Anda di halaman 1dari 34

PENDAHULUAN

Pendengaran merupakan alat indera terpenting kedua setelah penglihatan


dalam kehidupan manusia. Orang yang pendengarannya menghilang biasanya
menyebabkan berkurangnya kemampuan membuat keputusan sehingga orang ini
harus diberikan pertolongan, karena tanpa mereka sadari pengobatan dini untuk
kehilangan pendengaran dapat mengubah hidup mereka menjadi lebih baik.
Penelitian dari National Council on the Aging, lebih dari 2000 orang dengan
penurunan pendengaran diberikan bantuan Alat Bantu Dengar (ABD) dapat
meningkatkan kemampuan mereka di bidang sosial, emosional, psikologi dan
fisik pada orang dengan penurunan pendengaran kategori sedang hingga berat.
Pengobatan penurunan pendengaran meningkatkan kemampuan mendengar,
keintiman dan kehangatan dalam hubungan keluarga, stabilitas emosional,
persepsi mental, partisipasi dalam grup sosial, komunikasi dalam hubungan,
kesenangan dalam komunikasi, kontrol diri dalam hidup dan kesehatan fisik.
Selain itu, ABD juga menurunkan diskriminasi terhadap orang-orang dengan
penurunan pendengaran, marah dan frustasi dalam sebuah hubungan, merasa
paranoia, fobia sosial, tingkah laku kompensasi penurunan pendengaran (berpurapura mendengar), gejala depresi dan depresif, kecemasan dan kritikan terhadap
diri sendiri.1, 2
ABD adalah terapi non-farmakologi untuk orang dengan penurunan
pendengaran karena sebagian besar gangguan pendengaran disebabkan oleh
kelainan sel rambut rumah siput (koklea) di telinga dalam. ABD ini akan
mengamplifikasi (memperbesar) suara yang masuk hingga dapat direspon. ABD
terdiri dari mikrofon, amplifier, dan penerimaan transmisi (receiver). Sirkuit di
dalamnya akan membuat suara tertentu menjadi lebih keras sehingga suara dapat
didengar lebih jelas. Walaupun saat ini berkembang teknologi implan koklea, alat
bantu dengar masih merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan tepat
pada kebanyakan pasien tuli. Hingga saat ini, amplifikasi suara dengan alat bantu
dengar konvensional merupakan terapi utama bagi pasien tuli sensorineural.1,3

Anatomi Sistem Auditori


Anatomi telinga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga
tengah dan telinga dalam.
1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga. Daun telinga adalah
struktur yang terdiri dari tiga lapisan. Pembentuk utamanya adalah kartilago
elastis yang dilapisi oleh kulit. Daun telinga secara fisiologi berfungsi
menyalurkan gelombang suara ke liang telinga. Bentuk daun telinga yang berliku
mempengaruhi respon terhadap berbagai macam suara

yang datang. Informasi

ini digunakan oleh otak untuk melokalisir sumber suara dalam bentuk tiga
dimensi. Liang telinga berbentuk seperti huruf S dengan panjang 2,5-3 cm.
Nervus trigeminal, nervus fasialis dan nervus vagus menginervasi liang telinga.4,5
Telinga eksternal dan kepala memiliki peran pasif tetapi penting dalam
mendengar karena sifat akustik mereka. Konka atau daun telinga, memiliki
resonansi dari sekitar 5 kHz, dan permukaan pinna tidak teratur memperkenalkan
resonansi. Fitur-fitur akustik berguna untuk membantu membedakan apakah
sumber suara berada di depan atau di belakang pendengar.5,6
2. Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar membran timpani, batas
depan tuba eustachius, batas bawah vena jugularis batas belakang aditus ad
antrum, kanalis fasialis pars vertikalis, batas atas tegmen timpani, batas dalam
berturut-turut dari atas kebawah kanalis semisirkularis pars horizontal, kanalis
fasialis, tingkap lonjong, tingkap bundar.4,7
Membran timpani berbentuk hampir lonjong, terletak obliq diliang telinga
dengan ukuran lebarnya 8 mm, dengan tinggi 10 mm, terdiri dari 3 lapisan:
lapisan luar, lapisan tengah dan lapisan dalam. Secara anatomi ruang telinga
tengah dibagi menjadi 5 bagian berdasarkan hubungan dengan anulus timpanikus,
yaitu

mesotimpanum, hipotimpanum, atik, protimpanum, retrotimpanum.

Vaskularisasi telinga tengah dan mastoid berasal arteri karotis interna dan
eksterna.4,6-8

Terdapat tiga buah tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes.
Telinga tengah memancarkan energi akustik dari udara. Diteruskan ke koklea
yang berisi cairan (perilimfe dan endolimfe). Ini berfungsi sebagai perangkat
impedansi yang bekerja impedansi udara rendah ke impedansi tinggi dari koklea
berisi cairan. Impedansi dicapai dalam tiga cara, yang pertama dan faktor paling
penting adalah bahwa daerah getaran efektif membran timpani adalah sekitar 17
sampai 20 kali lebih besar daripada wilayah getaran efektif footplate stapes.
Faktor kedua melibatkan tindakan tuas rantai tulang pendengaran. Faktor ketiga
dan minor adalah bentuk dari membran timpani. Hasil gabungan dari ketiga faktor
adalah keuntungan tekanan sekitar 25 sampai 30 dB.5,8
3. Telinga dalam
Telinga dalam terletak di pars petrosa atau pars piramida tulang temporal
dan terdiri dari koklea, vestibulum dan tiga buah kanalis semisirkularis. Koklea
merupakan bagian telinga dalam yang terdapat pada pars petrosa tulang
temporalis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema yang menghubungkan
perilimfe skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling
berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap.
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli disebelah atas dan skala
timpani disebelah bawah. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, bahan
cairan seperti ekstraselular dengan konsentrasi kalium dari 4 mEq/L dan
konsentrasi natrium dari 139 mEq/L, sedangkan skala media berisi cairan
endolimfe intraseluler dengan konsentrasi kalium dari 144 mEq/L dan konsentrasi
natrium dari 13 mEq/L. Skala media memiliki arus searah (DC) potensial istirahat
positif langsung sekitar 80 mV yang menurun sedikit dari dasar ke puncak.5,7
Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli (Reissners Membrane)
dan dasar skala media disebut membran basalis. Pada membran basalis, terdapat
organ korti (membran tektoria, sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis
korti). Organ korti struktur yang mengandung sel-sel reseptor pendengaran,
terbentang dari basis sampai apeks koklea. Sel-sel rambut luar dan dalam organ
korti berperan penting dalam transduksi mekanik (akustik) energi ke listrik (saraf)
energi.4,5

