Anda di halaman 1dari 17

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Autisme berasal dari kata Yunani autos yang berarti
self (diri). Kata Autisme ini digunakan didalam bidang psikiatri
untuk menunjukkan gejala menarik diri (Budiman, 2002).
Istilah autisme pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner
pada tahun 1943 Leo Kanner mendeskripsikan gangguan ini
sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang
lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan
penguasaan yang tertunda, echolalia, pembalikan kalimat,
adanya aktifitas bermain yang repetitif dan stereotipik, rute
ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk
mempertahankan keteraturan di dalam lingkunganya.
Dari deskripsi tersebut muncullah istilah autisme. Istilah
autisme itu sendiri berasal dari kata auto yang berarti sendiri
(Handoyo:2004). Jadi anak autis seakan-akan hidup di
dunianya sendiri. Mereka cenderung menarik diri dari
lingkungannya dan asyik bermain sendiri.
Autism menurut istilah ilmiah kedokteran, psikiatri dan
psikologi termasuk gangguan pervasive (pervasive
developmental disorders). Secara khas gangguan yang
termasuk dalam kategori ini ditandai dengan distorsi
perkembangan fungsi psikologis dasar majemuk yang meliputi
perkembangan ketrampilan social dan berbahasa, seperti
perhatian, persepsi, daya nilai terhadap realitas, dan gerakangerakan motorik.
B. Etiologi
1. Faktor Genetik
Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan
oleh faktor genetik. Penyakit genetik yang sering
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

dihubungkan dengan autisme adalah tuberous sclerosis


(17-58%) dan sindrom fragile X (20-30%). Disebut fragile-X
karena secara sitogenetik penyakit ini ditandai oleh
adanya kerapuhan (fragile) yang tampak seperti patahan
diujung akhir lengan panjang kromosom X 4. Sindrome
fragile X merupakan penyakit yang diwariskan secara Xlinked (X terangkai) yaitu melalui kromosome X. Pola
penurunannya tidak umum, yaitu tidak seperti penyakit
dengan pewarisan X-linked lainnya, karena tidak bisa
digolongkan sebagai dominan atau resesi, laki-laki dan
perempuan dapat menjadi penderita maupun pembawa sifat
(carrier). (Dr. Sultana MH Faradz, Ph.D, 2003)
2. Ganguan pada Sistem Syaraf
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis
memiliki kelainan pada hampir semua struktur otak.
Tetapi kelainan yang paling konsisten adalah pada otak
kecil. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel
purkinye di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel
purkinye diduga dapat merangsang pertumbuhan akson,
glia dan myelin sehingga terjadi pertumbuhan otak yang
abnormal, atau sebaliknya pertumbuhan akson yang
abnormal dapat menimbulkan sel purkinye mati. (Dr.
Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K), 2003).
Otak kecil berfungsi mengontrol fungsi luhur dan kegiatan
motorik, juga sebagai sirkuit yang mengatur perhatian dan
pengindraan. Jika sirkuit ini rusak atau terganggu maka
akan mengganggu fungsi bagian lain dari sistem saraf
pusat, seperti misalnya sistem limbik yang mengatur emosi
dan perilaku.
3. Ketidakseimbangan Kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala
autistik berhubungan dengan makanan atau kekurangan
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

kimiawi di badan. Alergi terhadap makanan tertentu, seperti


bahan-bahan yang mengandung susu, tepung gandum,
daging, gula, bahan pengawet, penyedap rasa, bahan
pewarna, dan ragi. Untuk memastikan pernyataan
tersebut, dalam tahun 2000 sampai 2001 telah
dilakukan pemeriksaan terhadap 120 orang anak yang
memenuhi kriteria gangguan autisme menurut DSM IV.
Rentang umur antara 1 10 tahun, dari 120 orang itu
97 adalah anak laki-laki dan 23 orang adalah anak
perempuan. Dari hasil pemeriksaan diperoleh bahwa anak
anak ini mengalami gangguan metabolisme yang kompleks,
dan setelah dilakukan pemeriksaan untuk alergi, ternyata
dari 120 orang anak yang diperiksa: 100 anak (83,33%)
menderita alergi susu sapi, gluten dan makanan lain, 18
anak (15%) alergi terhadap susu dan makanan lain, 2
orang anak (1,66 %) alergi terhadap gluten dan makanan
lain. (Dr. Melly Budiman, SpKJ, 2003). Penelitian lain
menghubungkan autism dengan ketidakseimbangan
hormonal, peningkatan kadar dari bahan kimiawi tertentu di
otak, seperti opioid, yang menurunkan persepsi nyeri dan
motivasi
4. Kemungkinan Lain
Infeksi yang terjadi sebelum dan setelah kelahiran dapat
merusak otak seperti virus rubella yang terjadi selama
kehamilan dapat menyebabkan kerusakan otak.
Kemungkinan yang lain adalah faktor psikologis, karena
kesibukan orang tuanya sehingga tidak memiliki waktu
untuk berkomunikasi dengan anak, atau anak tidak
pernah diajak berbicara sejak kecil, itu juga dapat
menyebabkan anak menderita autisme.

