Anda di halaman 1dari 5

5

menuju miokardium. Kondisi ini mengakibatkan miokardium kekurangan darah


teroksigenasi sehingga sel miokardium menjadi nekrosis (infark miokardium).

2.1.2 Etiologi Penyakit Jantung Koroner


Menurut Sherwood, L (2015:358), penyebab penyakit jantung koroner
adalah aterosklerosis pada arteri koronaria. Aterosklerosis merupakan penyakit
degeneratif yang menyebabkan oklusi atau sumbatan yang ditandai dengan
timbulnya plak ateroskerotik pada dinding arteri koronaria. Plak tersebut memiliki
ini kaya lemak dan ditutupi oleh otot dan kolagen yang tumbuh secara abnormal.
Plak aterosklerotik ini akan mempersempit lumen arteri kononaria dan
dapat menghambat pertukaran nutrien sehingga terjadi degenerasi pada sel endotel
pembuluh yang kemudian akan diinvasi oleh jaringan fibroblas (jaringan parut).
Plak tersebut dapat pecah dan memicu pembekuan darah sehingga terbentuk
trombus yang menempel pada dinding endotel. Trombus dapat terlepas dari
dinding endotel dan mengambang pada aliran darah yang menuju pembuluh darah
yang lebih kecil sehingga terjadi sumbatan.

2.1.3 Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner


Faktor resiko pada penyakit jantung koroner terbagi atas faktor resiko
dapat diubah dan faktor resiko yang tidak dapat diubah. Faktor resiko penyakit
jantung koroner dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner

Faktor Resiko yang Tidak Dapat


Faktor Resiko yang Dapat Diubah
Diubah
Merokok Riwayat penyakit dalam keluarga
Hipertensi Jenis kelamin laki-laki
Dislipidemia Usia
Diabetes melitus Etnis
Obesitas atau gangguan metabolik
Inaktivitas fisik
Stres

Diet lemak tinggi kalori


(Abdul Majid, 2007)
6

2.2 Rokok
Dalam subbab rokok ini dibahas mengenai definisi dan kandungan dalam
rokok.

2.2.1 Definisi Rokok


Rokok adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus dalam cerutu atau
bahan lain dan dihasilkan oleh tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica,
atau spesies lainnya. Bahan lain selain tembakau yaitu nikotin, tar, dan bahan
tambahan lainnya. Nikotin dalam rokok tersebut memberikan efek tenang dan
candu bagi perokok. Rokok biasanya berbentuk silinder dari kertas dengan
panjang 70 hingga 120 mm dan diameter 10 mm. Rokok dibakar salah satu
ujungnya agar asap yang keluar di sisi berlainan dapat dihirup melalui mulut (PP
No. 109 Tahun 2012).

2.2.2 Kandungan dalam Rokok


Zat yang terkandung dalam rokok merupakan ROS (Reactive Oxydant
Species) yang memiliki kemampuan untuk merusak sel dalam tubuh. ROS ini
memiliki sifat seperti oksigen yang mampu berikatan dengan zat lain (reaktif).
Golongan ROS misalnya anion superoksida (O2-), hidroksil radikal (OH-), peroksil
radikal (RO2) (Halliwell dan Whiteman, 2004).
Menurut Direktorat Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI (2014), zat
yang terkandung dalam rokok sebagai berikut:
a. Nikotin
Nikotin (C10H14N2), merupakan komponen aktif farmakologis yang
utama dari tembakau, Nikotiana tabacum. Ditemukan juga dalam jumlah
banyak pada spesies lain dalam famili solanaceae seperti tomat, kentang,
aubergin dan lada hijau. Nikotin yang terhirup saat merokok akan masuk ke
aliran darah menuju otak selama 710 detik.
Nikotin merupakan racun saraf poten yang mengakibkan
ketergantungan (adiksi) dan dapat digunakan sebahgai depresan (Sarker,
2007). Nikotin dapat merangsang dopamin, katekolamin, dan adrenalin
sehingga menciptakan sensasi nikmat saat merokok
7

b. Tar
Tar adalam senyawa polinuklir hidrokarbon aromantika yang
bersifat karsinogenik (PP RI No. 19 Tahun 2003). Tar ini terbentuk selama
pembakaran tembakau dan berwarna hitam jelaga. Tar mudah menempel
pada organ-organ pernafasan seperti paru sehingga dapat menyebabkan
penyakit pada paru.
c. Asam asetik
Asam asetik merupakan turunan senyawa kimia organik yang
merupakan asam karboksilat yang dikenal dapat memberi rasa asam dan
aroma pada makanan. Asam asetik tergolong bahan kimia yang bersifat
asam dan korosif pada sel tubuh. Karena sifatnya yang korosif, zat ini juga
banyak dijumpai dalam pembersih lantai (Kemenkes RI, 2014).
d. Naptalin
Naptalin merupakan hidrokarbon kristalin aromatik berbentuk
padatan berwarna putih dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua
cincin benzena yang bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap
walau dalam bentuk padatan. Sifat kimia tersebut dimanfaatkan untuk
membuat bola-bola pewangi.

