Anda di halaman 1dari 24

Potensial Aksi pada Saraf

Impuls Saraf
Sel-sel di dalam tubuh dapat memiliki potensial membran akibat adanya distribusi tidak
merata dan perbedaan permeabilitas dari Na+, K+, dan anion besar intrasel. Potensial istirahat
merupakan potensial membran konstan ketika sel yang dapat tereksitasi tidak
memperlihatkan perubahan potensial cepat. Sel saraf dan otot merupakan jaringan yang dapat
tereksitasi karena dapat mengubah permeabilitas membran sehingga mengalami perubahan
potensial membran sementara jika tereksitasi. Ada dua macam perubahan potensial membran:
1.

Potensial berjenjang yakni sinyal jarak dekat yang cepat menghilang. Potensial
berjenjang bersifat lokal yang terjadi dalam berbagai derajat. Potensial ini dipengaruhi
oleh semakin kuatnya kejadian pencetus dan semakin besarnya potensial berjenjang yang
terjadi. Kejadian pencetus dapat berupa:
a.
b.
c.

Stimulus
Interaksi ligan-reseptor permukaan sel saraf dan otot
Perubahan potensial yang spontan (akibat ketidakseimbangan siklus
pengeluaran pemasukan/ kebocoran-pemompaan)
Apabila potensial berjenjang secara lokal terjadi pada membran sel saraf atau otot,
terdapat potensial berbeda di daerah tersebut. Arus (secara pasif )mengalir antara
daerah yang terlibat dan daerah di sekitarnya (di dalam maupun di luar membran).
Potensial berjenjang dapat menimbulkan potensial aksi jika potensial di
daerah trigger zone di atas ambang. Sedangkan jika potensial di bawah ambang
tidak akan memicu potensial aksi.
Daerah-daerah di jaringan tempat terjadinya potensial berjenjang tidak mempunyai
bahan insulator sehingga terjadi kebocoran arus dari daerah aktif membran ke cairan
ekstrasel (CES) sehingga potensial semakin jauh semakin berkurang. Contoh
potensial berjenjang:
a.
b.
c.
d.

Potensial pasca sinaps


Potensial reseptor
Potensial end-plate
Potensial alat pacu

Potensial aksi merupakan pembalikan cepat potensial membran akibat perubahan


permeabilitas membran. Potensial aksi berfungsi sebagai sinyal jarak jauh.

Berikut urutan terjadinya :


1. Polarisasi (potensial istirahat) : membran memiliki potensial dan terdapat
pemisahan muatan berlawanan, biasanya sekitar -70 mV.
2. Depolarisasi : potensial lebih kecil daripada potensial istirahat dan memiliki
ambang batas maksimal sekitar 30 mV. Hsl ini terjadi ketika, potensial
berjenjang dapat melampaui batas thereshold sekitar -55 mV, maka akan dibuka
seluruh kanal protein untuk ion Na+. Masuknya ion Na+ ke dalm sel akan
mengakibatkan sel terlalu positif atau kurang polar.
3. Hiperpolarisasi : potensial lebih besar daripada potensial istirahat (potensial
lebih negatif dan lebih banyak muatan yang dipisah dibandingkan dengan
potensial istirahat), sehingga sel cenderung lebih negatif. Hal ini terjadi ketika
depolarisasi sampai di ambang batas, kanal K+ akan membuka dan mengijinkan
ion K+ untuk keluar dari sel, efluks K+ yang berlebihan dapat menyebabkan
sel terlalu polar.
4. Repolarisasi : Proses pengembalian ion-on sesuai gradien konsentrasi seperti
saat potensial istirahat. Proses pengembalian ini menggunakan pompa natriumkalium.

Selama potensial aksi, depolarisasi membran ke potensial ambang menyebabkan


serangkaian perubahan permeabilitas akibat perubahan konformasi saluran-saluran
gerbang-voltase. Perubahan permeabilitas ini menyebabkan pembalikan potensial
membran secara singkat, dengan influks Na+ (fase naik; dari -70 mV ke +30 mV)
dan efluks K+ (fase turun: dari puncak ke potensial istirahat). Sebelum kembali
istirahat, potensial aksi menimbulkan potensial aksi baru yang identik di dekatnya
melalui aliran arus sehingga daerah tersebut mencapai ambang. Potensial aksi ini
menyebar ke seluruh membran sel tanpa menyebabkan penyusutan. Cara
perambatan potensial aksi:
1. Hantaran oleh aliran arus lokal pada serat tidak bermielin, potensial aksi
menyebar di sepanjang membran
2. Hantaran saltatorik yang lebih cepat di serat bermielin, impuls melompati
bagian saraf yang diselubungi mielin. Hal ini dikarenakan selubung mielin
terbua dari lemak yang bersifat isulator, sehingga dia tidak mampu
menghantarkan listrik. Ion yang tidak mampu melewati selubung mielin pada
akhirny akan melompat dari nodus ranvier ke nodus ranvier lainnya.

