JURNAL
Oleh
Ida S Pandiangan
NIM. 3113121030
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Sebelum adanya Traktat London, wilayah Tapanuli Tengah dikuasai oleh
Kolonial Inggris.Setelah adanya Traktat London tanggal 17 Maret 1824 Inggris
menyerahkan Sumatera kepada Belanda dan Belanda menyerahkan Semenanjung
Melayu kepada Inggris.Pada saat itulah Inggris menyerahkan Barus kepada
Belanda.Selanjutnya, Belanda memasukkan Teluk Tapian Nauili dalam wilayah
Residen Sumatera Barat yang beribukotakan Padang.
Pada zaman Jepang khususnya Sistem Pemerintahan Keresidean Tapanuli
dititik beratkan pada strategi pertahanan misalnya Heiho, Gyugun, Kaygon Heiho,
dan lain-lain. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia maka pada
tanggal 15 Oktober 1945 oleh Gubernur Sumatera, Mr. T.Mohd Hasan
menyerahkan urusan daerah otonom bawahan dan penyusunan pemerintahan
daerah kepada masing-masing residen. Pada permulaan kemerdekaan, residen
Tapanuli Dr. F.L.Tobing berkedudukan di Tarutung dengan dasar telegram
Gubernur Sumatera tanggal 12 Oktober 1945 tentang Pembentukan KepalaKepala Luha (Bupati) Sibolga.Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia banyak
dilakukan suatu perubahan-perubahan.Diantaranya adalah di bentuknya badanbadan yang bersifat militer maupun semi militer.Ini dilakukan oleh Jepang untuk
menunjang kekuatan pertahanan Jepang di Indonesia.
Salah satu pemuda yang masuk sebagai anggota militer Jepang adalah
Jenderal Maraden Panggabean. Dia memulai karir militernya dengan memasuki
badan militer yang dikenal dengan nama adalah Zyokyu Kanri Gakko di Bukit
Tinggi Sumatera Barat tepatnya di daerah Batusangkar Tahun 1944, yaitu suatu
sekolah untuk mendidik pegawai tinggi. Karir Maraden Panggabean di dalam
kemiliteran di era pendudukan Jepang di Indonesia telah menduduki jabatan
sebagai seorang pelatih Militer Pegawai di lembaga Pegawai Tinggi Jepang di
Kotapraja Sibolga.
Setelah Indonesia Merdeka, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) mengadakan sidang. Pada sidang hari ketiga, PPKI memutuskan mengenai
Badan Keamanan Rakyat (BKR) tujuan awalnya adalah
untuk menciptakan
PEMBAHASAN
1. Deskripsi Kota Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah
Kota Sibolga dahulunya merupakan Bandar kecil dan Teluk Tapian Nauli
dan terletak di Poncan Ketek.Pulau kecil ini letaknya tidak jauh dari Kota Sibolga
yang sekarang ini.Diperkirakan Bandar tersebut berdiri sekitar abad delapan belas
dan sebagai pengusaha adalah Datuk Bandar.
Kemudian pada zaman Pemerintahan Kolonial Belanda, pada abad
sembilan belas didirikan Bandar Baru yaitu Kota Sibolga yang sekarang, karena
Bandar di Pulau Poncan Ketek dianggapnya tidak akan dapat berkembang,
disamping pulaunya terlalu kecil juga tidak memungkinkan menjadi kota
pelabuhan yang fungsinya bukan saja sebagai tempat bongkar muat barang tetapi
juga tidak akan berkembang sebagai kota perdagangan. Akhirnya Bandar Pulau
Poncan Ketek mati bahkan bekas-bekasnyapun tidak terlihat lagi saat ini.
Sebaliknya Bandar Baru yaitu Kota Sibolga yang sekarang berkembang pesat
menjadi kota Pelabuhan dan Perdagangan.
Pada zaman awal Kemerdekaan Republik Indonesia Kota Sibolga menjadi
Ibukota keresidenan Tapanuli dibawah pimpinan seorang Residen dan
membawahi beberapa Luka atau Bupati.Dengan dikeluarkannya undang-undang
nomor 8 tahun 1956 Sibolga ditetapkan menjadi Daerah Swabtantra Tingkat II
dengan nama kotapradja Sibolga yang dipimpin oleh seorang Walikota dan daerah
wilayahnya sama dengan surat keputusan Residen Tapanuli Nomor : 999 tanggal
19 Nopember 1946.
Selanjutnya dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965 Daerah
Swabtantra Tingkat II dengan nama Kotapradja Sibolga diganti sebutannya
menjadi Daearah tingkat II Kota Sibolga yang pengaturan selanjutnya ditentukan
oleh Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan
daerah yang dipimpin oleh Walikota kepada Daerah yang dipimpin oleh Walikota
kepala daerah. Kemudian hingga sekarang Sibolga merupakan Daerah Otonom
Tingkat II Kota Daerah Tingkat II di pimpin oleh Walikota Kepala Daerah.
