lama setelah boiler berdiri,

dengan produsen lain.

setelah proses pengiriman.

Klasifikasi Boiler Berdasarkan Tekanan Kerja Boiler


a. Low pressure boiler

: 5 atm abs

b. Medium pressure boiler

: 5-40 atm

c. High pressure boiler

: 30-225 atm

Tabel 3.5 Keuntungan dan Kerugian Boiler berdasarkan tekanan kerja


No

Tipe Boiler

Keuntungan

Kerugian

Tekanan rendah sehingga Tekanan yang dihasilkan


1

Low Pressure

penanganannya

tidak rendah,

terlalu rumit

tidak

dapat

membangkitkan listrik.

Area yang dibutuhkan


tidak terlalu besar, dan
biaya

konstruksi

tidak

lebih mahal dari high


pressure boiler

Universitas Diponegoro
Semarang
57

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Tekanan yang dihasilkan Tekanan tinggi sehingga
tinggi

sehingga

membangkitkan
2

High Pressure

dapat penanganannya

perlu

listrik diperhatikan

aspek

dan sisanya dapat didaur keselamatannya


ulang

untuk

mengoperasikan

proses

industri
Area

yang

dibutuhkan

besar dan biaya konstruksi


lebih

mahal

dari

low

pressure boiler

3.3 Bagian-Bagian Boiler


3.3.1 Bagian Utama Boiler
Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu
kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya:
1. Burner
Burner adalah tempat bahan bakar dan udara bercampur supaya terjadi pengabutan
dan pembakaran dapat berlangsung sempurna.
Caranya adalah dengan menyemprotkan kedalam ruang dapur melalui mulut-mulut
pembakar atau brander, sedangkan udara dimasukkan lewat sekeliling mulut
pembakar tersebut.
Ada beberapa macam sistem brender tergantung pada sistem pengabutannya ,yaitu
sistem pengabut uap/udara dan sistem pengabut tekan.
Universitas Diponegoro
Semarang
58

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Pada sistem pengabut uap/udara caranya adalah uap/udara dipancarkan melalui
mulut pembakar (brender) dan akibat dari pancaran ini minyak akan terisap.

Gambar 3.4 Sistem Pengabut uap


( Sumber: STEAM its Generation and Use, Babcock & Wilcox, edisi 40.)
Sistem ini sudah jarang digunakan sebab kurang ekonomis, akibat kerugian uap
maupun tenaga untuk menekan udara.
Pada sistem pengabut tekan, minyak langsung ditekan melalui diafragma dan plat
pengabut. Contoh brander dengan sistem pengabut tekan adalah brander buatan
Wallsand dan Babcock & Wilcock.

Universitas Diponegoro
Semarang
59

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.5 Pengabut Buatan Wallsend


( Sumber: STEAM its Generation and Use, Babcock & Wilcox, edisi 40.)

Gambar diatas adalah pengabut buatan wallsend. Jenis pengabut ini mempunyai
diafragma dan plat pengabut yang disambungkan pada badan pembakar oleh mur
tarik. Pada diafragma terdapat 4 buah luban kecil yang miring, sedang plat pengabut
hanya mempunyai sebuah lubang pusat yang kecil garis tengahnya. Minyak tekanan
yang bermuara dikamar minyak akan menyemprot keluar melalui lubang kecil
dengan gerakan berputar dan lintasannya berbentuk mantel kerucut yang menganga.

Gambar 3.6 Pengabut buatan B & W


( Sumber: STEAM its Generation and Use, Babcock & Wilcox, edisi 40.)

Gambar diatas adalah pengabut buatan Babcock & Willcock. Diafragma pengabut
ini mempunyai lubang-lubang yang lurus. Disebelah muka diafragma dibuat saluran
silinder gelang, tempat muara minyak yang keluar dari lubang-lubang diafragma.
Dari saluran selinder ini dibuat 2 buah alur yang mengarah tangensial kepada muara
minyak. Karena kedua alur ini mengalirkan minyak dalam arah tangensial (miring)

Universitas Diponegoro
Semarang
60

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
dimuara A, maka gerak minyak keluar brander mempunyai bentuk mantel kerucut
[6].
2. Furnace
Dapur pembakaran adalah suatu ruangan tempat terjadinya proses pembakaran dari
bahan bakar. Kedudukan dapur pada ketel uap harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar didalam ruang dapur
dapat diserap dengan baik oleh air ketel. Selain itu kerugian panas diruang dapur
harus diusahakan sekecil mungkin .
Pada dasarnya dapur pembakaran dibagi menjadi 2 jenis:
1. Dapur dengan pengapian diatas kisi panggangan (grate fired furnace)
Dapur ini digunakan untuk ketel-ketel yang menggunakan bahan bakar padat,
dimana bahan bakar tersebut dibakar diatas sejumlah kisi-kisi yang mempunyai
celah-celah udara untuk pembakar. Kisi panggangan ini sering disebut rangka
bakar.
2. Dapur dengan pengapian disemburkan (pulverized fuel furnace)
Digunakan untuk ketel-ketel yang menggunakan bahan bakar cair, gas atau
powder, dimana bahan bakar tersebut disuspenskan dan berbentuk nyala
(flame).

Universitas Diponegoro
Semarang
61

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.7 Furnace


( Sumber: www.globalvation.com )
3. Steam Drum
Komponen ini merupakan tempat penampungan air panas dan pembangkitan
steam. Steam masih bersifat jenuh (saturated steam).
Tangki atau drum sering disebut juga badan ketel uap yaitu tempat
beroperasinya ketel uap di dalamnya terdapat instrumen-instrumen yang
menjalankan proses pemindah panas seperti lorong api dan pipa api, dalam badan
ketel inilah sejumlah air ditampung untuk dipanaskan.
4. fan
Force Draft Fan adalah alat untuk mendorong udara yang diperlukan untuk
pembakaran pada boiler yang melalui lorong udara (duct) sebelum bercampur
dengan bahan bakar.
5. Superheater
Superheater adalah alat yang berbentuk heat exchanger dimana panas dari gas
asap (combustion product) digunakan untuk mengeringkan uap jenuh, kemudian
menaikkan temperaturnya. Jalannya penyerapan panas adalah sebagai berikut:
Universitas Diponegoro
Semarang
62

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Gas asap menyerahkan panas pada bidang superheater secara konveksi,
konduksi selanjutnya dari pipa bagian dalam superheater panas dipindahkan secara
konveksi ke uap yang ada dalam pipa tersebut.
Bahan yang digunakan untuk pipa coil adalah dari baja carbon (carbon steel)
untuk suhu 450oC, sedangkan untuk suhu diatas 450oC digunakan baja campuran
(alloy steel).
Susunan coil terhadap gas asap ada bermacam-macam:
a. Counter flow (aliran berlawanan)
b.

Parallel flow (aliran searah)

c. Combine flow (gabungan searah dan lawan arah)

Gambar 3.8 Susunan Coil Superheater


( Sumber: STEAM its Generation and Use, Babcock & Wilcox, edisi 40.)

6. Air Heater

Universitas Diponegoro
Semarang
63

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Udara yang dipergunakan untuk pembakaran sebelum masuk kedalam ruang bakar
terlebih dahulu dilewatkan pada alat yang namanya air heater atau luvo, dimana
tujuannya adalah untuk menaikkan suhu udara pembakaran sehingga dapat
menaikkan effisiensi pembakaran.
Luvo ini biasanya diletakkan dibelakang economizer, sehingga sebagai media
pemanas di luvo adalah gas asap yang keluar dari economizer

Gambar 3.9 Air Heater


( Sumber: STEAM its Generation and Use, Babcock & Wilcox, edisi 40.)

7. Economizer

Universitas Diponegoro
Semarang
64

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Economizer adalah alat yang berbentuk heat exchanger yang digunakan untuk
menaikkan temperatur feed water (air umpan boiler). Sebagai pemanas biasanya digunakan
gas panas yang keluar dari superheater.
Dengan memakai economizer didapat keuntungan :
- Memanfaatkan gas asap (exhaust gas) yang masih mempunyai kalor.
- Menurunkan atau memperkecil perbedaan temperatur antara feed water dan

saturated

steam, dengan demikian tegangan (external stress) yang terdapat didalam ketel dapat
diperkecil sehingga bisa menaikan efisiensi.
Dengan menggunakan economizer, selain untuk menaikkan suhu air umpan ketel
juga dimaksudkan untuk menurunkan suhu gas asap sebab gas asap menyalurkan panasnya
pada air dalam economizer, dimana setiap kenaikan suhu 1oC feed water selalu diikuti
penurunan suhu gas asap sebesar 2-3oC.
Economizer biasanya terbuat dari susunan pipa-pipa yang membentuk heat
exchanger dan terbuat dari besi tuang (cast iron pipe) ataupun terbuat dari pipa baja (steel
tube). Untuk pipa-pipa dari besi, tekanan yang diizinkan adalah sampai 22 atm. Untuk
tekanan yang lebih besar lagi maka digunakan steel tube economizer.
Umumnya economizer dari besi banyak digunakan pada ketel pipa api karena
tekanan yang dihasilkan rendah.
Steel tube yang digunakan sebagai economizer kadang-kadang juga menghasilkan
uap. Apabila economizer yang digunakan juga berfungsi untuk menghasilkan uap maka
disebut steaming economizer.
Pada prakteknya pemanasan feed water dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
1. Pemanasan dengan memanfaatkan gas asap
Alatnya disebut : economizer

Universitas Diponegoro
Semarang
65

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
2. Pemanasan dengan exhaust steam
Uap yang masih mempunyai panas atau kalor disalurkan untuk pemanasan
lagi. Alat yang dipergunakan untuk memanasi feed water dengan exhaust
steam disebut feed water heater.
Feed water heater ada 2 macam:
1. Open type feed waterheater (direct contact)
Disini antara feed water dan exhaust steam terjadi pencampuran. Uap
yang tak mengembun dikeluarkan melalui pipa pernapasan (vent pipe) yang
letaknya diatas.

2.Close type (surface feed water heater)


Disini antara exhaust steam dan feed water tak ada kontak langsung.
Perpindahan panas melalui bidang permanen. Close type water heater
berbentuk selinder dimana dalam selinder terdapat pipa-pipa berisi feed
water.
-

Memperbesar efisiensi ketel karena memperkecil kerugian panas yang


dialami ketel uap.

Universitas Diponegoro
Semarang
66

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.10 economizer


8. Cerobong Asap
Yaitu perangkat dari ketel uap yang berfungsi meneruskan atau membuang
asap sisa reaksi pembakaran yang terjadi di dalam boiler dengan tujuan
menyalurkan gas asap bekas supaya tidak mengotori atau mengganggu lingkungan
sekitar. Di dalam cerobong asap ini terdapat water spray yang fungsinya untuk
menyemprotkan air di dalam cerobong supaya abu dari sisa pembakaran jatuh ke
bawah dan mengalir ke bak sedimen.

