Anda di halaman 1dari 23

RAHASIA DIBALIK KATA SABAR

Sabar merupakan sebuah kata yang ringan diucapkan, namun sangat bermakna dalam kehidupan.
Dengannya, perjalanan hidup seseorang akan selalu terbimbing di atas kebenaran.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫واَل ص ض‬
‫صببَّبرر ُضيياَءء‬ ‫ي‬
“Kesabaran itu adalah cahaya.” (HR. Muslim no. 223, dari sahabat Abu Malik al-Asy’ari
radhiyallahu ‘anhu)

Al-Hafizh an-Nawawi rahimahumallah berkata, “Sesungguhnya kesabaran adalah amalan yang


terpuji dan pelakunya akan selalu terbimbing di atas kebenaran.” (Syarh Shahih Muslim 3/101)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahumallah berkata, “Sebuah petunjuk (al-huda) tidak akan
diraih melainkan dengan ilmu, sedangkan kemudahan untuk beramal dengan ilmu (ar-rasyad)
tidak akan diraih melainkan dengan kesabaran.” (Majmu’ Fatawa 10/40)

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahumallah berkata, “Sesungguhnya Allah l menjadikan sabar


sebagai kuda tunggangan yang tak kenal lelah, pedang yang tak pernah tumpul, prajurit yang
pantang menyerah, benteng kokoh yang tak bisa dihancurkan dan ditembus. Sabar merupakan
saudara kandung kemenangan. Di mana ada kesabaran, di situ ada kemenangan.” (Uddatush
Shabirin, hlm. 4)

Secara etimologis, sabar mempunyai arti menahan. Maksudnya, menahan kalbu dari rasa kesal
terhadap ketentuan Allah Subhanahu wata’ala (takdir), menahan lisan dari berkeluh kesah, dan
menahan anggota badan dari perbuatan maksiat, seperti menampar-nampar pipi, merobekrobek
baju, mencabut-cabut rambut, dan yang semisalnya. Di atas tiga asas itulah kesabaran dibangun.
(al-Wabilush Shayyib karya al-Imam Ibnul Qayyim, hlm. 5)

Adapun hakikat sabar itu sendiri adalah sebuah budi pekerti luhur yang dapat menahan seseorang
dari perbuatan yang tidak baik. Sabar termasuk salah satu dari kekuatan batin (psikis) yang dapat
menstabilkan jiwa seseorang sehingga menjadi baik dan lurus. (Uddatush Shabirin, hlm. 11)

Di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, sabar disebutkan dalam beberapa bentuk lafadz yang
mempunyai kandungan makna berbeda-beda;

1. Shabr ( ‫صببرْر‬
‫) ص‬: kesabaran yang dilakukan dengan mudah.

‫) تص ص‬: kesabaran yang dilakukan dengan upaya dan perjuangan.


2. Tashabbur ( ‫صبَبرْر‬

‫) تص ص‬. Maksudnya, puncak dari kesabaran yang


‫) اط ب‬: puncak dari tashabbur ( ‫صبَبرْر‬
3. Ishthibar ( ‫صططصباَرْر‬
dilakukan dengan upaya dan perjuangan.
4. Mushabarah ( ْ‫صاَبصصرةر‬
‫) مم ص‬: kesabaran yang dilakukan di medan laga saat berhadapan dengan
musuh. (Lihat Uddatush Shabirin, hlm. 15—16)

Ditinjau dari sisi keterkaitannya dengan Allah Subhanahu wata’ala, sabar terbagi menjadi tiga,

1. Sabar dengan Allah Subhanahu wata’ala ( ashshabru billah). Maksudnya, memohon


pertolongan kepada Allah Subhanahu wata’ala dan meyakini bahwa Dia-lah Dzat yang
menjadikan seorang hamba bersabar. Betapa pun seseorang mampu bersabar maka semua itu
berkat pertolongan dari Allah Subhanahu wata’ala, bukan kemampuan dirinya semata.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

‫صببَّبرريك ُإضصل ُضباَللصضه‬ ‫واَ ب ض‬


‫ص بب ُيويماَ ُ ي‬ ‫ي‬
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan
Allah.” (an-Nahl: 127)

Makna ayat di atas, jika Allah Subhanahu wata’ala tidak memberikan pertolongan kepadamu
untuk bersabar, niscaya engkau tidak akan mampu bersabar.

2. Sabar karena Allah Subhanahu wata’ala( ashshabru lillah). Maksudnya, kesabaran yang
dilakukan karena kecintaan kepada Allah Subhanahu wata’ala, menginginkan wajah-Nya, dan
taqarub kepada-Nya. Bukan untuk menonjolkan diri, ingin dipuji orang, dan tujuan buruk
lainnya.

3. Sabar bersama Allah Subhanahu wata’ala (ashshabru ma’allah).

Artinya, kesabaran seorang hamba bersama syariat Allah l dan segala ketentuan hukum-Nya
secara berkesinambungan, berteguh diri di atas syariat dan hukum tersebut, berjalan di atasnya,
serta menjalankan segala konsekuensinya. Hidupnya selalu dikendalikan oleh syariat dan hukum
tersebut, kapan saja dan di mana saja ia berada.

Demikianlah kondisi seseorang yang bersabar bersama Allah Subhanahu wata’ala. Ia senantiasa
menjadikan dirinya berada di atas segala yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala dan
dicintai-Nya. Kesabaran yang seperti ini adalah jenis kesabaran yang paling berat dan sulit.
Itulah kesabaran yang ada pada diri ash-shiddiqin (orangorang yang sangat kuat keyakinannya
kepada Allah Subhanahu wata’ala). (Madarijus Salikin karya al-Imam Ibnul Qayyim, 2/157)

Dalam ranah kehidupan beragama, para ulama mengklasifikasi sabar menjadi tiga,

1. Sabar di atas ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala, dengan selalu mengerjakan segala
perintah-Nya Subhanahu wata’ala.

2. Sabar dari perbuatan maksiat, selalu menahan diri dari segala yang dilarang oleh Allah
Subhanahu wata’ala.
3. Sabar atas segala musibah yang menimpa. (Lihat Qaidah fish Shabr karya Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah hlm. 90—91, Syarh Shahih Muslim karya al-Hafizh an-Nawawi 3/101, Madarijus
Salikin 2/156, dll.)

Perbuatan apa sajakah yang dapat meniadakan (menafikan) kesabaran? Menurut al-Imam Ibnul
Qayyim rahimahumallah dalam Uddatush Shabirin (hlm. 228), hal-hal yang menafikan
kesabaran adalah rasa kesal dalam kalbu, berkeluh kesah dengan lisan kepada selain Allah
Subhanahu wata’ala, dan melakukan perbuatan maksiat, seperti menampar-nampar pipi,
merobek-robek baju, mencabut-cabut rambut, dan yang semisalnya.

