LANDASAN TEORI
3.1
3.2
3.2.1
bucket yang berputar pada satu roda putar, bucket penggeruk terdapat sejumlah
14buah dengan kapasitas 0,8 m3. Alat ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu :
Substructure (bagian bawah), Intermediate Structure (bagian tengah), Slewable
Superstructure (bagian atas).
BWE juga dilengkapi dua buah lengan mekanis/ban pengangkut material
dengan lebar ban 1.400 mm dan kecepatannya 4,5 m/detik. BWE digerakkan dengan
menggunakan tenaga listrik. Kemampuan gali BWE adalah 1.300 bcm/jam untuk
kapasitas rancangan dan 1.050 bcm/jam untuk kapasitas garansi.
Gambar 3.1
Bucket Wheel Excavator
BWE cocok dipergunakan untuk material seperti coal, clay, sand, dan shale.
Sedangkan untuk material untuk material agak keras terutama batubara yang
mempunyai kekerasan tertentu, sebelum dilakukan penggalian biasanya material
tersebut diledakkan terlebih dahulu agar proses penggalian bisa dilakukan dengan
lebih mudah dan efektif.
Selanjutnya material hasil galian dari BWE ini melalui ban berjalan (Belt
Conveyor) diteruskan ke ATU lainnya yang meliputi :
3.2.2
Gambar 3.2
Belt Wagon
Gambar 3.3
Hopper Car
Gambar 3.4
Cable Rail Car
3.2.5
material hasil galian yang keluar dari Hopper Car. Posisi jalur CE yang paling ujung
bisa digeser menyesuaikan dengan kemajuan galian BWE. Lebar belt CE adalah 1.200
mm.
Gambar 3.5
Conveyor Excavating
3.2.7
dari CS dapat digeser baik secara manual ataupun otomatis sesuai dengan jenis
material yang digali. Lebar Belt CS adalah 1.200 mm.
Gambar 3.6
Conveyor Shunting
3.2.8
CS ke conveyor coal (CC) untuk batubara atau ke conveyor dumping (CD) untuk
tanah. Pengaturan distribusi dilakukan oleh operator yang ada di CDP secara otomatis
dan dapat juga secara manual.
Gambar 3.7
Conveyor Distribution Point
3.2.9
dari CS ke Spreader di disposal area. CD daoat melayani 2 unit BWE sekaligus karena
memiliki lebar belt 1.600 mm.
3.2.10 Conveyor Coal (CC)
Conveyor Coal berfungsi untuk meneruskan pengangkutan batubara yang telah
melewati Conveyor Distribution Point ke Stacker Reclaimer (SR) di Stockpile area. CC
mampu melayani pengangkutan dari dua jalur penggalian BWE dengan lebar belt
1.600 mm.
Gambar 3.8
Conveyor Coal
3.2.11 Spreader
Spreader merupakan alat penghampar tanah di daerah penimbunan (disposal
area). Kapasitas Spreader mampu melayani penghamparan material tanah yang
berasal dari dua jalur penggalian BWE.
Sama halnya dengan BWE, spreader juga memiliki dua ban lengan mekanis.
Ban 1 diletakkan pada lengan topang Tripper Car (TC) dan berfungsi untuk menerima
material dari CD. Sedangkan ban 2 berfungsi untuk menerima material dari ban 1 dan
selanjutnya menghampar material tersebut di area penimbunan.
Pada prinsipnya, jenis material penimbunan hanya dibagi dua jenis, yaitu
material kering dan material basah atau lumpur. Pengaturan penempatan material
batubara diatur dengan komunikasi antara operator spreader, MCC, dan operator
BWE.
3.2.12 Tripper Car (TC)
Tripper Car merupakan alat yang berfungsi untuk mendistribusikan material
tanah dari CD ke ban 1 spreader.TC bergerak maju mundur menyesuaikan dengan
jalur rel CD dan pergerakan spreader. Dalam kegiatan tertentu seperti transport
spreader jarak jauh, TC dapat dipisahkan dari ban 1 spreader namun sebagai
gantinya, ban 1 spreader ini akan ditopang oleh sebuah transport crawler.
