"Dalam diri kita terkadang begitu sulit untuk bersabar untuk suatu hal, entah itu
terkena musibah atau sedang di uji oleh-Nya, banyak sekali Ayat-ayat Al-Qur'an
dan Hadist Rasulullah S.A.W yang menjelaskan tentang sabar, berikut ada sedikit
urain tentang makna sabar, semoga artikel ini dapat menambah kesabaran kita dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..."
Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan
perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya.
Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min:
Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui)
bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa
musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal
terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)
Sekilas Tentang Hadits
Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui
jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW,
diriwayatkan oleh :
- Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa'iq, Bab Al-Mu'min
Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999.
- Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits
no 18455 , 18360 , 23406 & 23412.
- Diriwayatkan juga oleh Imam al- Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al- Riqaq,
Bab Al-Mu'min Yu'jaru Fi Kulli Syai', hadits no 2777.
Makna Hadits Secara Umum
Hadits singkat ini memiliki makna yang luas sekaligus memberikan definisi
mengenai sifat dan karakter orang yang beriman. Setiap orang yang beriman
digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki pesona, yang
digambarkan dengan istilah 'ajaban' ( ) . Karena sifat dan karakter ini akan
mempesona siapa saja.
Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal
dari adanya positif thinking setiap mu'min. Dimana ia memandang segala
persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.
Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia,
kesenangan dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk penysukuran
terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan
anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan
sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih,
kemalangan dan hal- hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini
bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang
pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan
bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.
Urgensi Kesabaran
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah
SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan
setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari
keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan
jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga
tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW
menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana
hadits di atas.
tekankan kepada hamba-hamba- Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama
mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;
1 . Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat
dalam QS.2 : 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada
Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar."
Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak
terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.3 : 200 , 16 : 127 , 8 :
46 , 10 :109 , 11 : 115 dsb.
2 . Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan
(QS. Al-Ahqaf/ 46 : 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta
disegerakan (azab) bagi mereka..."
3 . Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam
QS. 2 : 177: "...dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa."
4 . Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3 :
146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
5 . Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT
senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS.
8 : 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orangorang yang sabar."
6 . Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13 :
23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama- sama
dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri- isterinya dan anak
hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik
baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari
Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang
diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang
menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia
berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik
unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari
Muslim)
Bentuk-Bentuk Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada
Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari
Allah:
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah,
membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk
beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang
menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam
melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat
dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah
diperlukan beberapa hal,
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu
kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di
tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan
sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak
membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang
lain.
2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga
membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat
mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang
sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang
buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang
"menyenangkan".
3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan
musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta,
kehilangan orang yang dicintai dsb.
Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits
Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara
spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang
diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan
'pembatasan' pada bidang- bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan
penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi
berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar
kita bersabar adalah :
1. Sabar terhadap musibah.
Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering
dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk
sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang
wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah
Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau
identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk
merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh
karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini.
Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba- hamba-Nya yang berusaha
di jalan-Nya.
1. Hai orang-orang yang beriman. Bersabarlah kamu, dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiaga-siaga (diperbatasan negrimu) dan
bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (Q.S AL Imran 200).