Laporan Pendahuluan Autisme


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

C. Klasifikasi
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniasih
(2002) membagi autisme menjadi dua yaitu:
1. Autisme sejak bayi (Autisme Infantil)
Anak sudah menunjukkan perbedaan-perbedaan
dibandingkan dengan anak non autistik, dan biasanya baru
bisa terdeteksi sekitar usia bayi 6 bulan.
2. Autisme Regresif
Ditandai dengan regresif (kemudian kembali) perkembangan
kemampuan yang sebelumnya jadi hilang. Yang awalnya
sudah sempat menunjukkan perkembangan ini berhenti.
Kontak mata yang tadinya sudah bagus, lenyap. Dan jika
awalnya sudah bisa mulai mengucapkan beberapa patah
kata, hilang kemampuan bicaranya. (Kurniasih, 2002).
D. Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut
untuk mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk
menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan
luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus
selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna
putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai
tujuh bulan. Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf
berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps
yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun. Setelah
anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak
berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit,
dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui
sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors
dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas.
Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan


dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan
sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan
menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan
sinaps. Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi
yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pada proses proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan
abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir,
diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu
oleh berlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak (brainderived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive
intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang
merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk
mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi,
pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain
growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal
menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu.
Pada gangguan autistik terjadi kondisi growth without
guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati
secara tak beraturan. Pertumbuhan abnormal bagian otak
tertentu menekan pertumbuhan sel saraf lain. Hampir semua
peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf
tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di
otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga
merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang
pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi
pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya,
pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel Purkinye.

Laporan Pendahuluan Autisme


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

Yang jelas, peningkatan brain derived neurotrophic factor dan


neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer
atau sekunder. Bila autisme disebabkan faktor genetik,
gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer yang
terjadi sejak awal masa kehamilan. Degenerasi sekunder
terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi
gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye.
Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum
alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak
normal mengalami aktivasi selama melakukan gerakan
motorik, belajar sensori-motor, atensi, proses mengingat,
serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil
menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan
memproses persepsi atau membedakan target,
overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada
otak besar bagian depan yang dikenal sebagai lobus frontalis.
Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya ukuran sel
neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang
berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan
amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan
dalam proses memori).
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan
otak antara lain kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat
gizi mikro seperti zat besi, seng, yodium, hormon tiroid, asam
lemak esensial, serta asam folat. Adapun hal yang merusak
atau mengganggu perkembangan otak antara lain alkohol,
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi


yang diderita ibu pada masa kehamilan, radiasi, serta kokain.
E. Manifestasi Klinis
1. Di bidang komunikasi :
a. Perkembangan bahasa anak autis lambat atau sama
sekali tidak ada. Anak nampak seperti tuli, sulit berbicara,
atau pernah berbicara lalu kemudian hilang kemampuan
bicara.
b. Terkadang kata kata yang digunakan tidak sesuai
artinya.
c. Mengoceh tanpa arti secara berulang ulang, dengan
bahasa yang tidak dimengerti orang lain.
d. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. Senang
meniru atau membeo (Echolalia).
e. Bila senang meniru, dapat menghafal kata kata atau
f.

nyanyian yang didengar tanpa mengerti artinya.


Sebagian dari anak autis tidak berbicara (bukan kata
kata) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia

dewasa.
g. Senang menarik narik tangan orang lain untuk
melakukan apa yang dia inginkan, misalnya bila ingin
meminta sesuatu.
2. Di bidang interaksi sosial :
a. Anak autis lebih suka menyendiri
b. Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain
atau menghindari tatapan muka atau mata dengan orang
lain.
c. Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik
yang sebaya maupun yang lebih tua dari umurnya.
d. Bila diajak bermain, anak autis itu tidak mau dan
menjauh.
3. Di bidang sensoris :
a. Anak autis tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak
suka dipeluk.
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

b. Anak autis bila mendengar suara keras langsung menutup


telinga.
c. Anak autis senang mencium cium, menjilat mainan atau
benda benda yang ada disekitarnya. Tidak peka
terhadap rasa sakit dan rasa takut.
4. Di bidang pola bermain :
a. Anak autis tidak bermain seperti anak anak pada
umumnya.
b. Anak autis tidak suka bermain dengan anak atau teman
sebayanya.
c. Tidak memiliki kreativitas dan tidak memiliki imajinasi.
d. Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya sepeda dibalik
lalu rodanya diputar putar.
e. Senang terhadap benda benda yang berputar seperti
f.

kipas angin, roda sepeda, dan sejenisnya.


