Anda di halaman 1dari 20

ARTI SABAR DALAM ALQURAN DAN HADITS

"Dalam diri kita terkadang begitu sulit untuk bersabar untuk suatu hal, entah itu
terkena musibah atau sedang di uji oleh-Nya, banyak sekali Ayat-ayat Al-Qur'an
dan Hadist Rasulullah S.A.W yang menjelaskan tentang sabar, berikut ada sedikit
urain tentang makna sabar, semoga artikel ini dapat menambah kesabaran kita
dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..."

Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan


perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya.
Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min:
Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui)
bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa
musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal
terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)

Sekilas Tentang Hadits


Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui
jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW,
diriwayatkan oleh :
- Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa'iq, Bab Al-Mu'min
Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999.
- Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits
no 18455 , 18360 , 23406 & 23412.
- Diriwayatkan juga oleh Imam al- Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al- Riqaq, Bab
Al-Mu'min Yu'jaru Fi Kulli Syai', hadits no 2777.
Makna Hadits Secara Umum
Hadits singkat ini memiliki makna yang luas sekaligus memberikan definisi
mengenai sifat dan karakter orang yang beriman. Setiap orang yang beriman
digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki pesona, yang
digambarkan dengan istilah 'ajaban' ( ‫) عجبا‬. Karena sifat dan karakter ini akan
mempesona siapa saja.
Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal
dari adanya positif thinking setiap mu'min. Dimana ia memandang segala
persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.
Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia,
kesenangan dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk penysukuran
terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan
anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan
sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih,
kemalangan dan hal- hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini
bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang
pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan
bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.
Urgensi Kesabaran
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada
Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan
setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan
dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan
jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga
tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW
menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana
hadits di atas.
Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo",
ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya
memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam
jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa
nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di
rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat
bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat
pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan
seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi
buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan
dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur,
kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat
secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah
sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat
pasif.
Makna Sabar
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah
menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang
membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti
menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah
dalam Al-Qur'an:
Dan bersabarlah kamu bersama- sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)
Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari
keingingan 'keluar' dari komunitas orang- orang yang menyeru Rab nya serta
selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai
pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang
yang lalai dari mengingat Allah SWT.
Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:
Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan
dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak
terarah.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah,
menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga
dikemukakan oleh Imam al- Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan
untuk merealisasikan al-Qur'an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak
identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini
memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada,
ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain
sebagainya.
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal
jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah
menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu
kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan rasa
santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti
keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan.
Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi
tidak sabar.
Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur'an
Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran.
Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur'an,
kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun
fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT,
yang Allah tekankan kepada hamba-hamba- Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para
ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;
1 . Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat
dalam QS.2 : 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada
Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar."
Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak
terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.3 : 200 , 16 : 127 , 8 : 46 ,
10 :109 , 11 : 115 dsb.
2 . Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah
firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46 : 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang
yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta
disegerakan (azab) bagi mereka..."
3 . Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam
QS. 2 : 177: "...dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa."
4 . Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3 :
146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
5 . Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT
senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS.
8 : 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-
orang yang sabar."
6 . Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13 :
23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama- sama
dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri- isterinya dan anak
cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua
pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum"
(keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu."
Inilah diantara gambaran Al- Qur'an mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran
lain mengenai hal yang sama, masih sangat banyak, dan dapat kita temukan pada
buku-buku yang secara khusus membahas mengenai kesabaran.
Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.
Sebagaimana dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda
Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab
Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan
sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran
sebagai berikut;
1. Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan
kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah
SAW mengungkapkan, "...dan kesabaran merupakan cahaya yang terang..." (HR.
Muslim)
2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara
optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "...barang siapa yang
mensabar- sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan
menjadikannya seorang yang sabar..." (HR. Bukhari)
3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW
mengatakan, "...dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan
lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)
4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min,
sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan
perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia
mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal
tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau
kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik
baginya." (HR. Muslim)
5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits
digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku
dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga
baginya." (HR. Bukhari)
6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah
mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang
Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya
hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya
Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui."
(HR. Bukhari)
7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah
menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa
Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat,
namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR.
Bukhari)
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam
sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda,
"Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan,
mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah
akan menghapuskan dosa- dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari &
Muslim)
9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus
asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa
hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik
baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari
Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang
diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang
menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia
berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik
unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari
Muslim)
Bentuk-Bentuk Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada
Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari
Allah:
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah,
membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk
beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal
yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam
melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat
dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah
diperlukan beberapa hal,
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu
kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di
tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab
dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak
membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji
orang lain.
2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga
membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat
mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang
sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal
yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal
yang "menyenangkan".
3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan
musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta,
kehilangan orang yang dicintai dsb.
Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits
Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara
spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang
diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan
'pembatasan' pada bidang- bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh
dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam
menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang
ditekankan agar kita bersabar adalah :
1. Sabar terhadap musibah.
Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering
dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk
sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang
wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah
SAW bersabda, 'Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.' Wanita tersebut
menjawab, 'Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui
dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.' Kemudian diberitahukan
kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah
SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan
penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, '(maaf) aku tadi tidak
mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.' Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya
sabar itu terdapat pada hentakan pertama.' (HR. Bukhari Muslim)
2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata,
bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah kalian berangan-angan untuk
menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah
(untuk menghadapinya)." HR. Muslim.
3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan
bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa yang melihat pada amir
(pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar.
Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati.
Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)
4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan.
Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang
dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; 'Wahai Rasulullah, engkau
mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi
kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan
melihat setelahku 'atsaratan' (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari
yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku
(kelak). (HR. Turmudzi).
5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, 'Seorang muslim
apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak
negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak
berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka.
(HR. Turmudzi)
6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi
Dalam sebuah riwayat digambarkan; 'Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa
Rasulullah SAW pernah bersabda, 'Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan
himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat
baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).
Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran (baca; isti'jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang
seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak
negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak
maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah
kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna
meningkatkan kesabaran.
Diantara kiat-kiat tersebut adalah;
1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya
untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya
kesabaran kepada Allah SWT.
2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore
ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai
perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-
Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir
kepada Allah.
3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat
mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya.
Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih
kesabaran.
4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha
secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang
cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.
5 . Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu
insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal),
memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang
tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan
melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada
hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)
6. Perlu mengadakan latihan- latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika
sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada
menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan
sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-
tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang
patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.
Penutup
Inilah sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar
mereupakan salah satu sifat dan karakter orang mu'min, yang sesungguhnya sifat
ini dapat dimiliki oleh setiap insan. Karena pada dasarnya manusia memiliki
potensi untuk mengembangkan sikap sabar ini dalam hidupnya.
Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada,
atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk
merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh
karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini.
Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba- hamba-Nya yang berusaha
di jalan-Nya.
Sumber: www.eramuslim.com khazanahalquran.com

