PSIKOLOGI PENDIDIKAN
OLEH :
Nadya Ayu N.
Annisa Muthmainnah
Aida Khusnia
Irine Ristiana M.
Fajar Eric Firmansyah
Wahyu Utami
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
Suatu perubahan tidak mungkin terjadi di setiap harinya. Karenanya, perkembangan manusia itu
berjalan relatif sangat lambat dan tidak berlangsung di setiap hari.
B. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai teori-teori perkembangan,
diantaranya :
1. Teori Terputus (Nativisme)
Teori ini, menyatakan bahwa faktor pendidikan dan lingkungan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, aliran nativisme terpusat pada
faktor bawaan lahir untuk menjelaskan perubahan dari waktu ke waktu, misalnya ; jikalau
ayahdari seorang anak pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan
pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh
pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir.B erdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan
pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri.Ditekankan bahwa yang jahat akan menjadi
jahat, dan yang baik menjadi baik. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan
anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya
dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa jika anak
memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila mempunyai
pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini
tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
Tokoh utama (pelopor) aliran nativisme adalah Arthur Schopenhaur (Jerman 1788-1860).
Tokoh lain seperti J.J. Rousseau seorang ahli filsafat dan pendidikan dari Perancis. Kedua tokoh
ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati diri manusia.Meskipun dalam keadaan
sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi
bakat-bakat yang ada pada orang tuanya.Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya
faktor yang menentukan perkembangan.Masih banyak faktor yang dapat memengaruhi
pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.
2. Teori Perkembangan Berkelanjutan (Empirisme)
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan terjadi dalam langkah mulus karena
kemampuan berkembang dan pengalaman disediakan oleh orang tua dan lingkungan Aliran
empirisme, bertentangan dengan paham aliran nativisme. Empirisme (empiri = pengalaman),
tidak mengakui adanya pembawaan atau potensinya di bawah lahir manusia. Dengan kata lain
bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak membawa
apa-apa. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya
pada faktor lingkungan..
Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama John Locke
(1704-1932) yang mengembangkan teori Tabula Rasa, yakni anak lahir di dunia bagaikan
kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh
besar dalam menentukan perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami bahwa aliran
empirisme ini, seorang pendidik memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar
peserta didiknya. Keberhasilan belajar peserta didik menurut aliran empirisme ini, adalah
lingkungan sekitarnya. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan dari pihak pendidik
dalam mengajar mereka.
3. Teori Konvergens
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu titik
pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat,
keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting. Bakat sebagai
disposisi telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan,
maka kemungkinan bakat tersebut menjadi kenyataan. Akan tetapi bakat tanpa ada pengaruh
lingkungan yang sesuai, tidak akan membuahkan hasil optimsl, misalnya : setiap anak manusia
yang normal mempunyai bakal untuk berdiri di atas kedua kakinya, akan tetapi bakat sebagai
kemungkinan ini tidak akan menjadi menjadi kenyataan, jika anak tersebut tidak hidup dalam
lingkungan masyarakat manusia.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni nativisme, empirisme dan konvergensi, dikaitkan
dengan teori belajar mengajar kelihatan bahwa kedua aliran yang telah disebutkan (nativismeempirisme) mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan yang dimaksudkan adalah sifatnya yang
ekslusif dengan cirinya ekstrim berat sebelah.Sedangkan aliran yang terakhir (konvergensi) pada
umumunya diterima seara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuhkembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya.Meskipun demikian, terdapat variasi
pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang
itu.
Keberhasilan teori belajar mengajar jika dikaitkan dengan aliran-aliran dalam pendidikan,
diketahui beberapa rumusan yang berbeda antara aliran yang satu dengan aliran lainnya. Menurut
aliran nativisme bahwa seorang peserta tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan
menurut aliran empirisme bahwa justreru lingkungan yang mempengaruhi peserta didik
tersebut.Selanjutnya menurut aliran konvergensi bahwa antara lingkungan dan bakat pada peserta
didik yang terbawa sejak lahir saling memengaruhi.