e. Hidrogen sianida
Hidrogen sianida (HCN) merupakan senyawa berbentuk cairaa
tak berwarna dan sangat beracun. Titik didihnya berada diatas 25,60C.
Hidrogen sianida dapat dijumpai pada ketela pohon, kacang koro, daun
salam, buah ceri, dan kacang almond. Hasil pembakaran hidrokarbon dan
nitrogen seperti rokok juga akan melepaskan hidrogen sianida.
Hidrogen sianida mudah diserap oleh tubuh. Gejala yang paling
cepat muncul setelah keracunan sianan yaitu suara desiran darah yang tidak
teratur, nyeri kepala, mual, muntah, sesak nafas, dada berdebar, hingga
korban tidak sadarkan diri. Gejala paling berat dari keracuna sianida yaitu
hipotensi, aritmia kompleks pada jantung, gagal jantung, dan edema pada
paru. (Utama, 2006)
f. Aseton
Aseton merupakan senyawa keton yang mudah terbakar dan
berbentuk cair. Aseton biasa digunakan untuk pembersih cat kuku. Aseton
8

yang termakan dan terhirup dapat merusak susunan saraf pusat dan
mengakibatkan peradangan pada saraf pusat khusunya otak (Kemenkes RI,
2014).
g. Kadmium
Kadmium (Cd) merupakan logam yang bersifat reaktif dan pada
manusia terakumulasi dalam ginjal. Keracunan Cd dalam waktu yang lama
membahayakan kesehatan paru, tulang, hati, kelenjar reproduksi dan ginjal.
Logam ini juga bersifat neurotoksin yang menimbulkan dampak rusaknya
indera penciuman dan akan berakhir merusak sistem saraf pusat
(Anwar,1996).
h. Metanol
Metanol merupakan senyawa yang dapat mengiritasi sel pada tubuh
dan mudah ditemui dalam bentuk campuran cat atau bahan bakar kompor
(Kemenkes RI, 2014). Metanol masuk ke tubuh melalui inhalasi, oral, dan
kontak dengan kulit. Sasaran utama dari metanol ini adalah ginjal, hati,
paru, mata, kulit, dan sistem saraf. Pemaparan secara terus menerus dapat
mengakibatkan kebuataan pada mata, dermatitis pada kulit, kerusakan
sistem saraf, serta peradangan pada hati dan ginjal.
i. Polonium-210
Polonium-210 merupakan senyawa radioaktif yang biasanya
dihasilkan oleh negara yang menggunakan teknologi nuklir. Polonium
beracun karena memiliki susuan elektron yang reaktif dan dpat merusak sel
seperti sinar radiasi. Menurut Badan Energi Atom Internasional (IAEA), 0,1
mikogram polonium-210 dapat membunuh manusia.
j. Sodium hidroksida
Sodium hidroksida atau NaOH merupakan senyawa basa kuat
yang sering dijumpai dalam pembersih lantai. Sifat basa kuat yang
dimilikinya mampu mengiritasi dan menyebabkan perforasi pada jaringan
yang dilaluinya. Kerongkongan yang hanya memiliki satu lapisan
muskularis mukosa dapat langsung mengalami perforasi apabila sodium
hidroksida tertelan (Mescher, A.L, 2014).
k. Formalin
Formalin atau formaldehid merupakan senyawa aldehid yang
digunakan sebagai bahan pengawet non-makanan. Gejala awal keracunan
9

formalin yang terdapat dalam makanan yaitu mual, muntah dan pusing.
Pemaparan secara berkala dapat menyebabkan kerusakan multi organ. Tahap
awal kerusakan sitem saraf pusat yaitu kesulitan tidur atau insomnia. Tanda
keracunan yang berat ditandai dengan mulai rusaknya organ pencernaan
sehingga tubuh kesulitan memeroleh nutrisi serta kerusakan saraf sehingga
kontrol tubuh menurun dan terjadi koma.
l. Urea
Urea atau CO(NH2)2 merupakan senyawa yang dijumpai dalam air
seni dan umumnya digunakan sebagai pupuk (Kemenkes RI, 2014).
Susunan urea ini mengandung senyawa hidrokarbon dan nitrogen yang
apabila dilakukan pembakaran akan mengahasilkan senyawa reaktif yang
berpotensi merusak sel tubuh. Melimpahnya senyawa reaktif ini
menimbulkan nekrosis di seluruh jaringan tubuh yang terinfeksi.
m. Karbon Monoksida
Karbon monoksida (CO) merupakan hasil samping dari
pembkaran yang tidak sempurna. CO terbentuk karena kurangnya kadar
oksigen saat pembakaran. CO bersifat racun bagi tubuh. CO dapat
membunuh manusia tanpa rasa sakit.

Anda mungkin juga menyukai