Rosulullah
‫ صلى ا عليه وسلم‬bersabda dlm hadits qudsi allah berfirman:
"MAN LAM YASKUR 'ALA NA'MA I WALAM YASBIR 'ALA BALA I FAL YAKHRUJ MIN
TAKHTIS SAMA I WALYADLUB ROBBAN SIWAYA"
(siapa yg tdk mau bersyukur trhadap nikmat yg q berikan kpdnya dan tdk mau
bersabar trhdap ujian yg q brkan kpdnya silahkan keluar dari kolong langit ini
dan cari tuhan selain aku)
wallahu a'lam
Apakah Makna Syukur?
Syukur secara bahasa,

‫الثناء على المحسسنِ بما أكوولْككهه منِ المعروف‬

“Syukur adalah pujian bagi orang yang memberikan


kebaikan, atas kebaikannya tersebut” (Lihat Ash
Shahhah Fil Lughah karya Al Jauhari). Atau dalam
bahasa Indonesia, bersyukur artinya berterima
kasih.

Sedangkan istilah syukur dalam agama, adalah


sebagaimana yang dijabarkan oleh Ibnul Qayyim:

‫ وعلى‬،‫ وعلى قلبه شهودا ومحبة‬،‫ ثناء واعترافا‬:‫الشكر ظهور أثر نعمة ا على لسان عبده‬
‫جوارحه انقيادا وطاعة‬

“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah


pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa
pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia
telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa
persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui
anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan
kepada Allah” (Madarijus Salikin , 2/244).

Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu


enggan menyadari atau bahkan mengingkari bahwa
nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah Ta’ala.
Semisal Qarun yang berkata,

ِ‫إسننكما هأوستيتههه كعكلى سعولمم سعونسدي‬

“Sungguh harta dan kenikmatan yang aku miliki itu


aku dapatkan dari ilmu yang aku miliki” (QS. Al-
Qashash: 78).

Syukur Adalah Salah Satu Sifat Allah


Ketahuilah bahwa syukur merupakan salah satu
sifat dari sifat-sifat Allah yang husna. Yaitu Allah
pasti akan membalas setiap amalan kebaikan yang
dilakukan oleh hamba-Nya, tanpa luput satu orang
pun dan tanpa terlewat satu amalan pun.
Allah Ta’ala berfirman,
‫إسنن ن‬
‫اك كغهفورر كشهكورر‬

“Sesungguhnya Allah itu Ghafur dan Syakur” (QS.


Asy-Syura: 23).

Seorang ahli tafsir, Imam Abu Jarir Ath-Thabari,


menafsirkan ayat ini dengan riwayat dari Qatadah,
“Ghafur artinya Allah Maha Pengampun terhadap
dosa, dan Syakur artinya Maha Pembalas Kebaikan
sehingga Allah lipat-gandakan ganjarannya” ( Tafsir
Ath Thabari, 21/531).

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,


‫كو ن‬
‫اه كشهكورر كحسليرم‬

“Allah itu Syakur lagi Haliim” (QS. At-Taghabun: 17).

Ibnu Katsir menafsirkan Syakur dalam ayat ini,


“Maksudnya adalah memberi membalas kebaikan
yang sedikit dengan ganjaran yang banyak” ( Tafsir
Al-Qur’an Al-Azhim, 8/141).

Sehingga orang yang merenungi bahwa Allah


adalah Maha Pembalas Kebaikan, dari Rabb
kepada Hamba-Nya, ia akan menyadari bahwa
tentu lebih layak lagi seorang hamba bersyukur
kepada Rabb-Nya atas begitu banyak nikmat yang
ia terima.

Syukur Adalah Sifat Para Nabi


Senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada
Allah atas limpahan nikmat Allah, walau cobaan
datang dan rintangan menghadang, itulah sifat
para Nabi dan Rasul Allah yang mulia.
Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi
Nuh ‘Alaihissalam,

‫ذرية منِ حملنا مع نوح إنه كان عبدا شكور‬

“(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami


bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya Nuh
adalah hamba yang banyak bersyukur” (QS. Al-Isra:
3).

Allah Ta’ala menceritakan sifat Nabi


Ibrahim ‘Alaihissalam:

‫إن إبراهيم كان أمة قانتا ل حنيفا ولم يك منِ المشركينِ* شاكرا لنعمه اجتباه وهداه إلى‬
‫صراط مستقيم‬

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang


dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah
dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk
orang-orang yang musyrik, Dan ia senantiasa
mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah
memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang
lurus” (QS. An-Nahl: 120-121).

Dan inilah dia sayyidul anbiya, pemimpin para Nabi,


Nabi akhir zaman, Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam, tidak luput dari syukur walaupun telah
dijamin baginya surga. Diceritakan oleh Ibunda
‘Aisyah Radhiallahu’anha,

‫ يا‬: ‫ قالت عائشةه‬. ‫طر رجله‬ ‫ قام حتى تف ن‬، ‫ إذا صنلى‬، ‫كان رسوهل اس صنلى اه عليه وسلنكم‬
‫ وقد هغسفر لك ما تقندم منِ ذنبك وما تأنخ كر ؟ فقال ” يا عائشةه ! أفل‬، ‫رسوكل اس ! أتصنهع هذا‬
‫أكوهن عبددا شكودرا‬

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya


jika beliau shalat, beliau berdiri sangat lama
hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah
bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau
sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah
diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan
datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah,
bukankah semestinya aku menjadi hamba yang
bersyukur?’” (HR. Bukhari no. 1130, Muslim no.
2820).