Gambar 1. Pembagian telinga5

Fisiologi Pendengaran
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut mengetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasikan
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong. Karena luas permukaan timpani 22 kali
lebih besar dari luas tingkap oval, terjadi penguatan gelombang suara 15-22 kali
pada tingkap oval. Selain efek luas permukaan membran timpani jauh lebih besar,
efek dari pengungkit tulang-tulang pendengaran juga turut berkontribusi dalam
peningkatan tekanan gelombang suara. Energi getaran akan diteruskan ke stapes
yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga cairan perilimfe pada skala
vestibuli bergerak. Getaran ini diteruskan melalui Membran Reisner yang
mendorong endolimfe, sehingga menimbulkan gerak relatif antara membran
basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang
menyebabkan defleksi sterosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi perlepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis

yang menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan sampai
korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.5,6

Gambar 2. Fisiologi pendengaran8

Definisi Alat Bantu Dengar


Alat bantu dengar (ABD) adalah perangkat elektronik yang dapat
mengeraskan (amplifikasi) suara lingkungan sehingga pengguna atau penderita
gangguan pendengaran memperoleh input suara yang optimal untuk dapat
berkomunikasi (communication aid), merupakan alat elektronik menggunakan
baterai yang dilengkapi mikrofon untuk mengubah gelombang dari suara tersebut
menjadi energi listrik yang kemudian diterima amplifier untuk memperbesar
volume suara dan mengirimkannya pada speaker yang ada pada bagian dalam
telinga.9,10
Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis dapat
menentukan apakah penderita sudah memerlukan ABD atau belum. Sebagai salah
satu pilihan habilitasi/ rehabilitasi pendengaran, ABD berperan dalam
memperkeras input suara yang masuk kedalam sistim pendengaran. ABD berperan
dalam mengoptimalkan sisa pendengaran. Keberhasilan penggunaan ABD
ditentukan antara lain oleh penentuan kandidat pengguna ABD, usia, derajat
gangguan

pendengaran

dan

konfigurasi

audiogram,

informasi

ambang

pendengaran per frekuensi (frekuensi spesifik), metode seleksi ABD, performance

ABD, proses fitting dan follow-up pasca pemasangan ABD. Tidak kalah
pentingnya motivasi calon pengguna ABD.9,10
Komponen ABD
Alat bantu dengar terdiri dari mikrofon (penerima suara), amplifier
(pengeras suara), receiver (penerus suara), cetakan telinga/ear mold (menyumbat
liang telinga dan pengarah suara ke telinga tengah), dan baterai. Mikrofon
berfungsi untuk menangkap suara dan mengubah sinyal akustik menjadi impuls
elektrik. Amplifier berperan untuk memperbesar impuls elektrik. Receiver
berfungsi untuk mengubah impuls elektrik kembali menjadi suara. Suara yang
diamplifikasi ini lalu dihantarkan melalui cetakan telinga ke membran timpani.
Baterai dibutuhkan sebagai sumber tenaga ABD dan memungkinkan proses
amplifikasi.1,3,11
Alat bantu dengar berisi salah satu dari tiga jenis sirkuit elektronik, yakni
digital, programmable analogue atau conventional analogue.1,3

Digital
Diprogram menggunakan komputer, alat bantu dengar digital ini merupakan
salah satu solusi tercanggih yang ditawarkan pasar audiologi saat ini karena
memberikan fleksibilitas yang luar biasa dalam memenuhi kebutuhan
pendengaran setiap orang dan mampu menyaring suara-suara yang tidak
dibutuhkan. Performa alat bantu dengar jenis ini dapat berubah-ubah sesuai
dengan

situasi

lingkungan

pendengaran

yang

beragam.

Misalnya

kemampuannya yang dapat menganalisa suara-suara sekelilingnya hingga


memperbesar suara-suara desahan sambil meminimalisir suara latar yang
bising seperti suara lalu lintas atau angin.

Programmable analogue
Sirkuit programmable analogue ini membuat alat bantu dengar dapat
memenuhi kenyamanan dan keinginan pemakainya. Alat bantu dengar yang
dilengkapi dengan sirkuit ini dapat diatur-atur karena dapat diprogram kembali
untuk menghadapi kondisi pendengaran yang berubah-ubah.

Conventional analogue

Jenis sirkuit ini menawarkan sedikit fitur-fitur otomatis dan fleksibilitas yang
terbatas. Selain volume yang diatur secara manual, alat bantu dengar ini juga
tidak dapat diprogram ulang. sirkuit ini tidak dapat membedakan suara yang
lembut dan keras artinya baik itu suara percakapan ataupun suara latar yang
bising sama-sama diperbesar.

Gambar 3. Cara Kerja Teknologi Pemrosesan Suara1

Fungsi dan Cara Kerja Alat Bantu Dengar


Fungsi utama alat bantu dengar adalah memperkuat amplifikasi bunyi
sekitar sehingga pengguna dapat mendengar percakapan untuk berkomunikasi,
mengatur nada dan volume suara sendiri, mendengar dan menyadari adanya tanda
bahaya, mengetahui kejadian di sekelilingnya, dan mengenal lingkungan. Hal
yang terpenting adalah bunyi untuk berkomunikasi antarmanusia sehingga alat
bantu ini harus dapat menyaring dan memperjelas suara percakapan manusia yang
berkisar antara 30-50 dB pada frekuensi 500-2.000 Hz.11,12
Alat bantu dengar berfungsi sebagai amplifier akustik. Sinyal akustik
diterima oleh mikrofon. Gelombang suara masuk melalui mikrofon, diubah dari
7

sinyal akustik menjadi sinyal elektrik. Amplifier berguna untuk meningkatkan


kekuatan sinyal elektrik. Dari amplifier, sinyal berubah menjadi sinyal akustik
kembali oleh penerima (miniatur speaker). Dari alat penerima (receiver), sinyal
disalurkan/diteruskan ke kanal telinga, masuk ke pipa kecil atau ke cetakan
telinga. Cetakan telinga merupakan bagian penting dalam alat bantu dengar dan
memiliki efek akustik yang penting. Agar alat bantu dengar bekerja dengan baik,
koklea harus dapat menerima sinyal yang diamplikasi dan diproses, lalu
melanjutkannya ke nervus auditorius.11,12

