Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Cacing tanah jenis (Lumbricus rubellus) adalah cacing tanah yang tergolong dalam
kelompok binatang avertebrata (tidak bertulang belakang). Cacing tanah ini adalah salah satu
jenis cacing yang termasuk dalam kelompok cacing epigeic. Cacing ini sangat mudah untuk
dibudidayakan, selain itu perkembangbiakannya sangat cepat dibanding dengan jenis cacing
lain.
Tempat hidup cacing tanah adalah tanah yang gembur, tempat yang lembap dan gelap,
terhindar dari sinar matahari. Oleh karena itu cacing tanah banyak kita jumpai di kebun-kebun
yang penuh dengan daun-daun di sekitar kandang ternak, dibawah pohon pisang, dibawah
tumpukan sampah, dsb. Cacing tanah lebih aktif dimalam hari, berkeliaran dari satu tempat ke
tempat-tempat yang lain. Menurut Rony (2010), mengenai perkembangbiakan cacing tanah
dapat dijelaskan bahwa cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat
kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat
dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan
satu kokon yang berisi telur-telur.
Peran cacing adalah untuk menjaga keseimbangan lingkungan karena terletak dalam
satu lingkaran dengan manusia dan unggas. Cacing memilki berbagai manfaat. Cacing tanah
dapat memperbaiki struktur tanah melalui aktivitasnya dalam menggali lubang/saluran dalam
tanah sehingga meningkatkan porositas tanah dan infiltrasi tanah yang sangat menguntungkan
akar tanaman.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengamati kemunculan lubang kelamin dan klitelum cacing tanah?
2. Bagaimana mengamati letak lubang kealmin dan klitelum saat pertama kali muncul ?
3. Bagaimana mengamati luas klitelum pertama kali muncul ?
4. Bagaimana perkembangan klitelum dari milai muncul sampai tebentuknya kokon
cacing ?
5. Bagaimana penetasan kokon cacing ?
6. Bagaimana membuat skema sederhana tentang siklus reproduksi cacing tanah ?
Tujuan

1. Untuk mengamati waktu kemunculan lubang kelamin dan klitelum cacing tanah
2. Untuk mengamati letak lubang kealmin dan klitelum saat pertama kali muncul
3. Untuk mengamati luas klitelum pertama kali muncul
4. Untuk mengamati perkembangan klitelum dari milai muncul sampai tebentuknya
kokon cacing.
5. Untuk mengamati penetasan kokon cacing
6. Untuk dapat membuat skema sederhana tentang siklus reproduksi cacing tanah
BAB II

DASAR TEORI
Pada umumnya cacing tanah hidup bebas di alam, ada yang hidup dalam liang, beberapa
bersifat komensal pada hewan-hewan aquatis, dan ada juga yang bersifat parasit pada
vertebrata. Bentuk tubuh Lumbricus terrestris panjang, silindris dan pada 2/3 bagian
posteriornya memipih secara dorsoventral, Tubuh bersegmen-segmen. Secara morfologis,
hewan ini berwarna merah sampai biru kehijauan pada sisi dorsal. Pada sisi ventral berwarna
lebih pucat, umumnya merah jambu atau atau kadang-kadang putih. Mulut terletak pada
bagian ujung anterior. Pada segmen 32 sampai 37 terdapat penebalan kulit yang dikenal
sebagai klitelum. Clitellum adalah batas bagian depan dengan bagian belakang tubuh cacing.
Fungsi dari clitellum adalah untuk memperbesar lubang tanah. Selain itu, clitellum juga
berkaitan dengan pembentukan cocoon atau telur cacing. Bagian belakang cacing yang dekat
dengan anus disebut periproct. Periproct berfungsi sebagai organ pembuangan cast atau
kotoran. Cacing juga memiliki seta atau bulu-bulu kecil yang membantu pergerakan cacing
dalam tanah.
Pada setiap segmen terdapat 4 pasang setae, kecuali pada segmen pertama dan terakhir.
Pada permukaan tubuh cacing tanah terdapat lubang-lubang muara yang keluar dari berbagai
organ tubuh, yakni mulut, anus, lubang dari duktus spermatikus, lubang muara dari oviduk,
lubang muara dari reseptakulum seminis, pori dorsales, dan sepasang nefridiofor pada tiap
segmen (Anonymous, 2011).
Secara sistematik, cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oleh segmen-
segmen (bagian-bagian) fraksi luar dan fraksi dalam yang saling berhubungan secara integral,
diseliputi oleh epidermis (kulit) berupa kutikula (kulit kaku) berpigmen tipis dan setae
(lapisan daging semu bawah kulit), kecuali pada dua segmen pertama (bagian mulut), bersifat
hemafrodit (berkelamin ganda) dengan gonads (peranti kelamin) seadanya pada segmen-
segmen tertentu. Apabila dewasa, bagian epidermis pada posisi tertentu. Apabila dewasa,
bagian epidermis pada posisi tertentu akan membengkak membentuk klitelium (tabung
peranakan atau rahim), tempat mengeluarkan kokon (selubung bulat) berisi telur dan ova
(bakal telur). Setelah kawin (kopulasi), telur akan berkembang di dalamnya dan apabila
menetas langsung serupa cacing dewasa (Hanafiah, 2010).
Secara struktural, cacing tanah mempunyai rongga besar coelomic yang mengandung
coelomocytes (pembuluh-pembuluh mikro), yang merupakan sistem vaskuler (bejana)
tertutup. Saluran makanan berupa tabung anterior dan posterior, eskresi (kotoran) dikeluarkan
lewat anus atau peranti khusus yang disebut nefridia. Respirasi (pernapasan) terjadi melalui
kulit/kutikuler (Hanafiah, 2010).