3.3
dibutuhkan alat berat lainnya, yang sifatnya sebagai penunjang operasi. Diantaranya :
3.3.1
Back Hoe
Back Hoe berfungsi untuk :
Melakukan pekerjaan yang kurang efektif bila dilakukan oleh ATU, seperti
Gambar 3.9
Backhoe
3.3.2
Bulldozer
Bulldozer pada penambangan BWE memiliki fungi untuk :
Mengumpulkan material tanah atau batubara yang sudah tidak terjangkau oleh
BWE.
Mendorong dan meratakan tanah terutama saat CE dan CD melakukan proses
spreader.
Menggeser kopt station untuk meluruskan jalur belt conveyor.
Gambar 3.10
Bulldozer
3.3.3
merupakan modifikasi dari wheel loader. Kedua alat ini memiliki fungsi yaitu :
Membersihkan ATU (BWE, BW, Spreader & Tripper Car) dari tanah/lumpur
terutama pada bagian track plate dan diatas ballas (penyeimbang BWE).
Membersihkan jalur CE & CD dari tumpukan batubara atau tanah yang berada
Gambar 3.11
Wheel Stackle
3.3.4
material yang mengotori atau menumpuk di sekitar jalur-jalur belt conveyor di sekitar
area CDP.
Gambar 3.12
Mini Wheel Loader
3.3.5
Pipe Layer
Pipe Layer merupakan modifikasi dari bulldozer yang berfungsi untuk :
3.3.6
Transport Crawler
Transport Crawler mempunyai peran yang sangat vital di penambangan BWE
system. Alat ini digunakan untuk mengangkat kopt station pada saat perpindahan jalur
belt conveyor dari satu tempat ke tempat lain.
3.4
3.4.1
Penggalian ini dilakukan dengan cara membuat blok-blok. BWE bekerja dengan
cara menaikkan dan menurunkan serta mengayun lengansecara terus menerus
dengan sudut s
wing sebesar 1450. Cara kerja ini cocok untuk semua jenis dan
ukuran BWE, namun akan lebih baik bila menggunakan BWE jenis Crowd Boom,
karena ketebalan sayatan akan tetap pada setiap sudut ayun. Lereng depan hasil
penggalian berbentuk busur. Kedalaman penggalian diaturdengan memajukan lengan.
3.4.2
Arah gerak BWE tegak lurus dengan arah lengan dan ayunan (swing) hanya dilakukan
pada akhir permukaan kerja, dimana besarnya sudut swing tersebut sebesar 700.
Jarak jalan BWE pada cara setengah blok lebih besar dari jarak jalan pada cara blok
penuh. Dalam proses penggalian lapisan material, BWE bekerja dibatasi oleh sektor.
Dalam penggalian dimana dalam satu sektor penggalian terbentuk blok-blok
penggalian yang menunjukkan arah gerak BWE tersebut.
3.4.3
pada cara kerja depan, sudut swing pada akhir permukaan kerja sebesar 55 0. Jarak
jalan BWE pada cara kerja depan lebih besar dari jarak jalan pada cara setengah blok.
Kecepatan penggaliannya bergantung terhadap kecepatan gerak BWE. Cara kerja
depan digunakan bila ingin memperoleh kemiringan yang lebih baik dan hasil bahan
galian dengan jangkauan yang maksimum. Cara kerja ini sangat cocok bila
menggunakan BWE dengan roda jenis rel (rail mounted).
3.5
3.5.1
Terrace Cut
Adalah cara penggalian dengan ketebalan galian ditentukan melalui gerak maju
BWE. Dimana pada awal galian gigi bucket terhhadap material adalah tipis dan pada
akhir galian gigi bucket terhadap material adalah tebal.
Penggalian ini juga untuk membuat tangga-tangga agar kestabilan lereng dapat
terjaga serta menghasilkan galian yang optimal.
3.5.2
Dropping Cut
Adalah cara penggalian bucket wheel excavator di mana ketebalan galian
ditentukan melalui gerak turun bucket wheel. Di mana pada awal penggalian gigi
bucket terhadap material dalah tebal dan diakhir galian gigi bucket terhadap material
adalah tipis. Cara penggalian ini digunakan untuk menggali tanah yang lunak dan
lengket agar material hasil galian tersebut tidak mengotori landasan kerja bucket wheel
excavator bagian depan.