Syukur Adalah Ibadah


Allah Ta’ala dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an
memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada-
Nya. Maka syukur adalah ibadah dan bentuk
ketaatan atas perintah Allah.
Allah Ta’ala berfirman,

‫فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولْ تكفرون‬

“Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat


kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah
ingkar” (QS. Al Baqarah: 152)

Allah Ta’ala juga berfirman,

‫يا أيها الذينِ آمنوا كلوا منِ طيبات ما رزقناكم واشكروا ل إن كنتم إياه تعبدون‬

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di


antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan
kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar hanya kepada-Nya kamu
menyembah” (QS. Al Baqarah: 172).

Maka bersyukur adalah menjalankan perintah Allah


dan enggan bersyukur serta mengingkari nikmat
Allah adalah bentuk pembangkangan terhadap
perintah Allah.

Buah Manis dari Syukur


1. Syukur Adalah Sifat Orang Beriman

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫ك سلككحمد إسنلْ لسولهموؤسمسنِ؛ِ إسون أك ك‬


‫صابكوتهه كسنراهء كشكككر‬ ‫ كولكوي ك‬،‫كعكجدبا سلكومسر اولهموؤسمسنِ إسنن أكومكرهه هكلنهه كخويرر‬
‫س كذا ك‬
‫صبككر فكككاكن كخويدرا لكهه‬
‫ضنراهء ك‬ ‫صابكوتهه ك‬ ‫ كوإسون أك ك‬،‫فكككاكن كخويدرا لكهه‬

“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan,


karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak
akan terjadi demikian kecuali pada seorang
mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia
bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa
kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR.
Muslim no.7692).

2. Merupakan Sebab Datangnya Ridha Allah

Allah Ta’ala berfirman,

‫وإن تشكروا يرضه لكم‬

“Jika kalian ingkar, sesungguhnya Allah Maha Kaya


atas kalian. Dan Allah tidak ridha kepada hamba-
Nya yang ingkar dan jika kalian bersyukur Allah
ridha kepada kalian” (QS. Az-Zumar: 7).

3. Merupakan Sebab Selamatnya Seseorang Dari


Azab Allah

Allah Ta’ala berfirman,

‫ما يفعل ا بعذابكم إن شكرتم وآمنتم‬

“Tidaklah Allah akan mengadzab kalian jika kalian


bersyukur dan beriman. Dan sungguh Allah itu
Syakir lagi Alim” (QS. An-Nisa: 147).

4. Merupakan Sebab Ditambahnya Nikmat

Allah Ta’ala berfirman,


‫وإذ تأذن ربكم لئنِ شكرتم لزيدنكم‬

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu


mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih’” (QS. Ibrahim: 7).

5. Ganjaran Di Dunia dan Akhirat

Janganlah Anda menyangka bahwa bersyukur itu


hanya sekedar pujian dan berterima kasih kepada
Allah. Ketahuilah bahwa bersyukur itupun menuai
pahala, bahkan juga membuka pintu rezeki di
dunia. Allah Ta’ala berfirman,

ِ‫وسنجزيِ الشاكرين‬

“Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan


kami beri ganjaran” (QS. Al Imran: 145).

Imam Ath Thabari menafsirkan ayat ini dengan


membawakan riwayat dari Ibnu Ishaq, “Maksudnya
adalah, karena bersyukur, Allah memberikan
kebaikan yang Allah janjikan di akhirat dan Allah
juga melimpahkan rizki baginya di dunia” ( Tafsir
Ath Thabari, 7/263).