Gambar 4. Diagram skematik cara kerja alat bantu dengar12

Saat ini sebagian besar alat bantu dengar sudah memakai teknologi digital,
artinya sinyal suara yang ditangkap oleh mikrofon dirubah (konversi) menjadi
kode-kode digital, yang kemudian diproses menggunakan perhitungan matematis.
Dalam memproses suara secara digital memungkinkan untuk melakukan teknik
memanipulasi sinyal . Contohnya, memisahkan sinyal suara percakapan dengan
sinyal bising. Sebagian besar alat bantu dengar saat ini memiliki kemampuan
(dalam memproses) lebih baik dibanding komputer desktop, tidak seperti alat
bantu dengar yang ada di beberapa tahun lalu yang tidak lebih dari sekedar
amplifier.2,11,12
Algoritma yang kompleks dapat memisahkan suara/bunyi ke beberapa
frekuensi dan mengamplifikasi

tergantung dari pengaturan/program yang

diberlakukan pada alat bantu dengar yang sesuai dengan kondisi gangguan
pendengaran. Dengan metode algoritma juga memungkinkan untuk membedakan
jumlah amplifikasi antara suara yang pelan, sedang dan keras. Dengan cara
tersebut diharapkan suara yang pelan dapat terdengar, namun suara yang keras
tidak terasa menyakitkan telinga (overamplification). Proses digital memastikan
replika sinyal asal secara presisi dengan distorsi yang minimal agar menghasilkam
kualitas suara yang bagus. Teknologi digital dan microchip memungkinkan
diferensiasi pengolahan sinyal akustik dan memungkinkan penyesuaian alat bantu
dengar sesuai dengan keperluan dan derajat tuli pasien secara individual.2,11,12
Jenis Alat Bantu Dengar
Berdasarkan sistim kerja, ABD diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu
sebagai berikut.13,14
1. Sistem analog
Prinsip sistem analog merupakan ABD yang menggunakan chip komputer
yang menganalisis suara dan memperkeras suara yang masuk ke telinga
melalui komponen mekanik dasar yang sederhana. Setelah suara diamplifikasi,
sistem ini akan memilih suara yang perlu diteruskan ke dalam telinga dan
menyingkirkan suara yang tidak diharapkan. Namun, sirkuit ABD ini telah
dirancang oleh pabrik sehingga kemampuan pengaturan secara individual
menjadi terbatas dan kurang fleksibel. Sistem analog ini mudah terjadi
gangguan dan menyebabkan terjadinya bising pada rangkaian komponen dan
rentan terhadap bising di lingkungan sekitar.
2.

Sistem digital
Sistem digital memungkinkan ABD yang dapat menerima program komputer
tertentu dan dapat memilih frekuensi yang spesifik sesuai dengan kebutuhan.
ABD sistem digital menjadi sangat fleksibel karena secara otomatis dapat
beradaptasi dengan suara yang keras atau halus sehingga tidak terjadi
pengerasan yang berlebihan.
Berdasarkan jenis hantaran suara, ABD dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu sebagai berikut.10,11,13-16

1. Alat bantu dengar jenis hantaran tulang


Alat bantu dengar hantaran tulang digunakan pada gangguan pendengaran
jenis hantaran (konduktif). Alat bantu dengar ini biasanya dimanfaatkan pada
kasus atresia liang telinga. Selain itu, jenis ini juga digunakan pada kasus
dimana sewaktu-waktu liang telinga terisi cairan yang berasal dari infeksi
telinga tengah. ABD jenis hantaran tulang dibedakan menjadi:
a. ABD hantaran tulang konvensional
Suara dari luar yang ditangkap akan mengaktifkan bone vibrator. Getaran
tulang dihasilkan oleh bone vibrator yang ditempelkan pada tulang
mastoid dengan bantuan ikat kepala khusus (head band), kaca mata, atau
plastik mirip bando. Kerugian ABD jenis ini adalah tidak praktis,
penampilan kurang menarik (kosmetik), butuh amplifikasi besar dan
timbul lecet pada kulit yang menempel dengan bone vibrator. Pilihan
model ABD pada sistim ini adalah jenis saku atau BTE.10,13
b. ABD jenis BAHA (Bone Anchored Hearing Aid)
ABD yang mirip jenis saku dihubungkan melalui kabel dengan penggetar
tulang (bone vibrator) yang dapat dipasang dan dilepas melalui sistim
sekrup-baut dengan lempengan logam dari bahan titanium yang telah
ditanam ke dalam tulang mastoid melalui tindakan operasi. Hantaran
tulang lebih efektif dibandingkan ABD jenis hantaran tulang.10,13
2. ABD jenis hantaran udara
ABD jenis hantaran udara merupakan ABD yang lebih lazim ditemukan dan
tersedia dalam berbagai bentuk. ABD jenis ini bekerja dengan prinsip
mengurangi jarak dari sumber suara dengan cara meletakkan loudspeaker di
telinga penderita. Setiap bentuk ABD memiliki keuntungan dan kerugiannya
masing-masing. Jenis ABD yang ada saat ini adalah model saku, model
belakang telinga (behind-the-ear/BTE), model dalam telinga (in the ear/ITE),
model liang telinga (in the canal/ITC), model dalam liang telinga seluruhnya
(completely in the canal), dan model kacamata.10,11,13-16

10

Gambar 5. Jenis jenis alat bantu pendengaran15

a. ABD Jenis Saku (Pocket / Body Worn Type)


ABD ini adalah ABD yang paling besar. Mikrofon dan amplifier berada
dalam satu unit yang berbentuk kotak sedangkan receiver dibuat terpisah
dan diletakkan di liang telinga. Antara kotak yang berisi mikrofon,
amplifier, dan baterai, dengan receiver dihubungkan melalui kabel.
Biasanya kotak ditempatkan pada saku baju atau kantung khusus yang
digantungkan pada dada. Pada ABD jenis saku penempatan terpisah ini
dimaksudkan agar pengguna dapat leluasa memperbesar output tanpa
khawatir timbulnya bunyi feedback. Jadi ABD jenis saku ini diperlukan
oleh penderita tuli berat atau sangat berat yang membutuhkan perkerasan
bunyi atau output yang besar. Hal ini merupakan sebagai faktor yang

11

menguntungkan untuk ABD jenis saku. Keuntungan lain adalah dapat


menggunakan baterai silinder biasa (ukuran AAA) yang selain murah juga
mudah didapat dan tombol pengatur juga mudah disesuaikan.11,15,16
b. ABD jenis Belakang Telinga (BT) / Behind The Ear (BTE)
Behind-the-ear (BTE) terdiri dari plastik atau casing tempat menyimpan
komponen alat bantu dengar yang dirancang mengikuti struktur telinga
belakang kemudian disambungkan dengan ear mold atau cetakan telinga
yang dipasangkan pada telinga bagian luar, dipasang pada bagian belakang
daun telinga karena bentuknya mirip dengan bagian luar telinga, dengan
mikrofon mengarah ke depan. Posisi ini cukup baik karena selain selalu
mengikuti gerakan kepala juga menghadap lawan bicara. Suara yang
ditangkap diperkeras (output) disalurkan melalui pipa plastik (tubing) yang
terhubung dengan ear mould di daun telinga, dan diteruskan ke liang
telinga. BTE umumnya digunakan semua umur mulai dari penurunan
pendengaran ringan sampai dengan penurunan pendengaran berat,
biasanya dipakai untuk anak-anak karena kelebihan dari penggunaan BTE
dapat diganti secara periodik sesuai dengan pertumbuhan anak dan
perubahan bentuk telinga. Karena kemampuan amplifikasinya cukup besar
dan juga tersedia jenis super power, BTE merupakan jenis ABD yang
paling baik pada pasien severe-profound hearing loss. Dalam hal
mencegah bunyi feedback masih sedikit lebih rendah di bawah ABD jenis
saku. Sumber tenaga berupa baterai yang bentuknya pipih dan tipis (disc).
Penyetelan tombol pengatur juga relatif lebih mudah dibandingkan ABD
jenis lain yang lebih kecil.10-16