Bagaimana halnya dengan berkeluh kesah kepada Allah Subhanahu wata’ala, apakah menafikan
kesabaran? Berkeluh kesah kepada Allah Subhanahu wata’ala, tidak menafikan kesabaran. Hal
ini sebagaimana yang terjadi pada diri Nabi Ya’qub q yang berkeluh kesah kepada Allah
Subhanahu wata’ala,

‫قياَيل ُإضصيناَ ُأيبشركوُ ُببيثثيِّ ُيورحبزضن ُإضيل ُاَللصضه ُيوأيبعليرم ُضمين ُاَللصضه ُيماَ ُيل ُتيببعليرموُين‬
“Ya’qub menjawab, ‘Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan
kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tiada mengetahuinya’.” (Yusuf: 86)

Meski demikian, Allah Subhanahu wata’ala menyitir ucapan Nabi Ya’qub ‘Alaihissalam yang
lainnya,

‫عاَ ُ ُإضنصره ُرهيوُ ُاَلبيعضليرم ُاَبليضكيرم‬


ۚ ‫جي ع‬‫جيل ُۖ ُعسىَ ُاَللصه ُيأن ُيأبتضيضن ُضبضم ُ يض‬
‫صببَّبءر ُ ي ء ي ي ر ي ي ب‬
‫ض‬
‫في ي‬
“Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka
semuanya kepadaku. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”
(Yusuf: 83)

Adapun menyampaikan kesulitan yang dihadapi (curhat) kepada makhluk, jika untuk meminta
bimbingan dan bantuan untuk menghilangkan kesulitan tersebut, tidak menafikan kesabaran.
Misalnya, keluhan pasien kepada dokter, orang yang dizalimi kepada seseorang yang dapat
membelanya, atau curhat seseorang yang sedang mengalami problem kepada orang lain yang
diharapkan bisa memberikan solusinya.

Bagaimanakah dengan rintihan di kala sakit? Menurut al-Imam Ibnul Qayyim rahimahumallah
dalam Uddatush Shabirin (hlm. 229), rintihan di kala sakit ada dua macam; rintihan yang
mengandung keluh kesah maka hukumnya makruh, sedangkan rintihan untuk melepas
kegundahan dan menghibur diri maka tidak mengapa.
Meraih Pahala yang tak Terbatas dengan Sabar

Sabar adalah salah satu karakteristik yang wajib dimiliki oleh seorang muslim. Di dalam Al
Qur’an, Allah memerintahkan kita untuk bersabar. Allah berfirman,

‫صاَبضررواَ ُيويراَبضطروُاَ ُيواَتصبرقوُاَ ُاَللصيه ُلييعلصركبم ُترببفلضرحوُين‬ ‫ياَ ُأييبهاَ ُاَلصضذين ُآمنروُاَ ُاَ ب ض‬
‫صبرواَ ُيو ي‬ ‫ي ي‬ ‫ي ي‬
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah
bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
beruntung.” (Ali Imran: 200)

Apa itu sabar? Apa saja keutamaan sabar? Bagaimana pula cara agar bisa bersabar ketika
mendapatkan musibah? Secara bahasa, makna sabar adalah menahan. Adapun secara syar’i,
sabar bermakna menahan diri dalam tiga perkara:
1. Ketika menjalankan ketaatan kepada Allah.
Seseorangnya hendaknya bersabar, sampai dia menunaikan apa yang Allah ta’ala perintahkan.
2. Dari bermaksiat kepada Allah
Yaitu dengan tidak mengerjakan segala sesuatu yang Allah larang serta menjauhinya.
3. Ketika menghadapi musibah yang Allah takdirkan
Yaitu dengan menahan diri untuk tidak murka atau menggerutu terhadap musibah yang menimpa
baik dengan lisan, maupun dengan perbuatan.

Keutamaan Sifat Sabar

Sabar memiliki banyak keutamaan yang telah Allah ta’ala kabarkan di dalam Al Qur’an dan
demikian juga di dalam sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Di antara keutamaan
tersebut adalah:

1. Berita gembira berupa pahala yang tak terbatas bagi orang-orang penyabar.
Di dalam Al Qur’an, Allah ta’ala berfirman :

‫صاَبضروين ُأيبجررهم ُبضغي بضي ُضحساَ ب‬ ‫ضص‬


‫ب‬ ‫ي‬ ‫ي ب‬ ‫إ يناَ ُيبريوُصف ُاَل ص ر‬
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu akan dipenuhi pahala mereka dengan tiada
hitungannya.” (Az Zumar: 10)

Allah juga berfirman:

‫صاَبضضريين‬ ‫س ُواَلثصمراَ ض‬
‫ت ُيوبيثشضر ُاَل ص‬ ‫ض‬ ‫ض‬
‫ف ُواَبلوُضع ُونبيبق ب ض‬ ‫ض بض‬
‫ص ُمين ُاَلبميوُاَل ُيواَلنببرف ض ي يي‬ ‫يولينيببَّبلريوُنصركبم ُبيشبيِّء ُمين ُاَبليبوُ ي ر ي‬
“Sesungguhnya Kami akan memberikan cobaan sedikit kepadamu semua seperti ketakutan,
ketaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, kemudian sampaikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar.” (Al Baqarah: 155)

Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata di dalam tafsir beliau,


“Barang siapa yang Allah beri taufiq untuk bersabar ketika terjadinya musibah-musibah ini maka
dia pun menahan dirinya dari kemurkaan baik dalam ucapan maupun perbuatan, dan dia pun
mengharapkan pahala dari sisi Allah. Dia pun mengetahui pahala yang dia peroleh lebih besar
daripada musibah yang menimpanya, bahkan musibah tersebut telah menjadi sebuah kenikmatan
baginya, karena musibah ini adalah telah menjadi jalan baginya untuk mendapatkan sesuatu yang
lebih baik dan lebih bermanfaat baginya. Sesungguhnya orang yang bersabar telah menunaikan
apa yang menjadi perintah Allah dan telah sukses meraih pahala. Oleh karena itu Allah lalu
berfirman,

‫صاَبضضريين‬
‫يوبيثشضر ُاَل ص‬
“Kemudian sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Yaitu sampaikanlah berita gembira bahwa mereka telah memperoleh pahala yang tak terbatas
(atas kesabaran mereka).”

2. Surga bagi orang yang bersabar .


Allah berfirman ;

‫صبَّيبررواَ ُأينبصرهبم ُرهرم ُاَلبيفاَئضرزوين‬ ‫ض‬


‫إضثن ُيجيزيببتْربرهرم ُاَبلييببوُيم ُ يباَ ُ ي‬
“Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka;
sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang.” (Al Mu’minum: 111)
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫صيب ُيعصوُضتْرره ُضمبنبرهيماَ ُاَلينصةي‬ ‫ ُإضيذاَ ُاَبببتْيبليبي ر‬:ُ ‫ ُيقاَيل‬،ُ –ُ ‫إصن ُاَل ُ– ُعز ُوجل‬
‫ت ُعبَّدي ُبيبَّيبَّيتْيه ُفي ي‬
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla berfirman: “Apabila Aku memberi cobaan kepada
hambaKu dengan melenyapkan kedua perkara yang dia cintai (yakni kedua matanya), kemudian
ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti surga karena kehilangan keduanya.” (HR. Al
Bukhari)

3. Sabar adalah sebab pertolongan


Allah Ta’ala berfirman,

‫صيلضة ُإضصن ُاَللصيه ُيميع ُاَل ص‬


‫صاَبضضريين‬ ‫يياَ ُأييبيهاَ ُاَلصضذيين ُآيمنروُاَ ُاَبستْيضعينروُاَ ُبضاَل ص‬
‫ص بضب ُيواَل ص‬
“Mintalah pertolongan dengan sabar dan mengerjakan shalat sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang sabar.” (Al Baqarah: 153)
Kesabaran adalah sebab pertolongan terbesar dalam setiap perkara. Sesorang akan dapat meraih
segala sesuatu asal dia bersabar. Dia dapat menjalankan ketaatan yang Allah perintahkan dengan
tanpa beban, dan demikian pula dia bisa meninggalkan segala sesuatu yang Allah larang
walaupun hal tersebut sangat menggoda hawa nafsunya. Dia tidak akan dapat melakukan ini
semua tanpa kesabaran.