Sangat lekat dengan benda benda tertentu yang

dipegang terus dan dibawa kemana mana.


5. Di bidang perilaku :
a. Anak autis dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif
(hiperaktif) dan berperilaku berkekurangan (hipoaktif).
b. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau merangsang
diri sendiri seperti bergoyang goyang, mengepakkan
tangan seperti burung.
c. Berputar putar mendekatkan mata ke pesawat televisi,
lari atau berjalan dengan bolak balik, dan melakukan
d.
e.
6. Di
a.

gerakan yang diulang ulang.


Tidak suka terhadap perubahan.
Duduk bengong dengan tatapan kosong.
bidang emosi :
Anak autis sering marah marah tanpa alasan yang jelas,
tertawa tawa Dapat mengamuk tak terkendali jika

dilarang atau tidak diberikan keinginannya.


b. Kadang agresif dan merusak.
c. Kadang kadang menyakiti dirinya sendiri.
d. Tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang
lain yang ada disekitarnya atau didekatnya.
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

F. Pemeriksaan Penunjang
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat
menjadi bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes
secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme,
maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat
digunakan untuk mendiagnosa autisme:
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa
kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang
didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15;
anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan
gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan
komunikasi verbal
2. The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan
autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur
18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
3. The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri
dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk
mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka
4. The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme bagi
anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt
didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor
dan konsentrasi.
G. Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan untuk anak dengan autisme
1. Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah
dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan
autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan
khusus pada anak dengan memberikan positive
reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur
kemajuannya . Saat ini terapi inilah yang paling banyak
dipakai di Indonesia.
2. Terapi Wicara
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan


dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling
menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal
atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang , namun
mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk
berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini
terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan
dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku
dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan
cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan
menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam
hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih
mempergunakan otot2 halusnya dengan benar.
4. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif.
Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan
perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang2 tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang
kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan
terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong
untuk menguatkan otot2nya dan memperbaiki
keseimbangan tubuhnya.
5. Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme
adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak
anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan
berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama
ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu
dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul
dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

6. Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik
membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain
dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara,
komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain
bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik
tertentu.
7. Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya
seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit
mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang
hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak
heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis
perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku
negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak
tersebut untuk memperbaiki perilakunya,
8. Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental
Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan.
Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat
perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan
sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan
berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih
mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual
learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai
untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui
gambar-gambar, misalnya dengan metode . Dan
PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan


ketrampilan komunikasi.
10. Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang
tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari
para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat
gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala
anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme
yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh
karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif,
pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal
abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak
menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak
mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang
komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh
sendiri (biomedis).
Tatalaksana autis dibagi menjadi 2 bagian
1. Edukasi kepada keluarga
Keluarga memerankan peran yang penting dalam
membantu perkembangan anak, karena orang tua adalah
orang terdekat mereka yang dapat membantu untuk
belajar berkomunikasi, berperilaku terhadap lingkungan
dan orang sekitar, intinya keluarga adalah jendela bagi
penderita untuk masuk ke dunia luar, walaupun diakui hal
ini bukanlah hal yang mudah.
2. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan pada penderita autisme harus
dibawah pengawasan dokter. Penggunaan obat-obatan ini
diberikan jika dicurigai terdapat kerusakan di otak yang
mengganggu pusat emosi dari penderita, yang seringkali
menimbulkan gangguan emosi mendadak, agresifitas,
hiperaktif dan stereotipik. Beberapa obat yang diberikan
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

adalah Haloperidol (antipsikotik), fenfluramin, naltrexone


(antiopiat), clompramin (mengurangi kejang dan perilaku
agresif).