Gambar 6. MicroBTE - (Belakang telinga)13

12

c. Open-fit mini BTE


ABD jenis ini merupakan BTE yang dikembangkan. ABD jenis ini
mengkombinasikan kelebihan akustik dari ABD berukuran besar dan
kelebihan kosmetik dari ABD berukuran kecil, terdiri dari alat BTE yang
kecil, tuba kurus tersembunyi yang berfungsi sebagai pengait daun telinga,
dan receiver yang halus dan tidak sampai menutupi liang telinga. Hasilnya,
efek oklusi yang dialami pasien berkurang, baterai dan amplifier yang
lebih baik dibandingkan tipe yang lebih kecil, tampilan kosmetik yang
lebih baik dibanding ABD tipe besar lainnya, dan pemakaian yang lebih
singkat karena tidak memerlukan cetakan personal yang presisi
sebagaimana ABD tipe BTE dan ITE butuhkan.10,13,16

Gambar 7. ITE13

d. ABD Jenis Dalam Telinga (DT) / In The Ear (ITE)


ABD jenis ITE ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan BTE.
Dipasang pada telinga bagian luar pada bagian konka daun telinga.
Komponen ABD menyatu dengan ear mould. Karena ukurannya yang
relatif kecil berarti jarak antara mikrofon dengan receiver juga lebih
pendek, akibatnya kemampuan amplifikasinya terbatas sehingga hanya
cocok untuk ketulian derajat sedang. ITE digunakan untuk penurunan
pendengaran ringan sampai dengan berat, umumnya tidak digunakan oleh
anak-anak dan orangtua. Beberapa ITE dilengkapi dengan fitur seperti
telecoil. Telecoil adalah magnet lilitan magnet yang berfungsi untuk
menangkap suara melalui melalui lilitan magnet tersebut bukan melalui

13

mikrophon. Fitur ini memberikan kemudahan pemakai alat bantu


mendengar untuk berbicara melalui telefon. Telecoil juga berfungsi untuk
menangkap suara yang dikeluarkan oleh induction loop system. 13-16
e. ABD tipe kanalis / In The Canal (ITC) & Completely In Canal (CIC)
Kanal ABD model terdiri dari dua model, In-the-canal (ITC) dipakai
dalam lubang telinga dan completely-in-canal (CIC) hampir tidak terlihat
dalam lubang telinga. Ukuran lebih kecil dibanding jenis ITE. Pemasangan
sampai setengah bagian luar liang telinga. Amplifikasi suara baik untuk
frekuensi tinggi, karena dipasang cukup dalam pada liang telinga. Akan
tetapi karena keterbatasan ukuran, hanya bermanfaat untuk tuli derajat
sedang. Selain itu juga terdapat jenis CIC yang merupakan ABD terkecil
dan dipasang pada sisi dalam liang telinga, jadi lebih dekat dengan
gendang telinga. Permukaan luar dilengkapi dengan tangkai plastik untuk
mempermudah memasang dan melepaskan ABD. Sebagaimana halnya
dengan jenis ITC, pengaturan secara manual lebih sulit. Namun hal ini
dapat diatasi pada model terbaru yang telah dilengkapi dengan remote
control.10,13-16
Kedua

model

ini

umumnya

digunakan

untuk

penurunan

pendengaran ringan sampai dengan penurunan pendengaran moderat.


Karena kedua model ini kecil, mungkin akan agak sulit bagi sebagian
orang untuk memakai dan melepaskannya. Model ini tidak mempunyai
banyak tempat untuk batere dan fitur lainnya, seperti telecoil. Model ini
tidak direkomendasikan untuk dipakai oleh anak-anak atau gangguan
dengan sangat berat karena terbatasnya kemampuan penguatan yang
dikeluarkan oleh kedua model ini.10,13-16
f. ABD jenis kacamata/Spectacle Aid
ABD ditempatkan pada tangkai kaca mata bagian belakang. Umumnya
jenis BTE, namun dapat juga jenis bone conduction, meskipun
pemanfaatan cara ini untuk ABD jenis hantaran tulang kurang efektif
karena tekanan bone vibrator tidak stabil.14

14

Tabel 1. Perbandingan Alat Bantu Dengar16


BTE (Standar
dan Mini)
Seluruh derajat
tuli
Sangat fleksibel

Derajat tuli
Jumlah fitur
Sistem
pengolahan
sinyal tingkat lanjut
Manipulasi
Perawatan
Kosmetik

Penggunaan telepon
Penggunaan bersama
Assistive
Listening
Devices (ALDs)

Tersedia
Mudah
Minimal
Tergantung pada
model rambut
(pipa rampung
lebih atraktif)
Baik
Baik

ITE

ITC

Completely
ITC
Ringansedang
Hanya sedikit

Ringansedang
Tergantung
pada ukuran
liang telinga
Tersedia

Ringansedang
Tergantung
pada ukuran
liang telinga
Tersedia

Mudah
Serumen
Terlihat

Mungkin sulit
Serumen
Terlihat

Sulit
Serumen
Kurang
terlihat

Baik
Cukup

Buruk
Buruk

Baik
Tidak

Tersedia

Indikasi Pemasangan Alat Bantu Dengar


Pemasangan ABD harus diseleksi secara hati-hati, terutama dalam
pengaturan amplifikasinya. Pemasangan ABD dengan gain dan output yang
terbatas pada tingkat ambang dengar terutama pada pasien dengan tuli ringan
harus dipertimbangkan agar didapatkan manfaat tanpa menimbulkan risiko yang
besar. Meskipun fitting ABD dengan gain yang ringan telah diterima secara klinis,
sulit untuk mengevaluasi apakah terdapat manfaat yang tepat dalam penggunaan
ABD pada pasien ini.16,17
Pertimbangan utama dalam penggunaan alat bantu dengar adalah tipe tuli,
derajat tuli, dan konfigurasi kehilangan sensitivitas pendengaran. Alat bantu
dengar umumnya dipasang pada telinga dengan tuli sensorineural (88%) atau
campuran (11%). Hanya kurang dari 1% alat bantu dengar yang dipasang pada
pasien tuli konduktif murni. Di antara pengguna alat bantu dengar, kebanyakan
pasien yang memilih menggunakan alat bantu dengar mengalami sedikitnya tuli
derajat sedang. Kebanyakan pasien tuli yang memiliki konfigurasi audiometri pola
datar atau landai dan sensivitas pendengaran tidak jauh berbeda pada berbagai