4. Sabar adalah Tanda Keimanan


Di dalam hadits yang diriwayatkan sahabat Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‫ك ُليحبد ُإ ص ض‬ ‫عجبَّعاَ ُلمضر ُاَلؤمضن ُإصن ُأمره ُركلصه ُليه ُخي ُويلي ض‬
‫ ُإبن ُأي ي‬:ُ ‫ل ُللرمبؤمن‬
ُ ‫صاَببيبتْره ُيسصراَرء ُيشيكير‬ ‫س ُذل ي ي‬ ‫ب ير ر ر ء ي‬ ‫يي ب ر‬
‫صبَّيبير ُيفكاَين ُيخبيعاَ ُليهر‬
‫صاَببيبتْره ُضيراَرء ُ ي‬
‫ ُوإبن ُأ ي‬،ُ ‫يفكاَين ُيخيعاَ ُليره‬
“Amat menakjubkan keadaan orang mu’min itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah
merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seorangpun
melainkan hanya untuk orang mu’min itu belaka. Apabila ia mendapatkan kelapangan hidup,
iapun bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya. Apabila ia ditimpa musibah, maka
iapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)

Bagaimana Agar Bisa Bersabar Ketika Mendapatkan Musibah Termasuk pembahasan penting
yang berkaitan dengan kesabaran adalah bagaimana caranya agar kita bisa bersabar ketika Allah
timpakan musibah kepada diri kita. Beberapa perkara yang perlu dilakukan ketika ditimpa
musibah adalah:

1. Menyadari bahwa semuanya telah ditakdirkan oleh Allah


Di dalam hadits dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
‫ض‬
ُ ‫ ُ رصث ُييركوُرن‬،ُ ‫ك‬‫ ُ رصث ُييركوُرن ُيعلييقعة ُضمثبيل ُذل ي‬،ُ ‫ي ُييوُمعاَ ُنرطبيفعة‬ ‫ض ض‬
‫إصن ُأيحيدركبم ُ ربييمرع ُيخبلرقره ُف ُبيطبضن ُأرثمه ُأربيع ي‬
‫ب ُضربزقضضه ُيوأيجلضضه‬ ‫ ُويبؤمر ُضبأربضع ُيكلضماَ ب‬،ُ ‫ ُفيبيببنبرفخ ُضفيضه ُاَليروح‬،ُ ‫ك‬
‫ ُبضيكبتْ ض‬:ُ ‫ت‬
‫ي ي ر ب ي ر بي ي‬ ‫ ُ رصث ُيبربريسرل ُاَليلي ر ي ر‬،ُ ‫ك‬
‫ض‬
‫ضغيعة ُضمثبيل ُذل ي‬
‫رم ب‬
‫يويعيملضضه ُيويشضقييِّ ُأيبو ُيسضعيءد‬
“Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya
selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqoh(segumpal darah)
selama waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi mudhghoh (segumpal daging)
selama waktu itu juga, lalu diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan
ruh padanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya,
dan nasib celakanya atau keberuntungannya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Apabila seseorang memahami betul bahwa musibah yang menimpa adalah takdir yang telah
Allah atur, maka akan lapanglah dadanya, dan terhindarlah dia dari kesedihan dan beban.
2. Mengoreksi Dosa-dosa yang telah dilakukan Salah satu perkara yang bisa membuat kita
bersabar adalah mengoreksi dosa-dosa yang pernah kita perbuat. karena sesungguhnya
musibah yang kita alami adalah buah perbuatan kita sendiri.
sebagaimana firman Allah ta’ala:

‫ت ُأييبضديركبم ُيويبيبعرفوُ ُيعبن ُيكثضبي‬ ‫ض ض ب‬


‫صاَبيركبم ُمبن ُرمصيبَّية ُفيبَّضيماَ ُيكيسبَّي ب‬
‫يويماَ ُأي ي‬
“Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syura: 30)
Dengan mengoreksi dosa-dosa, seseorang akan tersibukkan untuk bertaubat dan beristighfar,
memohon ampunan kepada Allah. Ini semua akan melahirkan kesabaran pada dirinya.

3. Mengingat-ingat pahala yang Allah janjikan.


bagi orang yang bersabar Hendaknya ketika ditimpa musibah dia mengulang-ngulang firman
Allah,

‫صاَبضروين ُأيبجررهم ُبضغي بضي ُضحساَ ب‬ ‫ضص‬


‫ب‬ ‫ي‬ ‫ي ب‬ ‫إ يناَ ُيبريوُصف ُاَل ص ر‬
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu akan dipenuhi pahala mereka dengan tiada
hitungannya.” (Az Zumar: 10)

Ini agar dia menyadari bahwa kesabarannya dalam menghadapi musibah akan diganjar kelak
oleh Allah subhanahu wata’ala tanpa batas. Demikianlah sedikit pembahasan tentang sabar. Insya
Allah pada kesempatan yang akan datang kita akan membahas tentang “kejujuran”, salah satu
akhlaq mulia yang diajarkan dalam agama kita.

Referensi: – Syarh Riyadhis Shalihin, Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin –
Taisir Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan, Asy Syaikh Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di
Rahasia Syukur, Sabar, dan Istighfar
Dalam mukaddimah kitab Al Waabilush Shayyib, Imam Ibnul Qayyim mengulas tiga hal di atas
dengan sangat mengagumkan. Beliau mengatakan bahwa kehidupan manusia berputar pada tiga
poros: Syukur, Sabar, dan Istighfar. Seseorang takkan lepas dari salah satu dari tiga keadaan:

1- Ia mendapat curahan nikmat yang tak terhingga dari Allah, dan inilah mengharuskannya untuk
bersyukur. Syukur memiliki tiga rukun, yang bila ketiganya diamalkan, berarti seorang hamba
dianggap telah mewujudkan hakikat syukur tersebut, meski kuantitasnya masih jauh dari
‘cukup’. Ketiga rukun tersebut adalah:

1. Mengakui dalam hati bahwa nikmat tersebut dari Allah.

2. Mengucapkannya dengan lisan.

3. Menggunakan kenikmatan tersebut untuk menggapai ridha Allah, karena Dia-lah yang
memberikannya.

Inilah rukun-rukun syukur yang mesti dipenuhi

2- Atau, boleh jadi Allah mengujinya dengan berbagai ujian, dan kewajiban hamba saat itu ialah
bersabar. Definisi sabar itu sendiri meliputi tiga hal:

1. Menahan hati dari perasaan marah, kesal, dan dongkol terhadap ketentuan Allah.

2. Menahan lisan dari berkeluh kesah dan menggerutu akan takdir Allah.

3. Menahan anggota badan dari bermaksiat seperti menampar wajah, menyobek pakaian,
(atau membanting pintu, piring) dan perbuatan lain yang menunjukkan sikap ‘tidak
terima’ terhadap keputusan Allah.

