Anda di halaman 1dari 35

ALAT UKUR PSIKOLOGI SABAR

Oleh
Dr. Zahrotun Nihayah., M.Si
Dr. Layyinah., M.Si

A. Latar Belakang

Konsep sabar dalam Islam adalah salah satu cara dalam mengatasi masalah.
Al-Qur’an menjelaskan dalam (Q.S. Al-Baqarah : 155), yang artinya : Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada
orang- orang yang sabar. Menurut (Subandi, 2011) dalam penelitiannya tentang
konsep sabar dari perspektif berbagai agama bahwa sabar mempunyai berbagai
macam makna, yaitu pengendalian diri, menerima usaha untuk mengatasi masalah,
tahan menderita, merasakan kepahitan hidup tanpa berkeluh kesah, kegigihan,
bekerja keras, gigih dan ulet untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu dalam
penelitian empiris konsep sabar meliputi Pengendalian diri (emosi dan keinginan),
Bertahan dalam situasi sulit, Menerima kenyataan, Berpikir panjang, tidak reaktif,
tidak impulsive, Tidak putus asa meraih tujuan, Sikap tenang, tidak tergesa-gesa dan
bersedia menunggu, Memaafkan dan tetap menjalin hubungan sosial yang baik.

Mengingat masih sangat sedikit konsep sabar dibahas dalam literatur Islam
dan Psikologi, maka penelitian ini penting untuk dilakukan dengan tujuan untuk
menggali konsep sabar dari perspektif Islam dan titik temu dengan konsep psikologi
serta mengembangkan konsep sabar dalam bentuk alat ukur psikologi sabar

1
BAB II
KAJIAN TEORITIS

I. SABAR

A. Sabar menurut Al-Qur’an dan Hadist

1. Sabar dalam Menghadapi Musibah

Sabar dalam menghadapi musibah ini yakni jika seseorang dihadapkan


musibah oleh Allah SWT berupa bencana alam, kematian, kehilangan harta benda
dan sebagainya maka orang tersebut harus dapat mengendalikan emosinya secara
benar dan dengan ikhlas ia mencoba berusaha keras bertahan mengendalikan emosi
diri supaya tidak suudzon (berburuk sangka) kepada Allah dengan tidak suka
menyalahkan orang lain. Tetapi sebagai hamba Allah yang beriman mencoba
bertahan mengendalikan emosi diri dengan sifat dan sikap kesabaran bahwa musibah
apa pun yang menimpa diri seseorang sebenarnya harus mengitikadkan yang pada
hakikatnya musibah itu tidak akan terjadi melainkan atas takdir dan kehendak Allah
SWT. Cuma manusia harus terus berbuat taat kepada Allah SWT dengan sebaik
mungkin dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya dan tidak akan melakukan kerusakan di muka bumi, yang dapat
mengundang musibah itu sendiri.

2. Kesabaran dalam Ketaatan Beribadah

Orang sabar dalam ketaatan beribadah kepada Allah senantiasa akan dapat
menunjukkan sikap ketabahan dan keikhlasan pada dirinya, keluarganya,
kekerabatannya dan lingkungan tetangga atau lingkungan hidup lainnya, dimana ia
mengembangkan kebaikan terhadap lingkungan tersebut. Kebaikan tersebut terjadi
akibat kesabarannya menetapkan kebaikan, ketaatannya kepada Allah, sabar dalam
ketaatan akan membawa efek positif pada semua lingkungan hidupnya serta hidup
rukun dan damai dengan dirinya dengan Tuhannya, dan dengan sesama manusia
bahkan lingkungan alam apa pun karena didasari oleh ketaatan dirinya kepada Allah
SWT. Artinya bahwa Allah menghendaki hambanya untuk terus-menerus melakukan
aktivitas kebaikan dalam hidupnya terhadap lingkungan apa pun karena semata-mata
mengharapkan ridha dari Allah SWT.

3. Sabar Menghadapi Gangguan Manusia

Dalam fakta kehidupan sosial individu, bermasyarakat dan berkelompok


yang baik tentu adanya saling berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan baik pula
yakni saling membutuhkan antara satu sama lainnya. Keinginan dan kebutuhan
seseorang kadang-kadang berbeda-beda sesuai tingkat kecakapan usaha dan status
sosialnya masing-masing yang diiring disiplin bekerja berdasarkan keyakinan

2
agamanya dengan kesadaran dan kesabaran, skill dengan kemampuan ilmu
pengetahuan dan keterampilannya sehingga mampu menguasai segala keadaan
lingkungan dengan baik guna memanfaatkan atau berkesempatan hidup bekerja dan
beribadah sebaik mungkin terutama terkait kebutuhan rohaninya, materi dan
finansialnya agar sukses dengan baik terhadap keberuntungan lahir dan batinnya.

4. Sabar dalam Kefakiran.

Sabar dalam kefakiran, yakni merupakan jenis kesabaran tinggi yang


sungguh mulia, apabila seseorang itu secara sempurna menetapi ketaatannya kepada
Allah SWT ataupun mampu melaksanakan semua perintah Allah dan mampu pula
menjauhkan diri dari segala larangan-Nya berupa perbuatan keji dan munkar semata-
mata ikhlas mengharapkan ridha- Nya dengan limpahan cinta dan kasih-sayang Allah
SWT. Jika dilihat dari segi finansial kebutuhan pokok dan fisik manusia bahwa yang
dimaksud kefakiran itu adalah yang apabila kebutuhan hidupnya seseorang itu tidak
terpenuhi dan selalu berada dibawah garis kemiskinan atau kebutuhan pokoknya
untuk makan sehari-hari saja maupun kebutuhan lainnya tidak mencukupi standar
kebutuhan hidup secara normal, apabila dibandingkan dengan kebutuhan normal
orang-orang miskin biasa.

Hadist tentang ujian dan cobaan didasarkan pada hadist dari Ali bin Abi
Thalib r.a Rosulullah SAW yang artinya :

Sabar ada 3 macam:

1. Sabar dalam mengahadapi musibah


2. Sabar dalam menjalankan ketaantan dan
3. Sabar dalam menghindari kemaksiatan.

Siapa yang sabar dalam menghadapi musibah Allah akan catat untuknya 300
derajat yang antara satu derajat dengan derajat lainnya seperti jarak antara langit dan
bumi. Siapa yang sabar dalam menjalankan ketaatan, maka Allah akan catat 600
derajat yang jarak diantara derajat tersebut adalah seperti jarak antara jarak batas dari
bumi hingga puncak ‘arasy. Siapa yang sabar dalam menghindari kemaksiatan, Allah
akan catat untuknya 900 derajat yang jarak antara satu derajat dengan derajat yang
lain seperti jarak antara 2 kali antara batas dasar bumi hingga puncak ‘arasy. (H.R
Ibnu Hibban Ibnu Abid dan Dailami).

Islam mengajarkan kepad ummatnya supaya ssabar seperti 5 nabi yaitu Nabi
Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad SAW. Allah SWT berfirman dalam surat
Al-Ahqof ayat 35 yang artinya :

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi
mereka. pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa)

3
seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu
pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.”
Allah juga berfirman dalam surat An-Nahl ayat 96 yang artinya
“apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. dan
Sesungguhnya Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang sabar dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Jabir meriwayatkan, Rasulukkah ditanya tentang iman, beliau menjawab sabar dan
kelapang dada, kemudian beliau bersabda lagi, “sabar adalah satu simpanan dari
simpanan surga.

Keutamaan dan balasan bagi orang yang sabar :

1. Kesudahan yang baik seperti dalam surat Ar-Ra’ad ayat 22.

ً ‫ج هِ َر ب ِ ِه ْم َو أ َ ق َ ا ُم وا ال صَّ ََل ة َ َو أ َ ن ْ ف َ ق ُ وا ِم َّم ا َر َز ق ْ ن َا ه ُ ْم سِ ًّر ا َو ع َ ََل ن ِ ي َ ة‬ْ ‫َو ا ل َّ ذِ ي َن صَ ب َ ُر وا ا ب ْ ت ِ غ َا ءَ َو‬


‫َّار‬ ْ َ َ َٰ ُ
َ ِ ‫َو ي َ د ْ َر ء ُ و َن ب ِ ال ْ حَ س َ ن َ ةِ ال س َّي ِ ئ َ ة أ و ل ئ‬
َ
ِ ‫ك ل ه ُ مْ ع ُ ق ب َ ى ال د‬
Yang artinya “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya,
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada
mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan
kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)”

2. Keberuntungan, dalam surat Ali Imron ayat 200 :

‫ي َ ا أ َ ي ُّ هَ ا ا ل َّ ذِ ي َن آ مَ ن ُوا ا صْ ب ِ ُر وا َو صَ ا ب ِ ُر وا َو َر ا ب ِ ط ُ وا َو ا ت َّ ق ُ وا َّللاَّ َ ل َ ع َ ل َّ ك ُ ْم ت ُ ف ْ ل ِ حُ و َن‬

200. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu beruntung.