15

frekuensi atau memiliki pendengaran lebih baik pada frekuensi rendah


dibandingkan dengan frekuensi tinggi cenderung menggunakan alat bantu
dengar.3,18
Alat bantu dengar diindikasikan bila kemampuan pasien untuk
berkomunikasi meningkat secara signifikan melalui penggunaan amplifikasi.
Secara umum, indikasi penggunaan ABD adalah bayi/anak dengan gangguan
pendengaran permanen (sensorineural atau konduktif) lebih dari 40 dB HL pada
kedua telinga, bayi/anak dengan gangguan pendengaran unilateral pada frekuensi
wicara, penderita dewasa dengan derajat pendengaran sedang hingga berat dan
penderita dewasa dengan gangguan pendengaran ringan namun mengalami
kesulitan mendengar pada kondisi lingkungan bising, terutama yang berhubungan
dengan pekerjaannya. Individu yang memiliki masalah pendengaran yang tidak
dapat diterapi dengan terapi medik atau bedah merupakan kandidat pengguna alat
bantu dengar. Indikasi penggunaan alat bantu dengar, antara lain3,16,18
1. Tuli sensorineural yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Anak tuli harus dipasang alat bantu dengar sedini mungkin agar
perkembangan bicara dan belajar anak tersebut dapat maksimal. Pada anak
dengan tuli derajat berat, alat bantu dengar binaural (satu alat bantu dengar
pada masing-masing telinga dan dipasang secara individual) lebih bermanfaat.
3. Pasien tuli konduktif yang menolak, tidak dimungkinkan atau gagal menjalani
terapi operatif.
Di Jerman, peresepan alat bantu dengar diindikasikan pada keadaan
sebagai berikut.12,16,18

Hasil pemeriksaan audiometri nada murni, yang diukur sedikitnya pada satu
frekuensi yang berkisar antara 500-3.000 Hz menunjukkan tuli 30 dB atau
lebih pada telinga yang memiliki pendengaran yang lebih baik.

Pada audiometri tutur, 80% atau kurang respons benar untuk pengenalan kata
dengan satu suku kata pada 65 dB SPL.

Pasien harus mau dan dapat menggunakan dan merawat alat bantu dengar

16

Tidak dijumpai perbaikan pendengaran bila pasien menjalani operasi


Alat bantu dengar tidak direkomendasikan pada keadaan sebagai

berikut.12,16

Terapi medikamentosa efektif dapat diimplementasikan untuk merestorasi


pendengaran normal

Penggunaan alat dengar dapat mengeksaserbasi penyakit atau mengganggu


penatalaksanaan

Alat bantu dengar gagal meningkatkan kemampuan komunikasi pasien


American Academy of Audiology (AAA) Pediatric Amplification

Guideline merekomendasikan amplikasi dengan alat bantu dengar harus


dipertimbangkan pada anak yang mengalami kehilangan pendengaran yang
signfikan, meliputi tuli sensorineural, tuli konduktif, atau tuli campuran. Alat
bantu dengar harus dipasang pada anak dengan tuli derajat sedang hingga berat.
Anak-anak, khususnya bayi yang berusia beberapa bula dengan tuli derajat sedang
hingga berat. umumnya dipasangkan dua alat bantu dengar BTE. Pada kasus
khusus, seperti atresia aural bilateral, alat bantu dengar konduksi tulang perlu
dipasang segera setelah kelahiran.12,16
Panduan terbaru menyarankan anak harus mengalami uji penapisan tuli
pada usia 1 bulan, didiagnosis pada usia 3 bulan, dan segera dipasang alat bantu
dengar 1 bulan setelah diagnosis ditegakkan atau paling lambat pada usia 6 bulan.
Setelah diketahui seorang anak menderita ketulian, upaya habilitasi pendengaran
harus dilakukan sedini mungkin. American Joint Committee on Infant Hearing
(2000) merekomendasikan upaya habilitasi sudah harus dimulai sebelum usia 6
bulan. Penelitian-penelitian telah membuktikan bahwa bila habilitasi yang optimal
sudah dimulai sebelum usia 6 bulan, perkembangan wicara anak pada usia 3 tahun
dapat mendekati kemampuan wicara anak normal.12,16,19,20
American Academy of Audiology (AAA) Guideline for Audiologic
Management of Adult Hearing Impairment tidak merekomendasikan secara
spesifisik kandidat alat bantu dengar, namun pertimbangan amplifikasi dengan
ABD pada dewasa ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan audiologi dan

17

kesulitan yang dilaporkan oleh pasien. Namun, penderita gangguan pendengaran


dengan ambang dengar 55-70 dB memerlukan alat bantu dengar untuk memudahkan
berkomunikasi.16,19,21

Penggunaan alat bantu dengar bilateral merupakan penatalaksanaan utama


pasien presbiakusis. Alat ini berfungsi untuk membantu penggunaan sisa
pendengaran untuk berkomunikasi semaksimal mungkin sehingga memperbaiki
kemampuan pendengaran pasien. Alat bantu dengar baru diperlukan bila
penurunan pendengaran lebih dari 40 dB. Selain itu, pasien dapat juga
menggunakan assistive learning device yang merupakan amplifikasi sederhana
yang mengirimkan sinyal pada ruangan dengan menggunakan headset.11,12
Penggunaan alat bantu dengar (ABD) konvensional memberikan manfaat
pada beberapa pasien dengan neuropati auditori, sementara pasien yang lain
dengan gangguan yang berat tidak menunjukkan perbaikan. Alat bantu dengar
dapat menghilangkan persepsi dan intensitas suara yang tinggi dapat merusak
koklea yang masih utuh. Secara umum, amplifikasi konvensional tidak dapat
memperbaiki pemahaman bicara pada pasien dengan neuropati auditori selama
nervus koklearis terganggu.12,17
Walaupun tidak ada bukti terkait bahwa penggunaan alat bantu dengar dan
restorasi atau terapi gangguan sistem auditorius, alat bantu dengar digunakan
secara rutin untuk mengimbangi efek sensori gangguan pendengaran. Lebih dari
95% seluruh alat bantu dengar digunakan pada pasien tuli sensorineural.16,19
Alat bantu dengar dapat digunakan sebagai terapi untuk mengimbangi
gangguan pendengaran residual setelah terapi utama. Alat bantu dengar dapat
digunakan untuk meningkatkan sensivitas pendengaran pascapemasangan prostese
osikuler. Namun, pemasangan alat bantu dengar pada pasien dengan gangguan
pendengaran retrokoklear (neural atau sentral). Penggunaan amplifikasi dengan
alat bantu dengar harus dievaluasi secara hati-hati pada seluruh kasus gangguan
pendengaran sentral.16,19
Perkembangan Alat Bantu Dengar