Perlu kita pahami bahwa Allah menguji hamba-Nya bukan karena Dia ingin membinasakan si
hamba, namun untuk mengetes sejauh mana penghambaan kita terhadap-Nya. Kalaulah Allah
mewajibkan sejumlah peribadatan (yaitu hal-hal yang menjadikan kita sebagai abdi/budak-nya
Allah) saat kita dalam kondisi lapang; maka Allah juga mewajibkan sejumlah peribadatan kala
kita dalam kondisi sempit.

Banyak orang yang ringan untuk melakukan peribadatan tipe pertama, karena biasanya hal
tersebut selaras dengan keinginannya. Akan tetapi yang lebih penting dan utama adalah
peribadatan tipe kedua, yang sering kali tidak selaras dengan keinginan yang bersangkutan.

Ibnul Qayyim lantas mencontohkan bahwa berwudhu di musim panas menggunakan air dingin;
mempergauli isteri cantik yang dicintai, memberi nafkah kepada anak-isteri saat banyak duit;
adalah ibadah. Demikian pula berwudhu dengan sempurna dengan air dingin di musim dingin
dan menafkahi anak-isteri saat kondisi ekonomi terjepit, juga termasuk ibadah; tapi nilainya
begitu jauh antara ibadah tipe pertama dengan ibadah tipe kedua. Yang kedua jauh lebih bernilai
dibandingkan yang pertama, karena itulah ibadah yang sesungguhnya, yang membuktikan
penghambaan seorang hamba kepada Khaliqnya.

Oleh sebab itu, Allah berjanji akan mencukupi hamba-hamba-Nya, sebagaimana firman Allah,

‫ام بطصكاَ ف‬
‫ف صعببصدهم‬ ‫أصلصبي ص‬
‫س ا‬

“Bukankah Allah-lah yang mencukupi (segala kebutuhan) hamba-Nya?” (QS. Az Zumar: 36).

Tingkat kecukupan tersebut tentulah berbanding lurus dengan tingkat penghambaan masing-
masing hamba. Makin tinggi ia memperbudak dirinya demi kesenangan Allah yang
konsekuensinya harus mengorbankan kesenangan pribadinya, maka makin tinggi pula kadar
pencukupan yang Allah berikan kepadanya. Akibatnya, sang hamba akan senantiasa dicukupi
oleh Allah dan termasuk dalam golongan yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:

‫ك صوطكيلل‬ ‫ك صعلصبيطهبم مسبل ص‬


‫طاَرْن صوصكصفىَ بطصربب ص‬ ‫س لص ص‬
‫إطان طعصباَطديِ لصبي ص‬
“(Sesungguhnya, engkau (Iblis) tidak memiliki kekuasaan atas hamba-hamba-Ku, dan cukuplah
Rabb-mu (Hai Muhammad) sebagai wakil (penolong)” (QS. Al Isra’: 65).

Hamba-hamba yang dimaksud dalam ayat ini adalah hamba yang mendapatkan pencukupan dari
Allah dalam ayat sebelumnya, yaitu mereka yang benar-benar menghambakan dirinya kepada
Allah, baik dalam kondisi menyenangkan maupun menyusahkan. Inilah hamba-hamba yang
terjaga dari gangguan syaithan, alias syaithan tidak bisa menguasai mereka dan menyeret mereka
kepada makarnya, kecuali saat hamba tersebut lengah saja.

Sebab bagaimana pun juga, setiap manusia tidak akan bebas 100% dari gangguan syaithan
selama dia adalah manusia. Ia pasti akan termakan bisikan syaithan suatu ketika. Namun
bedanya, orang yang benar-benar merealisasikan ‘ubudiyyah (peribadatan) kepada Allah hanya
akan terganggu oleh syaithan di saat dirinya lengah saja, yakni saat dirinya tidak bisa menolak
gangguan tersebut… saat itulah dia termakan hasutan syaithan dan melakukan pelanggaran.

dengan demikian, ia akan beralih ke kondisi berikutnya:

3- Yaitu begitu ia melakukan dosa, segera lah ia memohon ampun (beristighfar) kepada Allah. Ini
merupakan solusi luar biasa saat seorang hamba terjerumus dalam dosa. Bila ia hamba yang
bertakwa, ia akan selalu terbayang oleh dosanya, hingga dosa yang dilakukan tadi justeru
berdampak positif terhadapnya di kemudian hari. Ibnul Qayyim lantas menukil ucapan Syaikhul
Islam Abu Isma’il Al Harawi yang mengatakan bahwa konon para salaf mengatakan: “Seseorang
mungkin melakukan suatu dosa, yang karenanya ia masuk Jannah; dan ia mungkin melakukan
ketaatan, yang karenanya ia masuk Neraka”. Bagaimana kok begitu? Bila Allah menghendaki
kebaikan atas seseorang, Allah akan menjadikannya terjerumus dalam suatu dosa (padahal
sebelumnya ia seorang yang shalih dan gemar beramal shalih). Dosa tersebut akan selalu
terbayang di depan matanya, mengusik jiwanya, mengganggu tidurnya dan membuatnya selalu
gelisah. Ia takut bahwa semua keshalihannya tadi akan sia-sia karena dosa tersebut, hingga
dengan demikian ia menjadi takluk di hadapan Allah, takut kepada-Nya, mengharap rahmat dan
maghfirah-Nya, serta bertaubat kepada-Nya. Nah, akibat dosa yang satu tadi, ia terhindar dari
penyakit ‘ujub (kagum) terhadap keshalihannya selama ini, yang boleh jadi akan membinasakan
dirinya, dan tersebab itulah ia akan masuk Jannah.

Namun sebaliknya orang yang melakukan suatu amalan besar, ia bisa jadi akan celaka akibat
amalnya tersebut. Yakni bila ia merasa kagum dengan dirinya yang bisa beramal ‘shalih’ seperti
itu. Nah, kekaguman ini akan membatalkan amalnya dan menjadikannya ‘lupa diri’. Maka bila
Allah tidak mengujinya dengan suatu dosa yang mendorongnya untuk taubat, niscaya orang ini
akan celaka dan masuk Neraka.

Demikian kurang lebih penuturan beliau dalam mukaddimah kitab tadi, semoga kita terinspirasi
dengan tulisan yang bersahaja ini.

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/8883-rahasia-syukur-sabar-dan-istighfar.html


Kajian Tentang Sabar

Sabar merupakan sebuah ilmu tingkat tinggi yang tidak semua orang mampu menguasainya. Sabar akan
memberikan rasa nyaman, bahagia, dan gembira kepada orang yang telah menguasainya. Ada banyak
sekali hadist dan ayat yang membahas tentang sabar dan tercantum dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Bismillahirrahmanirrahim,
Sabar secara etimologi, sabar (ash-shabar) berarti menahan dan mengekang (al-habs wa al-kuf). Secara
terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak di sukai karena mengharap ridha
Allah.Yang tidak di sukai itu tidak selamanya terdiri dari hal-hal yang tidak di senangi seperti musibah
kematian, sakit, kelaparan dan sebagainya, tapi juga bisa berupa hal-hal yang di senangi. Sabar dalam hal
ini berarti menahan dan mengekang diri dari memperturutkan hawa nafsu.
Dalam islam dijelaskan bahwa yang di maksud sabar ialah menahan diri dalam menanggung suatu
penderitaan,baik dalam menemukan sesuatu yang tidak di ingini ataupun dalam bentuk kehilangan
sesuatu yang disenangi. Imam Al-ghazali mengatakan bahwa sabar adalah suatu kondisi mental dalam
mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas dorongan ajaran islam.