Pompa Na+-K+memulihkan ion-ion yang berpindah selama perambatan potensial


aksi ke lokasi semula secara bertahap untuk mempertahankan gradien
konsentrasi. Bagian membran yang baru saja dilewati oleh potensial aksi tidak
mungkin dirangsang kembali sampai bagian tersebut pulih dari periode
refrakternya.Periode refrakter memastikan perambatan satu arah potensial aksi
menjauhi tempat pengaktifan semula. Potensial aksi timbul secara maksimal
sebagai respon terhadap rangsangan atau tidak sama sekali (all or none). Variasi
kekuatan rangsang dlihat dari variasi frekuensi, bukan dari variasi kekuatan
(besarnya) potensial aksi.
Taut Neuromuskular pada Otot Rangka
Setiap serabut saraf bermielin yang masuk ke otot rangka membentuk
banyak cabang yang jumlahnya tergantung pada ukuran unit motoriknya. Cabang
akan berakhir pada otot rangka di tempat yang disebut taut neuromuskular
(neuromuscular junction) atau motor-end-plate. Sebagian besar serabut-serabut
otot hanya dipersarafi oleh satu motor end-plate. Saat mencapai serabut otot,
saraf kehilangan selubung mielin dan pecah menjadi cabang-cabang halus.
Masing-masing saraf berakhir sebagai akson yang terbuka dan membentuk unsur
neural motor end-plate. Pada motor end-plate, permukaan serabut otot sedikit
meninggi serta membentuk unsur otot (sole plate). Elevasi terjadi akibat
akumulasi sarkoplasma granular di bawah sarkolema serta banyak inti dan
mitokondria.
Akson terbuka yang melebar terletak pada alur permukaan serabut otot
yang dibentuk oleh lipatan sarkolema ke dalam (junctional fold = dasar alur
dibentuk oleh sarkolema yang membentuk lipatan-lipatan). Junctional fold
berfungsi memperluas area permukaan sarkolema yang terletak di dekat akson
yang melebar. Di antara membran plasma akson (aksolema atau membran
prasinaps) dan membran plasma serabut otot (sarkolema atau membran
pascasinaps) terdapat celah sinaps.

Saat potensial aksi mencapai membran prasinaps motor endplate, kanal voltage-gated Ca2+ terbuka dan Ca2+ masuk ke dalam akson. Hal ini
menstimulasi penggabungan vesikel sinaptik dengan membran prasinaps dan
menyebabkan pelepasan asetilkolin ke celah sinaps. Kemudian asetilkolin
menyebar
dan
mencapaireseptor Ach
tipe
nikotinik di membran
pascasinaps junctional fold. Setelah pintu kanal terbuka, membran pascasinaps
lebih permeabel terhadap Na+ yang mengalir ke dalam sel-sel otot dan terjadi
potensial lokal (end-plate potential). Pintu kanal ACh permeabel terhadap
K+ yang keluar dari sel namun dalam jumlah yang lebih kecil. Jika end-plate
potential cukup besar, kanal voltage-gated untuk Na+ terbuka dan
timbul potensial aksi yang menyebar sepanjang permukaan sarkolema.
Gelombang depolarisasi diteruskan ke serabut otot oleh sistem tubulus T
(tranversus) menuju miofibril yang kontraktil. Hal ini menyebabkan pelepasan
Ca2+ dari retikulum sarkoplasma yang akan menimbulkan kontraksi otot.

Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot


Istilah-istilah:
Cross Bridge
: Area di mana filamen tebal dan tipis saling tumpang tindih.
Aktin berikatan dengan miosin membentuk cross bridge (jembatan silang),
sehingga dapat melakukan kontraksi

Power stroke
: Cross Bridge melipat, menarik myofilament ke arah dalam,
akibatnya terjadi pemendekan zona I dan H dan sarkomer.
Sarkomer

: Area di antara 2 simpul Z.

Relaksasi otot:
Relaksasi otot terjadi ketika troponin (salah satu protein penyusun thin filaments)
tidak terikat dengan ion Ca2+ . Protein ini menstabilkan tropomyosin pada posisi
memblok binding site pada aktin. Dengan begitu, terbentuklah kompleks
troponin-tropomyosin yang menutupi binding site pada aktin. Karena binding site
aktin tertutup, maka miosin dan aktin tidak dapat melakukan cross-bridge
binding dan serat otot mengalami relaksasi.
Kontraksi otot:
Kontraksi otot terjadi ketika ion Ca2+ berikatan dengan troponin. Susunan protein
menjadi berubah ,di mana tropomiosin bergerak dari posisi blockingnya.

Akibatnya, aktin dan miosin dapat berinteraksi pada Cross Bridge, menghasilkan
kontraksi otot.
Ketika terjadi kontak antara aktin dan miosin pada cross bridge, maka jembatan
tersebut berubah bentuk, yaitu melipat kira-kira 45 derajat ke arah tengah
sarkomer. Akibat lipatan ini, terjadi Power Stroke yang menarik thin filament.
Siklus ini terjadi berkali-kali untuk menyelesaikan proses pemendekan.
Pada akhir 1 siklus cross-bridge, sambungan aktin dan miosin terpecah, lalu
kembali ke bentuk sebelumnya dan mengikat molekul aktin berikutnya .