Kemudian dengan dikeluarkannya peraturan Pemerintah Nomor : 9 tahun
1979 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Sibolga
ditetapkan sebagai Pusat Pembangunan Wilayah I Pantai Barat Sumatera Utara.
Perkembangan terakhir yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Nomor : 35 tahun 1981, Kota Daerah Tingkat II Sibolga dipecah menjadi 3 (tiga)
Perang terbuka merupakan salah satu strategi perang yang dilakukan oleh
Maraden Panggabean di Kabupaten Tapanuli Tengah dimana masyarakat ikut
terlibat dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan di Tapanuli Tengah.
Menurut Surbakti (1979 : 53-54) Organisasi pertahanan Rakyat Semesta (PRS)
merupakan suatu staregi perang terbuka yang dilakukan oleh para pejuang
khususnya Maraden Panggabean yaitu untuk mengikut sertakan seluruh rakyat
dalam pertahanan. Sifat dan hakekat PRS adalah membantu, mengisi dan
menggerakkan rakyat untuk mensukseskan perang gerilya.
Perang Gerilya merupakan suatu strategi perang yang juga dilakukan oleh
Maraden Panggabean dalam melawan pihak Belanda dimana strategi dari perang
gerilya tersebut adalah TNI dan masyarakat yang bisa menggunakan senjata ikut
berperang dengan mengintip lawan dari hutan-hutan dan menyerang lawan jika
melewati Raum atau daerah yang telah ditentukan untuk mereka awasi.Sebelum
melancarkan serangan dan menjalankan strategi perang gerilya terhadap Belanda,
Maraden sebelumnya telah membagi para pejuang tersebut kedalam beberapa
Raum atau lokasi yang harus mereka jaga dan awasi agar Belanda tidak dapat
melintasi atau melewati Raum yang telah mereka jaga tersebut.
Strategi yang diatur Mayor Maraden Panggabean dengan tugas khusus
yang diberikan kepada pasukan-pasukan yang berada diraum-raum yang telah
ditentukan. Letak antara satu raum dengan raum yang lain tidak terlalu jauh.
Dengan strategi terpencarnya pasukan, dari jurusan mana saja datang konvoi,
serangan yang datang dari berbagai penjuru menyatu kearah konvoi itu akan
bingung kemana tembakan harus diutamakan dari sebelah kiri jalan atau sebelah
kakan jalan dalam jarak yang tidak begitu jauh.
Dari strategi yang digunakan Maraden dalam pembagian Raum di daerah
Front Utara sektor IV ditentukan Raum. Raum I : sekitar Bonandolok sebelah
kanan jalan raya Sibolga Tarutung dibawah tanggung jawab Kapten Hendri
Siregar dengan wakilnya Letnan Rivai Harahap. Raum II : daerah sepanjang kirikanan jalan raya Sibolga-Tarutung antara Lobu Nagor dan Jembatan Aek Raisan
dibawah tanggung jawab Letnan Sinta Pohan. Raum III : daerah sebelah kiri jalan
besar Sibolga-Tarutung sekitar Simaninggir, Meladolok-Mela dibawah tanggung
jawab Letnan Agus Marpaung. Raum IV : daerah sebelah kiri jalan raya Sibolga-
Tarutung antara Aek Meranti dengan Lobu Nagor dibawah tanggung jawab
Letnan Parlindungan Hutagalung.
Raum V : daerah jalan raya Sibolga-Barus antara Poriaha dengan Kolang
dibawah tanggung jawab Letnan Bangun Siregar dan letnan Maruap Simorangkir.
Raum VI : daerah kiri kanan jalan Sibolga-Barus antara Guntingmahe dengan
Sorkam sampai ke perbatasan sektor 5 dekat Barus dibawah tanggung jawab
Kapten Bongsu Pasaribu dengan wakilnya Letnan Mauliater Simatupang. Raum A
: sebagian dari daerah kanan jalan raya Sibolga-Tarutung yaitu Aek Natulu dan
Aek Maranti sebagai daerah langsung dibawah tanggung jawab Mayor Maraden
Panggabean dan Letnan P. Hasibuan dengan pasukannya untuk melakukan
penghadangan terhadap konvoi Belanda.
Dengan membentu Raum ini, para TNI dan pejuang lainnya berjuang di
raum masing-masing yang telah ditentukan untuk berjuang melawan pihak
Belanda dengan menggunakan strategi perang terbuka dan perang gerilya.Berkat
strategi Maraden Panggabean dan semangat juang yang mereka miliki akhirnya
pihak Belanda dapat dikalahkan dan rakyat Indonesia khususnya Tapanuli Tengah
akhirnya dapat merasakan kemerdekaan hingga saat ini.Inilah yang menjadi
pertimbangan dari Maraden Panggabean sebagai pemimpin sektor IV di Tapanuli
Tengah
pada
saat
itu
memberlakukan
strategi
militer
dalam
perang
mempertahankan Kemerdekaan.