Dengan kata lain sabar ialah tetap tegaknya dorongan agama berhadapan dengan dorongan hawa
nafsu.dorongan agama ialah hidayah Allah kepada manusia untuk mengenal Allah, Rasul serta
mengamalkan ajaran-Nya. Sedangkan dorongan hawa nafsu ialah tuntutan syahwat dan keinginan-
keinginan rendah yang minta di laksanakan. Barang siapa yang tegak bertahan sehingga dapat
menundukkan dorongan hawa nafsu secara terus menerus maka orang tersebut termasuk golongan
orang yang sabar.

Tingkatan Sabar :

Berpijak dari pengertian sabar menurut Al-Ghazali di atas,maka upaya manusia untuk bersabar dapat di
golongkan dalam tiga tingkatan,yaitu:

1. Orang yang sanggup mengalahkan hawa nafsunya, karena mempunyai daya juang dan kesabaran
yang tinggi.
2. Orang yang kalah oleh hawa nafsunya.

3. Orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan nafsu, tetapi suatu ketika ia kalah, karena
besarnya dorongan nafsu. Meskipun demikian, ia bangun lagi dan terus tetap bertahan dengan
sabar atas dorongan nafsu tersebut.

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ad-Dunia, Nabi Muhammad Shallallahu'Alaihi
Wasallam membagi sabar menjadi tiga tingkatan,yaitu

1. Kesabaran dalam menghadapi musibah

2. Kesabaran dalam mematuhi perintah Allah Subhannahu Wa Ta'ala, dan

3. Kesabaran diri untuk tidak melakukan maksiat.

Macam-Macam Sabar:

1. Sabar menerima cobaan hidup. Cobaan hidup, baik fisik maupun non fisik, akan menimpa semua
orang baik berupa lapar, haus, sakit, rasa takut, kehilangan orang-orang yang di cintai, kerugian
harta benda dan lain sebagainya. Cobaan seperti itu bersifat alami, manusiawi, oleh sebab itu
tidak ada seorang pun yang dapat menghindar.Yang diperlukan adalah menerimanya dengan
penuh kesabaran, seraya memulangkan segala sesuatunya kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala.

2. Sabar dari Keinginan Hawa Nafsu. Hawa nafsu menginginkan segala macam kenikmatan
hidup,kesenangan dan kemegahan dunia. Untuk mengendalikan segala keinginan itu di butuhkan
kesabaran. Jangan sampai semua kesenangan hidup dunia itu membuat orang lupa diri apa lagi
lupa Allah Subhannahu wa Ta'ala.

3. Sabar Dalam Taat Kepada Allah Subhannahu Wa Ta'ala Dalam menaati perintah Allah, terutama
dalam beribadah kepada-Nya di perlukan kesabaran.

4. Sabar Dalam Berdakwah .Jalan dakwah adalah jalan panjang berliku-liku yang penuh dengan
segala onak dan duri. Seseorang yang melalui jalan ini harus memiliki kesabaran.^^

5. Sabar Dalam Perang.Dalam peperangan sangat di perlukan kesabaran, apalagi menghadapi


musuh yang lebih banyak atau lebih kuat. Dalam keadaan terdesak sekali pun, seorang prajurit
Islam tidak boleh lari meninggalkan medan perang, kecuali sebagai bagian dari siasat perang
( QS. Al-Anfal 15-16 ).

6. Sabar Dalam Pergaulan. Dalam pergaulan sesama manusia baik antara suami isteri, antara orang
tua dengan anak, antara tetangga dengan tetangga, antara guru dan murid, atau dalam
masyarakat yang lebih luas, akan ditemui hal-hal yang tidak menyenangkan atau menyinggung
perasaan. Oleh sebab itu dalam pergaulan sehari-hari di butuhkan kesabaran sehingga tidak
cepat marah, atau memutuskan hubungan apabila menemui hal-hal yang tidak di sukai.
Keutamaan Sabar

Sifat sabar dalam Islam menempati posisi yang istimewa. Al-Qur’an mengaitkan sifat sabar dengan
bermacam-macam sifat mulia lainnya. Antara lain di kaitkan dengan keyakinan, syukur, tawakkal, dan
taqwa.mengaitkan satu sifat dengan banyak sifat mulia lainnya menunjukkan betapa istimewanya sifat
itu. Karena sabar merupakan sifat mulia yang istimewa, tentu dengan sendirinya orang-orang yang sabar
juga menempati posisi yang istimewa.

Sifat sabar memang sangat di butuhkan sekali untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Seorang
mahasiswa tidak akan berhasil mencapai gelar kesarjanaan tanpa sifat sabar dalam belajar. Seorang
peneliti tidak akan dapat menemukan penemuan-penemuan ilmiah tanpa ada sifat sabar dalam
penelitiannya.

Imbalan Orang Yang Sabar

1. Dapat berdampingan dengan Allah

2. Memperoleh berita yang menyenangkan

3. Bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak berdosa

4. Di beri pahala yang berlipat

5. Terbebaskan dari siksa api neraka

6. Di cintai oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala.

Allah Ta’ala berfirman:

ِ‫صاَلبحِروُا ْنوُنرالب ح‬
‫طوُا ْنوُالتحِقوُا ْ ل ن‬
‫ا ْنلنعللحِكفم ْحِتففللحِحوُنن‬ ‫نيِاَأنييِنهاَ ْالللذيِنن ْنءانمحِنوُا ْا ف‬
‫صلبحِروُا ْنوُ ن‬

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah
bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” (Aali
‘Imraan:200)

Dan Allah Ta’ala berfirman:


‫س ْنوُاللثنمنرا ل‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ف ْنوُافلحِجوُلع ْنوُننفق ص‬
‫نوُنلننفبلحِنوُلنحِكفم ْلبنشفيصء ْلمنن ْافلنخفوُ ل‬
‫صاَلبلريِنن‬ ‫ت ْنوُنب ش‬
‫شلر ْال ل‬ ‫ص ْلمنن ْالفمنوُالل ْنوُالفنفحِ ل‬

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-
Baqarah:155)

Dan Allah Ta’ala berfirman:

‫ب‬ ‫صاَلبحِروُنن ْأنفجنرحِهفم ْلبنغفيِلر ْ ل‬


‫حنساَ ص‬ ‫إللننماَ ْحِيِنوُلفىَّ ْال ل‬

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-
Zumar:10)
Dan Allah Ta’ala berfirman:

‫ك ْنللمفن ْنعفزلم ْال حِحِموُلر‬


‫صنبنر ْنوُنغنفنر ْإللن ْنذلل ن‬
‫نوُنلنمفن ْ ن‬

“Tetapi orang yang bersabar dan mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk
hal-hal yang diutamakan.” (Asy-Syuuraa:43)

Dan Allah Ta’ala berfirman:


‫صاَلبلريِنن‬ ‫صلنلة ْإللن ْ ل ن‬
‫ا ْنمنع ْال ل‬ ‫نيِاَأنييِنهاَ ْالللذيِنن ْنءانمحِنوُا ْافسنتلعيِحِنوُا ْلباَل ل‬
‫صفبلر ْنوُال ل‬

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan)
shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:153)

Dan Allah Ta’ala berfirman:


‫نوُلنننفبلحِنوُلنحِكفم ْنحلتىَّ ْننفعلننم ْافلحِمنجاَلهلديِنن ْلمفنحِكفم ْنوُال ل‬
‫صاَلبلريِنن‬

“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang
berjihad dan bersabar diantara kalian.” (Muhammad:31)

Dan ayat-ayat yang memerintahkan sabar dan menerangkan keutamaannya sangat banyak dan dikenal.
Pengertian dan Jenis-jenis Sabar

Ash-Shabr (sabar) secara bahasa artinya al-habsu (menahan), dan diantara yang menunjukkan
pengertiannya secara bahasa adalah ucapan: “qutila shabran” yaitu dia terbunuh dalam keadaan ditahan
dan ditawan. Sedangkan secara syari’at adalah menahan diri atas tiga perkara: yang pertama: (sabar)
dalam mentaati Allah, yang kedua: (sabar) dari hal-hal yang Allah haramkan, dan yang ketiga: (sabar)
terhadap taqdir Allah yang menyakitkan.