Peran ATP
ATP berperan dalam siklus Cross-Bridge,yaitu dalam pembentukan
energi untuk terjadinya pembengkokan Cross-Bridge. Pada Miosin,terdapat 2
situs pengikat, yaitu pengikat aktin dan yang kedua adalah ATPase. Pada ATPase
inilah terjadi pengikatan ATP yang kemudian akan dipecah menjadi ADP+P yang
menghasilkan energi.
Pertama-tama, terjadi pemisahan ATP sebelum Miosin berikatan dengan
Aktin. ADP+P terikat pada miosin, dan energi disimpan dalam crossbridge. Crossbridge dianalogikan sebagai pistol yang dikokang, siap ditembak ketika picunya
ditarik.
Kemudian, ketika troponin-tropomiosin berikatan dengan Ca2+ ,miosin
berikatan dengan Aktin. Kontak ini menarik picu ,menyebabkan cross bridge
membengkok membentuk POWER STROKE. Ketika Ca2+ tidak berikatan dengan
troponin, maka tidak terjadi power stroke.
Setelah terjadi power stroke, ADP+P dari miosin dilepas dari situs ATPase
untuk menerima molekul ATP yang baru. Pengikatan ATP ini menyebabkan
pelepasan cross bridge dan pengembalian bentuk crossbridge, sehingga siap untuk
melakukan siklus berikutnya. Kemudian, ATP yang baru dipecah lagi oleh miosin
ATPase, lalu mengulangi siklus kembali.

Biokimia perolehan ATP dalam Kontraksi Otot


Pada dasar terdapat 3 sumber ATP yang dapat digunakan untuk melakukan gerakan
pada otot :
1.

Kreatin Fosfat (CP)


Fosfokreatin ; senyawa kimia yang tertimbun di dalam otot (15 17
milimol/kg > timbunan ATP). Merupakan energi siap pakai secara cepat untuk
membentuk ATP kembali, karena hanya terdiri dari satu rangkaian reaksi.
CP memberikan fosfat berenergi tinggi ke ADP untuk membentuk ATP.
Simpanan energi pertama yang digunakan pada awal aktifitas kontraktil.
Cadangan energi bertambah pada otot yang beristirahat, peningkatan konsentrasi
ATP cenderung menyebabkan pemindahan gugus fosfat berenergi tinggi ke
kreatin fosfat. Sebagiab besar energi di otot tersimpan dalam bentuk kreatin fosfat
(otot istirahat, kreatin fosfat 5x lebih banyak dari ATP.
Creatin kinese merupakan enzim untuk reaksi ini.
CP > C + Pi + energi (13000 kalori)
Energi dan gugusan fosfat tersebut digunakan untuk membentuk kembali ATP
dari ADP.
ADP + Pi + energi (12000 kalori) > ATP

2.

Glikolisis

Pembentukan energi siap pakai akan melalui beberapa tahap reaksi dalam
sistem respirasi sel pada mitokondria. Menurut Campbell, et al, (2006: 93) reaksireaksi tersebut, yaitu:

1. Glikolisis, adalah proses pemecahan glukosa menjadi asam piruvat;


2. Dekarboksilasi
oksidatif
piruvat menjadi asetil Co-A;

asam

piruvat, adalah perombakan

asam

3. Daur asam sitrat, yakni siklus perombakan asetil Ko-A menjadi


akseptor elektron dan terjadi pelepasan sumber energi;
4. Transfer elektron, adalah mekanisme pembentukan energi terbesar
dalam proses respirasi sel yang menghasilkan produk sampingan berupa air.
Glikolisis
Tahap ini merupakan awal terjadinya respirasi sel. Molekul glukosa
akan masuk ke dalam sel melalui proses difusi. Agar dapat bereaksi,
glukosa diberi energi aktivasi berupa satu ATP. Hal ini mengakibatkan glukosa
dalam keadaan terfosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat yang dibantu oleh
enzim heksokinase. Secara singkat, glukosa-6-fosfat dipecah menjadi 2
buah molekul gliseraldehid-3-fosfat (PGAL) dengan bantuan satu ATP dan
enzim fosfoheksokinase. Proses selanjutnya merupakan proses eksergonik.
Hasilnya adalah 4 molekul ATP dan hasil akhir berupa 2 molekul asam piruvat
(C3). Secara lengkap, proses glikolisis yang terjadi sebagai berikut (Gambar 1).

Walaupun empat molekul ATP dibentuk pada tahap glikolisis, namun hasil
reaksi keseluruhan adalah dua molekul ATP. Ada dua molekul ATP yang harus
diberikan pada fase awal glikolisis. Tahap glikolisis tidak memerlukan oksigen.
3.