3. Surat Al-Anfal ayat 46 dan Surat Al-Baqarah ayat 249.

َ َ ‫ط ي ع ُ وا َّللاَّ َ َو َر س ُو ل َ ه ُ َو ََل ت َ ن َا َز ع ُوا ف َ ت َ ف ْ ش َ ل ُ وا َو ت َ ذ ْ ه‬


َ‫ب ِر ي حُ ك ُ مْ ۖ َو ا صْ ب ِ ُر وا ۚ إ ِ َّن َّللاَّ َ مَ ع‬ ِ َ ‫َو أ‬
‫ال صَّ ا ب ِ ِر ي َن‬
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan,
yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

‫ْس ِم ن ِي َو مَ ْن‬ َ ‫ب ِم ن ْ ه ُ ف َ ل َ ي‬ َ ‫ت ب ِ ال ْ جُ ن ُو دِ ق َ ا لَ إ ِ َّن َّللاَّ َ مُ ب ْ ت َ ل ِي ك ُ مْ ب ِ ن َ هَ ٍر ف َ مَ ْن ش َ ِر‬ُ ‫ف َ ل َ مَّ ا ف َ صَ لَ ط َ ا ل ُ و‬


َ ً َّ ً
‫ف غ ُ ْر ف َ ة ب ِ ي َ دِ ه ِ ۚ ف َ ش َ ِر ب ُوا ِم ن ْ ه ُ إ ِ َل ق َ ل ِيَل ِم ن ْ ه ُ مْ ۚ ف َ ل مَّ ا‬ َ ‫ل َ مْ ي َ طْ ع َ ْم ه ُ ف َ إ ِ ن َّ ه ُ ِم ن ِي إ ِ َل مَ ِن ا غ ت َ َر‬
ْ َّ
َّ
‫ت َو جُ ن ُو دِ ه ِ ۚ ق َ ا لَ ا ل ذِ ي َن‬ ْ
َ ‫جَ ا َو َز ه ُ ه ُ َو َو ا ل َّ ذِ ي َن آ مَ ن ُوا مَ ع َ ه ُ ق َ ا ل ُ وا ََل ط َ ا ق َ ة َ ل َ ن َا ال ي َ ْو م َ ب ِ جَ ا ل و‬
ُ
‫ت ف ِ ئ َ ة ً ك َ ث ِي َر ة ً ب ِ إ ِ ذ ْ ِن َّللاَّ ِ ۗ َو َّللاَّ ُ َم َع ال صَّ ا ب ِ ِر ي َن‬
ْ َ ‫ي َ ظ ُ ن ُّ و َن أ َ ن َّ ه ُ مْ مُ ََل ق ُ و َّللاَّ ِ ك َ مْ ِم ْن ف ِ ئ َ ةٍ ق َ ل ِي ل َ ةٍ غ َ ل َ ب‬
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah
akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum

4
airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali
menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku". Kemudian mereka
meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan
orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang
yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan
Jalut dan tentaranya". Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui
Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar".

4. Diberi petunjuk oleh Allah, seperti dalam surat Al-Baqarah ayhat 155-157.

‫اْل َن ْ ف ُ ِس َو ال ث َّ مَ َر ا تِ ۗ َو ب َ ش ِ ِر‬
ْ ‫اْل َ ْم َو ا ِل َو‬ ٍ ْ ‫ف َو ال ْ جُ وع ِ َو ن َ ق‬
ْ ‫ص ِم َن‬ ِ ‫ي ٍء ِم َن ال ْ خَ ْو‬
ْ َ ‫َو ل َ ن َ ب ْ ل ُ َو ن َّ ك ُ مْ ب ِ ش‬
‫ال صَّ ا ب ِ ِر ي َن‬
155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar.

َّ ِ ‫ص ي ب َ ة ٌ ق َ ا ل ُ وا إ ِ ن َّ ا‬
‫ّلِل ِ َو إ ِ ن َّ ا إ ِ ل َ ي ْ هِ َر ا ِج ع ُ و َن‬ ِ ُ‫ا ل َّ ذِ ي َن إ ِ ذ َ ا أ َ صَ ا ب َ ت ْ ه ُ مْ م‬
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

َ ِ ‫ح َم ة ٌ ۖ َو أ ُ و ل ََٰ ئ‬
‫ك ه ُ م ُ ال ْ ُم هْ ت َ د ُو َن‬ َ ِ ‫أ ُ و ل ََٰ ئ‬
ٌ ‫ك ع َ ل َ ي ْ ِه ْم صَ ل َ َو ا‬
ْ ‫ت ِم ْن َر ب ِ ِه ْم َو َر‬
157. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

5. Allah memberikan martabat yang tinggi, dalam surat Al-Furqan ayat 75.

‫ج َز ْو َن ال ْ غ ُ ْر ف َ ة َ ب ِ مَ ا صَ ب َ ُر وا َو ي ُ ل َ ق َّ ْو َن ف ِي هَ ا ت َ ِح ي َّ ة ً َو س َ ََل مً ا‬ َ ِ ‫أ ُ و ل ََٰ ئ‬
ْ ُ‫ك ي‬
75. Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga)
karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan
selamat di dalamnya.

B. Sabar menurut Tokoh-tokoh Islam

1. Abu Hamid Al Ghozali

Pengertian Sabar

Sabar adalah bagian dari iman (asshobru nishful imaan). iman memiliki dua
rukun, pemikiran pertama, iman itu dikatakan secara mutlak kepada tashdiq dan amal
shalih semuanya. Maka iman mempunyai dua rukun, yang pertama adalah keyakinan,
dan yang kedua adalah sabar. Yang dimaksudkan dengan keyakinan adalah ma’rifat-
ma’rifat yang pasti yang dihasilkan dengan petunjuk Allah Subhanallah wa Ta’ala

5
terhadap hamba-Nya kepada pokok-pokok agama. Dan yang dimaksudkan dengan
sabar adalah amal perbuatan disebabkan tuntutan keyakinan karena keyakinan
memberi pengertian kepadanya bahwa perbuatan maksiat adalah membawa bahaya
dan taat membawa manfaat.

Dengan pandangan semacam ini, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah


berkata, “Iman itu dua bagian, satu bagian adalah sabar, dan sebagian yang lain adalah
syukur.” kadang-kadang perkataan Ibnu Mas’ud dianggap marfu’ juga kepada
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. dan ketika sabar itu adalah sabar dari
penggerak hawa nafsu dengan tetapnya penggerak agama. Dan penggerak hawa nafsu
ada dua bagian, yakni penggerak dari arah nafsu syahwat dan penggerak dari arah
marah. Nafsu syahwat itu untuk mencari yang lezat dan marah itu untuk lari dari yang
menykitkan. Dan puasa itu adalah puasa dari tuntutan nasfu syahwat perut dan
kemaluan, bukan tuntutan marah. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam pernah bersabda, “puasa itu setengah dari sabar.”

Keutamaan Sabar

Allah Subhanallahu wa Ta’ala menyandarkan puasa kepada Diri-Nya di


antara ibadah-ibadah lainnya dan Dia berjanji kepada mereka bahwa Dia bersama
mereka. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman, “Dan bersabarlah sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS al-Anfal (8): 46).

Dan Allah menggantungkan pertolongan atas sabar. Allah Subhanallahu wa


Ta’ala berfirman, “Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap siaga dan mereka
datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah mneolong kamu
dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda,” (QS Ali Imran (3): 125).

Makna dan Hakikat Sabar

Ketahuilah, bahwa sabar adalah kedudukan dari kedudukan agama dan


derajat dari derajat-derajat orang-orang yang menempuh jalan Allah Subhanallahu
wa Ta’ala. Dan semua kedudukan agama itu sesungguhnya dapat tersusun dari tiga
perkara yaitu, “Ma’rifat, hal-ihwal, dan amal perbuatan.” Ma’rifat adalah pokok dan
ia menimbulkan hal ihwal, dan hal ihwal membuahkan amal perbuatan. Ma’rifat
adalah seperti pohon dan hal ihwal adalah seperti dahan, dan amal perbuatan itu
seperti buah-buahan dan, ini berlaku pada semua kedudukan orang-orang yang
menempuh jalan menuju Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Dan nama iman itu sutau
ketika tertentu dengan ma’rifat dan suatu ketika disebutkan secara keseluruhan
sebagaimana kami sebutkan pada perbedaan nama iman dan Islam pada bahasan
seputar kaidah-kaidah akidah. Demikian pula sabar itu tidak dapat sempurna kecuali
ma’rifat yang mendahului dan dengan keadaan yang berdiri tegak, maka sabar adalah
ciri khas manusia dan demikian itu tidak tergambar pada binatang dan malaikat. Pada
binatang karena kekurangannya dan pada malaikat, karena kesempurnaannya.