Gambar 3.11 Cerobong Asap

3.3.2 Alat Bantu Ketel Uap

Universitas Diponegoro
Semarang
67

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Appendages adalah alat-alat perlengkapan ketel uap/boiler yang dapat bekerja
sendiri dan dipasang dengan maksud untuk menjamin agat ketel uap/boiler dapat
bekerja dengan aman. Adapun yang termasuk alat bantu ketel uap sebagai berikut:
1. Gelas Penduga
Gelas penduga adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui ketinggian
permukaan air dalam pesawat ketel uap. Pemasangan gelas penduga pada pesawat
ketel uap sekurang-kurangnya 2 buah

Gambar 3.12 Gelas Penduga


2. Pengukur level air (water level gauge)
Level air pada drum ketel biasanya dipertahankan pada kondisi sedikit
dibawah garis tengah drum. Level yang tinggi dapat menyebabkan air memasuki
turbin sehingga menimbulkan kerusakan yang serius serta valve-valve pada sistem

Universitas Diponegoro
Semarang
68

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
pipa uap akan menderita kerusakan pula.Sebaliknya bila air terlalu rendah (kosong)
kerusakan pada ketel (pipa) dapat terjadi.
3. Katup Pengaman (Safety Valve)
Katup pengaman mempunyai fungsi untuk menjaga tekanan kerja ketel uap
agar tidak melebihi tekanan maksimum.
Katup pengaman ini akan bekerja dengan sendirinya apabila terjadi kelebihan
tekanan kerja yaitu uap akan dikeluarkan sehingga ketel bekerja sesuai dengan
tekanan yang diinginkan. Namun apabila melebihi tekanan maksimal dan katup ini
tidak berfungsi maka akan menyebabkan peledakan.

Gambar 3.13 Safety valve


4. Relief Valve
Relief valve dapat digolongkan sebagai pengaman seperti halnya safety valve
tapi relief valve ini berfungsi sebagai pembatas atau pengaman tekanan maksimal
pada daerah kerja zat cair/liquid. Penggunaan pengaman relief valve ini ditempatkan
pada daerah sebagai berikut:

Universitas Diponegoro
Semarang
69

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
-

Header reheat/HP bypass spray water

Header auxiliary steam spray

Ignitor oil level header

Heavy fuel oil level header

5. Pneumatic Valve
Pneumatic valve sebagaimana juga safety valve berfungsi sebagai pengaman
tekanan uap lebih pada boiler hanya dilengkapi dengan alat sensor tekanan yang
disampaikan melalui signal elektronik ke elektro mekanik untuk membuka pilot
valve.

6. Pengaman Boiler Drum Level


Berfungsi untuk mengontrol tinggi rendahnya permukaan air pada boiler drum
sebagai pengaman terjadinya boiler drum level high trip dan boiler drum level
low trip. Adapun alasan pengamanan terjadinya boiler drum level high trip
adalah mengamankan boiler drum dari terjadinya carry over di drum yang akan
mengakibatkan deposit pada area superheater dan sudu turbin. Deposit akan
menghambat heat transfer pada superheater yang mengakibatkan overheating pada
tube superheater dan pada sudu turbin akan mengakibatkan terjadinya unbalance
dan vibrasi pada turbin. Sedangkan kondisi boiler drum level low trip dapat
mengakibatkan terganggunya sirkulasi alami yang akan berakibat overheating di
steam drum dan produksi uap terhambat.
7. Pengaman Boiler Furnace
Berfungsi untuk mengontrol tekanan ruang bakar/boiler sebagai pengaman
terjadinya:
- Furnace pressure
- Furnace draft

Universitas Diponegoro
Semarang
70

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Sehubungan dengan tipe boiler dengan desain balance draft dimana desain
pressure yang diizinkan -10mmWg, hal ini untuk menjamin kestabilan proses
pembakaran. Transportasi bahan bakar ke ruang bakar dan proses pengeluaran abu
dari dalam ruang bakar menuju alat penangkap debu dan lain-lain. Bila batasan
pengamanan terlampaui dan menyimpang maka proses diatas akan terganggu.
Hal-hal yang harus dijaga untuk menghindari kondisi diatas adalah dengan
cara:
1)

Periksa level water seal through pada bottom hopper boiler harus berada pada
posisi diatas normal level. Periksa LCV an bypass valve water supplynya.

2)

Periksa kondisi manhole boiler sebelum startup boiler harus pada kondisi
tertutup termasuk desorvation door.

3)

Level air pada SDCC boiler bottom kondisi normal.

8. Pengaman Boiler Main Steam Temperature


Fungsinya adalah mengontrol tinggi temperatur uap utama keluar superheater
tingkat ke 2 sebagai pengaman terjadinya temperatur uap utama melebihi batas
desain yang diijinkan.
Pengamanan ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya thermal stress
pada suatu turbin tingkat pertama akibat perbedaan temperatur terlalu tinggi antara
temperatur uap utama yang masuk dengan temperatur metal pada sudu turbin.
Selain itu untuk menghindari terjadinya kelelahan bahan pada tube superheater
akibat temperatur uap yang melebihi kemampuan maksimum tube-tube superheater.

9. Pengaman Total Air Flow


Berfungsi untuk mengamankan jumlah total udara yang masuk ke
windbox/ruang bakar pada saat proses pembilasan (purge) boiler. Pada saat startup

Universitas Diponegoro
Semarang
71

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
boiler dan normal operasi harus memenuhi jumlah total flow lebih besar daripada
minimal (30% saat purge boiler).
Pada saat pembilasan boiler kita mengharapkan seluruh gas-gas sisa
pembakaran yang terakumulasi dalam ruang bakar dan saluran-saluran gas buang
dapat didorong/dikeluarkan oleh udara sejumlah 30% atau kira-kira 600 ton/jam
dibuang ke udara luar minimal gas-gas sisa pembakaran bersih dalam waktu 3 menit
(desain) kemudian pengamanan pada saat startup dan normal operasi toral udara ini
memegang peranan sebagai udara pembakaran (combustion air) jadi pabila total
udara pembakaran minimal 30% maka jumlah perbandingan antara udara dan bahan
bakar tidak akan sempurna dengan pasti kita mengkhawatirkan akan terjadinya
kegagalan penyalaan yang berulang-ulang dan salah satu penyebab combusable in
flue gas.

10. Pengaman Instrument Air Pressure Header


Udara instrumen adalah sebagai kebutuhan utama dalam sistem kontrol
pneumatic PLTU. Pasokan udara instrumen harus betul-betul terjaga dan sangat
spesial mengingat sumber tenaga seluruh kontrol boiler turbin dan alat bantunya
terletak pada keandalan supply udara instrumen yang kontinyu dan tetap pada
tekanan kerjanya.
Mengingat keutamaan dan fungsi udara instrumen sebagai sumber tenaga bagi
seluruh kontrol boiler turbin dan alat bantunya maka apabila terjadi tekanan udara
turun dibawah titik kerjanya hal ini akan mengakibatkan seluruh fungsi kontrol
pneumatic terhenti dan akan melumpuhkan kegiatan operasi boiler dan turbin.
Antisipasi pada saat terjadinya gangguan udara instrumen pressure low alarm
diantaranya:
-

Segera buka backup valve SAC menuju header udara instrumen.

Segera periksa kondisi kompresor udara instrumen dan proses supplynya.

Universitas Diponegoro
Semarang
72

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
-

Lokalisir kemungkinan terjadinya kebocoran udara instrumen pada seluruh


line.

Lokalisir kemungkinan ada valve drain/vent udata yang terbuka.

11. Pengaman Scanner Cool Pressure


Fungsinya adalah untuk mengamankan sistem pendingin pada scanner sensor
flame. Pentingnya deteksi nyala api pada suatu boiler untuk meyakinkan adanya
pembakaran, sehingga tidak akan terjadi penumpukan bahan bakar akibat kegagalan
penyalaan api. Pendeteksi nyala api diamankan dari panasnya area ruang bakar
dengan jalan memberikan pendinginan berupa perapat udara bertekanan pada
seluruh permukaan alat pendeteksi api tersebut.
Terganggunya sistem pendinginan ini akan mengakibatkan melting point pada
alat pendeteksi nyala api karena terjadi kontak langsung antara alat dengan
panasnya api yang dideteksi kerusakan. Pendeteksi api/scanner akan memberi
isyarat pada burner-burner yang sedang beroperasi untuk trip sehingga boiler akan
trip.
Apabila terjadi flame scanner blower discharge pressure low alarm lakukan
hal seperti dibawah ini:
-

Periksa select auto start scanner blower yang standby pada posisi auto.

Periksa saringan/filter udara blower inlet kemungkinan kotor.

Periksa kemungkinan kebocoran pada line joint

12. Katup Uap Induk


Katup ini berfungsi untuk mengalirkan uap hasil dari pesawat ketel uap. Katup
ini diletakkan tepat di atas tangki ketel. Pengaturan kapasitas uap yang disalurkan
dapat dilakukan dengan mengatur kran katup uap induk.

Universitas Diponegoro
Semarang
73

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.14 Katup Uap Induk

13. Manometer
Manometer ini digunakan sebagai alat untuk menunjukkan tekanan uap pada
ketel uap. Pemasangan manometer ini ditujukan agar besar kecilnya tekanan di
dalam ketel uap dapat diketahui sehingga memudahkan untuk mengontrolnya.
Penempatan manometer adalah pada bagian dimana uap hampir tidak mengalir,
kebanyakan manometer yang dipasang adalah manometer bourdon.

Gambar 3.15 Manometer


14. Soot Blower

Universitas Diponegoro
Semarang
74

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Pipa-pipa ketel dan permukaan bidang perpindahan panas dapat menjadi kotor
oleh akumulasi jelaga dan abu terbang (fly-ash). Karena ia menjadi sebuah isolator,
maka perpindahan panas dapat terganggu. Oleh karena itu perlu dibersihkan dengan
Soot blower.
Soot blower adalah alat yang dipergunakan untuk membersihkan permukaan
bidang-bidang pemanas dengan mempergunakan uap atau udara sebagai media
penghembus jelaga.

15. Katup Buang (Blow Down Valve)


Katup buang adalah katup untuk membuang segala kotoran-kotoran yang
mengendap pada dasar tangki, endapan ini apabila tidak dibersihkan atau dibuang
maka akan menyebabkan aliran buntu dan akhirmya membahayakan boiler tersebut.
Katup ini juga berfungsi untuk membuang sebagian air dari dalam ketel karena
permukaan terlalu tinggi. Permukaan air yang terlalu tinggi menyebabkan uap yang
dihasilkan terlalu banyak mengandung air.