Fosforilasi oksidatif
Sebenarnya fosforilasi oksidatif ini merupukan kelanjutan dari glikolisis. Bila
tersedia oksigen, maka poroses respirasi seluler dpat dilanjutkan ke
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan berakhir pada fosforilasi oksidtif
(kemiosmosis)
Dekarboksilasi Oksidatif
Setiap asam piruvat yang dihasilkan kemudian akan diubah
menjadi Asetil-KoA (koenzim-A). Asam piruvat ini akan mengalami
dekarboksilasi sehingga gugus karboksil akan hilang sebagai CO2 dan akan
berdifusi keluar sel. Dua gugus karbon yang tersisa kemudian akan mengalami
oksidasi sehingga gugus hidrogen dikeluarkan dan ditangkap oleh akseptor
elektron NAD+. Perhatikan Gambar 2.

Gambar 2. Proses glikolisis berlangsung dalam


sembilan tahap.

Gugus yang terbentuk, kemudian ditambahkan koenzim-A sehingga


menjadi asetil-KoA. Hasil akhir dari proses dekarboksilasi oksidatif ini akan
menghasilkan 2 asetil-KoA dan 2 molekul NADH. Pembentukan asetil-KoA
memerlukan kehadiran vitamin B1. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui
betapa pentingnya vitamin B dalam tubuh hewan maupun tumbuhan.

Gambar
3. Dekarboksilasi
oksidatif
asam
piruvat menghasilkan CO2, 2 asetil- KoA, dan 2 molekul
NADH.

Siklus Krebs / Asam Sitrat


Proses selanjutnya adalah daur asetil-KoA menjadi beberapa
bentuk sehingga dihasilkan banyak akseptor elektron. Selain disebut sebagai
daur asam sitrat, proses ini disebut juga daur Krebs. Hans A. Krebs adalah
orang yang pertama kali mengamati dan menjelaskan fenomena ini pada tahun
1930. Setiap tahapan dalam daur asam sitrat dikatalis oleh enzim yang khusus.
Berikut adalah beberapa tahapan yang terjadi dalam daur asam
sitrat. (Gambar 4).

Gambar 4. siklus asam sitrat / krebs.

1. Asetil-KoA akan menyumbangkan gugus asetil pada oksaloasetat sehingga


terbentuk asam sitrat. Koenzim A akan dikeluarkan dan digantikan dengan
penambahan molekul air.
2. Perubahan formasi asam sitrat menjadi asam isositrat akan disertai pelepasan
air.
3. Asam isositrat akan melepaskan satu gugus atom C dengan bantuan
enzim asam
isositrat
dehidrogenase,
membentuk
asam +
ketoglutarat. NAD akan mendapatkan donor elektron dari hidrogen untuk
membentuk NADH. Asam -ketoglutarat selanjutnya diubah menjadi
suksinil KoA.
4. Asam suksinat tiokinase membantu pelepasan gugus KoA dan
ADP mendapatkan donor fosfat menjadi ATP. Akhirnya, suksinilKoA berubah menjadi asam suksinat.
5. Asam suksinat dengan bantuan suksinat dehidrogenase akan berubah menjadi
asam fumarat disertai pelepasan satu gugus elektron. Pada tahap ini, elektron
akan ditangkap oleh akseptor FAD menjadi FADH2.
6. Asam Fumarat akan diubah menjadi asam malat dengan bantuan
enzim fumarase.
7. Asam malat akan membentuk asam oksaloasetat dengan bantuan enzim asam
malat dehidrogenase. NAD+ akan menerima sumbangan elektron dari tahap
ini dan membentuk NADH.
8. Dengan terbentuknya asam oksaloasetat, siklus akan dapat dimulai
lagi dengan sumbangan dua gugus karbon dari asetil KoA.
Transfer Elektron (Fosforilasi Oksidatif)
Selama tiga proses sebelumnya, dihasilkan beberapa reseptor
elektron yang bermuatan akibat penambahan ion hidrogen. Reseptor-reseptor
ini kemudian akan masuk ke transfer elektron untuk membentuk suatu
molekul berenergi tinggi, yakni ATP. Reaksi ini berlangsung di dalam membran
mitokondria. Reaksi ini berfungsi membentuk energi selama oksidasi yang
dibantu oleh enzim pereduksi. Transfer elektron merupakan proses kompleks
yang melibatkan NADH (Nicotinamide Adenine Dinucleotide), FAD (Flavin
Adenine Dinucleotide), dan molekul-molekul lainnya. Dalam pembentukan ATP
ini, ada akseptor elektron yang akan memfasilitasi pertukaran elektron dari satu
sistem ke sistem lainnya.