3.5.3
Combination Cut
Adalah suatu cara penggalian gabungan antara terrace cut dan bagian bawahnya
menggunakan dropping cut. Cara ini jarang digunakan, karena saaat menggali
dropping cut, bucket akan mengalami tahanan yang besar pada saat memotong slice
yang cukup tebal sehingga beresiko patahnya gigi bucket atau terjadinya vibrasi yang
cukup kuat pada bodi bucket wheel excavator.
3.6
High Cut
High Cut adalah sistem pengoperasian BWE dengan elevasi latar kerja BWE,
BW dan CE berada pada ketinggian yang sama. Tinggi maksimal galian adalah 12
meter. Sistem ini berguna untuk memperluas daerah dengan batas maksimum 90
meter dari jalur Conveyor Excavating (CE). Lebar blok galian 20 meter dengan sudut
bidang gali 600. Hasil bidang galian harus tiga slice.
3.6.2
High Step
High step adalah cara penggalian blok penambangan dengan elevasi latar kerja
BWE berada lebih tinggi daripada latar kerja BW dan CE. Perbedaan ketinggian
maksimum ATU adalah 6 meter. Cara ini digunakan apabila ketinggian jenjang
penggalian yang tersedia jauh lebih tinggi (> 12 meter) daripada ketinggian blok
penggalian normal. Lebar blok galian 20 meter dengan sudut gali > 60 0. Kaki ramp
maksimal 37 meter dari CE, dan kemiringan ramp 1 : 25.
3.6.3
Deep Step
Deep step adalah cara penggalian blok dengan elevasi latar kerja BWE dan
BW lebih rendah daripada latar kerja CE dengan beda ketinggian maksimum jenjang 6
meter. Cara ini dilakukan untuk mengurangi ketinggian bench yang di bawahnya.
Dalam operasi deep step ini perlu diperhatikan aliran air pada planum BWE agar tidak
terperangkap dan menggenang. Lebar blok galian adalah 32 meter dan kemiringan
ramp turun minimum 1 : 22,5.
3.6.4
rendah (-6 meter) daripada latar kerja BW. Dan latar kerja BW, dan latar kerja BW lebih
rendah (-6 meter) dari latar kerja CE. Jadi beda ketinggian jenjang total antara CE dan
BWE adalah 12 meter.
3.7
pemindahan tanah dan batubara dari BWE. SPF diperolah dari perbandingan antara
volume tanah dan batubara hasil penggalian dengan waktu penggaliannya.
Kapasitas efektif yang digaransikan oleh Rheinbraun Consulting sebesar 1.300
bcm/jam, akan tetapi berdasarkan kondisi Tambang Air Laya saat itu, maka ditentukan
bahwa kapasitas efektif Bucket Wheel Excavator sebesar 1.050 bcm/jam.
Kapasitas efektif ini ditentukan dengan dua cara, yaitu :
Cara I :
Qeff = 60 x In x S x nf x Sf x np x fp
Dimana :
Qeff
In
nf
Sf
np
fp
Qeff
SPF
= 17,5 bcm/menit
Cara II
Qeff = Qg x Fm x Fam
Dimana :
Qeff
Qg
Fm
Fam
Qeff
SPF
= 17,5 bcm/menit
Untuk
menghitung
kapasitas
nyata
bucket
wheel
excavator,
dapat
menggunakan persamaan :
Qny
Vb
Ef
Dimana :
Qny
Vb
Ef
3.8
3.8.1
material yang masuk ke dalam mangkuk dengan kapasitas teoritis dari alat muat
tersebut yang dinyatakan dalam persen.