6
Sabar adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama dalam menghadapi
penggerak nafsu syahwat. Kalau sabar itu tetap sehingga mengalahkan nafsu syahwat
dan terus-menerus menentangnya, maka ia telah menolong tentara Allah dan ia
dimaksudkan dalam kelompok orang-orang sabar. Kalau penggerak agama itu
membiarkan dan lemah sehingga ia dikalahkan oleh nafsu syahwat dan ia tidak sabar
untuk menolaknya, maka ia dimasukkan dalam golongan pengikut syaitan.

Jadi, meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diinginkan oleh nafsu


syahwat, adalah perbuatan yang dihasilkan oleh keadaan yang dinamakan sabar yaitu,
tetapnya penggerak agama yang tengah menghadapi penggerak nafsu syahwat.
Ketahuilah, bahwa sabar itu ada dua macam. Pertama, badaniah seperti menanggung
kesulitan dengan badan dan tetap teguh atas kesulitan. Dan itu adakalanya dengan
perbuatan seperti mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berat adakalanya dengan
menahan seperti sabar dari pukulan yang keras, sakit yang berat dan luka-luka yang
parah. Demikian itu kadang-kadang terpuji apabila sesuai dengan agama. Akan tetapi
sabar yang terpuji lagi sempurna adalah sabar macam yang kedua, yaitu sabar dalam
jiwa dari keinginan-keinginan tabiat dan tuntutan-tuntutan hawa nafsu.

Kemudian sabar ini, kalau sabar tersebut dari nafsu syahwat perut dan
kemaluan, maka dinamakan ‘iffah (penjagaan diri) dan kalau sabar dalam
menanggung yang tidak disukai, maka nama-namanya berbeda-beda menurut
manusia disebabkan perbedaan apa yang tidak disukai yang dikuasai oleh sabar.
Kalau sabar dalam menghadapi musibah, maka terbatas dengan nama sabar. Dan
yang berlawanan dengannya adalah keadaan yang dinamakan keluh-kesah dan
gelisah, yaitu yang mendorong kepada hawa nafsu secara mutlak supaya terlepas
dalam mengeraskan suara, memukul pipi, mengoyakkan saku baju dan lainnya.

Kalau sabar dalam menanggung kekayaan, maka dinamakan menahan diri.


Dan yang berlawanan dengannya adalah keadaan yang dinamakan takabur. Dan
kalau sabar itu dalam peperangan, maka dinamakan berani, dan yang berlawanan
dengannya adalah penakut. Dan kalau sabar itu dalam menahan amarah dan marah,
maka dinamakan sikap pemurah. Dan yang berlawanan dengannya adalah
penyesalan diri.

Kalau sabar itu dalam menghadapi zaman yang celaka lagi membosankan,
maka dinamakan lapang dada. Dan kalau sabar itu dalam menyembunyikan
perkataan, maka dinamakan menyimpan rahasia, dan pelakunya dinamakan
penyimpan rahasia. Dan kalau sabar itu dari berlebihan dalam penghidupan, maka
dinamakan zuhud. Dan yang berlawanan dengannya aalah rakus. Dan kalau sabar itu
atas kadar yang sedikit dari keuntungan, maka dinakan qana’ah (suka menerima
seadanya) dan yang berlawanan dengannya adalah lahap.

Macam-macam Sabar

Al-Ghazali dalam bukunya Ihya ‘Ulum al-Din mengklasifikasikan sabar


dalam beberapa macam, yaitu: Pertama, sabar yang berhubungan sandaran sabar

7
(keadaan). Kedua, sabar berdasarkan kuat dan lemahnya. Ketiga, sabar yang
berdasarkan hukumnya. Keempat, sabar berdasarkan kondisi yang menimpa
seseorang.

a. Sabar yang berhubungan dengan keadaan


Disini al-Ghazali membaginya menjadi dua kategori, yaitu sabar badan dan
sabar jiwa dari perbuatan yang didorong oleh nafsu. Sabar badan merupakan ibarat
dari kemampuan badan untuk menanggung kesulitan dan bertahan terhadap hal itu.
Seperti sakit, kesulitan yang berhubungan dengan kegiatan beribadah.

Sedangkan sabar jiwa adalah kesabaran dari perkara yang didorong oleh
nafsu, yang meliputi: pertama, al-‘iffah (kesabaran terhadap dorongan nafsu seksual
dan perut). Kedua, kesabaran dalam rangka menahan diri terhadap kepedihan,
kesedihan, kesulitan dan musibah yang menimpa diri. Ketiga, kesabaran menahan
diri ketika diberi kekayaan (manajemen jiwa). Keempat, kesabaran dalam peperangan
yang disebut dengan keberanian. Kelima, lemah lembut (al-hilm) yaitu kesabaran
untuk menahan diri dari amarah. Keenam, sabar atas pergantian masa yang
membosankan yang dinamakan lapang dada (sa’at al-shadr). Ketujuh, kitman (sabar
menahan sesuatu perkataan. Kedelapan, kesabaran dari kekayaan dunia (zuhud).
Kesembilan, qana’ah yaitu kesabaran menerima pemberian tuhan dan menahan diri
dari berlebihan.

b. Sabar berdasarkan kuat dan lemahnya, terbagi menjadi tiga macam.


Pertama, kemampuan menekan dorongan nafsunya, sehingga tidak tersisa
bagi nafsu tersebut kekuatan untuk melawan. Untuk mencapai hal tersebut
membutuhkan kesabaran yang terus menerus. Orang yang termasuk golongan ini
disebut sebagai orang-orang terpercaya (al-shadiqun) Kedua, orang yang tidak
mampu mengalahkan hawa nafsunya kemudian menyerahkan dirinya kepada prajurit
setan dan tidak berjuang untuk melawannya. Golongan ini disebut orang-orang yang
lalai. Ketiga, orang yang berjuang melawan hawa nafsu namun kadang kalah kadang
menang.

c. Sabar menurut hukumnya terbagai menjadi 4 macam.


Pertama, hukum wajib, yaitu menahan diri dari perkara yang buruk menurut
agama. Kedua, hukum sunah, yaitu menahan diri hal-hal yang makruh. Ketiga,
hukum haram, yaitu menahan diri atas perbuatan bahaya yang menimpanya, seperti
akan dipotong tangannya atau tangan anaknya, dia tidak melakukan sesuatu maka ini
termasuk sabar haram. Keempat, hukum makruh, yaitu menerima atas tindakan tidak
adil yang tidak disenangi agama.

d. Sabar dilihat dari suatu kondisi yang menimpa seseorang


Sabar ditinjau dari segi kondisi yang menimpat seseorang tidak lepas dari
dua perkara yaitu hal yang disenangi dan hal yang dibenci. Sesuatu yang menimpa

8
sesuai kesenangan antara lain: sehat, harta, pangkat, banyak keluarga, kemegahan
duniawi. Sabar ini cukup sulit untuk dilakukan, dan jika tidak mampu melakukannya
orang akan terjerumus dalam kezaliman (thagha).

Sedangkan sabar terhadap perkara yang dibenci, terbagi menjadi beberapa


bagian:
1). Yang berhubungan dengan pilihanya, seperti: pertama, ketaatan. Hal ini cukup
sulit dilakukan karena watak manusia yang lebih suka dipertuhankan dari pada
beribadah. Oleh karena itu untuk mencapai kesabaran ini maka harus sabar dalam tiga
hal, yaitu sebelum melakukan perbuatan berupa mengatur niat ibadah. Selama
melakukan suatu amal yaitu konsistensi untuk melaksanakan ibadah itu; dan setelah
selesai melakukan suatu amal yaitu sabar dari riya’ (menjauhi menyiarkan perbuatan
baik yang telah dilakukan). Kedua, sabar dari kemaksiatan, karena sudah menjadi
tempat hawa nafsu manusia. Sabar pada kemaksiatan yang tersulit adalah ketika
sudah menjadikan maksiat tersebut adat, kebiasaan dalam hidup.
2). Yang tidak berhubungan dengan pilihanya tetapi mempunyai pilihan untuk
menolaknya. Contoh sabar dalam persoalan ini seperti ketika seseorang menyakiti
kita, baik dengan perkataan maupun perbuatan, maka sabar dengan tidak
membalasnya merupakan hal yang lebih mulia. Allah berfirman dalam surat al
Muzammil :

“Hendaklah engkau bersabar terhadap perkataan yang dikatakan mereka


dan menghindarlah dari mereka dengan cara sebaik-baiknya” (Q.S. al
Muzzamil:10).