Universitas Diponegoro
Semarang
75

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Gambar 3.16 Blow Down Valve
16. Lubang Laluan Orang (Man Hole) dan Lubang Tangan (Hand Hole)
Man hole adalah suatu lubang laluan orang dengan ukuran tubuh manusia
berfungsi untuk memeriksa bagian dalam ketel dengan cara masuk ke dalam ketel
dan melihat bagian dalam ketel. Man hole ini dibuka hanya pada saat boiler ini tidak
beroperasi atau overhaule.
Sedangkan handhole berfungsi untuk memeriksa bagian dalam ketel dengan
cara meraba melalui luar ketel. Letak dari manhole biasanya di atas dari badan ketel
dan hand hole terletak pada bagian samping badan ketel.
17. Tanda Bahaya/Peluit Bahaya
Peluit ini terisi oleh udara yang ditekan air. Jika level air rendah sehingga
pipa tidak terendam air, uap akan memasuki pipa sampai ketabung peluit. Sumbat
akan menjadi panas dan melebur sehingga peluit akan berbunyi. Setiap kali sumbat
melebur, harus diganti dengan sumbat yang baru.
3.3.3 Perlengkapan Elektronik Boiler
Pada sebuah boiler kegunaan dari sistem elektronik sangatlah penting sekali
karena sebuah boiler tidak akan beroperasi bila tidak ada sistem elektroniknya.
Instrumen elektronik yang ada pada boiler digunakan untuk sistem kontrol operasional
boiler. Sistem kontrol pada boiler dengan pola elektrik diantaranya:
1. Sensor
Sensor adalah instrument untuk memberi informasi bahwa kondisi yang kita
inginkan telah tercapai dan sekaligus menginstruksikan agar sistem itu bekerja.
Macam-macam sensor yang ada pada boiler diantaranya: Floater switch, elektrik

Universitas Diponegoro
Semarang
76

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
floater switch, foto elektrik floater switch, sensor temperatur dan thermostat,
pressure controller, dan flame detector.
2. Monitor
Monitor adalah alat pemantau kondisi suatu proses karena dengan indera
manusia tidak dapat mengetahui kondisi tersebut. Pada ketel uap, lingkup kerja
monitor diantaranya: memonitor tinggi permukaan air, monitor aliran, monitor
tekanan, monitor suhu, monitor fungsi instrumen, monitor peringatan fungsi
kerusakan sistem dan monitor langkah kerja.
3. Actuator/Servo Motor
Adalah alat gerak yang berfungsi untuk mengerjakan instruksi dan sumber
gerak untuk alat lain. Jenis actuator ini diantaranya: actuator elektro magnetic,
actuator motor listrik, dan actuator tenaga angin.
4. Kontaktor
Adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari satu jaringan
ke jaringan yang lain.
5. Recorder
Adalah instrumen yang digunakan untuk mengetahui debit yang mengalir
pada suatu saluran, hal ini sangat dibutuhkan guna mengetahui efisiensi dan biaya
produksi. Macam dari recorder ini diantaranya: flow rate recorder, flow recorder
jarak jauh, temperatur jarak jauh, dan recorder terpadu.
6. Vacum flame
Adalah alat yang berfungsi untuk mensensor rangkaian api yang ada di ruang
bakar.
7. Timer/Program Relay
Yaitu komponen yang mengatur sequence operasi instrument lainnya sesuai
dengan rangsangan yang diterima.
8. Safety Relay

Universitas Diponegoro
Semarang
77

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Safety relay ini berupa 2 buah kontak relay yang bekerja memutuskan atau
menghubungkan 2 buah terminal bila waktu kerja relay terlampaui yang dapat
disebut dengan pembatas waktu kerja.
9. Power Supply
Power supply ini berfungsi untuk menyesuaikan tegangan listrik untuk
mengerjakan peralatan lainnya.

3.3.4 Perlengkapan Boiler Lainnya


1. Blower
Adalah instrument yang berbentuk kipas yang digunakan untuk menghasilkan
udara yang bertekanan dari motor listrik juga berfungsi sebagai penghisap udara
luar sebagai udara pembakaran yang diteruskan ke dalam ruang bakar boiler sebagai
penekan bahan bakar yang telah membara sehingga pembakaran berlangsung
dengan cepat.
2. Header
Adalah sebuah tabung atau pipa yang digunakan untuk terminal uap hasil dari
ketel uap yang kemudian dari header ini uap akan dibagi ke bagian-bagian yang
memerlukan dengan melakukan pengaturan tekanan yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Thermometer
Thermometer ini digunakan untuk mengetahui temperatur pada air pengisi
ketel uap yang dihasilkan, temperatur asap keluar cerobong, temperatur ruang bakar
dan lain sebagainya.
4. Pompa Air

Universitas Diponegoro
Semarang
78

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Pompa air ini digunakan untuk menaikkan air pengisi dari tangki cadangan
yang berada di sisi yang airnya berasal dari tangki induk bila terjadi keterlambatan
pengisian air umpan dari tangki induk.
5. Safety Test
Adalah suatu bejana/tabung yang akan dipanaskan pada boiler yang sesuai
dengan tekanan pada ketel uap yang baru di overhaule. Masih normalkah dan
masih amankah safety valve itu digunakan untuk operasi lagi.
Prinsip Kerja Boiler
Bagan Boiler seperti yang ditunjukkan pada gambar .

Gambar 3.17 Bagan Boiler

Universitas Diponegoro
Semarang
79

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
(sumber: http://oneimagic.blogspot.com )
Air yang ada didalam boiler dipanasi oleh kalor hasil reaksi pembakaran di furnace.
Uap jenuh yang dihasilkan boiler dipanaskan lebih lanjut pada superheater untuk
menghasilan uap superheated. Sebagai pemanas disuperheater adalah gas panas dari boiler
yang masih tinggi suhunya. Gas panas yang keluar dari superheater karena masih tinggi
suhunya maka dimanfaatkan lagi sebagai pemanas air umpan boiler (BFW) di alat yang
namanya economizer. BFW yang sudah dipanaskan dalam economizer ini kemudian baru
dimasukkan ke boiler.
Gas panas yang keluar economizer kemudian dipakai untuk pemanasan udara di air
heater (luvo) untuk selanjutnya dibuang melalui cerobong sebagai gas buang (flue gas/ gas
buang).
Udara panas hasil pemanasan di air heater selanjutnya dipakai sebagai udara
pembakaran dan bersama bahan bakar masuk dapur (furnace) untuk menghasilkan gas
pembakaran yang panas.

3.4 Pengoperasian Ketel Uap


Pada umumnya setiap mesin yang diproduksi oleh pabrik selalu dilengkapi
dengan handbook/ buku petunjuk cara pemasangan, perawatan dan pengoperasiannya.
Begitu juga dengan ketel uap yang ada di PT. KIMIA FARMA Unit Manfaktur
Semarang terdapat buku petunjuk tentang spesifikasi pengoperasian, perawatan,
pemasangan dan lain-lain.
Secara garis besar penulis akan menjelaskan pengoperasian boiler berdasarkan
petunjuk yang ada dari buku petunjuk dan penjelasan dari operator, diantaranya:

Universitas Diponegoro
Semarang
80

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Ketentuan Umum
Sebelum mengoperasikan boiler ada beberapa hal yang harus diperhatikan
demi kelancaran dan keselamatan kerja, diantaranya:
-

Tekanan ketel uap maksimum yang dijinkan

Tekanan uap yang diperlukan

Kapasitas produksi uap maksimum

Luas pemanasan boiler

Pemeriksaan visual pada bagian luar dan dalam

Hydrostatis test atau pamadatan dengan air dingin

Percobaan alat perlengkapan dan pengaman

Mengecek ulang gambar konstruksi dengan pesawat uapnya

Percobaan jalan atau pemanasan

Steam test atau uji dengan uap

Prosedur Operasional Boiler


Sebelum mengoperasikan boiler hal yang harus diperhatikan oleh seorang
operator adalah:
1. Ketel uap tersebut sudah diperiksa oleh tim K-3 atau ahli K-3 bidang uap dengan
nilai baik.
2. Alat-alat perlengkapan dan pengamannya sudah terpasang dengan baik dan telah
dicoba serta dapat bekerja sebagaimana mestinya dan khusus manometer harus
dikalibrasi lebih dahulu untuk menentukan nilainya.
3. Instalasi pipa-pipa air, pipa buang harus dalam kondisi baik. Jangan sampai bocor
atau kerusakan lainnya.

Universitas Diponegoro
Semarang
81

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
4. Diadakan pengecekan instalasi listrik pada tahanan isolasinya dan panel sampai
instrument-instrumennya, juga dengan sambungan kabel diperhatikan bilamana
kendor.
5. Persediaan air pengisi ketel uap harus memadai sesuai dengan kapasitas produksi
uapnya dan kondisi uap harus memenuhi syarat.
6. Bahan bakar harus tersedia cukup
7. Kondisi ketel uap agar di cek ulang kembali tentang lubang-lubang laluan orang dan
sebagainya.
8. Selanjutnya ketel diisi dengan air sebatas normal water leave dan dalam pengisian
air ini keran udara harus dalam keadaan terbuka dengan tujuan agar udara di dalam
ketel uap keluar dengan desakan air itu.
9. Cek kembali semua kran yang menghubungkan indicator tekanan atau manometer,
gelas penduga, dan kondisi stop pada kran blow down dan keran induk uap keluar.

Prosedur stop boiler


Pada waktu mematikan boiler operator tidak boleh langsung mematikan begitu saja
tanpa produksi yang benar. Tujuannya untuk menghindari kerusakan atau kecelakaan ketel
dan peralatannya. Berikut ini urutan prosedur mematikan boiler yang benar, diantaranya :
1. Matikan pembakaran bahan bakar secara bertahap
2. Turunkan beban secara bertahap sampai dengan tekanan yang diinginkan
3. Aturlah udara tarik atau tekan di dalam cerobong agar penginginan tidak mendadak
4. Jaga water level dalam keadaan normal
5. Tutup stop valve atau main valve secara perlahan
6. Jika tekanan ketel mencapai 1 kg/cm2

maka bukalah venting valve untuk

menghindari kevakuman didalam ketel

Universitas Diponegoro
Semarang
82

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
7. Tutup atau matikan aliran bahan bakar yang menuju ruang bakar
8. Yakinkan semua peralatan ketel telah aman atau sudah dalam keadaan tidak
bekerja.

Tabel 3.6 Beberapa kerusakan boiler dan cara mengatasinya


A. Air Ketel
Permasalahan

Analisa Sebab

Pompa air pengisi

1. Pompa rusak

tidak mau jalan

2. Arus listrik
terhambat
3. Elektroda
otomatis pompa

Solusi
1. Perbaiki oleh
petugas yang di
tunjuk
2. Bersihkan dari
kerak

tertutup kerak
Pompa bekerja

1. Sudut pompa

tetapi air masuk

mulai aus.

sedikit dan lamban 2. Pipa pengisi


menyempit oleh
kerak
3. Air dalam
tandon sedikit

Upaya / Perawatan
1. Perawatan instalasi
listrik secara berkala
2. Jaga kondisi kesadahan
air ketel tetap rendah
3. Diadakan perawatan
ringan secara berkala

1. Perbaiki pompa 1. Pengoperasian pompa


2. Pipa pengisi
dibersihkan dari
kerak
3. Isi segera air
dalam tandon

secara bergantian
2. Jaga kondisi kekerasan
air ketel
3. Diadakan perawatan
ringan secara berkala
4. Buat tanda yang mudah
dilihat bila air tandon
habis
5. Buat instalasi otomatis
isi dan stop pompa pada
tandon

Universitas Diponegoro
Semarang
83

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Pompa bekerja

Pipa penghubung

Dicoba drain

Rencanakan

tapi kedudukan air

bawah gelas

dibuka atau

pembersihan/bongkar pada

dalam gelas

pedoman dengan

ditutup agar

saat overhoule berkala

penduga masih

badan ketel

kotoran dalam

pada saat operasi sering

diatas batas

tersumbat kerak

pipa penghubung

dicoba drain dibuka /

bawah hilang

ditutup

normal

B. Pembakaran
Permasalah

Analisa Sebab

Solusi

Lorong api peti

Pembakaran bahan 1. Perbaiki burner

nyala dan pipa api

bakar kurang

banyak jelaga atau

sempurna

debu

/ noxxle
2. Temperatur
minyak bakar
rendah
3. stel pengapian
dan lihat
cerobong asap

Upaya / Perawatan
1. Perawatan burner
secara berkala sesuai
petunjuk
2. Temperatur minyak
bakar yang akan
masuk sumber dijaga
sesuai petunjuk
3. Lakukan pembersihan
pada lorong dan pipa
api setelah bekerja
selama 300-400 jam

Tabel 3.7 Beberapa permasalahan pada boiler yang dapat diatasi dengan pengolahan air
umpan boiler
Masalah