FF
Vn
Vt
x100%
Keterangan :
3.8.3
FF
Vn
Vt
curahan atau tumpahan bucket per menit, maka digunakan persamaan berikut:
Rata-rata CT =
n curahan
Keterangan
CT
CT
n(CT )
60
n
x 14 bucket
3.8.4
60
= konversi waktu
digali
dari
tempat
aslinya,
maka
akan
terjadi
pengembangan volume (swell). Untuk menghitung swell factor dan percent swell
berdasarkan volume dapat menggunakan persamaan pada berat yang sama:
Swell Factor (SF)
Volume Loose
Volume Insitu
x 100%
% Swell (S)
(loose )
(insitu)
x 100%
3.9
M
V
1+W
Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap suatu pelaksanaan pekerjaan,
merupakan perbandingan antara waktu kerja produktif dengan waktu kerja yang
tersedia, dinyatakan dalam persen (%). Efisiensi kerja ini akan mempengaruhi
kemampuan produksi dari suatu alat. Persamaan sebagai berikut:
Ek =
We
x 100%
Di mana :
We
= Wp - (Wtd + Whd)
Keterangan:
Ek
We
3.10
Wp
Wtd
Whd
Belt Conveyor
Belt Conveyor merupakan ban berjalan yang dapat digunakan sebagai media
pengangkutan material secara mendatar atau miring. Material yang dapat diangkut
oleh belt conveyor dapat berupa Unit load atau Bulk material.
Unit load adalah benda yang dapat dihitung satu persatu, seperti kantong,
kotak, balok, dan lain-lain. Sedangakan Bulk material adalah material yang berupa
butir, serbuk, atau bubuk, seperti batubara, kaolin, timah, pasir, dan lain-lain.
Produksi atau jumlah material yang dapat diangkut oleh belt conveyor
tergantung dari :
Lebar belt.
Kecepatan belt.
Sudut roller atau idler.
Kerapatan material.
Sudut kemiringan belt.
Produksi belt conveyor dapat ditentukan dengan rumus :
T=
Keterangan
3.11
AxSx D
2000
= Produksi, ton/jam
Swabakar
Swabakar atau Spontaneous combustion atau disebut juga self combustion
adalah salah satu fenomena yang terjadi pada batubara pada waktu batubara tersebut
disimpan atau di storage / stockpile dalam jangka waktu tertentu. Swabakar pada
stockpile merupakan hal yang sering terjadi dan perlu mendapatkan perhatian
khususnya pada timbunan batubara dalam jumlah besar. Batubara akan teroksidasi
saat tersingkap dipermukaan sewaktu penambangan, demikian pada saat batubara
ditimbun proses oksidasi ini terus berlanjut. Akibat dari reaksi oksidasi antara oksigen
dengan gas-gas yang mudah terbakar dari komponen zat terbang akan menghasilkan
panas.
Bila reaksi oksidasi berlangsung terus-menerus, maka panas yang dihasilkan
juga akan meningkat, sehingga dalam timbunan batubara juga akan mengalami
peningkatan. Peningkatan suhu ini juga disebabkan oleh sirkulasi udara dan panas
dalam timbunan tidak lancar, sehingga suhu dalam timbunan akan terakumulasi dan
naik sampai mencapai suhu titik pembakaran (self heating), yang akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya proses swabakar pada timbunan tersebut.
Sumber:bp.4.blogdpot.com/swabakar.html
Gambar 3.13
Segitiga Swabakar Batubara
Ada dua hal yang menunjang terjadinya proses swabakar pada timbunan yaitu
tergantung suhu reaksi dan konsentrasi oksigen yang cukup. Semua jenis batubara
mempunyai kemampuan untuk terjadinya proses swabakar, tetapi waktu yang
diperlukan dan besarnya suhu yang dibutuhkan untuk proses swabakar batubara ini
tidak sama. Untuk batubara yang mempunyai rank rendah memerlukan waktu yang
lebih pendek dan suhu yang lebih rendah bila dibandingkan dengan batubara yang
mempunyai rank yang tinggi.
Perkembangan panas batubara kelas bituminous yang disebabkan oleh proses
oksidasi antara O2 dan gas gas yang mudah terbakar seperti : methan, hidrogen,
yang terserap, hal ini dikarenakan sisi miring timbunan yang terbentuk akan semakin
panjang, sehingga daerah yang tak terpadatkan akan semakin luas dan akan
mengakibatkan permukaan yang teroksidasi semakin besar semakin cepat pula proses
swabakar.