Inilah macam-macam sabar yang telah disebutkan oleh para ‘ulama.

Jenis sabar yang pertama: yaitu hendaknya manusia bersabar terhadap ketaatan kepada Allah, karena
sesungguhnya ketaatan itu adalah sesuatu yang berat bagi jiwa dan sulit bagi manusia. Memang
demikianlah kadang-kadang ketaatan itu menjadi berat atas badan sehingga seseorang merasakan
adanya sesuatu dari kelemahan dan keletihan ketika melaksanakannya. Demikian juga padanya ada
masyaqqah (sesuatu yang berat) dari sisi harta seperti masalah zakat dan masalah haji.

Yang penting, bahwasanya ketaatan-ketaatan itu padanya ada sesuatu dari masyaqqah bagi jiwa dan
badan, sehingga butuh kepada kesabaran dan kesiapan menanggung bebannya, Allah berfirman:
ِ‫صاَلبحِروُا ْنوُنرالب ح‬
‫طوُا ْنوُالتحِقوُا ْ ل ن‬
‫ا ْلننعللحِكفم ْحِتففللحِحوُنن‬ ‫نيِاَأنييِنهاَ ْالللذيِنن ْنءانمحِنوُا ْا ف‬
‫صلبحِروُا ْنوُ ن‬

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah
bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” (Aali
‘Imraan:200)

Allah juga berfirman


َ‫صنطلبفر ْنعلنفيِنها‬
‫صلنلة ْنوُا ف‬ ‫نوُفأحِمفر ْأنفهلن ن‬
‫ك ْلباَل ل‬

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya.” (Thaahaa:132)

‫صلبفر ْللحِحفكلم ْنرشب ن‬


‫ك‬ ‫إللناَ ْننفححِن ْننلزفلنناَ ْنعلنفيِنك ْافلقحِفرنءانن ْنتفنلزيِ ل‬
‫( ْنفاَ ف‬23‫ل)ًا‬
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-
angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu.” (Al-Insaan:23-24)

Ayat ini menerangkan tentang sabar dalam melaksanakan perintah-perintah, karena sesungguhnya Al-
Qur`an itu turun kepadanya agar beliau (Rasulullah) menyampaikannya (kepada manusia), maka jadilah
beliau orang yang diperintahkan untuk bersabar dalam melaksanakan ketaatan.

Dan Allah Ta’ala berfirman:


‫ك ْنمنع ْالللذيِنن ْنيِفدحِعوُنن ْنرلبحِهفم ْلباَفلنغندالة ْنوُافلنعلششي ْحِيِلريِحِدوُنن ْنوُفجنهحِه‬
‫صلبفر ْننففنس ن‬
‫نوُا ف‬

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja
hari dengan mengharap keridhaan-Nya.” (Al-Kahfi:28)
Ini adalah sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.

Jenis sabar yang kedua: yaitu bersabar dari hal-hal yang Allah haramkan sehingga seseorang menahan
jiwanya dari apa-apa yang Allah haramkan kepadanya, karena sesungguhnya jiwa yang cenderung
kepada kejelekan itu akan menyeru kepada kejelekan, maka manusia perlu untuk mengekang dan
mengendalikan dirinya, seperti berdusta, menipu dalam bermuamalah, memakan harta dengan cara
yang bathil, dengan riba dan yang lainnya, berbuat zina, minum khamr, mencuri dan lain-lainnya dari
kemaksiatan-kemaksiatan yang sangat banyak.

Maka kita harus menahan diri kita dari hal-hal tadi jangan sampai mengerjakannya dan ini tentunya perlu
kesabaran dan butuh pengendalian jiwa dan hawa nafsu.

Diantara contoh dari jenis sabar yang kedua ini adalah sabarnya Nabi Yusuf ‘alaihis salaam dari ajakan
istrinya Al-’Aziiz (raja Mesir) ketika dia mengajak (zina) kepadanya di tempat milik dia, yang padanya ada
kemuliaan dan kekuatan serta kekuasaan atas Nabi Yusuf, dan bersamaan dengan itu Nabi Yusuf bersabar
dan berkata:
‫ب ْإللنفيِلهلن ْنوُأنحِكفن ْلمنن ْافلنجاَلهلليِنن‬ ‫ف ْنعشني ْنكفيِندحِهلن ْأن ف‬
ِ‫ص ح‬ ‫ل ْنت ف‬
‫صلر ف‬ ‫ب ْالشسفجحِن ْأننح ي‬
‫ب ْإللنلي ْلملماَ ْنيِفدحِعوُننلني ْإللنفيِله ْنوُإل ل‬ ‫نقاَنل ْنر ش‬

“Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku.
Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk
(memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (Yuusuf:33)

Maka ini adalah kesabaran dari kemaksiatan kepada Allah.

Jenis sabar yang ketiga: yaitu sabar terhadap taqdir Allah yang menyakitkan (menurut pandangan
manusia).

Karena sesungguhnya taqdir Allah ‘Azza wa Jalla terhadap manusia itu ada yang bersifat menyenangkan
dan ada yang bersifat menyakitkan.

Taqdir yang bersifat menyenangkan; maka butuh rasa syukur, sedangkan syukur itu sendiri termasuk dari
ketaatan, sehingga sabar baginya termasuk dari jenis yang pertama (yaitu sabar dalam melaksanakan
ketaatan kepada Allah). Adapun taqdir yang bersifat menyakitkan; yaitu yang tidak menyenangkan
manusia, seperti seseorang yang diuji pada badannya dengan adanya rasa sakit atau yang lainnya, diuji
pada hartanya –yaitu kehilangan harta-, diuji pada keluarganya dengan kehilangan salah seorang
keluarganya ataupun yang lainnya dan diuji di masyarakatnya dengan difitnah, direndahkan ataupun
yang sejenisnya.

Yang penting bahwasanya macam-macam ujian itu sangat banyak yang butuh akan adanya kesabaran
dan kesiapan menanggung bebannya, maka seseorang harus menahan jiwanya dari apa-apa yang
diharamkan kepadanya dari menampakkan keluh kesah dengan lisan atau dengan hati atau dengan
anggota badan.