Dengan ayat ini tampak jelas bahwa menghindarai perbuatan yang sama atau
lebih untuk membalasnya tidak dianjurkan bahkan akan lebih mulia untuk
menghindarinya.
3). Yang tidak dalam pilihanya baik dari awal maupun akhir. Contoh di dalam
persoalan ini seperti halnya musibah, baik yang menimpa badan maupun hartanya,
sabar dari kematian, sabar dari hilangnya harta, sabar dari sakit dan lainya. Tingkatan
sabar ini lebih tinggi dari sebelumnya karena manusia lebih mampu bersabar terhadap
perkara haram daripada menerima dengan ikhlas ujian dan cobaan dari Allah SWT.

2. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah

Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyyah dalam bukunya Madarij al-Salikin bayn


Manazil Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in sabar terbagi menjadi tiga macam,
yaitu sabar dalam ketaatan pada Allah, sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat
dan sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian.

Bentuk-bentuk sabar menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

1. Sabar Wajib yaitu sabar dalam ketaatan kepada Allah yaitu seseorang
bersabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Sabar dalam Menjauhi
Maksiat dan Sabar Menghadapi Ujian Allah.

9
2. Sabar Sunnah yaitu sabar dalam melakukan hal-hal yang disunnahkan, sabar
dalam menahan diri dari menghadapi perlakuan buruk dengan membalas
keburukan pula
3. Sabar Mubah yaitu Menahan diri dari semua perbuatanyang kedua-duanya
sama-sama baik antara melakukan dan meninggalkannya dan bersabar
atasnya. Bersabar dari makanan dan minuman dan pakian sehingga hal itu
membahayakannya

3. Yusuf Qardhawi

Yusuf al-Qardhawi ( 1989) menegaskan bahwa sabar adalah sesuatu yang


bersifat primer (dharuri) dan bukan tersier (tsanawi) atau komplementer
(mukammilah). Lebih lanjut al-Qardhawi menjelaskan bahwa aspek kesabaran
mencakup banyak bagian, namun semua itu bermuara pada dua hal utama, yakni
menahan diri terhadap yang disukai dan menanggung hal-hal yang tidak disukai.

Bentuk-bentuk Sabar menurut Yusuf Qardhawi

1. Ketabahan menghadapi musibah, disebut sabar, kebalikannya adalah gelisah


(jaza') dan keluh kesah (hala').
2. menghadapi godaan hidup nikmat disebut, mampu menahan diri (dlobith an
nafs), kebalikannya adalah tidak tahanan (bathar).
3. Kesabaran dalam peperangan disebut pemberani, kebalikannya disebut
pengecut
4. Kesabaran dalam menahan marah disebut santun (hilm), kebalikannya
disebut pemarah (tazammur).
5. Kesabaran dalam menghadapi bencana yang mencekam disebut lapang dada,
kebalikannya disebut sempit dadanya.
6. Kesabaran dalam mendengar gossip disebut mampu menyembunyikan
rahasia (katum),
7. Kesabaran terhadap kemewahan disebut zuhud,kebalikannya disebut
serakah, loba (al hirsh).
8. Kesabaran dalam menerima yang sedikit disebut kaya hati (qana'ah),
kebalikannya disebut tamak, rakus {syarahun.

Menurut Yusuf Al-Qaradhawy Sabar adalah beramal penuh keyakinan


bahwa kemudaratan dan ketaatan itu memberi. Sabar juga disebut juga sebagai
penolong agama dalam menundukkan nafsu dan kemaksiatan Al-Ankabut ayat 58-59

‫اْل َن ْ هَ ا ُر‬
ْ ‫ح ت ِ هَ ا‬ ْ َ ‫َو ا ل َّ ذِ ي َن آ مَ ن ُوا َو ع َ ِم ل ُ وا ال صَّ ا ل ِ حَ ا تِ ل َ ن ُ ب َ و ِ ئ َ ن َّ ه ُ مْ ِم َن ال ْ جَ ن َّ ةِ غ ُ َر ف ً ا ت‬
ْ َ ‫ج ِر ي ِم ْن ت‬
‫ج ُر ال ْ ع َ ا ِم ل ِي َن‬
ْ َ ‫خَ ا ل ِ ِد ي َن ف ِي هَ ا ۚ ن ِ ع ْ م َ أ‬
‫ا ل َّ ذِ ي َن صَ ب َ ُر وا َو ع َ ل َ َٰى َر ب ِ ِه ْم ي َ ت َ َو ك َّ ل ُ و َن‬

10
Artinya: dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh,
Sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang Tinggi di
dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya.
Itulah Sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar
dan bertawakkal kepada Tuhannya.

Dan juga surat Al-Baqarah ayat 153


‫ي َ ا أ َ ي ُّ هَ ا ا ل َّ ذِ ي َن آ َم ن ُ وا ا سْ ت َ عِ ي ن ُوا ب ِ ال صَّ ب ِْر َو ال صَّ ََل ة ِ ۚ إ ِ َّن َّللاَّ َ َم َع ال صَّ ا ب ِ ِر ي َن‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

4. Quraisy Shihab

Quraish Shihab, dalam Tafsir Al-Mishbah, menjelaskan bahwa sabar artinya


menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan.
Selain itu, ia menjelaskan bahwa kesabaran secara umum dibagi menjadi dua.
Pertama, sabar jasmani yaitu kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintah-
perintah keagamaan yang melibatkan anggota tubuh seperti sabar dalam menunaikan
ibadah haji yang menyebabkan keletihan. Termasuk pula, sabar dalam menerima
cobaan jasmaniyah seperti penyakit, penganiayaan dan sebagainya. Kedua, sabar
rohani menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar
kepada kejelekan semisal sabar dalam menahan amarah, atau menahan nafsu seksual
yang bukan pada tempatnya.

Pendapat Quraish Shihab, sama dengan apa yang telah disampaikan oleh
Ibnu al-Qayyim bahwa sabar, berdasarkan bentuknya terdiri dari dua macam,
kesabaran jasmani dan kesabaran jiwa. Kesabaran jasmani dibagi menjadi dua: 1)
kesabaran jasmani secara sukarela, misalnya sabar dalam melakukan pekerjaan berat
atas pilihan dan kehendaknya sendiri dan 2) kesabaran jasmani oleh faktor
keterpaksaan, misalnya sabar dalam menahan rasa sakit akibat pukulan, sabar
menahan penyakit, menahan dingin, panas dan sebagainya. Sebagaimana kesabaran
jasmani, kesabaran jiwa juga dibagi menjadi dua macam, yakni: 1) Kesabaran jiwa
secara sukarela, misalnya kesabaran menahan diri untuk melakukan perbuatan yang
tidak baik berdasarkan pertimbangan syariat agama dan akal; dan 2) Kesabaran jiwa
oleh faktor keterpaksaan, seperti kesabaran berpisah dengan orang yang dikasihi jika
cinta terhalang.

Defenisi Sabar, menurut Quraisy Shihab terdiri dari :

1. Dalam menanti ketetapan Allah, seperti dalam QS Yunus (10): 109, Dan
bersabarlah sehingga Allah memberi putusan.
2. Menanti datangnya hari kemenangan, seperti dalam QS. Al-Rum (30): 60,
Dan bersabarlah, sesungguhnya janji Allah adalah hak (pasti).

11
3. Menghadapi ejekan (gangguan) orang-orang yang tidak percaya, seperti
dalam QS Thaha (20): 130, Dan bersabarlah menghadapi apa yang mereka
ucapkan (berupa ejekan dan kritik').
4. Menghadapi kehendak nafsu untuk melakukan pembalasan yang tidak
setimpal, seperti dalam QS Al-Nahl (16): 127, Dan bersabarlah, dan tiada
kesabaranmu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu
bersedih hati terhadap mereka.
5. Dalam melaksanakan ibadah, seperti dalam QS Maryam (19): 65, Maka
mengabdilah kepada-Nya dan bersabarlah dengan penuh kesungguhan dalam
pengabdian kepada-Nya. Demikian juga pada QS Thaha (20): 132,
Perintahkanlah keluargamu (melaksanakan) shalat dan bersabarlah dalam
pelaksanaannya.
6. Dalam menghadapi malapetaka, seperti dalam QS Luqman (31): 17, Dan
bersabarlah menghadapi apa yang menimpamu.
7. Dalam usaha memperoleh apa-apa yang dibutuhkan, misalnya dalam QS Al-
Baqarah (2): 153, Dan mintalah bantuan (makanan dalam menghadapi segala
kebutuhanmu) dengan sabar (ketabahan) dan shalat (doa).

Bentuk-bentuk Sabar

1. Sabar dalam beribadat. Sabar mengerjakan ibadat ialah dengan tekun


mengendalikan diri melaksanakan syarat-syarat dan tata-tertib ibadah itu.
Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan tiga hal, yaitu; sebelum sedang
dan setelah beribadah.

2. Sabar ditimpa malapetaka. Sabar ditimpa malapetaka atau musibah ialah


teguh hati ketika mendapat cobaan, baik yang berbentuk kemiskinan,
maupun berupa kematian, kejatuhan, kecelakaan, diserang penyakit dan lain-
lain sebagainya. Kalau malapetaka itu tidak dihadapi dengan kesabaran,
maka akanterasa tekanannya terhadap jasmaniah maupun rohaniah. Badan
semakin lemah dan lemas, hati semakin kecil. Timbullah kegelisahan,
kecemasan, panik dan akhirnya putus-asa.