18

Istilah alat bantu dengar (ear trumpet) pertama kali disebutkan dalam buku
Sylva Sylvarum: A Natural History oleh Francis Bacon, yang dipublikasikan pada
tahun 1627. Literatur pada tahun 1650 melaporkan bahwa Anthanasisus Kircher
dari Roma menyebutkan dan mengilustrasikan beberapa alat bantu dengar yang
terbuat dari pipa, kipas, dan tanduk.22,23
Perkembangan alat bantu dengar konduksi tulang sejalan dengan alat
bantu dengar konduksi udara, seperti terompet telinga (ear trumpet) dan pipa
percakapan. Girolamo Cardano, dokter Italia pertama menyebutkan penggunaan
konduksi tulang untuk memperbaiki pendengaran dalam buku De Subtilitate pada
tahun 1521. Perkembangan alat bantu dengar sejalan dengan perkembangan
teknologi saat ini. Alat bantu dengar dapat dibagi menjadi 5 jenis berdasarkan
teknologi yang digunakan, yaitu alat bantu dengar akustik (non-elektrik), karbon,
pipa vakum, transistor, dan digital.22,23
1

Alat Bantu Dengar Non-Elektrik atau Akustik (antara tahun 1640-1990)


Alat bantu dengar akustik atau non-elektrik merupakan satu-satunya alat

bantu dengar tersedia sebelum penemuan listrik. Amplifikasi alat bantu dengar ini
tergantung pada karakteristik akustik dan bentuk material yang digunakan.
Beberapa alat bantu dengar berfungsi dengan sangat baik, namun beberapa
lainnya tidak bermanfaat. Alat bantu dengar akustik, meliputi terompet telinga,
pipa percakapan, auricles ear inserts, dan alat konduksi tulang.22,23
Terompet telinga yang pertama kali diperkenalkan terbuat dari materi
alamiah, seperti tanduk domba dan sapi yang dilubangi dan kerang yang
berbentuk seperti siput. Pada akhir abad ke-18, terompet telinga mulai didesain
dan diproduksi. Terompet telinga terdiri atas pipa runcing yang mengamplifikasi
suara yang ditangkap dan disalurkan ke telinga pasien. Amplifikasi terompet
telinga ini dapat ditingkatkan dengan memperlebar ujung pipa atau menambahkan
mangkuk resonansi.3,22,23
Pipa percakapan merupakan salah satu jenis terompet telinga panjang. Pipa
ini didesain untuk menangkap suara dari mulut pembicara secara langsung. Oleh
karena itu. Pembicara harus berada dekat dengan pendengar dan menempatkan

19

bibir sejajar dengan ujung pipa percakapan. Pipa percakapan umumnya memiliki
panjang sekitar 106 cm dengan lebar yang bervariasi.22,23
Aurikula merupakan alat bantu dengar hands-free. Headband melekatkan
aurikula pada kepala, sedangkan kaitan kawat menempel ke telinga. Aurikula
ganda merupakan alat bantu dengar binaural pertama. Ear inserts, seperti
Vibraphones diperkenalkan oleh Charles Fensky, namun tidak berfungsi dengan
baik.3,22
Beberapa alat bantu dengar dipasang di antara gigi untuk mentransmisikan
suara ke telinga dalam melalui konduksi tulang. Beberapa alat bantu ini
dipublikasikan pada tahun 1521. Konduktor tulang (bone conductor/BC)
ditemukan oleh Hugo Lierber dan mulai digunakan dari tahun 1933 hingga
beberapa tahun selanjutnya. Saat ditempatkan pada tulang tengkorak, BC
berfungsi sebagai vibrator yang mentransmisikan suara secara langsung ke telinga
dalam. Konduktor ini digunakan pada seluruh tipe tuli, namun paling efektif
membantu pasien dengan penyakit telinga tengah.22,23
Pada sekitar tahun 1800, F.C. Rein mendirikan perusahaan pertama yang
memproduksi alat bantu dengar di London. Perusahaan ini memproduksi ratusan
alat bantu dengar yang berbeda. Kebanyakan alat bantu dengar berbentuk, seperti
pipa dan terompet. Pada tahun 1879, Richard Rhodes mematenkan dan mulai
menjual Audiphone. Pada tahun 1880, Dentaphone mulai dipasarkan.3,23

20

Gambar 8. Alat bantu dengar akustik (kiri atas) pipa percakapan; (tengah atas) aurikula; (kanan
atas) ear inserts; (kiri bawah) terompet telinga; (kanan bawah) alat bantu dengar konduksi tulang22

Alat Bantu Dengar Karbon (1898-1939)


Alat bantu dengar elektrik dipatenkan oleh Alonzo E. Miltimore pada

tahun 1892. Alat bantu pertama yang diproduksi adalah earphone yang
terhubungan dengan mikrofon karbon dan kotak baterai merupakan inovasi dari
dr. Ferdinand Alt di Wina. Bertram Thornton membuat susunan telepon sederhana
di Rumah Sakit Bisu dan Tuli Margate Inggris. Alat bantu dengar karbon
merupakan alat bantu elektrik yang pertama kali ditemukan. Alat bantu dengar ini
diproduksi pertama kali pada tahun 1898. Alat bantu dengar ini banyak digunakan
hingga awal perang dunia II, namun tidak digunakan lagi saat ini. Alat bantu
dengar ini memiliki jumlah mikrofon yang bervariasi antara 1-6 mikrofon dan
baterai dengan voltase sebesar 3 atau 4 volt.22,23
Awalnya alat bantu dengar karbon berukuran sebesar kotak makanan
(table-top). Untuk menggunakan alat bantu dengar ini, pasien meletakkannya di
atas meja dengan mikrofon mengarah ke orang yang diajak berkomunikasi. Pasien
menggunakan headphone atau earphone. Alat bantu dengar komersial pertama
yang diproduksi dikenal dengan nama Akoulallion dan diproduksi oleh
perusahaan Akouphone Alabama, Amerika Serikat. Instrumen alat bantu dengar
dipasarkan dengan harga $400. Pada tahun 1990, instrumen ini dikembangkan dan
diberi nama Akouphone. Mikrofon alat bantu dengar ini terbuat dari debu karbon,
tetapi tidak berfungsi dengan baik. Lalu, alat bantu dengar ini dikembangkan
menjadi bola karbon yang ditemukan oleh Hutchison and Kelley. Penemuan ini
meningkatkan kualitas dan reliabilitas alat bantu dengar elektrik. Efisiensi alat