1. Enzim dehidrogenase mengambil hidrogen dari zat yang akan diubah oleh
enzim (substrat). Hidrogen mengalami ionisasi sebagai berikut : 2H 2H+ +
2e (Elektron).
2. NADH dioksidasi menjadi NAD+ dengan memindahkan ion
hidrogen kepada flavoprotein (FP), flavin mononukleotida (FMN), atau FAD
yang bertindak sebagai pembawa ion hidrogen. Dari flavoprotein atau
FAD, setiap proton atau hidrogen dikeluarkan ke matriks sitoplasma
untuk membentuk molekul H2O.
3. Elektron akan berpindah dari ubiquinon ke protein yang mengandung besi
dan sulfur (FeSa dan FeSb) sitokrom b koenzim quinon sitokrom b2
sitokrom o sitokrom c sitokrom a sitokrom a3, dan terakhir diterima
oleh molekul oksigen sehingga terbentuk H2O perhatikan Gambar 5.

Gambar 5. Sistem transfer elektron membentuk


energi selama oksidasi yang dibantu oleh enzim
pereduksi.
Di dalam rantai pernapasan, 3 molekul air (H 2O) dihasilkan
melalui NADH dan 1 molekul H2O dihasilkan melalui FAD. Satu
mol H2O yang melalui NADH setara dengan 3 ATP dan 1 molekul air yang
melalui FAD setara dengan 2 ATP.

Walaupun ATP total yang tertera pada Tabel 1 adalah 38 ATP, jumlah total yang
dihasilkan pada proses respirasi adalah 36 ATP. Hal tersebut disebabkan 2 ATP
digunakan oleh elektron untuk masuk ke mitokondria.

HISTOLOGI SARAF
Jaringan saraf yang merupakan jenis ke-4 dari jaringan dasar terdapat
hampir di seluruh jaringan tubuh sebagai jaringan komunikasi. Dalam
melaksanakan fungsinya, jaringan saraf mampu menerima rangsang dari
lingkungannya, mengubah rangsang tersebut menjadi impuls, meneruskan impuls
tersebut menuju pusat dan akhirnya pusat akan memberikan jawaban atas
rangsang tersebut. Rangkaian kegiatan tersebut dapat terselenggara oleh karena
bentuk sel saraf yang khas yaitu mempunyai tonjolan yang panjang dan
bercabang-cabang.
Selain berkemampuan utama dalam merambatkan impuls, sejenis sel saraf
berkemampuan bersekresi seperti halnya sel kelenjar endokrin. Sel saraf demikian
dimasukkan dalam kategori neroen-dokrin yang sekaligus menjadi penghubung
antara sistem saraf dan sistem endokrin.
Jaringan saraf sebagai suatu sistem komunikasi biasanya dibagi menjadi :
Systema nervorum centrale dan Systema nervorum periferum.
STRUKTUR HISTOLOGIS
Komponen jaringan saraf terdiri atas :
1. Sel saraf,
2. serabut saraf dan
3. jaringan pengisi
Pada dasarnya jaringan saraf berasal dari jaringan ektoderm.
SEL SARAF
Sel saraf yang dinamakan pula sel neron berbeda dengan sel-sel dari
jaringan dasar lainnya karena adanya tonjolan-tonjolan yang panjang dari badan
selnya.
Oleh karena itu sel saraf dibedakan menjadi:
1. badan sel,
2. dendrit dan
3. neurit.

BADAN SEL
yaitu bagian sel saraf yang mengandung inti, maka kadang-kadang bagian
ini disebut pula sebagai perikaryon. Bentuk dan ukuran dapat beraneka ragam,
tergantung fungsi dan letaknya.
Inti sel biasanya terletak sentral, walaupun kadang-kadang dapat
eksentrik. Biasanya berbentuk bulat; dan berukuran besar. Di dalamnya terdapat
butir-butir khromatin halus yang tersebar. Nukleolus biasanya besar sehingga
kadang-kadang dapat disangka sebagai intinya sendiri. Penampilan inti yang
demikian merupakan ciri khas dari sel saraf, oleh karena berkaitan erat sekali
dengan kegiatan sel saraf. Dalam nukleolus banyak mengandung molekul RNA
yang penting untuk kegiatan sel terutama dalam sintesis protein, sehingga
mengikat warna basofil.
Sitoplasma sel saraf mengandung berbagai macam organela seperti halnya
jenis sel lain. Ciri khas dari sitoplasma sel neron yaitu adanya bangunan basofil
yang berbentuk sebagai bercak-bercak yang dinamakan: Substansi Nissl yang
tidak lain adalah granular endoplasmic reticulum yang banyak mengandung butirbutir ribosom sebesar 100300. Kehadiran bangunan tersebut mendukung
adanya kegiatan sintesis protein. Bentuk dan susunan substansi Nissl sangat
tergantung dari jenis sel saraf nya.
Mitokhondria yang dikenal sebagai sumber energi bagi sebuah sel juga
terdapat dalam sitoplasma sel saraf bahkan meluas ke dalam tonjolantonjolannya. Energi yang dibutuhkan oleh jaringan saraf jelas apabila diukur
konsumsi oksigen dan kandungan glukosa dalam sel saraf.
Kompleks Golgi merupakan organela yang untuk pertama kalinya
diketemukan dalam sel saraf oleh Camillo Golgi dalam tahun 1898, yang di