Allah berfirman:
‫صلبفر ْللحِحفكلم ْنرشب ن‬
‫ك‬ ‫نفاَ ف‬

“Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu.” (Al-Insaan:24)

Al-Baqarah:45
‫ل ْنعنلىَّ ْافلنخاَلشلعيِنن‬
‫صلنلة ْنوُإللننهاَ ْلننكلبيِنرةة ْإل ل‬ ‫نوُافسنتلعيِحِنوُفا ْلباَل ل‬
‫صفبلر ْنوُال ل‬
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu`,

Al-Baqarah:61
ْ ‫صللنهاَ ْنقاَنل‬ ِ‫ت ْالنفر ح‬
‫ض ْلمن ْنبفقللنهاَ ْنوُلقلثآَّلئنهاَ ْنوُحِفوُلمنهاَ ْنوُنعندلسنهاَ ْنوُنب ن‬ ‫نوُإلفذ ْقحِفلحِتفم ْنيِاَ ْحِموُنسىَّ ْنلن ْلن ف‬
‫صلبنر ْنعنلنىَّ ْنطنعاَصم ْنوُا ل‬
ِ‫حصد ْنفاَفدحِع ْنلنناَ ْنرلبنك ْحِيِفخلرفج ْنلنناَ ْلملماَ ْحِتنلب ح‬
ْ ‫ك ْلبأ نلنحِهفم‬ ‫ب ْشمنن ْ ل ل‬
‫ا ْنذلل ن‬ ‫ض ص‬‫ت ْنعنلفيِلهحِم ْالشذللحِة ْنوُافلنمفسنكننحِة ْنوُنبآَّحِؤفوُفا ْلبنغ ن‬ ‫ضلرنب ف‬ِ‫صرلا ْنفإللن ْنلحِكم ْلماَ ْنسأ نفلحِتفم ْنوُ ح‬ ‫طوُفا ْلم ف‬ ِ‫أننتفسنتفبلدحِلوُنن ْالللذيِ ْحِهنوُ ْأنفدننىَّ ْلباَلللذيِ ْحِهنوُ ْنخفيِةر ْافهلب ح‬
‫صوُفا ْلوُنكاَحِنوُفا ْنيِفعنتحِدوُنن‬
‫ك ْلبنماَ ْنع ن‬ ‫ت ْ ل ل‬
‫ا ْنوُنيِفقحِتحِلوُنن ْاللنلبشيِيِنن ْلبنغفيِلر ْافلنحشق ْنذلل ن‬ ‫نكاَحِنوُفا ْنيِفكفحِحِروُنن ْلبآَّنيِاَ ل‬
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam
makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami
dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya,
dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang
lebih baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu
ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal
itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang
tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.

Al-Baqarah:153
‫صاَلبلريِنن‬ ‫صلنلة ْإللن ْ ا ن‬
‫ا ْنمنع ْال ل‬ ‫نيِاَ ْأنييِنهاَ ْالللذيِنن ْآنمحِنوُفا ْافسنتلعيِحِنوُفا ْلباَل ل‬
‫صفبلر ْنوُال ل‬
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu [99], sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.]

Al-Baqarah:155
‫س ْنوُاللثنمنرا ل‬
‫ت ْنوُنب ش‬ ‫ن‬ ‫ف ْنوُافلحِجوُلع ْنوُننفق ص‬
‫نوُلنننفبلحِنوُلنحِكفم ْلبنشفيصء ْشمنن ْافلنخوُ ف‬
‫صاَلبلريِنن‬
‫شلر ْال ل‬ ‫ص ْشمنن ْالنمنوُالل ْنوُالنفحِ ل‬
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Al-Baqarah:177
ْ ‫ب ْنوُاللنلبشيِيِنن ْنوُآنتىَّ ْافلنماَنل ْنعنلىَّ ْحِحشبله‬
‫خلر ْنوُافلنملَلئنكلة ْنوُافللكنتاَ ل‬
‫ل ْنوُافلنيِفوُلم ْال ل‬ ‫س ْافللبلر ْنأن ْحِتنوُيلوُفا ْحِوُحِجوُنهحِكفم ْلقنبنل ْافلنمفشلرلق ْنوُافلنمفغلر ل‬
‫ب ْنوُلنـَلكلن ْافللبلر ْنمفن ْآنمنن ْلباَ ا ل‬ ‫للفيِ ن‬
ْ ‫صاَلبلريِنن‬‫صلنة ْنوُآنتىَّ ْاللزنكاَنة ْنوُافلحِموُحِفوُنن ْلبنعفهلدلهفم ْإلنذا ْنعاَنهحِدوُفا ْنوُال ل‬‫ب ْنوُأننقاَنم ْال ل‬ ‫نذلوُيِ ْافلقحِفرنبىَّ ْنوُافلنيِنتاَنمىَّ ْنوُافلنمنساَلكيِنن ْنوُافبنن ْاللسلبيِلل ْنوُاللسآَّلئلليِنن ْنوُلفي ْالشرنقاَ ل‬
‫صندحِقوُا ْنوُحِأوُنلـَلئنك ْحِهحِم ْافلحِملتحِقوُنن‬ ‫س ْحِأوُنلـَلئ ن‬ ‫ف‬ ‫لفي ْافلنبأفنساَء ْوُال ل‬
‫ك ْالللذيِنن ْ ن‬ ‫حيِنن ْافلنبأ ل‬
‫ضلراء ْنوُ ل‬
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang
yang bertakwa.

Al-Baqarah:249
ْ ‫ف ْحِغفرنفلة ْلبنيِلدله ْنفنشلرحِبوُفا‬‫ل ْنملن ْافغنتنر ن‬ ‫س ْلمشني ْنوُنمن ْللفم ْنيِفطنعفمحِه ْنفإللنحِه ْلمشني ْإل ل‬ ‫ب ْلمفنحِه ْنفنلفيِ ن‬ ‫ا ْحِمفبنتلليِحِكم ْلبنننهصر ْنفنمن ْنشلر ن‬ ‫ت ْلباَفلحِجحِنوُلد ْنقاَنل ْإللن ْ ا ن‬ ِ‫صنل ْنطاَحِلوُ ح‬ ‫نفنللماَ ْنف ن‬
‫ا ْنكم ْشمن ْلفنئصة ْنقلليِنلصة‬ ‫ظينوُنن ْأنلنحِهم ْيملنحِقوُ ْ ا ل‬
ِ‫ت ْنوُحِجنوُلدله ْنقاَنل ْالللذيِنن ْنيِ ح‬
‫ل ْنطاَنقنة ْنلنناَ ْافلنيِفوُنم ْلبنجاَحِلوُ ن‬
‫ل ْشمفنحِهفم ْنفنللماَ ْنجاَنوُنزحِه ْحِهنوُ ْنوُالللذيِنن ْآنمحِنوُفا ْنمنعحِه ْنقاَحِلوُفا ْ ن‬
‫ل ْنقلليِ ل‬
‫لمفنحِه ْإل ل‬
‫صاَلبلريِنن‬
‫ا ْنمنع ْال ل‬ ‫ت ْلفنئلة ْنكلثيِنرلة ْلبإلفذلن ْ ا ل‬
ِ‫ا ْنوُ ا ح‬ ‫نغلننب ف‬
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu
dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan
barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku."
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan
orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum
berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang
yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang
sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang
sabar."