21

bantu dengar elektrik ditentukan oleh hubungan antara ukuran mikrofon dan
earphone. Semakin besar mikrofon dibandingkan dengan airphone, semakin besar
amplifikasi yang dicapai. Instrumen karbon diproduksi dengan mikrofon
berukuran kecil untuk tuli ringan, seperti Acousticon SRB. Acousticon SRD dan
Acousticon Massacon yang memiliki mikrofon berukuran ganda dan empat kali
lipat digunakan masing-masing pada tuli derajat sedang dan berat. Dalam
perkembangan selanjutnya, ukuran alat bantu dengar mengecil dan memiliki
baterai sehingga lebih fleksibel dan banyak digunakan (bodyworn).22,23

Gambar 9. Alat bantu dengar karbon kiri: table-top; kanan: bodyworn22

Alat Bantu Dengar Pipa Vakum (1921-1953)


Alat bantu dengar pipa vakum mulai dikembangkan setelah penemuan

pipa vakum triode praktis. Pipa atau katup vakum triode ditemukan oleh Lee
DeForest pada tahun 1970 dan diadaptasi dengan cepat untuk aplikasi radio.
Namun, Earl C. Hanson mematenkan alat bantu dengar pipa vakum pertama yang
dipasarkan oleh perusahaan Globe pada tahun 1921. Instrumen ini sedikit lebih
besar kotak kamera karena dilengkapi oleh triode tunggal.22,23
Alat bantu dengar pipa vakum pertama didesain oleh dua perusahaan yang
terletak di Inggris, Amplivox dan Multitone. Alat bantu dengar pipa vakum yang
pertama kali dipasarkan dibuat oleh Perusahaan Globe-Ear-Phone, Boston pada
tahun 1921, table-top, dan diberi nama Vactuphone. Alat bantu dengar ini
membutuhkan dua buah baterai untuk beroperasi, namun baterai hanya memiliki
waktu kerja selama 1 hari.22,23
Pada akhir tahun 1940-an, ukuran alat bantu dengar vakum diperkecil,
namun baterai masih terlalu besar untuk digabungkan dengan alat bantu dengar

22

sehingga disebut alat bantu dengar two-piece. Alat bantu dengar lain mulai
diproduksi oleh perusahaan lainnya, seperti Acousticon, Maico, Radioear, Telex,
dan Western Electric. Alat bantu dengar ini terdiri atas empat elemen berupa
mikrofon, earphone/receiver, amplifier, dan dua baterai. Alat bantu dengar ini
memerlukan 2 buah baterai, yaitu baterai A 1 volt untuk memanaskan
filamen dan baterai B 45 volt untuk menyediakan arus piringan. Seiring dengan
perjalanan waktu, pipa vakum yang lebih kecil dan efisien hanya memerlukan
baterai B dengan voltase yang lebih rendah sebesar 15 volt.22,23
Perkembangan ukuran baterai yang lebih kecil dan kemajuan teknologi
pipa vakum mendorong penciptaan Beltone, alat bantu dengar pipa vakum one
piece pertama. Pada sekitar tahun 1947, alat bantu dengar one-piece memiliki
baterai internal karena penemuan baterai B 15 volt yang lebih kecil dan pipa
vakum yang lebih efisen.22,23

Gambar 10. Alat bantu dengar pipa vakum (kiri) ; (tengah) body worn (two-piece); (kanan) body
worn (one-piece)22

4. Alat Bantu Dengar Transistor (1952-2005)


Pada bulan Desember 1947, transistor ditemukan di Laboratorium Bell,
Amerika Serikat. Penemuan ini merupakan penemuan penting, termasuk dalam
perkembangan alat bantu dengar. Penggunaan transistor ini dinilai murah dan
efektif karena memiliki daya konsumsi baterai yang sangat rendah dibandingkan
dengan instrumen pipa vakum. Pada tahun 1952, alat bantu dengar transistor
pertama, Sonotone Model 1010 dipasarkan. Alat bantu dengar ini merupakan
hybrid yang memiliki 1 transistor dan 2 pipa vakum. Pada tahun yang sama,

23

Perusahaan Raytheon memperkenalkan junction transistor. Transistor ini sangat


sesuai untuk konstruksi alat bantu dengar. Pada tahun 1953, Maico, Linex, dan
Radioear memperkenalkan alat bantu dengar transistor pertama.22,23
Awalnya, alat bantu dengar transistor tampak identik dengan model pipa
vakum. Model asli alat bantu dengar ini adalah wornbody, namun dalam
perkembangan lebih lanjut model ini digantikan dengan model head worn atau
barette devices, yang sering dilekatkan pada rambut dengan klip. Sejalan dengan
perkembangan teknologi, ukuran alat bantu dengar transistor makin mengecil dan
mengalami modifikasi menjadi alat bantu dengar di belakang telinga (behind-theear/BTE), di dalam telinga (in-the-ear/ITE), dalam liang telinga (in-thecanal/ITC) dan kaca mata (eyeglass).22,23
Alat bantu dengar BTE pertama diperkenalkan pada bulan Juni 1956.
Beberapa perusahaan, seperti Tonemaster, Qualitone, Auditone, Sears, Zenith, dan
Beltone memperkenalkan alat bantu dengar BTE. Alat bantu dengar ini memiliki
sebuah penerima pesan internal. Alat bantu dengar eyeglass dengan transistor
lengkap, Otarions L10 Listener pertama kali diperkenalkan pada bulan
Desember 1954.22,23
Pada

bulan

Juni

1955,

Perusahaan

Amerika

Serikat,

Dahlberg

memperkenalkan Miracle Ear, alat bantu dengar ITE pertama. Pada akhir tahun
1957 atau awal tahun 1958, Leslie P. Leale mengembangkan ITE modifikasi yang
dikenal dengan Ear-Master. Alat bantu dengar ITE, Telex Model 23
diperkenalkan pada tahun 1965. Alat bantu dengar yang hanya mengisi liang
telinga (in-the-canal/ITC) dikembangkan setelah penemuan baterai kecil ukuran
312. Dua alat bantu dengar ITC, seperti Unex model IE (diproduksi oleh Nichols
dan Clark) dan Miracle Ear III (diproduksi oleh perusahaan Dahlberg). Kedua alat
bantu dengar ini tidak memerlukan cetakan telinga (earmold) dan menggunakan
baterai 312.3,22,23

24

Gambar 11. Alat bantu dengar transistor (dari kiri ke kanan): body worn, behind-the-ear, in-theear, dan eyeglass22

Pada tahun 1969, alat bantu dengar menggunakan mikrofon direksional


pertama kali diproduksi oleh perusahan Wilco. Selanjutnya, Oho Hassler
mematenkan

mikrofon

direksional

ini.