3. Sabar terhadap kehidupan dunia. Sabar terhadap kehidupan dunia (as-shabru


'aniddunya) ialah sabar terhadap tipudaya dunia, jangan sampai terpaut hati
kepada kenikmatan hidup di dunia ini. Dunia ini adalah jembatan untuk
kehidupan yang abadi, kehidupan akhirat. Banyak orang yang terpesona
terhadap kemewahan hidup dunia. Dilampiaskannya hawa nafsunya, hidup
berlebih-lebihan, rakus, tamak dan lain-lain sehingga tidak memperdulikan
mana yang halal dan mana yang haram, malah kadang-kadang merusak dan
merugikan kepada orang lain. Kehidupan di dunia ini janganlah dijadikan
tujuan, tapi hanya sebagai alat untuk mempersiapkan diri menghadapi
kehidupan yang kekal. Memang, tabiat manusia condong kepada kenikmatan
hidup lahiriah, kehidupan yang nyata dilihat oleh mata dan dinikmati oleh
indera-indera yang lain. Tidak ubahnya seperti orang yang meminum air laut,

12
semakin diminum semakin haus. Untuk ini diperlukan kesabaran
menghadapinya.

4. Sabar terhadap maksiat. Sabar terhadap maksiat ini ialah mengendalikan diri
supaya jangan melakukan perbuatan maksiat. Tarikan untuk mengerjakan
maksiat itu sangat kuat sekali mempengaruhi manusia, sebab senantiasa
digoda dan didorong oleh iblis.

5. Sabar dalam perjuangan. Sabar dalam perjuangan ialah dengan menyadari


sepenuhnya, bahwa setiap perjuangan mengalami masa, masa-naik dan
masa- jatuh, masa-menang dan masa-kalah. Kalau perjuangan belum
berhasil, atau sudah nyata mengalami kekalahan, hendaklah berlaku sabar
menerima kenyataan itu. Sabar dengan arti tidak putus harapan, tidak patah
semangat. Harus berusaha menyusun kekuatan kembali, melakukan
introspeksi (mawasdiri) tentang sebab-sebab kekalahan dan menarik
pelajaran daripadanya. Jika perjuangan berhasil atau menang, harus pula
sabar mengendalikan emosi-emosi buruk yang biasanya timbul sebagai
akibat kemenangan itu, seperti sombong, congkak, berlaku kejam, membalas
dendam dan lain-lain. Sabar disini harus diliputi oleh perasaan syukur.
Apabila sesuatu perjuangan dikendalikan oleh sifat kesabaran, maka dengan
sendirinya akan timbul ketelitian, kewaspadaan, usaha-usaha yang bersifat
konsolidasi dan lain- lain.

C. Sabar dalam Perspektif Psikologi

Menurut Mujib (2017) Sabar dapat dipadankan dengan self control, yang
terdiri atas (1) emotion regulation(pengaturan emosi), aspek ini mengatur bagaimana
seseorang mengontrol perasaan dan kondisi emosinya dalam jangka yang pendek,
sedang dan jangka panjang; (2) stress management (manajemen stress), aspek ini
dapat menangani tekanan dengan santai dan efektif, karena mereka sukses
mengembangkan coping mechanisms; dan (3) low impulsiveness (daya impulsive
yang rendah), aspek ini mengukur sebagian besar ketidakberfungsian daripada
keberfungsian daya dorong yang rendah membutuhkan pemikiran sebelum bertindak
dan membayangkan dengan cermat sebelum pengambilan keputusan (Petrides,
2001). Aspek-aspek control diri terkait pada kemampuan mengontrol perilaku,
kemampuan mengontrol stimulus, kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa,
kemampuan menafsirkan suatu peristiwa dan kemampuan mengambil keputusan.

Menurut Subandi (2011) dalam penelitiannya tentang sabar sebuah konstruk


psikologi dalam penelitiannya ini menemukan lima kategori yang tercakup dalam
konsep sabar yaitu:

1. Pengendalian diri: menahan emosi dan keinginan, berpikir panjang,


memaafkan kesalahan, toleransi terhadap penundaan.

13
2. Ketabahan, bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh.
3. Kegigihan: ulet, bekerja keras untuk mencapai tujuan dan mencari
pemecahan masalah.
4. Menerima kenyataan pahit dengan ihlas dan bersyukur.
5. Sikap tenang, tidak terburu-buru.

Berdasarkan uraian diatas tentang sabar dapat disimpulkan bahwa konsep


sabar dalam perspektif Islam dan Psikologi terdiri dari : 1) Melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi laranganNya. 2) Ketabahan seperti menerima dan
menghadapai kenyataan dengan tabahkenyataan dengan tabah, lapang dada dan
kaya hati. 3) Pengendalian diri yaitu dapat menahan dan mengendalikan diri. 4)
Kegigihan yaitu berusaha untuk bangkit berdoa dan berserah diri kepada Allah
SWT.

Dengan demikian konsep Islam tentang sabar adalah mempersiapkan


manusia untuk menghadapi semua situasi sulit dan kondisi tanpa menyerah pada
tekanan psikologis yang diberikan padanya. Antara lain situasi sulit yang harus
dihadapi manusia dapat berupa kesengsaraan, malapetaka, kehancuran, dan tragedi.
Dengan kesabaran dan ketekunan yang sangat dibutuhkan manusia dalam
menghadapi masa-masa sulit dalam hidupnya. Kualitas-kualitas batin yang
membentuk kekuatan psikologis dan spiritual laten ini akan membantu manusia
berada di jalur yang benar tanpa disesatkan oleh Setan atau kekuatan duniawi lainnya.

14
ALAT UKUR PSIKOLOGI SABAR

A, JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif.


Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai konsep sabar
dalam Islam, peneliti melakukan kajian studi kepustakaan untuk mengetahui konsep
sabar dalam Islam.

Penelitian kuantitatif dilakukan bertujuan penelitian untuk memperoleh data


yang komprehensif, valid dan reliable tentang sabar Sampel yang digunakan dalam
penelitian kuantitatif ini adalah ibu bekerja beragam Islam sebanyak 244 orang.
Dengan jumlah ini diharapkan standar error menjadi kecil dan pengolahan data stabil.

B. SUMBER DATA

Adapun Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data yang diperoleh
dari sumber primer dan sumber sekunder, terdiri dari :

1. Studi Kepustakaan. Studi Kepustakaan adalah teknik pengumpulan


data yang dilakukan dengan mempelajari, mengutip, dan memasuki
berbagai informasi dan teori yang dibutuhkan untuk mengungkap
masalah yang dijadikan obyek penelitian dan untuk menyusun
konsep penelitian. Studi kepustakaan merujuk pada buku-buku,
dokumen-dokumen, dan materi tulisan yang relevan dengan
kebutuhan dan tujuan penelitian.
2. Teknik kuesioner. Teknik kuesioner penelitian adalah cara
pengumpulan data primer dari para responden yang terpilih menjadi
sampel penelitian. Kuesioner penelitian disusun dengan cara
mengajukan pernyataan tertutup serta pilihan jawaban dengan skala
Likert. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari konsep sabar yang
dikembangkan oleh peneliti dengan 29 butir pernyataan. Dari
masing-masing variabel tersusun 29 item pernyataan untuk
disampaikan kepada para responden dalam bentuk google form.

C. TEKNIK ANALISIS DATA PENELITIAN

Teknik Analisa data dalam pengolahan data primer yang diperoleh dari pada
responden penelitian dilakukan dengan menggunakan SEM (Structural Equation
Models) (Wijayanto, 2008). Pada masing-masing instrumen dilakukan uji validitas
menggunakan metode CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan bantuan software
LISREL 8.8. CFA merupakan salah satu metode analisis dalam pengujian validitas
suatu alat ukur dengan menguji sejauh mana masing-masing item dapat mengukur
hal yang hendak diukur. Analisis data digunakan untuk menganalisis data karena
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menguji model teoritik dan hubungan kausal

15
antar variabel dibandingkan dengan teknik regresi dan multivariat lainnya. Penelitian
ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis) dengan
software SPSS Statistics 26 dalam upaya melihat pengaruh sabar terhadap stres.

Berikut merupakan tabel studi kepustakaan dalam mengkonstruksikan


konsep dan instrumen sabar berdasarkan perspektif Islam:

1. Konstruk Sabar

TOKOH DEFENISI SABAR BENTUK-BENTUK


SABAR

Abu Hamid Al Sabar adalah amal perbuatan Sabar badaniah seperti


Ghozali disebabkan tuntutan menanggung kesulitan
keyakinan karena keyakinan dengan badan dan tetap teguh
memberi pengertian atas kesulitan. Dan itu
kepadanya bahwa perbuatan adakalanya dengan perbuatan
maksiat adalah membawa seperti mengerjakan
bahaya dan taat membawa pekerjaan-pekerjaan yang
manfaat. berat adakalanya dengan
menahan seperti sabar dari
pukulan yang keras, sakit
yang berat dan luka-luka yang
parah.