kemudian hari juga diketemukan dalam sel-sel bukan saraf. Kedudukan kompleks
Golgi tergantung jenis sel sarafnya.
Organela lain dalam sel saraf yang meluas sampai tonjolan-tonjolannya
yaitu yang dinamakan nerofibril. Dengan berbagai teknik histologi dapat
ditunjukkan adanya serabut-serabut halus khususnya dalam axon. Apa yang
dilihat sebagai nerofibril dengan mikroskop cahaya, ternyata dengan M.E. terdiri
atas berbagai bentuk misalnya sebagai mikrotubuli, nerofilamen dan aktin.
Fungsinya selain bertindak sebagai kerangka sel juga diduga sangat berguna
dalam pengangkutan bahan-bahan dalam tonjolan sel.
Di samping organela, di dalam sel saraf diketemukan pigmen yang
fungsinya kurang jelas. Ada dua jenis pigmen dalam sel saraf, yaitu: pigmen
lipokhrom yang berwarna kuning dan pigmen melanin yang berwarna coklat
atau hitam.

DENDRIT
Merupakan tonjolan-tonjolan dari badan sel saraf yang bercabang-cabang
sebagai pohon sehingga memperluas permukaan sel saraf. Pada pangkalnya di
badan sel terdapat perluasan substansi Nissl dan mitokhondria, namun nerofibril
dan mikrotubuli meluas sampai ujung dendritnya.
Dengan pewarnaan khusus menggunakan inpregnasi perak dapat terlihat
adanya tonjolan-tonjolan pada permukaan percabangan dendrit yang disebut
gemula dan spina. Bangunan tersebut digunakan untuk tempat kontak dengan sel
saraf lainnya melalui sinapsis.
Bentuk percabangan dendrit tergantung dari jenis sel sarafnya. Fungsinya
merambatkan impuls ke arah badan sel.
AXON
Berbeda dengan tonjolan yang dinamakan dendrit, maka axon merupakan
tonjolan yang hanya terdapat sebuah dan berfungsi merambatkan impuls yang
meninggalkan badan sel. Bahkan salah satu jenis sel saraf dalam retina yang
disebut sel amakrin tidak memiliki axon sama sekali. Axon berpangkal pada
badan sel sebagai suatu bukit kecil yang dinamakan oxon hillock. Di dalam
daerah ini tidak terdapat substansi Nissl, karena di daerah ini banyak nerofibril
yang akan meninggalkan badan sel.
Panjang axon dari beberapa cm sampai beberapa puluh cm demikian pula
diameternya juga berbeda-beda. Makin besar diameternya makin cepat
perambatan impulsnya.

Di beberapa tempat axon memberikan percabangan yang dinamakan


kolateral, sedang ujung axon akan bercabang-cabang sebagai pohon yang
dinamakan telodendron.
Oleh karena axon perlu menghantarkan impuls yang tidak lain adalah
perubahan potensial listrik, maka agar efisien perlu dibungkus dengan bahan
isolator yang dinamakan Selubung mielin. Sebelah luarnya masih ada selubung
lain yang dinamakan selubung nerolema. Mengenai hal ini akan dibahas lebih
jauh pada bagian serabut saraf dari Sistem Saraf Perifir.
JARINGAN PENGISI
Yang dimaksudkan dengan jaringan pengisi meliputi semua komponen
jaringan saraf yang tidak ikut berfungsi dalam merambatkan impuls saraf, tetapi
bukan jaringan pengikat oleh karena berasal dari jaringan ektoderm.
Jaringan pengisi ini dibedakan untuk Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf
Perifir.

Pada Sistem Saraf Pusat, sel-sel jaringan pengisi dinamakan neroglia,


Pada Sistem Saraf Perifer terdapat sel satelit atau sel kapsel dalam ganglion,
dan sel Schwann
Fungsi jaringan neroglia bertindak sebagai ;
- penyokong, untuk nutrisi dan sebagai
- isolator terhadap gel saraf.
Hubungan antara sel glia dan sel saraf demikian eratnya sehingga
merupakan unit fungsional.
Dalam Sistem Saraf Pusat dibedakan adanya beberapa jenis sel seperti :
1.
2.
3.
4.

sel ependim,
astrosit,
oligodendroglia dan
mikroglia.

Seperti juga sel-sel saraf, sel-sel neroglia tidak mudah diperlihatkan


tonjolan-tojolannya.
Untuk mempelajari morfologi sel-sel glia tidak cukup dengan pewarnaan
H.E. saja, melainkan memerlukan pewarnaan khusus, misalnya dengan
pewarnaan dengan perak atau emas. Bahkan pengamatan dengan M.E. sangat
membantu dalam mengungkapkan struktur halus dan fungsinya.