Al-Baqarah:250
ِ‫ت ْأنفقندانمنناَ ْنوُان ح‬
‫صفرنناَ ْنعنلىَّ ْافلنقفوُلم ْافلنكاَلفلريِنن‬ ‫ت ْنوُحِجحِنوُلدله ْنقاَحِلوُفا ْنرلبنناَ ْأنففلرفغ ْنعنلفيِنناَ ْ ن‬
‫صفبرلا ْنوُنثشب ف‬ ‫نوُنللماَ ْنبنرحِزوُفا ْللنجاَحِلوُ ن‬
Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdo`a: "Ya
Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami
terhadap orang-orang kafir."

Ali-`Imraan:17
‫صاَلدلقيِنن ْنوُافلنقاَلنلتيِنن ْنوُافلحِمنلفلقيِنن ْنوُافلحِمفسنتفغلفلريِنن ْلباَلنفسنحاَلر‬
‫صاَلبلريِنن ْنوُال ل‬
‫ال ل‬
(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta`at, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah),
dan yang memohon ampun di waktu sahur
Ali-`Imraan:120
‫حيِ ة‬
‫ط‬ ‫ضيرحِكفم ْنكفيِحِدحِهفم ْنشفيِئلاَ ْإللن ْ ا ن‬
‫ا ْلبنماَ ْنيِفعنمحِلوُنن ْحِم ل‬ ‫صفبحِكفم ْنسشيِنئةة ْنيِففنرحِحوُفا ْلبنهاَ ْنوُلإن ْنت ف‬
‫صلبحِروُفا ْنوُنتلتحِقوُفا ْ ن‬
ِ‫ل ْنيِ ح‬ ‫لإن ْنتفمنسفسحِكفم ْنحنسننةة ْنتحِسفؤحِهفم ْنوُلإن ْحِت ل‬
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana,
mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun
tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka
kerjakan.

Ali-`Imraan:125
‫صلبحِروُفا ْنوُنتلتحِقوُفا ْنوُنيِأفحِتوُحِكم ْشمن ْنففوُلرلهفم ْنهـَنذا ْحِيِفملدفدحِكفم ْنريبحِكم ْلبنخفمنسلة ْآل ص‬
‫ف ْشمنن ْافلنملَلئنكلة ْحِمنسشوُلميِنن‬ ‫نبنلىَّ ْلإن ْنت ف‬
Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika
itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda
HAKIKAT SABAR
Kenapa nilai ulangannya jelek sekali. Rasanya aku sudah cukup sabar mengajarinya.”

“Kesabaranku sudah habis, kelakuannya seringkali membuat emosiku naik.”

Bisa dikata, setiap manusia pasti pernah diuji kesabarannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada-
ada saja persoalan yang membuat dia harus menanggung sabar tersebut.

“Aku sudah sabar.”

Pernyataan tersebut acap keluar dari orang yang mengaku sudah bersabar. Dengan ucapan itu,
seolah ia lalu membenarkan sikapnya, yang dianggap sudah sejalan dengan kesabarannya.

Namun jika jujur, apakah kita semua sudah mengetahui hakikat sabar yang sebenarnya?

Orang yang bagaimanakah yang disebut sebagai orang yang sabar? Adakah ia punya batas yang
bisa diketahui?

Baca: Bagaimana agar bisa menjadi istri yang sabar?

Sebuah ungkapan menyebut, sabar itu ilmu tingkat tinggi, belajarnya setiap hari, latihannya
setiap saat, ujiannya sering mendadak, sekolahnya seumur hidup.

Benarkah demikian?

Uswatun hasanah umat Islam yaitu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (Saw), yang
perangainya mampu membuat seluruh manusia berdecak kagum, adalah teladan luar biasa bagi
seluruh alam.

Sikapnya dalam menghadapi perilaku jahat kafir Quraisy dan kelembutan orang-orang beriman
merupakan bukti kesabaran dan ketabahannya yang patut kita contoh.
Mengenai kesabaran, Allah juga menuang satu penjelasan yang sangat bermanfaat dalam al-
Qur’an.

Allah berfirman:

‫صلصصوةطة إطان ٱالص صمصع ٱل ص ا‬


١٥٣ ‫صبططريِصن‬ ‫صيِيصأ صبَيِصهاَ ٱلاطذيِصن صءاصممنوبا ٱبستصطعيمنوبا طبٱِل ا‬
‫صببطر صوٱل ا‬

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. ” (Al-Baqarah [2]: 153).

Allah mengajarkan, bahwa shalat dan sabar akan memberi pertolongan dalam setiap urusan-
urusan seseorang dalam hidupnya.

Sebagaimana Allah memberi jaminan bahwa Dia akan membersamai orang-orang yang sabar
dalam waktu luang dan sempit sekalipun.

Lebih jauh, Ibnu al,-Qayyim al-Jauziah menjelaskan dalam kitab Madarijus Salikin, tentang
hakikat sabar tersebut.

Di antaranya:

Sabar di atas ketaatan kepada Allah Ta’ala, dengan mengerjakan segala perintah-Nya.

Siapa yang ingin menjadi Muslim kaffah, maka amalkanlah al-Qur’an dan sunnah.
Sedungguhnya Allah menyediakan surga dan pahala yang berlipat-lipat bagi orang yang
bertakwa.

Namun, setan juga terus berusaha mengganggu manusia dari arah depan belakang, samping
kanan dan kiri serta menggagalkan niat baik manusia beribadah kepada Allah.

Karena istimewanya hadiah tersebut, jalan yang ditempuh terkadang penuh dengan lika-liku.
Dan karena indahnya hadiah yang diberikan Allah, setiap Muslim dituntut untuk bersabar dalam
menjalankan syari’at Allah.

Baca: Bersabar dalam Ujian, Bersyukur dalam Kenikmatan

Sabar dari perbuatan maksiat, selalu menahan diri dari segala yang dilarang oleh Allah.

Ada beberapa hal yang diharamkan dalam ajaran Islam. Seperti, minum khamr, mencuri, berzina
dan membunuh. Allah mengharamkan perbuatan tersebut karena terdapat mudharat di dalamnya.

Tetapi setan selalu menjadikan indah hal-hal yang telah diharamkan Allah.

Semua itu merupakan ujian, apakah kita tetap meninggalkan hal yang diharamkan, atau justru
melanggar larangan Allah.
Sebagai orang beriman, kita memerlukan kesabaran agar tidak tergiur bujukan setan untuk
berbuat maksiat.

Sabar atas segala musibah yang menimpa

‫صيبصةة صقاَلميوبا إطاناَ طالط صوإطنااَّ إطلصبيطه صصرطجمعوصن‬


‫صبصبتمهم بَم ط‬
‫ٱلاطذيِصن إطصذاَ أص ص ص‬

(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa
innaa ilaihi raaji´uun

Sesungguhnya apa yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah.

Allah menitipkannya pada hamba-Nya untuk menguji apakah ia dapat menjalankan amanah
yang baik atau tidak. Maka apabila titipan tersebut diambil kembali oleh Allah, sudah
seharusnya ia menghadapi dengan adab yang baik.

Baca: Sabar Hadapi Cobaan, Semoga Pertolongan Segera Datang

Sesungguhnya musibah yang Allah berikan kepada hamba-Nya merupakan ujian kenaikan iman
yang harus dihadapi.

Apabila seseorang yang mendapat musibah dapat menghadapinya dengan ikhlas dan sabar,
maka Allah akan menaikkan keimanannya dan menyediakan pahala baginya.

Semakin besar kadar iman seseorang, maka kian berat pula ujian keimanannya.

Anda mungkin juga menyukai