Tekanan

Kerak

Tekanan rendah

Fenomena
Pembentukan kerak oleh
komponen kesadahan

penyebab
Mutu air buruk dan resin
penukar ion kotor

Universitas Diponegoro
Semarang
84

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Pecahnya pipa penguapan

Tekanan sedangtinggi

Tekanan rendah

Korosi

Tekanan sedang

Tekanan rendah
Carry over

Tekanan sedang

Deposit oksida metal


seperti oksida besi pada
daerah yang mendapat
beban panas tinggi

Korosi pada permukaan


pemanas, pipa air umpan,
serta kondensat karena
adanya pengaruh gas (O2,
dan CO2)
Deposit hasil korosi akibat
dari penumpukan oksida
metal pada permukaan
pemanas

Kondisi jelek dan


ketidaksempurnaan control
pelunakan air
Control operasi boiler tidak
sempurna
Mutu air buruk
Kontaminasi oleh hidrat
metal seperti Al(OH)3
Korosi terbawa air umpan
dan aliran kondensat ke
dalam boiler
Pengaruh pH dan
penyerapan O2 tidak sesuai

Pengembalian kondensat
yang mengandung hasil
korosi
Korosi selama masa
perbaikan
Korosi pada permukaan
Hasil korosi dalam air
pemanasa karena
umpan dan pipa kondensat
penumpukan oksida hidrat terbawa dalam boiler
metal
Korosi karena kaustik
Pengaturan pH dan
penyerapan O2 tidak
sempurna
Korosi pada pipa
Korosi selama masa
kondensat dan pipa umpan perbaikan
karena gas terlarut
Kamurnian uap air turun
Perubahan beban boiler
yang mendadak
Mempengaruhi mutu
Ketidaksempurnaan cara
produksi pabrik
kerja pemisah uap dan
system pengendali air
umpan
Terjadinya peledakan pipa Tidak normalnya mutu air
superheater
terutama karena silica
Pembentukan kerak pada
Zat padat tersuspensi dan

Universitas Diponegoro
Semarang
85

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
turbin dan berkurangnya
efisiensi turbin

hidrat metal terbawa ke


boiler yang disebabkan
karena ketidak sempurnaan
air umpan boiler
Beban boiler yang berubah
mendadak
Kontaminasi air boiler oleh
produksi hasil proses

Scale (pengapuran)
Adalah timbulnya endapan zat-zat yang terlarut dalam air. Penyebabnya adalah Kandungan
kalsium pospat, dan kalsium karbonat (terutama pada boiler bertekanan rendah) serta
kandungan magnesium hidroksida, silica dan alumina.

Gambar 3.18 scale (pengapuran)


(sumber: www.lenntech.com )
Tabel 3.8 besarnya ketebalan scale dan kenaikan konsumsi bahan bakar yang terjadi
akibat scale

Universitas Diponegoro
Semarang
86

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Thickness of scale

Increases in fuel consumption due to this


scale

1/2 mm

2%

1 mm

4%

2 mm

6%

4 mm (1/8 ")

10 %

8 mm (1/4")

20 %

16 mm (1/2 ")

40 %

30 mm (1")

80 %
Sumber : www.hacschem.com

Akibat dari scale adalah


- Efisiensi boiler menurun
- Konsumsi bahan bakar meningkat
- Terjadinya kegagalan tabung (failure tube)

Gambar 3. 19 failure tube


( sumber: www.met-tech.com )
Korosi

Universitas Diponegoro
Semarang
87

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Korosi adalah kerak yang terjadi akibat gas-gas yang terlarut dalam air terutama
oksigen (O2)
Reaksi yang terjadi adalah:
Anode :
Fe

Fe2+ + 2e

Katode :
H2O + 1/2O2 + 2e

2OH

Dalam air :
Fe2+ + 2OH -

Fe(OH)2

4Fe(OH)2 + O2 + 2H2O

4Fe(OH)3

Akibat yang terjadi karena adanya korosi adalah:


-

Oksigen terlarut menyebabkan timbulnya hematite (red rust)

Chloride stress corrosion dan Transgraular cracking akan terjadi pada bahan
stainless steel

Jika dalam air terdapat deposit yang dapat menghasilkan ion hidroksil, dapat
menyebabkan caustic stress corrosion

Apabila air mengandung ion hidrogen berlebih, dapat menghasilkan gas


methane yang dapat merusak tube

Carry over
Carry over adalah terikutnya butiran air dalam steam yang keluar dari drum boiler.
Ada 2 jenis carry over
1. Carry over mekanis (mechanical carry over)
Terikutnya butiran air dalam steam yang keluar dari drum boiler
Penyebabnya:

Universitas Diponegoro
Semarang
88

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
rancangan yang buruk, kerusakan, atau pemasangan drum moisture
separator yang salah

Pengendalian level air dalam drum yang jelek, perubahan tekanan (atau
beban) yang sangat cepat

2. Vaporous carry over


Penguapan impurities yang bersifat volatile pada air boiler
Tabel 3.9 Limit impurities pada air boiler untuk meminimalisasi Vaporous Carry
Over menurut ASME
Boiler Water

Drum
Pressure
(psig)

Total Silica (ppm

Specific Alkalinity

Conductances

SiO2)

(ppm CaCO3)

(micromhos/cm)

0 - 300

150

700

7000

301 - 450

90

600

6000

451 - 600

40

500

5000

601 - 750

30

400

4000

750 - 900

20

300

3000

901 - 1000

200

2000

1001 - 1500

150

1501 - 2000

100
Sumber : www.hacschem.com

3.5 Pengolahan Air Umpan Boiler


Pengolahan air umpan boiler mutlak diperlukan untuk menjamin agar uap yang
dihasilkan nantinya berkualitas. Persyaratan ait umpan boiler yang baik antara
lain:

Universitas Diponegoro
Semarang
89

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Bebas dari zat-zat penyebab kerak, terutama kesadahannya dan silica


serta suhu tinggi.

Bebas dari zat-zat penyebab korosi, terutama air umpan yang


mengandung asam dan gas-gas terlarut

Bebas dari zat penyebab busa dan zat padat ikutan, selain itu juga bebas
dari minyak dan lemak.

Ada beberapa tujuan pengolahan air umpan boiler yaitu:

Mencegah kehilangan energi

Menjaga kestabilan konsumsi bahan bakar boiler

Mencegah kerusakan boiler

Menjaga kemurnian steam

Mendapatkan heat transfer optimum]

Menghemat biaya pemeliharaan boiler

Pengolahan air umpan boiler dibagi menjadi dua yaitu pengolahan air internal
dan pengolahan air eksternal.
3.5.1 Pengolahan Air Internal
Pengolahan air internal adalah penambahan bahan kimia ke boiler untuk
mencegah pembentukan kerak. Senyawa pembentuk kerak diubah menjadi
lumpur yang mengalir bebas, yang dapat dibuang dengan blowdown. Metode ini
terbatas pada boiler dimana air umpan mengandung garam sadah yang rendah,
dengan tekanan rendah, kandungan TDS tinggi dalam boiler dapat ditoleransi,
dan jika jumlah airnya sedikit. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka laju
blowdown yang tinggi diperlukan untuk membuang lumpur. Hal tersebut
menjadi tidak ekonomis sehubungan dengan kehilangan air dan panas.

Universitas Diponegoro
Semarang
90

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Jenis sumber air yang berbeda memerlukan bahan kimia yang berbeda
pula. Senyawa seperti sodium karbonat, sodium aluminat, sodium fosfat,
sodium sulfit, dan senyawa organic dan anorganik seluruhnya dapat digunakan
untuk maksud ini. Untuk setiap kondisi air diperlukan bahan kimia tertentu.
Harus dikonsultasikan dengan seorang spesialis dalam menentukan bahan kimia
yang paling cocok untuk digunakan pada setiap kasus. Pengolahan air hanya
dengan pengolahan internal tidak direkomendasikan.
3.5.2

Pengolahan Air Eksternal


Pengolahan eksternal digunakan untuk membuang padatan tersuspensi,
padatan terlarut (terutama ion kalsium dan magnesium yang merupakan
penyebab utama pembentukan kerak) dan gas-gas terlarut (oksigen dan
karbondioksida)
Proses perlakuan eksternal yang ada adalah:
a. Pertukaran ion
b. De-aerasi (mekanis dan kimia)
c. Osmosis balik
d. Koagulasi
e. filtrasi
Sebelum digunakan cara diatas, perlu untuk membuang padatan dan
warna dari bahan baku air, sebab bahan tersebut dapat mengotori resin yang
digunakan pada bagian pengolahan selanjutnya.
Metode pengolahan awal adalah sedimentasi dalam tangki pengendapan
atau pengendapan dalam clarifiers dengan bantuan koagulan dan flokulan.
Penyaring pasir bertekanan, dengan aerasi untuk menghilangkan karbondioksida

Universitas Diponegoro
Semarang
91

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
dan besi, dapat digunakan untuk menghilangkan garam-garam logam dari air
sumur.
Tahap pertama pengolaha adalah menghilangkan garam sadah dan
garam non sadah. Penghilangan hanya garam sadah disebut pelunakan,
sedangkan penghilangan total garam dari larutan disebut penghilangan mineral
atau demineralisasi.
Proses pengolahan air eksternal antara lain:
a. Proses Pertukaran Ion (Plant Pelunakan)
Pada proses pertukaran ion, kesadahan dihilangkan dengan
melewatkan air pada bed zeolit alam atau resin sintetik dan tanpa
pembentukan endapan. Jenis paling sederhana adalah pertukaran basa
dimana ion kalsium dan magnesium ditukar dengan ion sodium. Setelah
jenuh, dilakukan regenerasi dengan sodium klorida. Garam sodium mudah
larut, tidak membentuk kerak dalam boiler. Dikarenakan penukar basa hanya
menggantikan kalsium dan magnesium dengan sodium, maka tidak
mengurangi kandungan TDS, dan besarnya blowdown. Penukar basa ini
juga tidak menurunkan alkalinya.
Reaksi pelunakan:
Na2R + Ca(HCO3) CaR + 2 Na(HCO3)
Reaksi regenerasi
CaR + 2 NaCl Na2R + CaCl2

Universitas Diponegoro
Semarang
92

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.18 proses pertukaran ion


(sumber: www.homecents.com )

b. Deaerasi
Dalam de-aerasi, gas terlarut seperti oksigen dan karbondioksida
dibuang dengan pemanasan awal air umpan masuk ke boiler. Seluruh air
alam mengandung gas terlarut dalam larutannya. Gas-gas tertentu seperti
karbondioksida dan oksigen sangat meningkatkan korosi. Bila dipanaskan
dalam sistem boiler, karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) dilepaskan
sebagai gas dan bergabung dengan air (H2O) membentuk asam karbonat
(H2CO3).
Penghilangan oksigen, karbondioksida dan gas lain yang tidak dapat
terembunkan dari air umpan boiler sangat penting bagi umur peralatan boiler
dan juga keamanan operasi. Asam karbonat mengkorosi logam menurunkan
umur peralatan dan pemipaan. Asam ini juga melarutkan besi (Fe) yang jika
kembali ke boiler akan mengalami pengendapan dan menyebabkan
terjadinya pembentukan kerak pada boiler dan pipa. Kerak ini tidak hanya

Universitas Diponegoro
Semarang
93

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
berperan dalam penurunan umur peralatan tapi juga meningkatkan jumlah
energi yang diperlukan untuk mencapai perpindahan panas [8].
De-aerasi dapat dilakukan dengan de-aerasi mekanis dan de-aerasi
kimiawi, atau juga dua-duanya.

