A. PENDAHULUAN
Kesabaran adalah salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada
Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan
setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan
dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan
jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga
tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Sabar juga memiliki dimensi untuk
merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju
perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat
dikatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah
begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan
memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan
menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah.
Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal
kesabaran. Untuk meninggalkan berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran.
Begitu pula saat menghadapi keputusan takdir kauni (yang menyakitkan) tentu
juga diperlukan bekal kesabaran. Karena amat sedikitnya dijumpai orang yang
sanggup bersabar tatkala tertimpa musibah.Maka disini akan menjelaskan
bahwasanya sabar termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar
termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun
bersabar menanggung ketentuan takdir Allah.
Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar yang banyak muncul dalam diri
orang-orang tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah.
Dengan alasan itulah maka akan diterangkan bahwa sabar adalah hal yang wajib
dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa menyakitkan. Dengan hal
itu juga kami ingin memberikan penegasan bahwa bersabar dalam rangka
menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya juga wajib.
B. DEFINISI
Pengertian Sabar
Sabar berasal dari bahasa Arab dari akar SHABARA ()صبَ َر, َ hanya
tidak yang berada dibelakang hurufnya karena ia tidak bias berdiri sendiri.
Shabara’ala (صبَ َر َعلَى
َ ) berarti bersabar atau tabah hati, shabara’an ()صبَ َر ع َْن
َ
berarti memohon atau mencegah, shabarabihi (صبَ َر بِ ِه َ ) berarti menanggung.
e. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits
digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku
menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku
gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)
f. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah
mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang
Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya
hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya
Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak
mengetahui." (HR. Bukhari)
yang bersifat menyenangkan: maka butuh rasa syukur, sedangkan syukur itu
sendiri termasuk dari ketaatan, sehingga sabar baginya termasuk dari jenis yang
pertama (yaitu sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah).
Sedangkan taqdir yang bersifat menyakitkan: yaitu yang tidak menyenangkan
manusia, seperti seseorang yang diuji pada badannya dengan adanya rasa sakit
atau yang lainnya, diuji pada hartanya –yaitu kehilangan harta-, diuji pada
keluarganya dengan kehilangan salah seorang keluarganya ataupun yang
lainnya dan diuji di masyarakatnya dengan difitnah, direndahkan ataupun yang
sejenisnya.
Yang penting bahwasanya macam-macam ujian itu sangat banyak yang
butuh akan adanya kesabaran dan kesiapan menanggung bebannya, maka
seseorang harus menahan jiwanya dari apa-apa yang diharamkan kepadanya
dari menampakkan keluh kesah dengan lisan atau dengan hati atau dengan
anggota badan.
Allah berfirman:
َر لِ ُح ْك ِم َربِّكaْ ِفَاصْ ب
"Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu." (Al-
Insaan:24) Maka masuk dalam ayat ini yaitu hukum Allah yang bersifat taqdir.
Dan di antara ayat yang menjelaskan jenis sabar ini adalah firman Allah:
ِ صبَ َر ُأولُو ْال َع ْز ِم ِمنَ الرُّ س ُِل َواَل تَ ْستَع
ْجلْ لَهُ ْم َ ر َك َماaْ ِفَاصْ ب
"Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati
dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab)
bagi mereka." (Al-Ahqaaf:35)
Ayat ini menerangkan tentang kesabaran para rasul dalam menyampaikan
risalah dan dalam menghadapi gangguan kaumnya.
Dan juga di antara jenis sabar ini adalah ucapan Rasulullah kepada utusan salah
seorang putri beliau:
ُْمرْ هَا فَ ْلتَصْ بِرْ َو ْلتَحْ ت َِسب
"Perintahkanlah kepadanya, hendaklah bersabar dan mengharap pahala kepada
Allah (dalam menghadapi musibah tersebut)." (HR. Al-Bukhariy no.1284 dan
Muslim no.923)
2. Pembawa Keberuntungan
Setiap manusia normal pasti menginginkan keberuntungan. Seorang yang
sedang berdagang, ia menginginkan dapat memperoleh laba yang banyak dari
dagangannya. Seorang siswa, pelajar atau mahasiswa, ia menginginkan
keberuntungan dengan kelulusan dari studinya, baik keberuntungan dalam arti
naik kelas, naik tingkat, atau lulus plus karena memperoleh nilai yang exelence.
Sebagaimana tersurat dalam firman Allah SWT berikut, “Hai orang-orang yang
beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap
siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS Ali Imran
[3]: 200).
Tak ada yang perlu diragukan dari janji Allah SWT, karena Allah tak pernah
dan tak akan pernah mengingkari janji-Nya. Tak ada yang perlu dibimbangkan
lagi dari keberuntungan bagi orang-orang beriman yang sabar dan bertakwa,
keberuntungan itu pasti datang, pasti akan mereka terima, baik di dunia maupun
di akhirat. Kalau tidak di dunia, pasti di akhirat, asal mereka benar-benar
beriman dan benar-benar sabar.
Sabar di dalam menjalankan perintah Allah SWT dan ajaran Rasulullah saw,
meskipun keadaannya dalam kesulitan. Tetap kokoh dalam menjauhi semua
yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, serta tahan uji terhadap segala cobaan.
11