Sabar dalam jiwa dari


keinginan-keinginan tabiat
dan tuntutan-tuntutan hawa
nafsu

Ibnu Qayyim Al- Sabar Wajib yaitu sabar


Jauziyah dalam ketaatan kepada Allah
yaitu seseorang bersabar
dalam melakukan ketaatan
kepada Allah. Sabar dalam
Menjauhi Maksiat dan Sabar
Menghadapi Ujian Allah.

Sabar Sunnah yaitu sabar


dalam melakukan hal-hal
yang disunnahkan, sabar
dalam menahan diri dari
menghadapi perlakuan buruk
dengan membalas keburukan
pula.

16
Sabar Mubah yaitu Menahan
diri dari semua
perbuatanyang kedua-duanya
sama-sama baik antara
melakukan dan
meninggalkannya dan
bersabar atasnya.

Bersabar dari makanan dan


minuman dan pakian
sehingga hal itu
membahayakannya

Yusuf Qardhawi Sabar adalah menanggung Ketabahan menghadapi


hal-hal yang tidak disukai musibah, disebut sabar,
(petaka hidup) kebalikannya adalah gelisah
menahan diri terhadap yang (jaza') dan keluh kesah
disukai (gejolak nafsu) (hala').

menghadapi godaan hidup


nikmat disebut, mampu
menahan diri (dlobith an
nafs), kebalikannya adalah
tidak tahanan (bathar).
Kesabaran dalam peperangan
disebut pemberani,
kebalikannya disebut
pengecut

Kesabaran dalam menahan


marah disebut santun (hilm),
kebalikannya disebut
pemarah (tazammur).

Kesabaran dalam
menghadapi bencana yang
mencekam disebut lapang
dada,
kebalikannya disebut sempit
dadanya.

Kesabaran dalam mendengar


gossip disebut mampu
menyembunyikan rahasia
(katum),

17
Kesabaran terhadap
kemewahan disebut
zuhud,kebalikannya disebut
serakah, loba (al hirsh)

Kesabaran dalam menerima


yang sedikit disebut kaya hati
(qana'ah), kebalikannya
disebut tamak, rakus
{syarahun).

M. Quraisy Sabar dalam beribadat. Sabar QS Maryam (19): 65, Maka


Shihab mengerjakan ibadat ialah mengabdilah kepada-Nya dan
dengan tekun mengendalikan bersabarlah dengan penuh
diri melaksanakan syarat- kesungguhan dalam
syarat dan tata-tertib ibadah pengabdian kepada-Nya.
itu. Dalam pelaksanaannya Demikian juga pada QS
perlu diperhatikan tiga hal, Thaha (20): 132,
yaitu; sebelum sedang dan Perintahkanlah keluargamu
setelah beribadah (melaksanakan) shalat dan
bersabarlah dalam
pelaksanaannya.

Menanti ketetapan Allah,


seperti dalam QS Yunus (10):
109, Dan bersabarlah
sehingga Allah memberi
putusan.

Menanti datangnya hari


kemenangan, seperti dalam
QS. Al-Rum (30): 60, Dan
bersabarlah, sesungguhnya
janji Allah adalah hak (pasti).

Sabar ditimpa malapetaka. Dalam menghadapi


Sabar ditimpa malapetaka malapetaka, seperti dalam QS
atau musibah ialah teguh hati Luqman (31): 17, Dan
ketika mendapat cobaan, baik bersabarlah menghadapi apa
yang berbentuk kemiskinan, yang menimpamu.
maupun berupa kematian,
kejatuhan, kecelakaan,
diserang penyakit dan lain-
lain sebagainya. Kalau

18
malapetaka itu tidak dihadapi
dengan kesabaran, maka akan
terasa tekanannya terhadap
jasmaniah maupun rohaniah.
Badan semakin lemah dan
lemas, hati semakin kecil.
Timbullah kegelisahan,
kecemasan, panik dan
akhirnya putus-asa

Sabar terhadap kehidupan Seperti :


dunia. Sabar terhadap Menghadapi ejekan
kehidupan dunia (as-shabru (gangguan) orang-orang yang
'aniddunya) ialah sabar tidak percaya, seperti dalam
terhadap tipudaya dunia, QS Thaha (20): 130, Dan
jangan sampai terpaut hati bersabarlah menghadapi apa
kepada kenikmatan hidup di yang mereka ucapkan (berupa
dunia ini. Dunia ini adalah ejekan dan kritik').
jembatan untuk kehidupan
yang abadi, kehidupan Menghadapi kehendak nafsu
akhirat. Banyak orang yang untuk melakukan pembalasan
terpesona terhadap yang tidak setimpal, seperti
kemewahan hidup dunia. dalam QS Al-Nahl (16): 127,
Dilampiaskannya hawa Dan bersabarlah, dan tiada
nafsunya, hidup berlebih- kesabaranmu melainkan
lebihan, rakus, tamak dan dengan pertolongan Allah dan
lain-lain sehingga tidak janganlah kamu bersedih hati
memperdulikan mana yang terhadap mereka.
halal dan mana yang haram,
malah kadang-kadang Sabar terhadap maksiat ialah
merusak dan merugikan mengendalikan diri supaya
kepada orang lain. Kehidupan jangan melakukan perbuatan
di dunia ini janganlah maksiat. Tarikan untuk
dijadikan tujuan, tapi hanya mengerjakan maksiat itu
sebagai alat untuk sangat kuat sekali
mempersiapkan diri mempengaruhi manusia,
menghadapi kehidupan yang sebab senantiasa digoda dan
kekal. Memang, tabiat didorong oleh iblis.
manusia condong kepada
kenikmatan hidup lahiriah,
kehidupan yang nyata dilihat
oleh mata dan dinikmati oleh
indera-indera yang lain.
Tidak ubahnya seperti orang
yang meminum air laut,

19
semakin diminum semakin
haus. Untuk ini diperlukan
kesabaran menghadapinya.

Sabar dalam perjuangan. Seperti sabar dalam usaha


Sabar dalam perjuangan ialah memperoleh apa-apa yang
dengan menyadari dibutuhkan, misalnya dalam
sepenuhnya, bahwa setiap QS Al- Baqarah (2): 153, Dan
perjuangan mengalami masa, mintalah bantuan (makanan
masa-naik dan masa- jatuh, dalam menghadapi segala
masa-menang dan masa- kebutuhanmu) dengan sabar
kalah. Kalau perjuangan (ketabahan) dan shalat (doa).
belum berhasil, atau sudah
nyata mengalami kekalahan,
hendaklah berlaku sabar
menerima kenyataan itu.
Sabar dengan arti tidak putus
harapan, tidak patah
semangat. Harus berusaha
menyusun kekuatan kembali,
melakukan introspeksi
(mawasdiri) tentang sebab-
sebab kekalahan dan menarik
pelajaran daripadanya. Jika
perjuangan berhasil atau
menang, harus pula sabar
mengendalikan emosi-emosi
buruk yang biasanya timbul
sebagai akibat kemenangan
itu, seperti sombong,
congkak, berlaku kejam,
membalas dendam dan lain-
lain. Sabar disini harus
diliputi oleh perasaan syukur.
Apabila sesuatu perjuangan
dikendalikan oleh sifat
kesabaran, maka dengan
sendirinya akan timbul
ketelitian, kewaspadaan,
usaha-usaha yang bersifat
konsolidasi dan lain- lain

20
Berdasarkan kajian pustaka dari tokoh-tokoh Islam, peneliti mengkonsepkan
instrument sabar dengan 29 item. Item-item dari konstruk sabar dijelaskan pada tabel
berikut ini:

Aspek Indikator Item


Melaksanakan Melaksanakan Saya pernah meninggalkan sholat (i6)
kewajiban dan Perintah Allah dan
menjauhi Menjauhi
laranganNya Larangannya-Nya

Tekun dalam Dalam kondisi apapun saya tetap


melaksanakan Ibadah melaksanakan sholat (i5)

Saya menolak dari ajakan hal-hal


yang tidak baik (i21)

Saya amanah dalam melaksanakan


tugas (i28)

Ketabahan Menerima dan Saya berani mengatakan yang benar


menghadapi (i10)
Kenyataan

Tabah Saya dapat menerima kenyataan pahit


(i26)

Saya tetap tabah dalam menghadapi


musibah (i8)

Saya tidak putus asa ketika ditimpa


musibah (i12)

Lapang dada Saya puas dengan apa yang saya


miliki (i15)

Saya berterimakasih apabila diberi


hanya sedikit (i16)