De-aerasi mekanis
De-aerasi mekanis untuk menghilangkan gas terlarut digunakan

sebelum penambahan bahan kimia untuk oksigen. De-aerasi mekanis


didasarkan pada hukum fisika Charles dan Henry. Secara ringkas, hukum
tersebut

menyatakan

menyatan

bahwa

penghilangan

oksigen

dan

karbondioksida dapat disempurnakan dengan pemanasan air umpan boiler


yang akan menurunkan konsentrasi oksigen dan karbondioksida di sekitar
atmosfer air umpan. De-aerasi mekanis dapat menjadi yang paling
ekonomis, beroperasi pada titik didih air pada tekanan dalam de-aerator.
Deaerasi mekanis dapat berjenis vakum atau bertekanan.
De-aerator jenis vakum beroperasi dibawah tekanan atmosfer, pada
suhu sekitar 820C, dan dapat menurunkan kandungan oksigen dalam air
hingga kurang dari 0,02 mg/liter. Pompa vakum atau steam ejectors
diperlukan untuk mencapai kondisi vakum. De-aerator jenis bertekanan
beropasi dengan membiarkan steam menuju air umpan melalui klep
pengendali tekanan untuk mencapai tekanan operasi yang dikehendaki, dan
dengan suhu minimum 1050C. Steam menaikkan suhu air menyebabkan
pelepasan gas oksigen dan karbondioksida yang dikeluarkan dari sistem.
Jenis ini dapat mengurangi kadar oksigen hingga 0,005 mg/liter.
Bila terdapat kelebihan steam tekanan rendah, tekanan operasi dapat
dipilih untuk menggunakan steam ini sehingga akan meningkatkan ekonomi
bahan bakar. Dalam

sistem boiler, steam lebih disukai untuk de-aerasi

Universitas Diponegoro
Semarang
94

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
sebab steam pada dasarnya bebas dari O2 dan CO2, steam tersedia dengan
mudah, steam menambah panas yang diperlukan untuk melengkapi reaksi

Gambar 3.19 De-aerasi mekanis


( sumber: www.energyefficienciasia.org )

De-aerasi kimiawi
Sementara deaerators mekanis yang paling efisien menurunkan

oksigen hingga ke tingkat yang sangat rendah (0,005 mg/liter), namun


jumlah oksigen yang sangat kecil sekalipun dapat menyebabkan bahaya
korosi terhadap sistem. Sebagai akibatnya, praktek pengoperasian yang baik
memerlukan penghilangan oksigen yang sangat sedikit tersebut dengan
bahan kimia pereaksi oksigen seperti sodium sulfit atau hidrasin. Sodium
sulfit akan bereaksi dengan oksigen membentuk sodium sulfat yang akan
meningkatkan TDS dalam air boiler dan meningkatkan blowdown dan

Universitas Diponegoro
Semarang
95

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
kualitas air make-up. Hydrasin bereaksi dengan oksigen membentuk
nitrogen dan air. Senyawa tersebut selalu digunakan dalam boiler tekanan
tinggi bila diperlukan air boiler dengan padatan yang rendah, karena
senyawa tersebut tidak meningkatkan TDS air boiler.
c. Osmosis Balik
Osmosis balik menggunakan kenyataan bahwa jika larutan dengan
konsentrasi yang berbeda-beda dipisahkan dengan sebuah membran semipermeable, air dari larutan yang berkonsentrasi lebih kecil akan melewati
membran untuk mengencerkan cairan yang berkonsentrasi tinggi. Jika cairan
yang berkonsentrasi tinggi tersebut diberi tekanan, prosesnya akan dibalik
dan air dari larutan yang berkonsentrasi tinggi mengalir ke larutan yang
lebih lemah. Hal ini dikenal dengan osmosis balik.
Membran semi-permeable lebih mudah melewatkan air daripada
bahan mineral yang terlarut. Air pada larutan yang kurang pekat mengalir
melalui membran kea rah larutan yang lebih pekat menghasilkan perbedaan
head yang nyata diantara dua larutan. Perbedaan head ini merupakan ukuran
perbedaan konsentrasi dua larutan dan menunjukkan perbedaan tekanan
osmosis.

Universitas Diponegoro
Semarang
96

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.20 Osmosis Balik


(sumber: www.yourdictionary.com )
d. Koagulasi
Adalah proses penggumpalan partikel yang digunakan sebelum
proses filtrasi . Prinsipnya menambahkan koagulan untuk mengendapkan
partikel

Universitas Diponegoro
Semarang
97

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Gambar 3.21 proses koagulasi
(sumber: www.bennysyah.edublogs.org )

e. Filtrasi
Adalah proses penyaringan yang fungsinya untuk menghilangkan
suspended solid seperti pasir halus, tanah liat, dan beberapa bahan organic.

Gambar 3.22 proses filtrasi


( sumber: www.chem-is-try.org )
Rekomendasi untuk boiler dan kualitas air umpan
Kotoran yang ditemukan dalam boiler tergantung pada kualitas air umpan yang diolah,
proses pengolahan yang digunakan dan prosedur pengoperasian boiler. Sebagai aturan
umum, semakin tinggi tekanan operasi boiler akan semakin besar sensitivitas terhadap
kotoran.
Tabel 3.8 Rekomendasi Batas Air Umpan

Universitas Diponegoro
Semarang
98

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
REKOMENDASI BATAS AIR UMPAN (IS 10392, 1982)
Faktor

Hingga 20 kg/cm2

21 - 39 kg/cm2

40- 59 kg/cm2

Total besi (maks.) ppm

0,05

0,02

0,01

Total tembaga (maks.) ppm

0,01

0,01

0,01

Total silika (maks.) ppm

1,0

0,3

0,1

Oksigen (maks.) ppm

0,02

0,02

0,01

Residu hidrasin ppm

-0,02-0,04

pH pada 250C

8,8-9,2

8,8-9,2

8,2-9,2

Kesadahan, ppm

1,0

0,5

REKOMENDASI BATAS AIR BOILER (IS 10392, 1982)


Faktor

Hingga 20 kg/cm2

21 - 39 kg/cm2

40- 59 kg/cm2

TDS, ppm

3000-3500

1500-2500

500-1500

500

200

150

pada 250C (mho)

1000

400

300

Residu fosfat ppm

20-40

20-40

15-25

pH pada 250C

10-10,5

10-10,5

9,8-10,2

Silika (maks.) ppm

25

15

10

Total padatan besi terlarut


ppm
Konduktivitas listrik spesifik

Universitas Diponegoro
Semarang
99

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

5.6.7 Hal yang Harus Dilakukan dan Tidak Dilakukan pada Boiler
Tabel 3.9 Hal-hal yang dilakaukan dan tidak dilakukan pada boiler
Dilakukan dan Tidak Dilakukan pada Boile r
Lakukan
Tidak Lakukan
1. Tiup jelaga secara teratur
1. Jangan nyalakan pemantik api secara
mendadak setelah api habis
(pembersihan)
2. Bersihkan pengukur gelas blowdown 2. Jangan lakukan blowdown jika tidak
sekali tiap satu sift
perlu
3. Periksa klep keamanan seminggu 3. Jangan biarkan pintu tungku terbuka
sekali
jika tidak perlu
4. Blowdown pada setiap sift, sesuai 4. Jangan sering menghembus klep
keperluan
pengaman (kendali operasi)
5. Jaga seluruh pintu tungku tertutup
5. Jangan memberikan aliran berlebih
pada hopper abu
6. Kendalikan sirkulasi tungku
6. Jangan menaikan laju pembakaran
melebihi yang diperbolehkan
7. Bersihkan, hopper pembuangan abu 7. Jangan mengumpankan air baku
setiap sift
8. Jaga asap cerobong dan pengendali api 8. Jangan mengoperasikan boiler pada
aliran tertutup
9. Periksa pengendali otomatis pada 9. Jangan memberi beban berlebih pada
bahan bakar dengan menghentikan
boiler
sekali waktu air umpan untuk jangka
waktu pendek
10. Perhatikan kebocoran secara berkala 10. Jangan membiarkan ketinggian air
terlalu tinggi atau terlalu rendah
11. Periksa seluruh klep, damper, dll 11. Jangan mengoperasikan penghembus
untuk operasi yang benar seminggu
jelaga pada beban tinggi
sekali
12. Beri pelumas seluruh alat mekanik 12. Jangan jalankan kipas ID manakala
untuk berfungsi mulus
sedang dalam operasi
13. Jaga switchboards rapi dan bersih 13. Jangan melihat langsung api dalam
dan sistim penunjuk sesuai dengan
tungku, gunakan kacamata keamanan
perintah pekerjaan
yang berwarna
14. Jaga kebersihan area, bebas debu
14. Hindarkan bed bahan bakar yang
tebal

Universitas Diponegoro
Semarang
100

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
15. Jaga alat pemadam kebakaran selalu 15. Jangan biarkan boiler diserahkan ke
dalam keadaan siap. Lakukan latihan operator/ teknisi yang tidak terlatih
yang diselenggarakan sebulan sekali
16. Seluruh lembar data harian harus 16. Jangan mengabaikan pengamatan
diisi secara sungguh-sungguh
yang tidak biasa (perubahan suara,
perubahan kinerja, kesulitan
pengendalian), periksa
17. Jalanan fan FD jika fan ID mati
17. Jangan melewatkan pemeliharaan
tahunan
18. Perekam CO2 atau O2 harus 18. jangan mencat boiler
diperiksa
/dikalibrasi tiga bulan sekali
19. Traps harus diperiksa dan diurus 19. Jangan biarkan terjadinya
secara berkala
pembentukan steam pada economizer
(jaga suhu.)
20. Kualitas steam, air harus diperiksa 20. Jangan biarkan grate terbuka
sehari sekali, atau sekali tiap sift
(sebarkan secara merata)
21. Kualitas
bahan
bakar
harus 21. Jangan mengoperasikan boiler
diperiksa seminggu sekali
dengan pipa air yang bocor
22. Jaga saluran pembuangan sub
pemanas terbuka selama start up
23. Jaga kran air terbuka selama start
dan tutup

BAB IV
Dasar Teori Perhitungan Efisiensi Boiler

4.1 Neraca Panas


Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk diagram
alir energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana energi masuk

Universitas Diponegoro
Semarang
101

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai kegunaan dan menjadi
aliran kehilangan panas dan energi. Panah tebal menunjukan jumlah energi yang
dikandung dalam aliran masing-masing.

Gambar 4.1 diagram neraca energi boiler


( Sumber: www.energyeffieciencyasia.org )
Neraca panas merupakan keseimbangan energi total yang masuk boiler
terhadap yang meninggalkan boiler dalam bentuk yang berbeda. Gambar berikut
memberikan gambaran berbagai kehilangan yang terjadi untuk pembangkitan steam.
Kehilangan panas karana gas buang kering

Kehilangan panas karena steam dalam gas buang

BOILER

Universitas Diponegoro
Bahan bakar
Semarang

Kehilangan panas karena kandungan air dalam


bahan bakar

Kehilangan panas karena bahan yang tidak terbakar


dalam residu
Kehilangan panas karena kandungan air dalam udara

102

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 4.2 rugi-rugi pada boiler

Kehilangan energi dapat dibagi kedalam kehilangan yang tidak dapat


dihindarkan dan kehilangan yang dapat dihindarkan. Tujuan dari pengkajian energi
adalah agar rugi-rugi/kehilangan dapat dihindari, sehingga dapat meningkatkan efisiensi
energi. Rugi-rugi yang dapat diminimalisasi antara lain:

Kehilangan gas cerobong:


-

Udara berlebih (diturunkan hingga ke nilai minimum yang tergantung dari


teknologi burner, operasi (kontrol), dan pemeliharaan).