Al-Quran dan hadist sebagai acuan dasar pendidikan Islam dalam menerangkan teori
belajar mengajar telah memberikan konsep terhadap pemikiran yang terdapat aliran nativisme,
empirisme dan konvergensi. Dalam hal ini, Al-Quran menegaskan bahwa pembawaan seorang
anak (peserta didik) sejak lahirnya disebut fitrah, dan fitrah ini adalah dasar keagamaan yang
dimiliki oleh setiap orang. Fitrah menurut Al-Quran di samping dapat menerima pengaruh dari
dalam (keturunan) juga dapat menerima pengaruh dari luar (lingkungan).Untuk mengembankan
fitrah ini, maka sangat pendidikan kedudukan pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
4. Teori Interaksionisme
Teoritikus yang terkenal adalah Piaget. Menurutnya, cara-cara berpikir tertentu sangat
sederhana bagi seorang dewasa, tidaklah sesederhaana pemikiran yang dilakukan seorang anak.
Terdapat batas-batas tertentu pada anak atas materi yang dapat diajarakan pada satu waktu
tertentu dalam masa kehidupan anak tersebut.
Teori Piaget menganggap perkembangan sepanjang waktu sebagai sebuah kemajuan tingkat. Ia
percaya bahwa semua orang muda melalui empat tingkat perkembangan kognitif yang sama
dalam masa perkembangannya.
Tingkat
Sensomotor
Karakter
Mulai menggunakan
imitasi
sirna
ketika
hilang,
2-7 tahun
berpikir
dengan
bentuk simbolis
Mampu
memikirkan
operasi
secara logis
Memiliki kesulitan mengetahui
Operasional Konkrit
7-11 tahun
Operasional Formal
11-15 tahun
5. Teori Psikodinamika
Teori Psikodinamika adalah teori yang berupaya menjelaskan hakekat dan perkembangan
kepribadian. Unsur-unsur yang sangat diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi, dan
aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika
terjadi konflik-konflik dari aspek-spek psikologi tersebut.Yang umumya terjadi pada masa
kanak-kanak dini. Para teoritisi psikodinamik percaya bahwa perkembangan merupakan suatu
proses aktif dan dinamis yang sangat dipengaruhi oleh impuls-impuls individual yang dibawa
sejak lahir serta pengalaman-pengalaman sosial dan emosional mereka. Perkembangan seorang
anak terjadi pada serangkaian tahap.Pada masing-masing tahap anak mengalami konflik-konflik
internal yang harus diselesaikan sebelum memasuki tahap berikutnya. Teori Psikodinamik dalam
psikologi perkembangan banyak dipengaruhi oleh Sigmund Freud dan Eric Erikson.
Kelemahan teori ini adalah tidak dapat dibuktikan secara empirc. Teori ini menitik
beratkan pada perkembangan sosio-afektif. Bila dala teori ini seksualitas menduduki tempat yang
utama perlu diketahui juga bahwa libido dan agresi (sebagai pernyataan nafsu mati) lalu berjalan
bersama-sama. Jadi kalau seksualitas ditekan karena norma pendidikan orang tua, maka agresi
akan ditekan juga. Hal ini mempunyai pengaruh yang menentukan bagi perkembangan
kepribadian anak.
Mengenai perkembangan pada anak sendiri dapat di jelaskan beberapa macam
perkembangan sebagai berikut, yaitu :
A. Perkembangan Psikoseksual / Psikoanalitis
Sigmund Freud berfikir bahwa kepribadian orang dewasa ditentukan oleh cara-cara
mengatasi konflik antara sumber-sumber kesenangan oral, anal, alat kelamin, serta tuntutantuntutan realitas.Bila konflik ini tidak diatasi, individu dapatmengalami perasaan yang mendalam
pada tahapan perkembangan sikoseksual tertentu.
Teroi Psikoanalitis dari Freud menekankan pentingnya pengalaman masa kanak-kanak
awal dan motivasi dibawah sadar dalam mempengaruhi perilaku. Freud berpikir bahwa dorongan
seks dan instink dan dorongan agresif adalah penentu utama dari perilaku, atau bahwa orang
bekerja menurut prinsip kesenangan. Teorinya menyatakan bahwa kepribadian tersusun dari tiga
komponen, yaitu: id, ego dan superego.
Id, merupakan aspek biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur bilogis, termasuk di
dalamnya dorongan-dorongan dan impuls-impuls instinktif yang lebih dasar .
Ego, merupakan aspek psikologis kepribadian karena timbul dari kebutuhan organisme untuk
berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan
instinktif organisme dengan keadaan lingkungan .