Tanda-Tanda Orang yang Bersyukur


1. Mengakui dan Menyadari Bahwa Allah Telah
Memberinya Nikmat

Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan


setiap nikmat yang didapatnya kepada Allah Ta’ala.
Ia senantiasa menyadari bahwa hanya atas takdir
dan rahmat Allah semata lah nikmat tersebut bisa
diperoleh. Sedangkan orang yang kufur nikmat
senantiasa lupa akan hal ini. Dari Ibnu
Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata,

ِ‫اه عليسه وسلنكم أصبكح مكن‬


‫اه عليسه وسلنكم فقاكل الننبيي صنلى ن‬
‫س على عهسد الننبيي صنلى ن‬‫همسطكر الننا ه‬
‫ق نوهء كذا وكذا‬ ‫ضهم لقد صد ك‬‫اس وقاكل بع ه‬ ‫س شاكرر ومنهم كافرر قالوا هذسه رحمةه ن‬ ‫الننا س‬
“Ketika itu hujan turun di masa Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi bersabda,
‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan
ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur
berkata, ‘Inilah rahmat Allah.’ Orang yang kufur
nikmat berkata, ‘Oh pantas saja tadi ada tanda
begini dan begitu’” (HR. Muslim no.73).

2. Menyebut-Nyebut Nikmat yang Diberikan Allah

Mungkin kebanyakan kita lebih suka dan lebih


sering menyebut-nyebut kesulitan yang kita hadapi
dan mengeluhkannya kepada orang-orang. “Saya
sedang sakit ini.” “Saya baru dapat musibah itu..”
“Saya kemarin rugi sekian rupiah..”, dll. Namun
sesungguhnya orang yang bersyukur itu lebih
sering menyebut-nyebut kenikmatan yang Allah
berikan. Karena Allah Ta’ala berfirman,

‫كوأكنما بسنسوعكمسة كربي ك‬


‫ك فككحيد و‬
‫ث‬

“Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu,


perbanyaklah menyebutnya” (QS. Adh-Dhuha: 11).

Namun tentu saja tidak boleh takabbur (sombong)


dan ‘ujub (merasa kagum atas diri sendiri).

3. Menunjukkan Rasa Syukur dalam Bentuk


Ketaatan kepada Allah

Sungguh aneh jika ada orang yang mengaku


bersyukur, ia menyadari segala yang ia miliki
semata-mata atas keluasan rahmat Allah, namun di
sisi lain melalaikan perintah Allah dan melanggar
larangan-Nya, ia enggan shalat, enggan belajar
agama, enggan berzakat, memakan riba, dll. Jauh
antara pengakuan dan kenyataan.
Allah Ta’ala berfirman,
‫اه بسبكودمر كوأكونتهوم أكسذلنةر كفاتنهقوا ن‬
‫اك لككعلنهكوم تكوشهكهروكن‬ ‫صكرهكهم ن‬
‫كولكقكود نك ك‬

“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam


peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika
itu) orang-orang yang lemah. Karena itu
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
mensyukuri-Nya” (QS. Ali Imran: 123).

Maka rasa syukur itu ditunjukkan dengan


ketakwaan.

Tips Agar Menjadi Orang yang Bersyukur


1. Senantiasa Berterima Kasih kepada Orang
Lain

Salah cara untuk mensyukuri nikmat Allah adalah


dengan berterima kasih kepada manusia yang
menjadi perantara sampainya nikmat Allah kepada
kita. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫لْ يشكر ا منِ لْ يشكر الناس‬

“Orang yang tidak berterima kasih kepada


manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada
Allah” (HR. Tirmidzi no.2081, ia berkata: “Hadits ini
hasan shahih”).

Beliau juga bersabda,

‫ فكإ سون لكوم تكسجهدوا كما تهككافسهئونكهه كفاودهعوا لكهه كحنتى تككرووا أكننهكوم قكود‬،‫صنككع إسلكويهكوم كموعهرودفا فكككافسهئوهه‬
‫كمونِ ك‬
‫ككافكأوتههموهه‬
“Barangsiapa yang telah berbuat suatu kebaikan
padamu, maka balaslah dengan yang serupa. Jika
engkau tidak bisa membalasnya dengan yang
serupa maka doakanlah ia hingga engkau mengira
doamu tersebut bisa sudah membalas dengan
serupa atas kebaikan ia” (HR. Abu Daud no. 1672,
dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Abu Daud).