Dengan pewarnaan H.E. sel glia hanya dapat dipastikan dari bentuk dan
ukuran intinya saja oleh karena tidak dapat dilihat dengan baik tonjolantonjolannya.
Astrosit menunjukkan inti yang paling besar dan berbentuk ovoid atau
bulat dengan warna yang pucat oleh karena butir-butir khromatin yang halus dan
tersebar. Sebagian besar khromatin menempel pada selubung inti sehingga batas
inti menjadi lebih jelas. Di dalam intinya kadang-kadang dapat terlihat nukleolus.
Oligodendroglia atau oligodendrosit merupakan populasi yang paling
banyak diketemukan sebagai kumpulan inti yang berukuran lebih kecil daripada
inti astrosit. Inti yang berbentuk bulat dan ovoid ini berwarna lebih gelap karena
khromatinnya lebih padat. Kadang-kadang dalam intinya dapat diketemukan
nukleolus pula.
Mikroglia merupakan pengecualian dalam asal-usulnya oleh karena
berasal dari jaringan mesenkhim. Sel ini dapat dibedakan dengan yang lain karena
bentuk intinya yang memanjang dengan butir-butir khromatin yang tersebar rata.
Kadang-kadang masih dapat terlihat sitoplasma di sekitar intinya.

Sel ependim telah umum disepakati dimasukkan ke dalam kelompok


neroglia, walaupun badan selnya tidak terdapat di antara sel-sel saraf. Oleh
karena pada saat pembentukan Sistem Saraf Pusat sel-sel ependim membatasi
Tuba neuralis maka setelah lahir sel-sel ini masih diketemukan membatasi rongga
otak yang dinamakan ventriculus dan rongga pada Medulla spinalis yang
dinamakan Canalis centralis.
Sel-sel ependim yang berbentuk silindris pendek tersusun sebagai epitil
paling sedikit mempunyai 3 fungsi yaitu :
1.
2.

proliferatif, sebagai
penyokong karena tonjolan-tonjolannya terdapat di antara selsel saraf, dan berbentuk sebagai epitil plexus choroideus.
3.
Fungsi terakhir ini mempunyai kaitan dengan produksi cairan
serebrospinal.
Sel mirip spongioblas diketemukan di antara sel-sel neroglia yang lain
mempunyai inti yang paling kecil, berbentuk bulat dan lebih padat susunan
khromatinnya.
Untuk mempelajari percabangan tonjolan sitoplasma sel-sel neroglia
digunakan fiksasi larutan bikhromat yang kemudian dilakukan pewarnaan khusus.
Atas jasanya mendapatkan cara pewarnaan khusus ini Camillo Golgi
memperoleh Hadiah Nobel dalam tahun 1906. Dengan mempelajari tonjolantonjolan tersebut orang lebih dapat memahami fungsi menopang, karena ternyata
betapa kompleksnya tonjolan-tonjolan tersebut membentuk anyaman.

Astrosit protoplasmatis terdapat banyak pada substantia grisea. Sel-sel ini


mempunyai tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang meluas dari seluruh permukaan
sel. Kadang-kadang tonjolan tersebut berakhir pada pembuluh darah kecil sebagai
cabang-cabang yang lebih kecil membentuk "perivascular feet". Di dalam
sitoplasmanya dapat diperlihatkan butir-butir yang dinamakan gliosom.
Astrfit fibrosa sebaliknya terdapat lebih banyak dalam substanstia alba.
Perbedaannya dengan astrosit protoplasmatis dapat dilihat dari tonjolantonjolannya yang lebih panjang dan lurus dengan sedikit percabangan. Di dalam
tonjolan-tonjolan tersebut ter-dapat gambaran filamen.
Oligodendroglia untuk pertama kalinya diketemukan oleh Del Rio
Hortega. Sel tersebut selain lebih kecil juga mempunyai tonjolan sangat sedikit
(oligo = sedikit) yang tidak memperlihatkan gambaran filamen di dalamnya. Sel
ini banyak diketemukan dalam substantia grisea terutama di dekat sel-sel neron
sehingga dinamakan juga sebagai sel satelit perineal. Pada substantia alba
oligodendroglia biasanya terdapat di antara serabut-serabut saraf bermielin,
karena sel-sel tersebut membentuk selubung mielin seperti halnya Sel Schwann
pada Sistem Saraf Perifir. Apabila terdapat di antara pembuluh darah dinamakan
sel satelit perivaskuler.

Mikroglia yang berasal dari sel-sel yang berasal dari mesoderm


dinamakan pula mesoglia. Sel inipun diketemukan untuk pertama kali oleh Del
Rio Hortega dalam tahun 1920. Lebih banyak diketemukan dalam substantia
grisea sebagai sel-sel satelit perivaskuler. Oleh karena sel-sel mikroglia ini baru
diketemukan setelah otak mendapatkan pembuluh darah, maka diduga bahwa selsel tersebut datang bersama-sama dengan pembuluh darah. Mula-mula tampak
sebagai sel-sel ameboid di bawah piamater (pembungkus otak) kemudian masuk
ke dalam jaringan saraf. Pada kerusakan jaringan otak sel-sel mikroglia dapat
berubah menjadi fagosit.
Ependim yang digolongkan dalam sel neroglia mempunyai fungsi:
1. Pada waktu pembentukan Sistem Saraf Pusat sebagai sel-sel proliferatif
yang menghasilkan neroblas yang akan jadi sel saraf, dan spongioblas
yang akan menjadi neroglia.
2. Sebagai sel penyokong.
3. Sebagai pembatas rongga Sistem Saraf Pusat.
4. Sebagai epitil Plexus choroideus.
VASKULARISASI KEPALA