Suhu gas cerobong (diturunkan dengan mengoptimalkan perawatan


(pembersihan), beban; burner yang lebih baik dan teknologi boiler).

Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong dan abu
(mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang lebih baik).

Kehilangan dari blowdown (pengolahan air umpan segar, daur ulang kondensat)

Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin kondensat)

Kehilangan konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang lebih baik)

4.2 Nilai Pembakaran Bahan Bakar


Universitas Diponegoro
Semarang
103

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Bahan bakar adalah zat kimia yang apabila direaksikan dengan oksigen (02)
akan menghasilkan sejumlah kalor. Bahan bakar dapat berwujud gas, cair, maupun
padat. Selain itu, bahan bakar merupakan suatu senyawa yang tersusun atas beberapa
unsur seperti karbon (C), hidrogen (H), belerang (S), dan nitrogen (N).
Kualitas bahan bakar ditentukan oleh kemampuan bahan bakar untuk
menghasilkan energi. Kemampuan bahan bakar untuk menghasilkan energi ini sangat
ditentukan oleh nilai bahan bakar yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang
dihasilkan pada proses pembakaran per satuan massa atau persatuan volume bahan
bakar.
Nilai pembakaran ditentukan oleh komposisi kandungan unsur di dalam bahan
bakar. Dikenal dua jenis pembakaran[7], yaitu:
1. Nilai Kalor Pembakaran Tinggi
Nilai kalor pembakaran tinggi atau juga dikenal dengan istilah High Heating Value
(HHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan air dari proses
pembakaran ikut diperhitungkan sebagai panas dari proses pembakaran.
Dirumuskan dengan:
HHV = 7986C + 33575(H - O/8) + 2190S(4.1a)
2. Nilai Kalor Pembakaran Rendah
Nilai kalor pembakaran rendah atau juga dikenal dengan istilah Low Heating Value
(LHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan uap air dari hasil
pembakaran tidak ikut dihitung sebagai panas dari proses pembakaran.
Dirumuskan dengan:
LHV = HHV 600(9H + Mm)...(4.1b)
Dimana Mm merupakan kelembaban bahan bakar.

Universitas Diponegoro
Semarang
104

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Entalpi pembakaran dan Nilai kalor
Entalpi pembakaran (

) di definisikan sebagai beda antara entalpi produk

dan entalpi reaktan ketika terjadi proses pembakaran sempurna pada suhu dan tekanan
tertentu[5].

Di mana
n = koefisien
= entalpi
= entalpi pembentukan
Nilai

pembakaran

di

tentukan

dengan

mengurangi

jumlah

entalpi

pembentukan produk dengan jumlah entalpi pembentukan reaktan.

( )

( )

Dua nilai pembakaran yang dikenal yaitu Higher Heating Value (HHV) atau
nilai pembakaran tinggi adalah nilai yang didapat ketika semua air dari proses
pembakaran berbentuk cair sedangkan Lower Heating Value (LHV) atau nilai
pembakaran rendah di dapatkan ketika semua air dari proses pembakaran berbentuk
uap.

Universitas Diponegoro
Semarang
105

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Misal
pada pembakaran gas metana (dalam kJ per Kg bahan bakar) pada suhu 250 celcius dan
tekanan 1 Atm maka untuk menentukan HHV dan LHV nya dengan cara.
CH4 + 2O2 + 7,52N2 CO2 +2H2O + 7,52N2
Asumsi
1. Tiap mole oksigen di reaksikan dengan 3,75 mol nitrogen
2. Pembakaran sempurna pada suhu dan tekanan yang tetap baik itu reaktan maupun
produk
3. Model gas ideal di aplikasikan untuk metana, air dan gas-gas produk pembakaran.
Nilai pembakarannya

( )

( )

( )

entalpi pembentukan untuk nitrogen dan oksigen bernilai nol.

HHV

( )

( )

( )

( )

()

( )

( )

LHV
( )

( )

( )

Nilai entalpinya dapat di lihat di table A-25

Universitas Diponegoro
Semarang
106

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Kesesuaian penggunaan HHV dan LHV ketika membandingkan bahan bakar,
menghitung efisiensi termal dan lain-lain, tergantung pada aplikasinya. Untuk
pembakaran stasioner, dimana gas buang didinginkan sebelum pemakaian (misalnya
pembangkit tenaga listrik), penggunaan HHV lebih tepat. Namun apabila tidak ada
usaha untuk memanfaatkan gas buang sebelum dibuang, maka menggunakan LHV
lebih tepat.
Perbedaan LHV dan HHV
1. Perbedaan numerik antara LHV dan HHV bahan bakar adalah kira-kira
setara dengan jumlah panas laten penguapan yang dapat dibilang kembali
dalam kondensor sekunder per unit bahan bakar dibakar.
2. Ketika pembakaran boiler tanpa kondensor sekunder dirancang, nilai bahan
bakar yang sesuai untuk digunakan dalam proses desain adalah LHV, yang
mengasumsikan bahwa uap air yang dihasilkan ketika bahan bakar dibakar
padam dalam aliran gas buang.
3. Ketika unit pembakaran maju memiliki kondensor sekunder atau tersier
dirancang, nilai bahan bakar yang sesuai untuk digunakan dalam proses
desain adalah HHV.
4.3 Kebutuhan Udara Pembakaran
Pembakaran adalah proses persenyawaan bagian dari bahan bakar dengan O2
dengan disertai kalor. Pembakaran akan terjadi jika titik nyala telah dicapai oleh
campuran bahan bakar dengan udara.
Di dalam teknik pembakaran diperlukan jumlah udara yang memadai (udara
berlebih) sehingga pembakaran yang terjadi akan sempurna. Untuk mengetahui jumlah
keperluan udara pada proses pembakaran harus diketahui kandungan O2 dalam udara.
Komposisi unsur-unsur yang terkandung dalam udara menurut satuan berat [6] adalah:

Universitas Diponegoro
Semarang
107

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
-

02 sebanyak 23%

N2 sebanyak 77%

Reaksi pembakaran yang terjadi dapat dinyatakan dalam satu satuan berat
molekul. Maka reaksi pembakaran dari unsur-unsur bahan bakar adalah sebagai berikut:
1. Zat Belerang terbakar menurut:

Untuk pembakaran belerang diperlukan

Dalam pembakaran belerang dihasilkan SO2 sebanyak:

2. Zat Karbon terbakar menurut:

Dalam pembakaran karbon diperlukan:

Dalam pembakaran karbon dihasilkan CO2 sebesar:

Universitas Diponegoro
Semarang
108

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

3. Hidrogen terbakar menurut:

Maka:

Pembakaran H2 menghasilkan H2O sebanyak:

Kebutuhan udara pembakaran didefinisikan sebagai kebutuhan oksigen yang


diperlukan untuk pembakaran 1 kg bahan bakar secara sempurna [7] yang meliputi:
a. Kebutuhan udara teoritis (Ut):
Ut = 11,5C + 34,5(H O/8) + 4,32 S (kg/kgBB)(4.2a)
b. Kebutuhan udara pembakaran sebenarnya/aktual (Us):
Us = Ut (1+) (kg/kgBB).(4.2b)

4.4 Gas Asap


Reaksi pembakaran akan menghasilkan gas baru, udara lebih dari sejumlah
energi. Senyawa-senyawa yang merupakan hasil dari reaksi pembakaran disebut gas
asap. [7]

Universitas Diponegoro
Semarang
109

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
a. Berat gas asap teoriti (Gt)
Gt = Ut + (1 A)(kg/kgBB)..(4.3a)
Dimana A = kandungan abu dalam bahan bakar (ash)
Gas asap yang terjadi terdiri dari:
- Hasil reaksi atas pembakaran unsur-unsur bahan bakar dengan O2 dari udara
seperti CO2, H2O, SO2
- Unsur N2 dari udara yang tidak ikut bereaksi
- Sisa kelebihan udara
Dari reaksi pembakaran sebelumnya diketahui:
1 kg C menghasilkan 3,66 kg CO2
1 kg S menghasilkan 1,996 kg SO2
1 kg H menghasilkan 8,9836 kg H2O
Maka untuk menghitung berat gas asap pembakaran perlu dihitung dulu masingmasing komponen gas asap tersebut [4]:
Berat CO2

3,66 C kg/kg

Berat SO2

2 S kg/kg

Berat H2O

9 H2 kg/kg

Berat N2

77% Us kg/kg

Berat O2

23% Ut

Dari perhitungan di atas maka akan didapatkan jumlah gas asap:

Universitas Diponegoro
Semarang
110

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Berat gas asap (Gs) = W CO2 + W SO2 + W H2O + W N2 + W O2
Atau:
b. Berat gas asap sebenarnya (Gs)
Gs = Us + (1 A) (kg/kg BB)(4.3b)
Untuk menentukan komposisi dari gas asap didapatkan:
Kadar gas = (W gas tersebut / W total gas) x 100%
4.5 Karbon Yang Tidak Terbakar
Dari proses pembakaran selama terbentuk gas-gas asap, juga akan terbentuk
solid refuse (Msr) dimana solid refuse ini terdiri dari abu refuse (Ar), dan karbon refuse
(Cr). [7]
Persamaannya adalah:
mbb + Us = Gs + Msr...(4.4a)
sedangkan dari perhitungan refuse didapatkan persamaan:
Msr . Ar = mbb . A
Atau
....................................................................(4.4b)
Maka karbon yang tidak terbakar dalam terak (Cr) adalah:
Cr = 100% - Ar(4.4c)
Sehingga massa refuse (Mr) yang terjadi tiap jamnya adalah:
Mr = Cr.mbb (kg/jam)..(4.4d)

Universitas Diponegoro
Semarang
111

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Dimana:
mbb

massa bahan bakar

Us

massa udara pembakaran sebenarnya (kg/kgBB)

Gs

berat gas asap sebenarnya (kg/kgBB)

Msr

massa solid refuse (kg/kgBB)

Ar

prosentase solid refuse dalam abu

prosentase abu dalam bahan bakar

4.6 Karbon Aktual Yang Habis Terbakar (Ct)


Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dalam dapur ketel
tidaklah seluruhnya digunakan untuk membentuk uap, karena sebagian panas tersebut
ada yang hilang. [7]. Panas yang hilang dari pembakaran bahan bakar dalam dapur ketel
merupakan kerugian-kerugian kalor yang diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kerugian kalor karena bahan bakar (Q1)
Kerugian ini disebabkan karena adanya kandungan air dalam bahan bakar, dimana
besarnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
(

).(4.6a)

Dimana:
Q1

= kerugian kalor karena kelembaban bahan bakar (btu/lb BB)

Mm

= prosentase kelembaban bahan bakar

hg

= entalpi uap super panas pada temperatur gas buang (btu/lb)

Universitas Diponegoro
Semarang
112

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
hf

= entalpi pada temperatur udara ruang (btu/lb)

b. Kerugian kalor karena hidrogen (H) yang terdapat dalam bahan bakar (Q2)
Kerugian ini disebabkan karena kandungan unsur hidrogen (H) dalam bahan bakar,
yang bila terbakar akan bereaksi dengan oksigen dari udara dan berbentuk uap air
(H2O).
Besarnya kerugian ini dirumuskan dengan:
(

).(4.6b)

Dimana Hy = prosentase hidrogen dalam bahan bakar.


c. Kerugian kalor untuk menguapkan air yang terdapat dalam udara pembakaran (Q3)
Karena udara yang masuk ke dalam ruangan pembakaran tidak kering dan masih
mengandung air, maka terdapat panas yang hilang untuk menguapkan air yang
terkandung dalam udara tersebut.
Besarnya kerugian kalor ini dapat dirumuskan dengan:
(

)(4.6c)

Dimana:
Us

= berat udara pembakaran sebenarnya (lb/lb BB)

Mv

= prosentase penguapan udara masuk dapur dikalikan dengan nilai


kelembaban udara pada temperatur ruang.

tg

= temperatur gas buang (0F)

ta

= temperatur ruang (0F)

d. Kerugian kalor karena pembakaran yang tidak sempurna (Q4)


Gas CO yang terdapat dalam gas asap menunjukkan bahwa sebagian bahan bakar
ada yang terbakar tidak sempurna. Hal ini terjadi karena kekurangan udara atau
distribusi udara yang kurang baik.