--
yang
berati pujian atau ucapan terima kasih atau peryataan terima kasih[i]. Sedangkan
dalam kamus besar bahasa Indonesia syukur memiliki dua arti yang pertama,
syukur berarti rasa berterima kasih kepada Allah dan yang kedua, syukur berarti
untunglah atau merasa lega atau senang dll[ii]. Sedangkan salah satu kutipan lain
menjelaskan bahwa syukur adalah gambaran dalam benak tetang nikmat dan
menampakkannya ke permukaan. Lain hal dengan sebagaian ulama yang
menjelaskan syukur berasal dari kata syakara yang berarti membuka yang
dilawan dengan kata kufur yang berarti menutup atau melupakan segala
nikmat dan menutup-nutupinya[iii]. Hal ini berdasarkan ayat 7 surat Ibrahim
sbb : [14:7] Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nimat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nimat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih. Serta dalam surat An-Naml ayat 40 yang dilakukan oleh nabi
sulaiman as sbb: [27:40] Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI
Kitab: Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, iapun berkata: Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku
apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nimat-Nya). Dan barangsiapa
yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya
lagi Maha Mulia. Jadi hakikat syukur yang sebenarnya adalah menampakan
nikmat dengan artian bahwa syukur adalah menggunakan pada tempat dan sesuai
dengan yang dikehendaki oleh pemeberinya yaitu Allah SWT. B. MENGAPA
dengan pahala sebagai balasannya. jadi mengapa allah menyiksamu karena kita
tidak bersyukur dan tidak beriman kepada-Nya[iv]. Yang membuat sebaikbaiknya segala sesesuatu yang Dia ciptakan dan Dia telah memulai penciptaan
manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripatih air
yang diremehkan. Kemudian Dia Menyempurnakan dan Meniupkan kedalam
(tubuh)Nya roh (ciptaan)Nya dan Menjadikan Kamu Pendengaran, Penglihatan,
dan hati, (tetapi) Kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajadah : 9). Ayat dalam
surat ini adalah ayat Makiyah. Al-BiqaI berpendapat bahwa tujuan utama surat
ini adalah peringatan kepada orang-orang kafir menyangkut kitab Al-Quran ini
menyampaikan berita gembira kepada yang berbakti bahwa mereka akan masuk
surga dan terhindar dari neraka. Jadi ayat dalam surat As-Sajadah menjelaskan
ayat-ayat yang mengajak dalam kepada ketundukan dan melarang keangkuhan.
Bila ditafsirkan ayat ini ialah Allah swt yang mengatur segala urusan Maha
Pencipta itu serta Yang Maha Perkasa Lagi Maha Penyayang, Dialah Yang
membuat sebaik-baiknya segala sesuatu yang Dia ciptakan sehingga berpotensi
berfungsi sebaik mungkin sesuai dengan tujuan penciptaanya dan Dia telah
memulai penciptaan manusia yakni Adam As dari tanah, kemudian menjadikan
keturunanya dari sedikit saripatih air mani yang diremehkan bila dilihat
kdarnya atau menjijikan bila dipandang, atau lemah , tidak berdaya karena
sedikitnya. Kemudian lebih hebat lagi dari itu Dia menyempurnakan dan
meniupkan kedalam tubuh-Nya ruh (ciptaan)Nya dan setelah kelahiranya di
pentas bumi Dia menjadikan bagi kamu wahai manusia pendengaran agar kamu
dapat mendengar kebenaran dan penglihatan agar kamu dapat melihat tandatanda kebesaran Alla swt dan Hati agar kamu dapat berpikir dan beriman tetapi
sedikit sekali kamu bersyukur dan banyak diantara kamu yang kufur yakni kamu
yang tidak mefungsikan anugrah-anugrah itu sebagaimana yang Allah
kehendaki, tetapi menfungsikannya untuk hal-hal yang bertentangan dengan
kehendak-Nya. Ayat diatas melukiskan sekelumit dari substansi manusia.
Makhluk ini terdiri dari dari tanah dan ruh ilahi. Karena tanah, sehingga manusia
dipengaruhi oleh kekuatan alam sama halnya dengan makhluk makhluk hidup di
buni lainnya. Dengan ruh, ia mengikat dari dimensi kebutuhan tanah itu, walau ia
tidak dapat bahkan tidak boleh melepaskanya, karena tanah adalah bagian dari
substansi kejadiannya. Dimensi spiritual itulah yang mengantar manusia untuk
cenderung kepada keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan, dll. Itulah yang
mengantar manusia menuju seuatu suatu realitas yang Maha Sempurna, tanpa
cacat, tanpa batas,dan tanpa akhir. Oleh karena itu manusia dituntut untuk
bersyukur dengan mengfungsikan segala karunia dan nikmat dari penciptaan
manusia sesuai dengan kehendak Allah seperti pendengaran yang digunakan untuk
mendengar kebenaran dan penglihatan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah
yang meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah serta hati atau akal yang
digunakan untuk berpikir memanfaatkan segala karunia itu[v]. Ada satu ayat
yang akan memperkuat lagi mengapa kita harus bersyukur? dan Apa yang harus
kita syukuri? Yaitu ayat 71- 73 dalam surat Yasin sbb : Dan apakah mereka
tidak melihat bahwa Kami telah menciptakan buat mereka dari apa yang telah
dilakukan oleh tangan (kekuasaan) Kami, berupa binatang ternak, lalu mereka
atas nya menjadi pemilik-pemilik? Dan Kami menundukkannya untuk mereka,
kepada orang-orang yang bersyukur. setiap diri tidaklah akan mati kecuali seizin
Allah sebagai ketentuan yang telah ditetapkan waktunya. Barang siapa yang
menghendaki pahala dunia, Kami akan memberikan itu kepadanya dan barang
siapa yang menghendaki pahala diakhirat, Kami berikan pula kepadanya dan
Kami akan memberi balasan bagi orang-orang yang bersyukur.(Ali-Imran: 144145)[vii].
Barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur
untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya Lagi Maha Terpuji. ( Lukman : 12). Ayat ini merupakan
Makiyah, tema utamanya adalah mengajarkan ajakan kepada tauhid dan
kepercayaan akan niscaya Kiamat serta pelaksanaan prinsip-prinsip dasar agama.
Adapun tafsiran ayat-ayat diatas menunjukan al-quran yang penuh hikmah dan
Muhsin yang menerapkan hikmah dalam kehidupanya, serta orang-orang kafir
yang bersikap sangat jauh dari hikmah kebijaksanaan. Dan sesungguhnya Kami
Yang Maha Perkasa dan Bijaksana telah menganugerahkan dan mengajarkan juga
mengilhami hikmah kepada Lukman, Bersyukurlah Kepada Allah, dan
barang siapa yang bersyukur kepada Allah , maka sesungguhnya ia bersyukur
untuk kemaslahatan dirinya sendiri, dan barang siapa yang kufur yakni yang
tidak bersyukur, maka akan merugi adalah dirinya sendiri. Dia sedikit pun tidak
merugikan allah, sebagaimana yang bersyukur tidak menguntungkan-Nya, karena
sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak butuh kepada apapun, Lagi Maha Terpuji
oleh Makhluk di langit dan di bumi. Kata syukur yang berasal dari kata syakara
berarti pujian atas kebaikan serta penuhnya sesuatu. Syukur manusia kepada
Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa besar
nikmat dan anugerah-Nya, disertai dengan ketundukan dan kekaguman yang
melahirkan rasa cinta kepada-Nya, dan dorongan untuk memuji-Nya dengan
mengfungsikan anugerah yang diterima sesuai dengan tujuan penganugerahnya, ia
adalah menggunakan nikmat sebagaimana yang dikehendaki oleh
penganugerahnya, sehingga penggunaannya mengarah sekaligus menunjuk
penganugerah. Tentu saja untuk maksud ini,yang bersyukur perlu mengenal siapa
penganugerahnya (Allah swt) mengetahui nikmat yang dianugerahkan kepadanya,
serta fungsi dan cara menggunakan nikmat itu sebagaimana yang dikehendakiNya, sehingga yang dianugerahkan nikmat itu benar-benar menggunakan sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh Peangugerah. Hanya dengan demikian,
anugerah dapat berfungsi sekaligus menunjuk kepada Allah, sehingga ini pada
giliranya mengantar kepada pujian kepada-Nya yang lahir dari rasa kekaguman
atas diri-Nya dan kesyukuran atas anugerah-Nya. Firmannya : ( ) an usykur lillah
adalah hikmah itu sendiri yang dianugerahkan kepadanya itu. Dari kata
Bersyukurlah kepada Allah. Sedangkan menurut Al-BiqaI yang menulis bahwa
Walaupun dari segi redaksional ada kalimat Kami katakana kepadannya, tetapi
makna akhirnya adalah Kami anugerahkan kepadanya syukur. Sayyid Qutub
menulis bahwa Hikmah, kandungan dan konsekuensinya adalah syukur kepada
Allah. Bahwa hikmah adalah syukur, karena dengan bersyukur seperti diatas,
seseorang mengenal Allah dan mengenal anugerah-Nya. Dengan mengenal Allah
seseorang akan kagum dan patuh kepada-Nya, dan dengan mengenal dan
mengembalikan segala puji kepada Allah. Jadi, syukur dengan lisan adalah
alhamdulillah yaitu segala puji bagi Allah[x].3. Syukur dengan Perbuatan.