Saya berusaha untuk tetap tegar


apabila sedang dilanda musibah (i27)

Kaya hati Saya berbagi kepada orang yang


membutuhkan (i19)

21
Apabila ada rezeki berlebih saya
berikan kepada yang membutuhkan
(i20)

Saya tetap memberikan sedekah


walaupun dalam kondisi sulit (i17)

Saya dapat memafkan kesalahan


orang lain (i23)

Pengendalian Menahan Diri Dalam keaadaan marah saya lebih


Diri baik diam (i1)

Mengendalikan diri Saya dapat menahan marah (i11)

Dalam setiap hal saya menggunakan


sesuatu sesuai dengan kebutuhan (i3)

Apabila disakiti saya tidak


membalasnya
(i7)

Saya mampu mengendalikan emosi


(i9)

Jika ada orang yang membicarakan


orang lain saya berusaha tidak ikut
campur (i13)

Saya mempergunakan sesuatu sesuai


dengan kebutuhan (i14)

Dalam pekerjaan saya tidak


mengambil keuntungan untuk
kepentingan pribadi (i4)

Saya mampu menjaga diri dari godaan


dalam pergaulan di pekerjaan (i29)

Kegigihan Berusaha untuk Ketika saya ditimpa musibah saya


Bangkit berusaha untuk bangkit Kembali (i18)

Saya berusaha untuk bangkit dalam


kondisi sulit (i22)

22
Berdoa Saya bekerja keras untuk mencapai
tujuan (i24)

Berserah diri Saya berusaha mencari pemecahan


masalah dari setiap permasalahan
(i25)

Amanah Saya dapat menyimpan rahasia (i2)

Untuk mengetahui jumlah faktor berdasarkan item-item diatas yang


mengukur tentang sabar maka dilakukan dilakukan EFA (Exploratory Factor
Analysis) dengan menggunakan software SPSS Statistics 26. Berdasarkan hasil
analisis eksploratori terhadap empat faktor didapatkan Factor 1 terdiri dari 10 item,
Factor 2 terdiri dari 7 item, Factor 2 terdiri dari 5 item, dan Factor 4 terdiri dari 4
item. Sedangkan item 6 dan 7 perlu di-drop karena memiliki nilai factor loading
dibawah 0.3. Penamaan faktor dilakukan dengan studi kajidan pustaka dengan hasil
sebagai berikut:

(Tabel Item dan Faktor Sesudah EFA)

Alat Ukur PSikologi Sabar

No. Item Aspek Nama


Faktor
1. 1. Dalam keadaan marah saya lebih baik diam 2. 4 3. Mengendali
2. 1. Saya dapat menyimpan rahasia 2. 4 kan diri
9. Saya mampu mengendalikan emosi 1. 4
11. Saya dapat menahan marah 1. 4
13. Jika ada orang yang membicarakan orang lain 4
saya berusaha tidak ikut campur

17. Saya tetap memberikan sedekah walaupun 1. 3 2. Kebajikan


dalam kondisi sulit.
19. Saya berbagi kepada orang yang membutuhkan 1. 3
20. Apabila ada rezeki berlebih saya berikan kepada 3
yang membutuhkan
21.1. Saya akan menolak dari ajakan hal-hal yang 3
tidak baik
28. Saya amanah dalam melaksanakan tugas

23
3. 2. Dalam setiap hal saya menggunakan sesuatu 2 Amanah
sesuai dengan kebutuhan
4. 2. Dalam pekerjaan saya tidak mengambil 2
keuntungan untuk kepentingan pribadi
5. Dalam kondisi apapun saya tetap melaksanakan 2
apa yang diperintahkan Allah
10. Saya berani mengatakan yang benar 2
14. Saya mempergunakan sesuatu sesuai dengan 2
kebutuhan
251. Saya berusaha mencari pemecahan masalah dari 2
setiap permasalahan
29 Saya mampu menjaga diri dari godaan dalam 2
pergaulan di pekerjaan

8. 2. Saya tetap tabah dalam menghadapi musibah 2. 1 3. Berusaha


12. Saya tidak putus asa ketika ditimpa musibah 1 untuk
Bangkit
15. Saya puas dengan apa yang saya miliki 1. 1 dengan
16. Saya berterimakasih apabila diberi hanya 1. 1 kegigigihan
sedikit
18. Ketika saya ditimpa musibah saya berusaha 2. 1
untuk bangkit kembali
22. Saya berusaha untuk bangkit dalam kondisi sulit
3. 1
23.2. Saya dapat memaafkan kesalahan orang lain 1. 1
24.4. Saya akan bekerja keras untuk mencapai tujuan 1
26.2. Saya dapat menerima kenyataan pahit 1
27. Saya berusaha untuk tetap tegar apabila sedang 1
dilanda musibah

Dengan demikian, konsep Islam tentang sabar dalam perspektif Islam dan
psikologi terdiri dari 4 faktor yaitu mampu mengendalikan diri, melakukan
kebajikan, amanah dan berusaha untuk bangkit dengan kegigihan

Selanjutnya, dilakukan CFA terhadap konstruk sabar dengan empat faktor.


Hasil uji validitas menunjukkan model tidak fit sehingga dilakukan rotasi sebanyak
107 kali sehingga diperoleh model fit dengan 27 item signifikan (T>1.96). Sebuah
konstruk dikatakan memiliki good fit apabila memenuhi kriteria 0.05≤ RMSEA ≤

24
0.08, NFI ≥ 0.95 dan CFI ≥ 0.95. Hasil CFA pada konstruk sabar menunjukkan nilai
Chi-Square = 708.49, df = 280, RMSEA = 0.079, NFI = 0.95, dan CFI = 0.97.

Gambar 3.1 Path diagram konstruk sabar

Uji Validitas Konstruk Sabar

Uji validitas dilakukan terhadap instrume yang digunakan pada penelitian


menggunakan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software
LISREL 8.8. Metode ini dilakukan guna menguji validitas konstruk dengan melihat
sejauh mana masing-masing item dapat mengukur hal yang hendak diukur.

25
Pada uji validitas konstruk sabar, peneliti menggunakan model second order
terhadap 27 item. Kriteria model fit yang dilihat dianataranya ialah nilai RMSEA
(0.05 < RMSEA < 0.08), NFI ≥ 0.95, dan CFI ≥ 0.95. Hasil awal pengujian
menunjukkan hasil tidak fit sehingga dilakukan modifikasi sebanyak 107 kali hingga
diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=708.49, df=280, P-value=0.000,
RMSEA=0.079. Path diagram dari hasil uji validitas konstruk sabar dapat dilihat
secara lebih jelas pada gambar di bawah ini:

Selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi dari seluruh item dalam


mengukur faktor yang hendak diukur dan perlu tidakya item di-dorp. Kriteria suatu
item dianggap signifikan ialah nilai T-value>1.96 dengan nilai koefisien positif.
Berdasarkan kriteria ini, 27 item signifikan mengukur konstruk sabar.

26
HASIL CFA PSIKOLOGI SABAR

SYNTAX

UJI VALIDITAS KONSTRUK SABAR


DA NI=27 NO=244 MA=PM
LA
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 C1 C2 C3 C4 C5
D1 D2 D3 D4 D5
PM SY FI=SBR.COR
MO NY=27 NE=4 NK=1 TE=SY PH=ST
LE
FAC_1 FAC_2 FAC_3 FAC-4
LK
SABAR
FR LY 2 1 LY 3 1 LY 4 1 LY 5 1 LY 6 1 LY 7 1 LY 8 1 LY 9 1 LY 10 1 LY 12
2 LY 13 2 LY 14 2 LY 15 2 LY 16 2 LY 17 2
FR LY 19 3 LY 20 3 LY 21 3 LY 22 3 LY 24 4 LY 25 4 LY 26 4 LY 27 4
VA 1 LY 1 1 LY 11 2 LY 18 3 LY 23 4
FR TE 10 9 TE 2 1 TE 15 11 TE 20 9 TE 16 8 TE 6 5 TE 22 17 TE 26 25 TE 20
19 TE 26 23 TE 21 18 TE 16 5
FR TE 17 11 TE 20 12 TE 19 8 TE 24 19 TE 14 11 TE 26 1 TE 24 6 TE 27 24 TE
12 5 TE 15 9 TE 5 4 TE 5 2
FR TE 18 16 TE 9 2 TE 9 8 TE 27 12 TE 27 3 TE 27 21 TE 12 7 TE 21 7 TE 21
6 TE 19 1 TE 11 7 TE 13 11 TE 15 13
FR TE 15 13 TE 21 13 TE 20 16 TE 21 4
PD
OU SS TV MI AD=OFF