Universitas Diponegoro
Semarang
113

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Kerugian kalor akibat pembakaran yang tidak sempurna ini dirumuskan dengan:
(4.6d)
Dimana:
CO

= prosentase gas CO dalam asap

CO2

= prosentase gas CO2 dalam asap

C1

= karbon actual yang habis terbakar (lb/lb BB)

e. Kerugian kalor karena terdapat unsur karbon yang tidak ikut terbakar dalam sisa
pembakaran (Q5)
Kerugian ini dapat dirumuskan dengan:
.............(4.6e)
Dimana:
Mr

= massa refuse (lb/jam)

Cr

= prosentase karbon yang tidak terbakar dalam refuse

Mbb

= laju aliran massa bahan bakar (lb/jam)

f. Kerugian cerobong (Q6)


Kerugian cerobong ini disebabkan oleh gas asap yang meninggalkan cerobong
masih mengandung energi tinggi.
Kerugian cerobong dirumuskan dengan:
(

)....(4.6f)

Dimana:
Gs

= berat gas asap sebenarnya (kg/kg)

tg

= temperatur gas buang (0K)

ta

= temperatur udara ruang (0K)

Universitas Diponegoro
Semarang
114

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
= panas jenis rata-rata dari gas asap (kJ/kg0K)

Cp

g. Kerugian kalor karena radiasi dan lain-lain (Q7)


Terjadi akibat penghantaran dan pemancaran panas dari peralatan ketel, misalnya
pada badan ketel dan lain-lain.
Besarnya kerugian ini dirumuskan dengan:
.(4.6g)
Apabila rugi-rugi kalor tersebut di atas dinyatakan dalam prosentase, maka
persamaannya adalah sebagai berikut:
................................................................................(4.6h)
Dimana Qn merupakan rugi-rugi kalor dari Q1 sampai Q7

4.7 Rumus Perhitungan Efisiensi Ketel Uap


Dengan diketahuinya kerugian-kerugian kalor dari hasil pembakaran pada
suatu ketel, maka dapat dihitung efisiensi dari ketel tersebut, yang besarnya
dirumuskan:
=
=

)..(4.7)
(w. Culp, Archie. Jr.1989:211)

4.8 Rumus Perhitungan Kapasitas Produksi Ketel Uap (Mu)


Dirumuskan dengan:

Universitas Diponegoro
Semarang
115

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
.(4.8)
Dimana:
Qair

= debit air (m3/jam)

air

= massa jenis air (kg/m3)

= faktor koreksi terhadap kotoran dan endapan

4.9 Perhitungan Efisiensi Berdasarkan Neraca Kalor


Dikenal juga sebagai metode input-output karena kenyataan bahwa metode
ini hanya memerlukan keluaran/output (steam) dan panas masuk/input (bahan bakar)
untuk evaluasi efisiensi.
Efisiensi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan rumus:
Efisiensi Boiler () =
Efisiensi Boiler () =

x 100%.......................................(4.9a)
(

x 100%............................................(4.9b)

Parameter yang dipantau untuk perhitungan efisiensi boiler dengan metode


langsung adalah:
-

Jumlah steam yang dihasilkan per jam (Q) dalam kg/jam

Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam kg/jam

Tekanan kerja (dalam kg/cm2(g)) dan suhu lewat panas (0C), jika ada

Suhu air umpan (0C)


Dimana:

Universitas Diponegoro
Semarang
116

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
-

hg

= Entalpi

steam jenuh dalam kkal/kg steam

hf

= Entalpi air umpan dalam kkal/kg air

BAB V
Perhitungan Efisiensi Dan Kapasitas Produksi Uap Serta Peluang Meningkatkan
Efisiensi Boiler

5.1 Spesifikasi Ketel Uap di PT.KIMIA FARMA Semarang


Merek

Loos Gunzenhausen

Negara pembuat

Jerman Barat

Model / Type

UL 3200

No. Seri

32706 dan 32707

Tahun

1967

Kapasitas uap maksimal

3200 kg/jam

Universitas Diponegoro
Semarang
117

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Bahan bakar

Heavy Oil

Tekanan maksimal

18 kg/cm2

Luas Pemanas

80 m

Temperatur uap keluar pada ketel

3500C

Temperatur air masuk ketel

1030C / 2150F

Temperatur gas buang pada cerobong

2000C

Temperatur udara luar

300C

Tekanan udara luar

1 atm

5.2 Data Ketel Uap di PT.KIMIA FARMA Semarang


Bahan bakar yang digunakan adalah heavy oil (residu) dengan komposisi
sebagai berikut:
-

Karbon (C)

85,6%

Hidrogen (H)

9,7%

Oksigen (O)

1%

Nitrogen (N)

1%

Belerang (S)

2,3%

Abu/ash (A)

0,12%

Kelembaban/moisture (Mm)

0,28%

Dari data operasional kebutuhan bahan bakar IDO untuk ketel uap, tiap
jamnya rata-rata memerlukan 210 kg/jam (Mbb = 210 kg/jam). Sedangkan debit airnya
rata-rata 50 m3/24 jam = 2,083 m3/jam.

Universitas Diponegoro
Semarang
118

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
5.3 Perhitungan Pembakaran
5.3.1 Nilai Pembakaran Bahan Bakar
a. Nilai Pembakaran Tinggi
Dengan menggunakan persamaan (4.1a) dan data-data di atas kita dapatkan nilai
kalor pembakaran tinggi (HHV) sebesar:
HHV = 7986C + 33575(H - O/8) + 2190S
(

HHV =

=
= 10101,192 x 4,187 = 42293,690 kJ/kg
b. Nilai Pembakaran Rendah
Dari persamaan (4.1b) maka nilai kalor pembakaran rendah adalah sebagai berikut:
(

LHV =

=
= 9575,712 x 4,187 = 40082,87 kJ/kgBB
5.3.2 Kebutuhan Udara Bahan Bakar
a. Dari persamaan (4.2a) maka didapatkan kebutuhan udara teoritis (Ut):
Ut

= 13,247 kg/kgBB
b. Dan dari persamaan (4.2b) didapatkan kebutuhan udara pembakaran sebenarnya
(Us):
Universitas Diponegoro
Semarang
119

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Us

= 13,247(1 + 0,18)
= 15,631 kg/kg

Dimana = faktor kelebihan udara 18%

5.3.3 Perhitungan Gas Asap


a. Dari persamaan (4.3a) maka didapatkan berat gas asap teoritis (Gt)
Gt

= 13,247 + (1 0,00012)
= 14,246 kg/kgBB

b. Berat gas asap hasil pembakaran


W SO2

= 2S
= 2 x 0,0023
= 0,0046 kg/kg

W CO2

= 3,666 C
= 3,666 x 0,856
= 3,133 kg/kg

W H2O

= 9 x H2
= 9 x 0,097
= 0,873 kg/kg

W O2

= (23% x 18% )Ut


= 0,23 x 0,18 x 13,246
= 0,545 kg + 0,01
= 0,548 kg/kg

W N2

= 77% x 15,631
= 12,036 kg/kg

Dari persamaan (4.3b) didapatkan berat gas asap (basah) sebenarnya (Gs) adalah
sebagai berikut:

Universitas Diponegoro
Semarang
120

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Gs

= 0,0046 + 3,133 + 0,873 + 0,548 + 12,036


= 16,636 kg/kg BB

Atau dengan persamaan 4.3c:


= 15,631 + (1 0,0012)

Gs

= 16,629 kg/kg BB
c. Analisa gas asap basah:
(

Berat gas asap kering:


Gs kering

= Gs basah w H2O
= 16,636 0,873
= 15,763 kg/kg BB

d. Analisa gas asap kering


(

Universitas Diponegoro
Semarang
121

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

5.3.4 Perhitungan Karbon yang Tidak Terbakar


Dari persamaan (4.4a) dan (4.4b) didapatkan massa solid refuse dan prosentase solid
refuse abu sebagai berikut:
= (1 + 15,631) 16,629

Msr

= 0,002 kg/kgBB
Ar

=
= 60%

Maka dengan persamaan (4.4c) jumlah karbon yang tidak terbakar dalam
terak/jelaga adalah:
Cr

= 100% - 60%
= 40% dari solid refuse
= 40% x 0,002
= 0,0008 kg/kgBB

Jumlah massa refuse yang terjadi tiap jamnya (persamaan 4.4d) adalah:
Mr

= 0,0008 x 210
= 0,168 kg/jam

5.3.5 Karbon Aktual yang Habis Terbakar (C1)


Guna mendapatkan banyaknya karbon sesungguhnya yang habis terbakar didapatkan
dengan menggunakan persamaan (4.5):
(

= 0,856 kg/kg BB

Universitas Diponegoro
Semarang
122

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
5.4 Perhitungan Kerugian Kalor
5.4.1 Kalor Jenis Berdasarkan Senyawa-Senyawa Penyusunnya
Harga kalor jenis gas asap pada temperatur 1900C (463K), yaitu penjumlahan kalor
jenis senyawa penyusun-penyusunnya. Dengan rincian sebagai berikut:
c(CO2)

= 0,1898 x Cp(CO2)
= 0,1898 x 0,845
= 0,160 kJ/kg K

c(H2O)

= 0,05283 x Cp(H2O)
= 0,05283 x 1,867
= 0,0986 kJ/kg K

c(SO2)

= 0,000278 x Cp(SO2)
= 0,000278 x 0,644
= 0,000179 kJ/kg K

c(O2)

= 0,0358 x Cp(O2)
= 0,0358 x 0,917
= 0,0328 kJ/kg K

c(N2)

= 0,7234 x Cp(N2)
= 0,7234 x 1,038
= 0,75 kJ/kg K

Sehingga Cp gas asap adalah 1,0504 kJ/kg K

5.4.2 Kerugian Kalor Karena Kelambaban Bahan Bakar


Kerugian ini disebabkan karena adanya kandungan air di dalam bahan bakar. Dari
tabel B-2 dan B-1a buku [3], didapatkan:
hg

= entalpi uap super panas pada temperatur gas buang T = 1900C

Universitas Diponegoro
Semarang
123

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
= 3740F pada tekanan atmosfer (1 atm), yaitu 1229,714 btu/lb
= entalpi pada temperatur udara ruang T = 300C = 860F, yaitu 54

hf

btu/lb
sehingga dari persamaan 4.6a besar kerugian kalor karena kelembaban bahan bakar
didapat:
Q1

= 0,0028(1229,714 54)
= 3,292 btu/lb BB x 0,556 x 4,187
= 7,6637 kJ/kg BB

Dan apabila kerugian ini dinyatakan dalam prosentase (persamaan 4.7), maka:
Q1*

=
= 0,0191%

5.4.3 Kerugian Kalor Untuk Menguapkan Lembab Yang Terjadi Akibat Hidrogen
(H) Yang Terdapat Dalam Bahan Bakar
Q2

= 9Hy(hg hf)
= 9 x 0,097 (1229,714 54)
= 1026,3983 x 0,556 x 4,187 = 2389,4265 kJ/kg