Nabi Daud as dan putranya Nabi Sulaiman as memperoleh aneka nikmat yang
tiada taranya, kepada mereka Allah berpesan sbb : Mereka bekerja untuknya
apa yang dikehendakinya seperti gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung
serta piring-piring yang seperti kolam-kolam dan periuk-periuk yang tetap.
Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah ). Dan sedikit
sekali dari hamba-hamba ku yang berterima kasih. (Saba: 13). Ayat ini termasuk
dalam ayat makiyah. Ayat sebelumnya menjelaskan kedudukan sebagian jin
kepada Nabi Sulaiman As, kini dijelaskan sebagian dari tugas-tugas mereka. Ayat
diatas menyatakan bahwa : Mereka senantiasa bekerja untuknya yakni untuk
Sulaiman serta membuat atas perintahnya apa yang dikehendakinya seperti
membangun gedung-gedung yang tinggi sebagai benteng-benteng atau tempat
peribadatan dan patung-patung sebagai hiasan bukan untuk disembah serta piringpiringan yang besarnya seperti kolam-kolam air dn periuk-periuk yang tetap
berada daiatas tungku, tidak dapat digerakkan karena besar dan beratnya. Itulah
sebagian angugerah Kami, dan Kami berfirman : Nikmatilah anugerah itu dan
beramallah atau bekerjalah hai keluarga Daud untuk mendekatkan diri kepada
Allah dan sebagai tanda dari kesyukuran kepada-Nya. Demikianlah Kami
perintahkan kepada mereka dan dalam kenyataan sedikit sekali dari hambahamba-ku yang sempurna dan kesyukuran-nya. Ayat diatas ketika memerintahkan
kepada keluarga dan pengikut Nabi Daud as. Untuk bersyukur tidak menggunakan
kata ya/hai,walaupun dalam terjemahan tertulis guna meluruskan maknanya.
Ketiadaan kata ya/hai itu, mengisyaratkan kedekatan Allah kepada mereka. Ini
karena penggunaan kata ya/hai mengesankan kejauhan. Itu pula sebabnya doa
hamba-hamba Allah yang terekam dalam al-quran kesemuanya tidak didahului
kata ya/hai. Kata ( )syakur adalah bentuk hiperbol dari kata ( ) syakir yakni
orang yang banyak dan mantap syukurnya. Firmannya : ( ) qalilum min ibadiya
asy-syakur / sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang sempurna kesyukurannya
dapat dipahami dalam arti penjelasan tetang sedikit hamba-hamba Allah yang
bersyukur dengan mantap. Dua orang diantara mereka yang sedikit itu, adalah
Nabi Daud dan Sulaiman as dan dapat juga dipahami dalam arti bahwa karena
hamba-hamba Allah yang mantap kesyukurannya, tidak banyak, maka hendaklah
kamu berdua (wahai Daud dan Sulaiman) memperbanyak kesyukuran. Yang
dimaksud bekerja adalah menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai
dengan tujuan penciptaan atau penganugerahanya. Ini berarti, setiap nikmat
yang diperoleh menuntut penerimanya agar merenungkan tujuan
dianugerahkanya nikmat tersebut oleh Allah[xi].
3. PENUTUP A.
KESIMPULAN. Dari pembahasan syukur dalam perspektif al-quran dapat
kita simpulkan syukur adalah mengfungsikan seluruh nikmat yang diberikan Allah
Swt sesuai dengan kehendak Allah Swt yaitu menyesuaikan fungsi nikmat
tersebut. Adapun alasan mengapa manusia harus bersyukur kepada Allah Swt
karena Allah telah memberikan segala nikmatnya untuk manusia dari proses
penciptaannya, pendengaran, penglihatan serta disokongnya berlangsungnya
kehidupan manusia dengan manfaat-manfaat makanan dan minuman serta rezeki
yang besar bagi umatnya lantas mengapa manusia tidak harus bersyukur. jadi