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, No. MR
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Pada kehamilan ibu pertumbuhan dan perkembangan otak
janin terganggu. Gangguan pada otak inilah nantinya
akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak
kelak nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme
Gangguan pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya,
termasuk resiko terjadinya autisme. Gangguan persalinan
yang dapat meningkatkan resiko terjadinya autism adalah
: pemotongan tali pusat terlalu cepat, Asfiksia pada bayi
(nilai APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama
persalinan, lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat
lahir dan erat lahir rendah ( < 2500 gram)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKK)
Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan
anak-anak yang lain, tertawa atau cekikikan tidak pada
tempatnya, menghindari kontak mata atau hanya sedikit
melakukan kontak mata, menunjukkan ketidakpekaan
terhadap nyeri, lebih senang menyendiri, menarik diri dari
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

pergaulan, tidak membentuk hubungan pribadi yang


terbuka, jarang memainkan permainan khayalan,
memutar benda, terpaku pada benda tertentu, sangat
tergantung kepada benda yang sudah dikenalnya dengan
baik, secara fisik terlalu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Dilihat dari faktor keluarga apakah keluarga ada yang
menderita autisme.
3. Psikososial
a. Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
b. Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
c. Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
d. Perilaku menstimulasi diri
e. Pola tidur tidak teratur
f. Permainan stereotip
g. Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
h. Tantrum yang sering
i. Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu
pembicaraan
j. Kemampuan bertutur kata menurun
k. Menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus
4. Neurologis
a. Respons yang tidak sesuai dengan stimulus
b. Refleks mengisap buruk
c. Tidak mampu menangis ketika lapar
d. Gastrointestinal
e. Penurunan nafsu makan
f. Penurunan berat badan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
percaya pada orang lain.
2. Hambatan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan
ransangan sensori tidak adekuat, gangguan keterampilan reseptif dan
ketidakmampuan mengungkapkan perasaan.
3. Risiko tinggi cidera : menyakiti diri berhubungan dengan kurang
pengawasan.
4. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembang anak.
C. Intervensi Keperawatan
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

1. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk


percaya pada orang lain.
Tujuan : Klien mau memulai interaksi dengan pengasuhnya
Intervensi: :
a. Batasi jumlah pengasuh pada anak.
b. Tunjukan rasa kehangatan/keramahan dan penerimaan pada anak.
c. Tingkatkan pemeliharaan dan hubungan kepercayaan.
d. Motivasi anak untuk berhubungan dengan orang lain.
e. Pertahankan kontak mata anak selama berhubungan dengan orang lain.
f. Berikan sentuhan, senyuman, dan pelukan untuk menguatkan sosialisasi.
2. Hambatan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan
ransangan sensori tidak adekuat, gangguan keterampilan reseptif dan
ketidakmampuan mengungkapkan perasaan.
Tujuan : Klien dapat berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan kepada
orang lain.
Intervensi :
a. Pelihara hubungan saling percaya untuk memahami komunikasi anak.
b. Gunakan kalimat sederhana dan lambang/maping sebagai media.
c. Anjurkan kepada orang tua/pengasuh untuk melakukan tugas secara
konsisten.
d. Pantau pemenuhan kebutuhan komunikasi anaksampai anak menguasai.
e. Kurangi kecemasan anak saat belajar komunikasi.\
f. Validasi tingkat pemahaman anak tentang pelajaran yang telah diberikan.
g. Pertahankan kontak mata dalam menyampaikan ungkapan non verbal.
h. Berikan reward pada keberhasilan anak.
i. Bicara secara jelas dan dengan kalimat sederhana.
j. Hindari kebisingan saat berkomunikasi.
3. Risiko tinggi cidera : menyakiti diri berhubungan dengan kurang
pengawasan.
Tujuan : Klien tidak menyakiti diriya.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Alihkan prilaku menyakiti diri yang terjadi akibat respon dari
peningkatan kecemasan.
c. Alihkan/kurangi penyebab yang menimbulkan kecemasan.
d. Alihkan perhatian dengan hiburan/aktivitas lain untuk menurunkan
tingkat kecemasan.
e. Lindungi anak ketika prilaku menyakiti diri terjadi.
f. Siapkan alat pelindung/proteksi.
g. Pertahankan lingkungan yang aman.
4. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembang anak.
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

Tujuan : Kecemasan berkurang/tidak berlanjut.


Intervensi :
a. Tanamkan pada orang tua bahwa autis bukan aib/penyakit.
b. Anjurkan orang tua untuk membawa anak ke tempat terapi yang
berkwalitas baik serta melakukan secara konsisten.
c. Berikan motivasi kepada orang tua agar dapat menerima kondisi
anaknya yang spesial.
d. Anjurkan orang tua untuk mengikuti perkumpulan orang tua dengan
anak autis, seperti kegiatan Autis Awareness Festifal.
e. Berikan informasi mengenai penanganan anak autis.
f. Beritahukan kepada orang tua tentang pentingnya menjalankan terapi
secara konsisten dan kontinue.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Aris, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media


Aesculapius.
Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Speer,Kathleen morgan.rencana asuhan
keperawatapediatric.2007.Jakarta : EGC.