Q6*

=
= 5,956%

5.4.4 Kerugian Kalor Untuk Menguapkan Air Dalam Udara Pembakaran


Dengan mengasumsikan bahwa udara yang diserap oleh blower masuk ke dalam
ruang bakar mengalami penguapan sebesar 70% dan dari Tabel XVIII Buku Steam
Air And Gas Power, Williams Servens untuk T = 300C = 860F diperoleh berat air
dalam udara kering = 0,027586 maka:
Q3

= 15,631 x 0,7 x 0,027586 x 0,46(374 86)

Universitas Diponegoro
Semarang
124

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
= 39,71629 btu/lb BB
= 93,0897kJ/kg BB
Bila dinyatakan dalam prosentase:
Q3*

=
= 0,2322%

5.4.5 Kerugian Karena Pembakaran Tidak Sempurna


Dari persamaan (4.6d) didapatkan:
Q4

=
=0

5.4.6 Kerugian Karena Terdapatnya Unsur Karbon Yang Tidak Ikut Terbakar
Dalam Sisa Pembakaran.
Dari persamaan 4.6e didapatkan
Q5

=
= 4,65 btu/lb x 0,556 x 4,187
= 10,833 kJ/kgBB

Bila dinyatakan dalam prosentase:


Q5*

=
= 0,027%

5.4.7 Kerugian Cerobong


Untuk menghitung kerugian cerobong ini didapatkan dari persamaan 4.6f:
Q6

= 16,629 x 1,0504(463 303)K


= 2794,74 kJ/kg BB

Bila dinyatakan dalam prosentase:


Universitas Diponegoro
Semarang
125

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
Q6*

=
= 6,97%

5.4.8 Kerugian Karena Radiasi Dan Lain-Lain


Besarnya didapatkan dengan menggunakan persamaan 4.6g:
Q7

= 4% x 40093,515
= 1603,355 kJ/kg BB

Bila dinyatakan dengan prosentase:


Q7*

= 4%

5.5 Perhitungan Efisiensi Ketel Uap


Efisiensi ketel uap dapat dicari dengan menggunakan persamaan 4.8:
ku

= 100% - (0,0191 + 5,9596 + 0,2322 + 0 + 0,027 + 6,97 + 4)%


= 82,794%

5.6 Perhitungan Kapasitas Produksi Uap


Untuk mengetahui kapasitas produksi uap ini didapatkan dari persamaan 4.9.
Diketahui debit air (Qair) = 2,083 m3/jam dan air pada suhu 300C = 995,26 kg/m3 (J.P.
Holman, perpindahan kalor, tabel A-9), sehingga dapat diperoleh kapasitas uap yang
dihasilkan:
Laju air = x Q

Universitas Diponegoro
Semarang
126

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
= 995,26 kg/m3 x 2,0834 m3/jam
= 2073,53 kg/jam
Faktor koreksi terhadap kotoran/endapan F = 0,93 [4] gbr.10-11)
Mu

= 2073,52 x 0,93
= 1928,38 kg/jam

Jadi perbandingan jumlah uap yang dihasilkan dengan bahan bakar yang dihabiskan
adalah 1928 : 210 = 9,18 : 1 kg uap/kg BB

5.7 Efisiensi Berdasarkan Neraca Kalor


Efisiensi Boiler () =
Efisiensi Boiler () =

x 100%
(

x 100%

Keuntungan metode neraca kalor


-

Pekerja pabrik dapat dengan cepat mengevaluasi efisiensi boiler

Memerlukan sedikit parameter untuk perhitungan

Memerlukan sedikit instrument untuk pemantauan

Mudah membandingkan rasio penguapan dengan data benchmark


Kerugian metode neraca kalor

Universitas Diponegoro
Semarang
127

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
-

Tidak memberikan petunjuk kepada operator tentang penyebab dari efisiensi


sistem yang lebih rendah.

Tidak menghitung berbagai rugi-rugi yang berpengaruh pada berbagai tingkat


efisiensi.

Keuntungan metode dengan menghitung kerugian-kerugian (metode tidak


langsung)

Dapat diketahui neraca bahan dan energi yang lengkap untuk setiap aliran
yang dapat memudahkan dalam mengidentifikasi opsi-opsi untuk
meningkatkan efisiensi boiler.

Kerugian menggunakan dengan menghitung kerugian-kerugian

Perlu waktu lama

Memerlukan fasilitas laboratorium untuk analisis

5.8 Peluang Meningkatkan Efisiensi Boiler


Kinerja boiler dipengaruhi beberapa hal, antara lain mutu udara pembakaran, mutu bahan
bakar, perpindahan panas yang baik antara panas hasil pembakaran dengan air dalam tubetube dan temperatur flue gas/ gas buang.Untuk mengoptimalkan secara kontinu effisiensi
boiler diperlukan variasi dalam load, fuel dan kondisi boiler itu sendiri.
1. Temperatur flue gas/ gas buang
Besarnya temperatur flue gas/ gas buang menyebabkan kehilangan panas menjadi
besar pula. Temperatur flue gas/ gas buang ini berhubungan dengan jumlah udara yang
masuk, reaksi pembakaran yang terjadi dan proses perpindahan panas yang
berlangsung didalam boiler. Temperatur flue gas/ gas buang yang tinggi menunjukan
bahwa panas hasil pembakaran yang tidak terserap oleh air dan terbawa oleh flue gas/
gas buang cukup besar. Kondisi ini dikarenakan perpindahan panas dari gas ke ketel
uap tidak berlangsung dengan sempurna. Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai
Universitas Diponegoro
Semarang
128

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
faktor seperti terbentuknya endapan kerak akibat endapan-endapan pengotor air boiler
pada steam generating tube dan water wall tube yang merupakan tempat terjadinya
perpindahan panas .
Temperatur yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk memanaskan

udara

pembakaran (air preheater) atau untuk memanaskan air umpan ketel uap. Pemanasan
udara pembakaran dengan memanfaatkan temperatur flue gas/ gas buang dapat
menurunkan resiko kerugian kalor, karena dengan tingginya udara pembakaran berarti
fuel gas yang diperlukan untuk pemanasan udara supaya tercapai titik nyala tidak
begitu banyak. Sehingga kebutuhan akan fuel gas untuk memanaskan udara relatif
lebih rendah. Dengan demikian penggunaan bahan bakar dapat ditekan.
2. O2 Berlebih
Jumlah udara pembakaran yang disuplai untuk bercampur dengan bahan bakar
haruslah menghasilkan flameable mixture. Untuk menjamin bahwa semua bahan bakar
terbakar sempurna, oksigen harus disuplai cukup atau berlebih dari kebutuhannya.
Akan tetapi bila oksigen disuplai terlalu banyak, hal ini juga kurang effektif karena
dapat menyebabkan kehilangan panas sebab sebagian panas digunakan untuk
pemanasan udara. Sedangkan bila disuplai kurang akan terjadi pembakaran yang tidak
sempurna. Dalam pembakaran ini flue gas/ gas buang yang terbentuk adalah CO2.
3. Mutu bahan bakar
Didalam pembakaran, bereaksinya fuel dengan oksigen akan menghasilkan panas.
Komposisi fuel ini akan mempengaruhi besarnya panas yang dihasilkan. Spesifikasi
fuel dapat mempengaruhi nilai panas dari pembakaran tersebut. Nilai panas per satuan
berat untuk natural gas, propana dan butana mempunyai nilai panas yang lebih tinggi
daripada fuel cair atau padat. Tetapi pada fuel tersebut banyak mengandung hidrogen
yang pada waktu terjadinya pembakaran akan banyak terbentuk uap air dalam
pembakaran. Uap air ini akan berubah fasanya dengan mengambil energi waktu
Universitas Diponegoro
Semarang
129

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
terjadinya proses pembakaran. Sehingga kadar uap air tersebut menjadi rendah,
akibatnya fuel ini mempunyai effisiensi pembakaran yang kecil. Hal ini yang
menyebabkan dalam volume yang sama pada saat pembakaran, fuel liquid/solid
mempunyai panas lebih tinggi disebabkan kandungan hidrokarbon yang tinggi (higher
specific gravity) dari pada fuel gas.

Bab VI
Penutup
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penulisan laporan kerja praktek ini dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan effisiensi boiler PT. KIMIA FARMA MANUFAKTUR
Semarang menunjukkan bahwa boiler tersebut memiliki effisiensi sebesar
82,794%. Padahal berdasarkan performance test awal, boiler tersebut memiliki
effisiensi sekitar 87%. Hal ini menunjukkan bahwa boiler tersebut telah
mengalami penurunan performance, tetapi masih dalam keadaan yang baik
untuk tetap digunakan.
2. Faktor yang menyebabkan turunnya effisiensi boiler tersebut adalah karena
adanya Heat Losses (Kerugian kalor).

Universitas Diponegoro
Semarang
130

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang
3. Faktor terbesar yang menurunkan efisiensi boiler tersebut adalah Kerugian kalor
untuk menguapkan moisture hasil pembakaran H2O dalam bahan bakar
(5,956%) dan rugi cerobong (6,97). Disamping itu, Penyebab lain turunnya
effisiensi boiler tersebut bila dibandingkan dengan performance test awal
disebabkan oleh: kerugian karena isolasi yang sudah tua (Rugi Isolasi), Seal
Plate Air Heater sudah over size, Perpindahan panas pada pipa tidak sempurna
karena kerak bagian luar / dalam.
6.2 Saran
Untuk mengurangi penurunan efisiensi operasional maka hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengontrolan yang ketat terhadap kandungan air pada feed water
sebelum masuk ke ketel uap.
2. Pengecekan secara berkala terhadap isolasi pipa penyalur uap dan langsung
mengganti isolasi pipa yang rusak.
3. Pengecekan berbagai macam katup yang ada pada ketel uap, harus diperhatikan
bahwa semua katup dapat berfungsi dengan baik.
4. Menggunakan air sisa kondensasi untuk menghemat kebutuhan air untuk feed water
yang terbuang percuma.

Universitas Diponegoro
Semarang
131

Laporan Kerja Praktek


PT. Kimia Manufaktur Semarang

Daftar Pustaka
1
2
3
4
5
6
7
8

Djokosetyardjo, IR. M. J, 2003, Ketel Uap, Cetakan Kelima, Pradnya Paramita. Jakarta.
El-Wakil,M.M.,Jasjfi, MSc, Ir. E., 1992, Instalasi Pembangkit Daya, Erlangga, Jilid I,
Jakarta.
Holman, JP, 1981, Heat Transfer, Mc Graw Hill Book Inc., Edisi ke 5, Jakarta.
Muin, Syamsir A, 1988, Pesawat-Pesawat Konversi Energi, Rajawali Pers, edisi ke 1,
Jakarta.
Reynold, William C., Perkins, Henry C., 1994, Termodinamika Teknik, Erlangga, Edisi
Kedua, Jakarta.
Stultz, S,C and Kitto.,1992, STEAM its Generation and Use, Babcock & Wilcox, edisi
40.
Tambunan., 1984, Ketel Uap, Karya Agung, Jakarta.
www.energyefficiencyasia.org., Pedoman Efisiensi Energi Untuk Industri di Asia, (18
November 2009)

Universitas Diponegoro
Semarang
132

Anda mungkin juga menyukai