4. Keberhasilan Strategi Militer Maraden Panggabean dalam Mempertahankan Kemerdekaan di Kabupaten Tapanuli Tengah
Maraden Panggabean yang merupakan tokoh TNI AD pernah bertugas
disibolga sekitar Tahun 1948 oleh Komandan Sub Territorium VII melalaui
pembagian sektor atau daerah tugas pada masa mempertahankan kemerdekaan
dari pihak penjajah Belanda. Ini merupakan peristiwa peninggalan sejarah
berharga yang perlu diketahui khususnya masyarakat lokal bahwa ada banyak
tokoh-tokoh pejuang dari daerah bahkan mungkin dari daerah mereka sendiri,
salah satunya yaitu Maraden Panggabean yang pernah berjuang mempertahankan
10
Kemerdekaan yang telah dirasakan sekarang ini khususnya didaerah Sibolga agar
masyarakat juga ikut berjuang mengisi Kemerdekaan tersebut.
Sekitar tahun 1948, ketika Maraden ditugaskan didaerah atau sektor
Tapanuli Tengah untuk mempertahankan kemerdekaan dari pihak Belanda,
Maraden dan tokoh pejuang lainnya yang ikut berjuang mengalami kesulitan
melawan pihak penjajah Belanda, karena kurangnya persenjataan yang mereka
miliki.Akhirnya, Maraden memberlakukan strategi perang baik perang terbuka
maupun perang gerilya yaitu dengan memerintahkan para pejuang baik dari
kalangan TNI dan masyarakat biasa ini untuk berjuang dengan menggunakan
persenjataan seadanya dan juga dengan strategi perang yang mampu mengecoh
pihak lawan sehinga Belanda dapat dikepung mundur.
Orang-orang yang berjuang ketika mempertahankan Kemerdekaan
khususnya di Tapanuli Tengah adalah rakyat-rakyat biasa dan para TNI yang
berada di Tapanuli Tengah. Untuk melihat dengan jelas bagaimana keberhasilan
strategi Militer Maraden Panggabean dalam mempertahankan Kemerdekaan di
Tapanuli Tengah ini, bisa kita lihat dengan dirasakannya kemerdekaan itu oleh
masyarakat saat ini.Hal itu merupakan tujuan akhir dari perjuangan mereka dalam
mempertahankan kemerdekaan.Disamping hal tersebut, keberhasilan yang
diperoleh dari strategi militer Maraden Panggabean ini adalah terbunuhnya
Jenderal Spoor yaitu seorang Panglima tentara Belanda.
Tewasnya jenderal Spoor di Tapanuli Tengah merupakan pukulan berat
bagi Belanda.Belanda sungguh tidak menyangka bahwa Jenderalnya bisa
tewasdalam perang kemerdekaan di Indonesia. Hal ini dibenarkan oleh S.
Hutabarat bahwa pasukan Maraden Panggabean berhasil membunuh Jenderal
Spoor di Tapanuli Tengah perbatasan antara Sibolga Tarutung dan jika Jenderal
tersebut tidak terbunuh maka perang kemerdekaan di Tapanuli tengah pasti tidak
akan secepat itu berakhir, karena Jenderala Spoor ini sangat kejam dan tidak mau
kalah.
Dari uraian yang sederhana ini, jelaslah betapa rapinya strategi yang
disusun oleh Komandan Maraden Panggabean dalam usaha menghadang dan
menyerang konvoi-konvoi Belanda, baik yang datang dari Tarutung maupun yang
11
12
14
kemerdekaan
bahwa
ada
Militer
tersebut
kaitannya
Maraden
dengan
dengan
Panggabean
perjuangan,
masalah
dalam
peneliti
wilayah
dan
15
penduduk yang terbunuh karena ikut berjuang tanpa adanya pengetahuan perang
diakibatkan kurangnya tenaga pejuang pada saat itu.Yang kedua adalah
masyarakah akhirnya dapat merasakan kemerdekaan hingga saat ini terkhusus di
Tapanuli Tengah.Untuk kondisi TNI AD pada masa itu, strategi militer Maraden
Panggabean dalam perang mempertahankan Kemerdekaan ini juga memiliki
dampak yang signifikan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, Payung, (1996). Kolonel Maludin Simbolon. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Biro Sejarah Prima, (1976). Medan Area Mengisi Proklamasi.Medan :
Badan Musyawarah Pejuang Republik Medan Area.
BPS, (2013).Kabupaten Tapanuli Tengah dalam Angka 2013. Pandan
BPS, (2014).Kabupaten Tapanuli Tengah dalam Angka 2014.Pandan.
Djamhari, Saleh, (1995).IkhtisarSejarah Perjuangan ABRI (1945
sekarang). Jakarta: Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI.
DS,
Spektrum
Kemerdekaan
17
18