Laporan Pendahuluan Autisme


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

Yupi Supartini, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.


Jakarta: EGC.

Laporan Pendahuluan Autisme


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)

Anda mungkin juga menyukai

  • List Desa Bahaya Sedang Dan Tinggi Tsunami
    List Desa Bahaya Sedang Dan Tinggi Tsunami
    Dokumen151 halaman
    List Desa Bahaya Sedang Dan Tinggi Tsunami
    Ismit S kamaraja
    Belum ada peringkat
  • Kasus Pelanggaran Etika Bisnis
    Kasus Pelanggaran Etika Bisnis
    Dokumen11 halaman
    Kasus Pelanggaran Etika Bisnis
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen22 halaman
    LP Anc
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • Sap Dan Pre Planning Penyuluhan Keluhan Ibu Hamil
    Sap Dan Pre Planning Penyuluhan Keluhan Ibu Hamil
    Dokumen14 halaman
    Sap Dan Pre Planning Penyuluhan Keluhan Ibu Hamil
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • Perkembangan Ilmu Manajemen
    Perkembangan Ilmu Manajemen
    Dokumen11 halaman
    Perkembangan Ilmu Manajemen
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • List Desa Bahaya Sedang Dan Tinggi Tsunami
    List Desa Bahaya Sedang Dan Tinggi Tsunami
    Dokumen99 halaman
    List Desa Bahaya Sedang Dan Tinggi Tsunami
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • LP KB
    LP KB
    Dokumen17 halaman
    LP KB
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • LP Bayi Prematur
    LP Bayi Prematur
    Dokumen22 halaman
    LP Bayi Prematur
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    100% (2)
  • Defenisi
    Defenisi
    Dokumen7 halaman
    Defenisi
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • Penyimpangan KDM CA Mammae
    Penyimpangan KDM CA Mammae
    Dokumen2 halaman
    Penyimpangan KDM CA Mammae
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • LP Kejang Demam
    LP Kejang Demam
    Dokumen22 halaman
    LP Kejang Demam
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • Kertas Diagnosa Askep
    Kertas Diagnosa Askep
    Dokumen5 halaman
    Kertas Diagnosa Askep
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • Komunitas (Posyandu)
    Komunitas (Posyandu)
    Dokumen8 halaman
    Komunitas (Posyandu)
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • Peng Kaji An
    Peng Kaji An
    Dokumen15 halaman
    Peng Kaji An
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • LP Bayi Prematur
    LP Bayi Prematur
    Dokumen22 halaman
    LP Bayi Prematur
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    100% (2)
  • Laporan Pendahuluan CA Mammae
    Laporan Pendahuluan CA Mammae
    Dokumen17 halaman
    Laporan Pendahuluan CA Mammae
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • Askep DM
    Askep DM
    Dokumen12 halaman
    Askep DM
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • LP ANC Heljuw
    LP ANC Heljuw
    Dokumen27 halaman
    LP ANC Heljuw
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • Lp. Hipoglikemia
    Lp. Hipoglikemia
    Dokumen6 halaman
    Lp. Hipoglikemia
    Wulan Febry Tri I
    Belum ada peringkat
  • Askep LP DM
    Askep LP DM
    Dokumen43 halaman
    Askep LP DM
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • LP CHF
    LP CHF
    Dokumen32 halaman
    LP CHF
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    100% (2)
  • 12 Nervus Kranial
    12 Nervus Kranial
    Dokumen1 halaman
    12 Nervus Kranial
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • LP Candidiasis Oral
    LP Candidiasis Oral
    Dokumen21 halaman
    LP Candidiasis Oral
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    100% (4)
  • LP Persalinan Normal
    LP Persalinan Normal
    Dokumen22 halaman
    LP Persalinan Normal
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    70% (10)
  • Askep Aritmia Disritmia
    Askep Aritmia Disritmia
    Dokumen18 halaman
    Askep Aritmia Disritmia
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    Belum ada peringkat
  • LP Kista Ovarium
    LP Kista Ovarium
    Dokumen19 halaman
    LP Kista Ovarium
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    50% (2)
  • Askep Ca Paru
    Askep Ca Paru
    Dokumen27 halaman
    Askep Ca Paru
    Fadilah Kasim
    0% (1)
  • Askep CKD
    Askep CKD
    Dokumen15 halaman
    Askep CKD
    mandamufa
    33% (3)
  • LP Candidiasis Oral
    LP Candidiasis Oral
    Dokumen21 halaman
    LP Candidiasis Oral
    Fhatma Viiciiouuzdt Triiyzniivouur
    100% (4)