Oleh karena itu, mengucapkan terima kasih adalah


akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫اه خيدرا فقد أبلكغ في النثناسء‬


‫ك ن‬ ‫صنسكع إليسه معرو ر‬
‫ جزا ك‬: ‫ف فقاكل لفاعلسسه‬ ‫كمنِ ه‬

“Barangsiapa yang diberikan satu kebaikan


kepadanya lalu dia membalasnya dengan
mengatakan, ‘Jazaakallahu khair’ (semoga Allah
membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal
itu telah mencukupinya dalam menyatakan rasa
syukurnya” (HR. Tirmidzi no.2167, ia berkata:
“Hadits ini hasan jayyid gharib”, dishahihkan Al-
Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

2. Merenungkan Nikmat-Nikmat Allah

Dalam Al-Qur’an sering kali Allah menggugah hati


manusia bahwa banyak sekali nikmat yang Ia
limpahkan sejak kita datang ke dunia ini, agar kita
sadar dan bersyukur kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman,

‫طوسن أهنمكهاتسهكوم لْ تكوعلكهموكن كشويدئا كوكجكعكل لكهكهم النس ومكع كوالوب ك‬


‫صاكر كوالوفئسكدةك‬ ‫اه أكوخكركجهكوم سمونِ به ه‬‫كو ن‬
‫لككعلنهكوم تكوشهكهروكن‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu


dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan
Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78).
3. Qana’ah

Senantiasa merasa cukup atas nikmat yang ada


pada diri kita membuat kita selalu bersyukur
kepada Allah. Sebaliknya, orang yang senantiasa
merasa tidak puas, merasa kekurangan, ia merasa
Allah tidak pernah memberi kenikmatan kepadanya
sedikitpun. Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,

‫ و كنِ قنسدعا تكنِ أوشكككر النا س‬، ‫س‬


‫س‬ ‫كنِ كوسردعا تكنِ أعبكد النا س‬
“Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan
menjadi hamba yang paling berbakti. Jadilah orang
yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba
yang paling bersyukur”(HR. Ibnu Majah no. 3417,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).

4. Sujud Syukur

Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur


ketika mendapat kenikmatan yang begitu besar
adalah dengan melakukan sujud syukur.

‫ كان رسول ا صلى ا عليه وسلم إذا‬:‫عنِ أبي بكرة نفيع بنِ الحارث رضي ا عنه قال‬
‫جاءه أمر بشر به خر ساجدا؛ِ شاكرا ل‬

“Dari Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits


Radhiallahu’anhu ia berkata, ‘Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika
menjumpai sesuatu yang menggemberikan beliau
bersimpuh untuk sujud. Sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Allah” (HR. Abu Daud no.2776,
dihasankan oleh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil).

5. Berdzikir

Berdzikir dan memuji Allah adalah bentuk rasa


syukur kita kepada Allah. Ada beberapa dzikir
tertentu yang diajarkan oleh Rasulullah khusus
mengungkapkan rasa syukur kita kepada
Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,
‫ اللهم ما أصبح بي منِ نعمة أو بأحد منِ خلقك فمنك وحدك لْ شريك‬:‫منِ قال حينِ يصبح‬
‫ ومنِ قال ذلك حينِ يمسي فقد أدى شكر‬،‫ فقد أدى شكر يومه‬.‫ فلك الحمد ولك الشكر‬،‫لك‬
‫ليلته‬

“Barangsiapa pada pagi hari berdzikir: Allahumma


ashbaha bii min ni’matin au biahadin min khalqika
faminka wahdaka laa syariikalaka falakal hamdu
wa lakasy syukru.”
(Ya Allah, atas nikmat yang Engkau berikan kepada
ku hari ini atau yang Engkau berikan kepada salah
seorang dari makhluk-Mu, maka sungguh nikmat
itu hanya dari-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu.
Segala pujian dan ucap syukur hanya untuk-Mu)
Maka ia telah memenuhi harinya dengan rasa
syukur. Dan barangsiapa yang mengucapkannya
pada sore hari, ia telah memenuhi malamnya
dengan rasa syukur” (HR. Abu Daud no.5075,
dihasankan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth
dalam tahqiqnya terhadap kitab Raudhatul
Muhadditsin).