Secara khusus struktur anatomi cacing tanah sebagai berikut :


a. Sistem Pencernaan
Alat pencernaan makanan pada cacing tanah terdiri atas rongga mulut, faring berotot,
esoffagus, tembolok, lambung otot usus dan anus.

b. Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi terdiri dari pembuluh darh dorsal yang mengalirkan darah kea rah
anterior dan pembuluh darah median yang tak berkontraksi mengalirkan darah kea rah
posterior. Di daerah esophagus terdapat lima pasang cabang-cabang aorta dorsalisyang
membesar yang berfungsi sebagai cor pada hewan tingkat tinggi. Cor ini mengelilingi
esophagus dan berhubungan dengan aorta ventralis. Selain pembuluh darah dorsal dan ventral,
juga terdapat 2 pembuluh darah lateral truncus nervosus dan pembuluh darah di sebelah
ventral dari truncus nervosus.

c. Sistem Nervosum
Sistem saraf pada cacing tanah terdiri atas :
- Ganglion cerebrale, tersusun dari dua kelompok sel saraf dengan commisuranya
- Berkas saraf sentralis dengan cabang-cabangnya.
d. Sistem Ekskresi
Sistem eskresi pada cacing tanah berupa nefridium. Pada tiap segmen terdapat sepasang
nefridia, kecuali tiga segmen pertama dan terakhir. Tiap nefridium terdiri atas nefrostoma dan
nefridiosphore.

e. Sistem respirasi
Cacing tanah berpas dengan kulitnya karena kulit pada hewan ini tipis, selalu lembab
dan banyak mengandung kapiler pembuluh darah.

f. Sistem reproduksi
Cacing tanah (Lumbricus terrestris) bersifat hermafrodit. Sepasang ovarium
menghasilkan ovum dan terletak pada segmen ke-13. Testis terdapat pada rongga yang
dibentuk oleh dinding-dinding vesicular seminalis.Duktus spermaticus keluar dari sisi caudal
testis dan keluar pada segmen ke- 15. Walaupun cacing tanah bersifat hermafrodit,namun
tidak dapat melakukan perkawinan sendiri karena tidak adanya saluran yang menghubungkan
organ reproduksi jantan dan betina (Anonymous,2012). Cacing tanah biasanya mempunyai 2-
7 pasang lubang Spermathecal (penghasil sperma). Lubang betina umumnya hanya sepasang,
yang terletak di dalam lekukan antar segmen atau pada segmen.

Siklus Hidup dan Habitat

Menurut Rony (2010), mengenai siklus hidup cacing tanah dapat dijelaskan bahwa
siklus hidup cacing tanah dimulai dari kokon, cacing muda (juvenile), cacing produktif, dan
cacing tua. Lama siklus hidup inin tergantung pada kesesuaian kondisi lingkungan, cadangan
makanan, dan jenis cacing tanah. Dari berbagai penelitian diperoleh lama siklus hidup cacing
tanah L. rubellus hingga mati mencapai 1-5 tahun.

Gambar 3. Siklus hidup dan produktivitas cacing tanah (Sumber


: TMO sumber agung, 2011)

Kokon yang dihasilkan dari cacing tanah akan menetas setelah berumur 14-21 hari.
Setelah menetas, cacing tanah muda ini akan hidup dan dapat mencapai dewasa kelamin
dalam waktu 2,5-3 bulan. Saat dewasa kelamin, cacing tanah akan menghasilkan kokon dari
perkawinannyayang berlangsung 6-10 hari.
Masa produktif aktif cacing tanah akan berlangsung selama 4-10 bulan dan akan
menurun hingga cacing mengalami kematian. Namun, siklus hidup cacing tanah ini masih
perlu diteliti karena banyak factor yang mempengaruhinya, seperti kondisi lingkungan
hidupnya. Cacing tanah yang sudah tidak produktif atau cacing tua biasanya bagian ekornya
agak pipih dan berwarna kuning pada ekornya sudah mencapai punggung. Bila cacing masih
produktif, warna kuning tersebut masih berada di ujung ekor.
Cacing tanah hidup didalam liang dalam tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak
rendah. Menurut whayudha dan Hum (2012), Habitat cacing tanah adalah daerah yang banyak
mengandung bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah
(daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati.

Faktor Yang Mempengaruhi Populasi Cacing Tanah


a. Bahan organik
Jika bahan organik di dalam tanah banyak, maka populasi banyak, demikian juga
sebaliknya.
b. Kelembaban
Cacing tanah lebih suka di tempat yang lembab daripada tanah yang kering, karena
cacing hidup di tempat lembab sekitar 50-60%.
c. Aerasi
Jika aerasi dalam tanah baik, maka populasi cacing tanah banyak, demikian
sebaliknya.
d. Sinar matahari
Populasi cacing tanah tinggi pada tanah dengan intensitas cahaya sedikit.
e. Keasaman
Cacing tanah pada umumnya lebih suka pada pH netral sekitar 6-7, cacing tanah
sangat rentan pada keadaan asam.
f. Temperatur
Cacing hidup pada rata-rata suhu 210C, jika suhu terlalu besar maka cacing akan
mati.
g. Tekstur
Pasir adalah tempat yang tidak dihuni oleh cacing tanah karena pada tanah pasir
kelembaban kurang, bahan organic sedikit. (Soegiman,1982)

Anda mungkin juga menyukai