KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Autisme berasal dari kata Yunani autos yang berarti
self (diri). Kata Autisme ini digunakan didalam bidang psikiatri
untuk menunjukkan gejala menarik diri (Budiman, 2002).
Istilah autisme pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner
pada tahun 1943 Leo Kanner mendeskripsikan gangguan ini
sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang
lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan
penguasaan yang tertunda, echolalia, pembalikan kalimat,
adanya aktifitas bermain yang repetitif dan stereotipik, rute
ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk
mempertahankan keteraturan di dalam lingkunganya.
Dari deskripsi tersebut muncullah istilah autisme. Istilah
autisme itu sendiri berasal dari kata auto yang berarti sendiri
(Handoyo:2004). Jadi anak autis seakan-akan hidup di
dunianya sendiri. Mereka cenderung menarik diri dari
lingkungannya dan asyik bermain sendiri.
Autism menurut istilah ilmiah kedokteran, psikiatri dan
psikologi termasuk gangguan pervasive (pervasive
developmental disorders). Secara khas gangguan yang
termasuk dalam kategori ini ditandai dengan distorsi
perkembangan fungsi psikologis dasar majemuk yang meliputi
perkembangan ketrampilan social dan berbahasa, seperti
perhatian, persepsi, daya nilai terhadap realitas, dan gerakangerakan motorik.
B. Etiologi
1. Faktor Genetik
Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan
oleh faktor genetik. Penyakit genetik yang sering
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)
C. Klasifikasi
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniasih
(2002) membagi autisme menjadi dua yaitu:
1. Autisme sejak bayi (Autisme Infantil)
Anak sudah menunjukkan perbedaan-perbedaan
dibandingkan dengan anak non autistik, dan biasanya baru
bisa terdeteksi sekitar usia bayi 6 bulan.
2. Autisme Regresif
Ditandai dengan regresif (kemudian kembali) perkembangan
kemampuan yang sebelumnya jadi hilang. Yang awalnya
sudah sempat menunjukkan perkembangan ini berhenti.
Kontak mata yang tadinya sudah bagus, lenyap. Dan jika
awalnya sudah bisa mulai mengucapkan beberapa patah
kata, hilang kemampuan bicaranya. (Kurniasih, 2002).
D. Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut
untuk mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk
menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan
luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus
selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna
putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai
tujuh bulan. Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf
berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps
yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun. Setelah
anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak
berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit,
dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui
sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors
dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas.
Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)
dewasa.
g. Senang menarik narik tangan orang lain untuk
melakukan apa yang dia inginkan, misalnya bila ingin
meminta sesuatu.
2. Di bidang interaksi sosial :
a. Anak autis lebih suka menyendiri
b. Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain
atau menghindari tatapan muka atau mata dengan orang
lain.
c. Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik
yang sebaya maupun yang lebih tua dari umurnya.
d. Bila diajak bermain, anak autis itu tidak mau dan
menjauh.
3. Di bidang sensoris :
a. Anak autis tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak
suka dipeluk.
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)
F. Pemeriksaan Penunjang
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat
menjadi bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes
secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme,
maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat
digunakan untuk mendiagnosa autisme:
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa
kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang
didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15;
anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan
gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan
komunikasi verbal
2. The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan
autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur
18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
3. The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri
dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk
mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka
4. The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme bagi
anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt
didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor
dan konsentrasi.
G. Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan untuk anak dengan autisme
1. Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah
dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan
autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan
khusus pada anak dengan memberikan positive
reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur
kemajuannya . Saat ini terapi inilah yang paling banyak
dipakai di Indonesia.
2. Terapi Wicara
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)
6. Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik
membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain
dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara,
komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain
bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik
tertentu.
7. Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya
seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit
mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang
hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak
heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis
perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku
negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak
tersebut untuk memperbaiki perilakunya,
8. Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental
Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan.
Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat
perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan
sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan
berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih
mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual
learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai
untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui
gambar-gambar, misalnya dengan metode . Dan
PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, No. MR
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Pada kehamilan ibu pertumbuhan dan perkembangan otak
janin terganggu. Gangguan pada otak inilah nantinya
akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak
kelak nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme
Gangguan pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya,
termasuk resiko terjadinya autisme. Gangguan persalinan
yang dapat meningkatkan resiko terjadinya autism adalah
: pemotongan tali pusat terlalu cepat, Asfiksia pada bayi
(nilai APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama
persalinan, lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat
lahir dan erat lahir rendah ( < 2500 gram)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKK)
Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan
anak-anak yang lain, tertawa atau cekikikan tidak pada
tempatnya, menghindari kontak mata atau hanya sedikit
melakukan kontak mata, menunjukkan ketidakpekaan
terhadap nyeri, lebih senang menyendiri, menarik diri dari
Laporan Pendahuluan Autisme
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Fatmawati S.Kep (70900115008)
DAFTAR PUSTAKA