Arkus Aorta :
1. a.Brakiosefalika (a.carotis komunis kanan & a.subklavia kanan)
2. a.Carotis komunis kiri (a.carotis externa & interna)
3. a.Subklavia kiri
A.Karotis externa menyuplai darah ke kepala dan leher di luar rongga cranial.
Cabang-cabangnya :
1.
2.
3.
4.

a.tiroidea Superior,
a.faringeaasenden,
a.lingualis,
a.facialis,

5.
6.
7.
8.

a.oksipitalis,
a.auricularis,
a.temporalissuperfisialis,
a.maxilaris.

9. a.Karotis interna memasuki rongga cranial melalui saluran karotis temporal.


Cabangnya yaitu a.optalmika , a.cerebri anterior, a.serebri media. Arteri cerebri
membentuk bagian lingkaran willis yang mensuplai darah ke bagian dasar otak.
10. Sinus karotis dan bagian karotis terletak di percabangan a.carotis interna &
externa.
11. a.vertebralis : mnyuplai darah bagian batang otak.

12.
13. A.facialis : keluar dari trigonum caroticus yang terletak sedikit di atas
a.lingualis. A.facialis berjalan naik pada leher,keluar dari glandula
submandibularis. menuju wajah pada tepi bawah mandibula,pada daerah ini
denyutan a.facialis dapat dengan mudah di raba.
14. A.maxilaris : cabang terminal a.carotis externa yang terbagi menjadi 3 bagian
melaluihubungannya dengan m.pterygoideus lateralis. Cabang terbesar yang
pertama adalaha.alveolaris inferior.
15. Pada region gigi premolar,a.alveolaris inferior akan berakhir sebagai rami
mentales & rami incisivus.
16. Vena yang mendrainase pipi &labium oris berdrainase baik ke v.facialis
ataupunmelalui v.profunda facialis ke plexus venosus pterygoideus.v.angularis
(bag.terminalv.facialis anterior) berhubungan dengan vena-vena orbita.
17. Palatum mole, mendapat pendarahan dari Aa.palatini minors, beberapa cabang
a.pharyngea assendens & palatine assendens,rami dorsales linguae.
18. Palatum durum di pendarahi oleh a.palatina major & a.incisiva dari a.nasalis.
Arteri-arteri ini merupakan cabang a.maxilaris.
19. Pipi, pendarahan dari a.buccalis, rami a.alveolaris superior posterior, a.facialis,
a.mentalis & a.infra orbitalis.
20. Labium oris :
1. Inferius dari a.labialis inferior
2. Superius,dari a.labialis superior

21. Lingua,mendapat pendarahan dari a.lingualis


22. Dasar mulut,mendapat pendarahan dari a.sublingualis cabang a.lingualis & di
bawah m.mylohyoideus di perdarahi oleh a.submentalis cabang a.facialis &
a.mylohyoideacabang a.alveolaris inferior.
23. VASKULARISASI LEHER
24.

25.
26. A.Carotis Communis :
27. -Dextra : di mulai pada bifurcation truncus brachio cephalicae,di belakang
artikulatio Sternoclavicularis sebelah kanan.
28. -Sinistra : keluar dari arcus aorta dan naik menuju leher di belakang
articulationsternoclavicularis sebelah kiri.
29. *A.Carotis Externa :
30. -Cabang terminal dari a.carotis communis & di bagi 3bagian.
31. -Bagian pertama : di bawah m.digastricus pada trigonum carotis yang
mengeluarkan a.pharyngea assendens, tyroidea superior, lingualis, facialis &
a.occipitalis yang berjalan ke posterior. *A.Pharyngea ascendens :
32. -Keluar dari oem.medial (dlm) a.carotis externa.
33. -Naik pada m.constrictor pharyngis medial & superior dan masuk ke
dalamm.stylopharyngeus.
34. A.Tyroidea Superior :
35. -Berjalan ke bawah pada trigonum caroticus,terletak di dekat tepi atas
m.constrictor pharyngis inferior & di belakang cornu superior os hyoideum.
36. A.Lingualis :
37. -Keluar dari permukaan a.carotis externa pada daerah berlawanan dengan
cornu majus os.hyoideum.
38. V.Jugularis interna berjalan melintasi leher pada selubung caroticus untuk
berakhir di belakang articulation sternoclavicularis.
39.

40.Daftar Pustaka
41. 1. http://www.medicinesia.com
2. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC; 2001. p.78100
3. Reece, Campbell. Biologi Edisi 8 Jilid 1. Jakarta : Erlangga; 2008.
42.

Anda mungkin juga menyukai