27
PATH DIAGRAM

Chi-Square=708.49, df=280, P-value=0.000, RMSEA=0.079

Squared Multiple Correlations for Structural Equations

FAC_1 FAC_2 FAC_3 FAC-4


-------- -------- -------- --------
0.88 0.90 0.90 0.63

28
UJI VALIDITAS ITEM

UJI VALIDITAS KONSTRUK SABAR

Number of Iterations =107

LISREL Estimates (Maximum Likelihood)

LAMBDA-Y

FAC_1 FAC_2 FAC_3 FAC-4


-------- -------- -------- --------
A1 1.00 -- -- --
A2 1.01 -- -- --
(0.06)
17.87
A3 0.78 -- -- --
(0.08)
9.49
A4 0.79 -- -- --
(0.08)
9.46
A5 0.99 -- -- --
(0.08)
12.50
A6 1.15 -- -- --
(0.08)
14.74
A7 0.85 -- -- --
(0.08)
10.08
A8 0.92 -- -- --
(0.08)
11.49
A9 0.98 -- -- --
(0.08)
12.62
A10 1.13 -- -- --
(0.08)
14.53
B1 -- 1.00 -- --
B2 -- 1.36 -- --
(0.17)
8.08
B3 -- 1.12 -- --

29
(0.12)
9.03
B4 -- 1.06 -- --
(0.13)
8.21
B5 -- 1.19 -- --
(0.11)
11.19
B6 -- 1.50 -- --
(0.17)
8.83
B7 -- 1.22 -- --
(0.17)
7.09
C1 -- -- 1.00 --
C2 -- -- 1.15 --
(0.09)
12.37
C3 -- -- 1.18 --
(0.09)
12.43
C4 -- -- 0.96 --
(0.11)
8.91
C5 -- -- 1.07 --
(0.09)
11.52
D1 -- -- -- 1.00
D2 -- -- -- 1.68
(0.27)
6.17
D3 -- -- -- 1.57
(0.25)
6.34
D4 -- -- -- 1.51
(0.21)
7.16
D5 -- -- -- 1.58
(0.26)
5.99

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 280


Minimum Fit Function Chi-Square = 844.51 (P = 0.0)

30
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 708.49 (P = 0.0)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 428.49
90 Percent Confidence Interval for NCP = (353.86 ; 510.80)

Minimum Fit Function Value = 3.48


Population Discrepancy Function Value (F0) = 1.76
90 Percent Confidence Interval for F0 = (1.46 ; 2.10)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.079
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.072 ; 0.087)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.00

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 3.72


90 Percent Confidence Interval for ECVI = (3.42 ; 4.06)
ECVI for Saturated Model = 3.11
ECVI for Independence Model = 74.19

Chi-Square for Independence Model with 351 Degrees of Freedom = 17973.75


Independence AIC = 18027.75
Model AIC = 904.49
Saturated AIC = 756.00
Independence CAIC = 18149.17
Model CAIC = 1345.21
Saturated CAIC = 2455.93
Normed Fit Index (NFI) = 0.95
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.96
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.76
Comparative Fit Index (CFI) = 0.97
Incremental Fit Index (IFI) = 0.97
Relative Fit Index (RFI) = 0.94

Critical N (CN) = 98.25

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.066


Standardized RMR = 0.060
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.82
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.76
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.61

31
DAFTAR PUSTAKA

Al-‘Aid, Ibn Daqiq, Syarh al-Arba’in al-Nawawiyyah, (Mekkah: al-Maktabah al-


Fayshaliyyah, t.th)

Al-Ghazali, Abu Hamid, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Dār Ma’rifah. t.th)

Al-Jauziyyah, Ibn al-Qayyim, Madarij al-Salikin bayn Manazil Iyyaka Na’budu wa


Iyyaka Nasta’in, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Arabi, t.th)

-------, , ‘Uddat al-Shabirin wa Dzakhirat al-Syakirin, Terj. A.M. Halim, (Jakarta:


Maghfirah Pustaka, 2006)

Al-Makki, Abu Thalib, Quth al-Qulub, (Cairo: Dar al-halabi, t.th), Vol. 1.

A-Ashfihani, Al-Raghib, Mufradat alfazh al-Quran, edisi. Shafwan Adnan Dawudi,


(Damaskus: Dar al-Qalam, 1992 M/1412 H)

Abdul Baqi, Muhammad Fuad, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim,


(Cairo: Dar al-hadits, 1364)

Al-Qardhawi, Yusuf, al-Shabr fi al-Qur’an, (Cairo: Maktabah Wahbah, 1989)

Bray, James H. & Stanton, Mark. (2009). The Wiley-Blackwell handbook of family
psychology.Blackwell Publishing Ltd.

Barnes, A. P., & Montefuscio, J. E. (2011). Role of Stress in Psychological Disorders.


In Psychology Research Progress. Nova Science Publishers.

Bartlett, D. (1998). Stress: Perspectives and process. Open University Press.

Chan, S. F., & La Greca, A. M. (2020). Perceived Stress Scale (PSS). Encyclopedia
of Behavioral Medicine, 1646–1648. https://doi.org/10.1007/978-3-030-39903-
0_773

Cohen, S., Kamarck, T., & Mermelstein, R. (1983). A global measure of perceived
stress. Journal of Health and Social Behavior, 24(4), 385–396.
https://doi.org/10.2307/2136404

Cooper, C. L., & Quick, J. C. (2017). The Handbook Of Stress and Mental Health: A
Guide to Reseach and Parctice. 720.

Gaol, N. T. L. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Buletin


Psikologi, 24(1), 1–11. https://doi.org/10.22146/bpsi.11224

32
Harrington, R. (2013). Stress, Health & Well-being: Thriving in the 21st Century.
Wadsworth Cengage Learning.

Hankir, A., Carrick, F. R., & Zaman, R. (2015). ISslam, Mental Health and Being A
Muslim in THe West. Psychiatria Danubina, 27, 7.

Hamdan, Iyad Fauzi, “al-Shabr ‘ala al-Ibtila’at al-Khasshah wa al-‘Ammah: Ru’yah


Islamiyyah”, dalam Dirasat Da’wiyyah
Ibn Mukrim, Jamaluddin Muhammad, Lisān al-‘Arab. Beirut: Dār al Ṣādir, t.th

Ibn Faris, Mu’jam Maqayis al-Lughah, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th)

Jauhari, Muhammad Rabbi Muhammad, Keistimewaan Akhlak Islami, terj. Dadang


Sobar Ali, (Bandung, Pustaka Setia, 2006)

Lee, E. H. (2012). Review of the psychometric evidence of the perceived stress scale.
Asian Nursing Research, 6(4), 121–127.
https://doi.org/10.1016/j.anr.2012.08.004

Levenstein, S., Prantera, C., Varvo, V., Scribano, M. L., Berto, E., Luzi, C., &
Andreoli, A. (1993). Development of the perceived stress questionnaire: A new
tool for psychosomatic research. Journal of Psychosomatic Research, 37(1),
19–32. https://doi.org/10.1016/0022-3999(93)90120-5

Meng, R., Li, J., Wang, Z., Zhang, D., Liu, B., Luo, Y., Hu, Y., & Yu, C. (2020). The
Chinese version of the Perceived Stress Questionnaire: Development and
validation amongst medical students and workers. Health and Quality of Life
Outcomes, 18(1), 1–17. https://doi.org/10.1186/s12955-020-01307-1

Muhammad, Hasyim, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, (Yogyakarta, Anggota


IKAPI, 2002)

Mujib, Abdul. Teori Kepribadian Prespektif Psikologi Islam. 2nd ed. Jakarta: Rajawali Press,
2017.
Munjid, Muhammad Shalih, al-Sabru, (Saudi, Majmu’at Zad li al-Nasyr, 2009)

Muthén, L.K, & Muthén, B.O. (1988). Mplus user’s guide. Eighth edition. Muthén
& Muthén.

Oei, T. P. S., Sawang, S., Goh, Y. W., & Mukhtar, F. (2013). Using the Depression
Anxiety Stress Scale 21 (DASS-21) across cultures. International Journal of
Psychology, 48(6), 1018–1029.
https://doi.org/10.1080/00207594.2012.755535
Shihab, Quraish, Tafsir al-Amanah, (Jakarta: Pustaka Kartini, 1992 M/1413 H), Cet.
I

33
Staal, M. A. (2004). Stress, Cognition, and Human Performance: A Literature
Review and Conceptual Framework. Ames Research Center, 1–2.
http://humanfactors.arc.nasa.gov/web/library/publications/publications.php

Subandi. (2011). Sabar: Sebuah Konsep Psikologi. 38(2).

Tiliouine, H., Cummins, R. A., & Davern, M. (2009). Islamic religiosity, subjective
well-being, and health. Mental Health, Religion & Culture, 12(1), 55–74.
https://doi.org/10.1080/13674670802118099

Wijayanto, S. H. (2008). Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8. Graha


Ilmu.

Yahya ibn Musa al-Zahrani, Fadhl al-Shabr, (tp. t.th)

34

Anda mungkin juga menyukai