Superego, adalah aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil nilai-niali
tradisional dan cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orangtua kepada anak-anaknya
melalui berbagai perintah dan larangan. Perhatian utama superego adalah memutuskan
apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma
moral yang diakui oleh masyarakat.
Sedangkan dalam perkembangan psikoseksual anak sendiri Freud mengemukakan
bahwasannya, perkembangan anak dibagi dalam beberapa tahap atau fase, yaitu:
a. Fase oral (0-11 bulan)
Selama masa bayi, sumber kesenangan anak berpusat pada aktifitas oral : mengisap,
mengigit, mengunyah, dan mengucap serta ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu
Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak terhadap dirinya sendiri,sangat egoistik,
keinginanya.
Untuk itu toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan dalam periode ini.
Masalah yang yang dapat diperoleh pada tahap ini adalah bersifat obsesif (gangguan pikiran)
dan bersifat impulsif yaitu dorongan membuka diri, tidak rapi, kurang pengendalian diri.
Kehidupan anak berpusat pada genetalia dan area tubuh yang sensitif.
Anak mulai suka pada lain jenis.
Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin.
Anak mulai memahami identitas gender ( anak sering meniru ibu atau bapak dalam
berpakaian).
Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak akan menggunakan energi fisik dan psikologis untuk
dan merespon)
Oleh karena itu apabila ada anak tidak pernah bertanya tentang seks, sebaiknya ortu
waspada ( Peran ibu dan bapak sangat penting dlm melakukan pendekatan dengan anak).
Kepuasan anak akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang
terhadap lawan jenis.
perubahan
perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia.Masing-masing tahap terdiri dari tugas yang
khas yang menghadapkan individu pada suatu permasalahan atau krisis bilamana tidak dapat
melampaui denagn baik. Semakin individu tersebut mampu melampaui krisis, maka akan
semakin sehat perkembangannya. Adapun delapan tahapan perkembangan psikososial sepanjang
siklus kehidupan manusia dijelaskan sebagai berikut :
a. Percaya versus tidak percaya (0-1 tahun)
Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik ortu maupun
orang yang mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya.
Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam mengasuh atau merawat maka
akan timbul rasa tida percaya.
b. Tahap otonomi versus rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tukem seperti dalam motorik
kasar,halus : berjinjit , memanjat, berbicara dll.
Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya terlalu
dilindungi atau tidak diberikan atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.
c. Tahap inisiatif vesrus rasa bersalah (3 6 tahun ).
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam
melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya.
Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai
prestasinya.
Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada
diri anak.
d. Tekun versus rasa rendah diri (6-12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerjasama dan bersaing dalam kegiatan akademik maupun
dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukan bersama.
Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan sehingga anak pada usia
ini rajin dalam melakukan sesuatu.
Apabila dalam tahap ini anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkunganya dan anak tidak
berhasil memenuhinya maka akan timbul rasa inferiorty ( rendah diri ).
Reinforcement dari ortu atau orang lain menjadi begitu penting untuk menguatkan
perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu.
e. Tahap identitas dan kebingungan identitas ( 12-20 tahun)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam fisik dan kematangan
usia, perubahan hormonal, akan menunjukkan identitas dirinya seperti siapa saya
kemudian.
Apabila kondisi tidak sesuai dengan suasana hati maka dapat menyebabkan terjadinya
kebingungan dalam peran.
f. Keakraban versus keterkucilan (20-30 tahun)
Individu menghadapi tugas perkembangan relasi intim dengan orang lain.
Saaat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab dengan oranglain,
maka keintiman akan tercapai, namun bila tidak maka akan terjadi isolas.
g. Bangkit versus kesibukan diri ( 40-50 tahun )
Persoalan
utama
pada
fase
ini
adalah
membantu
generasi
muda
C. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan
individu pada fase kehidupan tertentu
berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau
masyarakat sehingga mengakibatkan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.
Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut
Havighurst adalah: Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan
aspirasi individu. Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak
masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:
1. Masa bayi (0-2 tahun)
Belajar berjalan
a) Belajar makan makanan padat
b) Belajar berbicara
c) Belajar menguasai pembuangan kotoran
2. Masa Anak-anak awal (2-6 tahun)
a) Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
b) Belajar menstabilkan fisik
c) Belajar memahami benar-salah dan mengembangkan hati nurani
3. Masa Kanak-kanak akhir (6-12 tahun)
a)
b)
c)
d)
f)