Cara Bersyukur yang Salah


1. Bersyukur kepada Selain Allah

Sebagian orang ketika mendapat kenikmatan,


mereka mengungkapkan rasa syukur kepada selain
Allah, semisal kepada jin yang mengaku penguasa
lautan, kepada berhala yang dianggap dewa bumi,
atau kepada sesembahan lain selain Allah. Kita
katakan kepada mereka,
‫ب ثهنم سمونِ نه و‬
‫طفكمة ثهنم كسنوا ك‬
‫ك كرهجدل‬ ‫ك سمونِ تهكرا م‬ ‫أكككفكور ك‬
‫ت سبالنسذيِ كخلكقك ك‬
“Apakah engkau kufur kepada Dzat yang telah
menciptakanmu dari tanah kemudian
mengubahnya menjadi nutfah lalu menjadikanmu
sebagai manusia?” (QS. Al-Kahfi: 37).

Allah Ta’ala yang menciptakan kita, menghidupkan


kita, dari Allah sematalah segala kenikmatan,
maka sungguh ‘tidak tahu terima kasih’ jika kita
bersyukur kepada selain Allah. Dan telah kita
ketahui bersama bahwa syukur adalah ibadah. Dan
ibadah hanya pantas dan layak kita persembahkan
kepada Allah semata. Tidak ada sekutu baginya.
Allah Ta’ala juga berfirman,
‫بكسل ن‬
ِ‫اك كفاوعبهود كوهكونِ سمكنِ النشاسكسريكن‬

“Beribadahlah hanya kepada Allah dan jadilah


hamba yang bersyukur” (QS. Az-Zumar: 66).

2. Ritualiasasi Rasa Syukur yang Tidak Diajarkan


Agama

Mengungkapkan rasa syukur dalam bentuk ritual


sah-sah saja selama ritual tersebut diajarkan dan
dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam. Misalnya dengan sujud syukur atau
dengan melafalkan dzikir. Andaikan ada bentuk lain
ritual rasa syukur yang baik untuk dilakukan tentu
sudah dicontohkan oleh
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam serta para
sahabat. Lebih lagi sahabat Nabi yang paling fasih
dalam urusan agama, paling bersyukur diantara
ummat Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam,
yang mereka jumlahnya puluhan ribu dan di antara
mereka ada yang masih hidup satu abad setelah
Rasulullah wafat, sebanyak dan selama itu tidak
ada seorang pun yang terpikir untuk membuat
ritual semacam perayaan hari ulang tahun, ulang
tahun pernikahan, syukuran rumah baru, sebagai
bentuk rasa syukur mereka. Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,
‫س كعلكويسه أكومهركنا فكههكو كردد‬
‫كمونِ كعسمكل كعكمدل لكوي ك‬

“Barang siapa yang melakukan amalan (ibadah)


yang tidak berasal dari kami, maka amalan
tersebut tertolak” (HR. Bukhari no.20, Muslim
no.4590).

Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang


senantiasa bersyukur atas segala nikmat-Nya.

Allahumma a’inni ‘ala dzukrika wa syukrika wa


huni ‘ibadatika
“Ya Allah aku memohon pertolonganmu agar
Engkau menjadikan aku hamba yang senantiasa
berdzikir, bersyukur dan beribadah kepadamu
dengan baik”

***

Disarikan artikel berjudul ‘Asy Syukru ’ karya


Syaikh Dr. Mihran Mahir
Utsman hafizhahullah dengan beberapa tambahan.
Artikel
asli: http://www.saaid.net/Doat/mehran/51.htm

Penyusun: Yulian Purnama


Artikel: Muslim.or.id

Anda mungkin juga menyukai