Perusahaan

Linear

Technology

memperkenalkan sirkuit terintegrasi pertama yang dibuat sebagai komponen alat


bantu dengar dengan kompresi. G. Donald Causey dan Daniel Graupe mendesain
Zeta Noise Blocker, protipe alat bantu dengar dengan sirkuit spesial untuk
menghilangkan bising lingkungan selama percakapan.3,22,23
5. Alat Bantu Dengar Digital (1996-sekarang)
Sebelumnya, alat bantu dengar terbuat dari komponen terpisah, namun
dengan penemuan sirkuit terintegrasi, kekuatan dan fungsionalitas alat bantu
dengar meningkat secara dratis. Revolusi digital pada tahun 1980 meluncurkan
alat bantu dengar analog yang diprogram secara digital. Nunley, Staab, Steadman,
Wechsler dan Spencer melaporkan potensi alat bantu dengar digital dan
mengembangkan Audiotone pada tahun 1983. Alat bantu dengar digital ini
memiliki sirkuit digital yang sama dengan sirkuit komputer untuk pengolahan
suara.3,22,23
Universitas Wisconsin dan Perusahaan Nicolet meluncurkan Phoenix, alat
bantu dengar digital body-worn pertama yang lalu diperkenalkan oleh Nicolet
pada

tahun 1987.

Oticon memperkenalkan

E43, yang secara

khusus

dikembangkan untuk pasien tuli akibat bising. Danavox mengembangkan sistem


Digital Feedback Supression (DFS) sebagai solusi baru untuk menekan umpan
balik dalam alat bantu dengar. Pada tahun 1996, Widex memasarkan Senso
sebagai alat bantu dengar ITE digital yang pertama kali diproduksi secara

25

komersial. Oticon memperkenalkan The New Generation DigiFocus, alat bantu


dengar BTE digital versi kanal otomatis. Selanjutnya, Widex memperkenalkan
Senso CIC, alat bantu dengar digital CIC. Philips memperkenalkan alat bantu
dengar digital, D72 yang menggunakan remote control dan kartu SMART untuk
menyimpan program pengguna yang berbeda.3,22,23

Gambar 12. Alat bantu dengar digital

Berbeda dengan alat bantu dengar konvensional yang dimasukkan ke


lubang telinga, kini tersedia alat bantu dengar modern yang dipasang di gigi
sehingga tidak akan mengganggu penampilan. Alat bantu dengar termutakhir yang
disebut SoundBite ini bekerja dengan mengantarkan suara lewat tulang rahang ke
dalam telinga. Alat berukuran kecil ini diletakkan di bagian atas kanan atau kiri
geraham. Soal ukuran tidak perlu khawatir karena tiap alat didesain khusus
(custom) pada tiap pasien. Jika alat bantu dengar konvensional menggunakan
hantaran udara untuk meningkatkan volume suara yang ada di udara, SoundBite
menggunakan pendekatan konduksi tulang. Alat ini akan mengirimkan getaran
suara melalui gigi dan tulang secara langsung ke koklea melewati telinga tengah
dan dalam.23,24

Gambar 13. ABD dipasang di gigi24

26

Perusahaan pembuat alat ini, Sonitus Medical, mengatakan, mekanisme


penggunaan konduksi tulang ini merupakan yang pertama kali dipakai dalam alat
nonbedah. SoundBite kini sudah disetujui badan kesehatan di seluruh Eropa.
Walaupun terlihat nyaman, The Royal National Institute for Deaf People, Inggris,
mengatakan, alat ini belum tentu cocok untuk semua orang yang memiliki
masalah pendengaran.23,24

Kelebihan-Kelebihan Alat Bantu Dengar Digital


Pengolahan suara digital menjamin kualitas suara yang bagus dan
memungkinkan untuk menciptakan alat bantu dengan fitur pengelolaan suara yang
canggih. Berikut ini kelebihan-kelebihan teknologi digital adalah sebagai
berikut.12,13,16

Directionality
Teknologi directionality dilengkapi dengan mikrofon canggih yang dapat
mengenali suara berdasarkan sumber arah suara. Suara-suara yang tidak
diinginkan dari arah tertentu dapat diredam. Misalnya, suara yang berasal dari
arah belakang diminimalisir dan suara yang berasal dari arah depan (suara
percakapan) dioptimalkan. Teknologi directionality ini telah terbukti secara
ilmiah merupakan salah satu temuan yang paling penting dalam memahami
percakapan dalam situasi bising.

Peredam feedback
Peredam feedback mengawasi suara-suara denging saat pengguna memakai
alat bantu dengarnya. Feedback tadi kemudian diredam atau dilenyapkan sama
sekali dengan sistem peredam digital.

Multiprogram

27

Banyak alat bantu dengar yang dilengkapi dengan aneka ragam program
pendengaran untuk menghadapi lingkungan suara yang berbeda-beda. Hanya
tinggal menekan satu tombol saja atau melalui remote control, program akan
berubah secara cepat, misalnya dari kondisi senyap kepada kondisi bising,
seperti pada saat menuju jalan yang sangat ramai.

Peredam bising
Proses peredam bising telah dilengkapi disejumlah alat bantu dengar digital
untuk membantu membedakan antara suara latar yang bising dan suara yang
mungkin ingin didengar oleh si pemakai misalnya suara percakapan. Peredam
suara bising ini juga sangat berguna dilingkungan yang senyap untuk
meredam suara-suara yang mengganggu seperti suara derum komputer, sistem
ventilasi udara dan perangkat rumah tangga lainnya.

Satu atau dua alat bantu dengar


Mendengar dengan dua telinga disebut pendengaran binaural yang
menawarkan banyak manfaat dibandingkan dengan satu telinga. Adapun
keuntungan pendengaran binaural adalah membantu melokalisasi arah datangnya
suara dan memberikan informasi seberapa jauhkah jaraknya, lebih mudah
membedakan antara suara percakapan dan suara bising dan fokus terhadap
percakapan dan volume suara lebih besar dibanding dengan satu telinga Memakai
dua alat bantu dengar juga merupakan sebuah cara untuk memperbaiki dan
mempertahankan kemampuan mendengar. Saat otak kekurangan informasi suara,
maka perlahan akan kehilangan kemampuan pula dalam mengintepretasikannya
secara optimal. Penelitian menunjukan bahwa seseorang yang hanya memakai
satu alat bantu dengar saja menunjukan penurunan pemahaman persepsi

28

mendengarnya. Penggunaan alat bantu yang di-fitting secara tepat dapat


membantu melakukan koreksi atau membalikan semua ini.12,16

Alternatif Habilitasi / Amplifikasi Pendengaran


Assistive Listening Device (ALD)
Perangkat elektronik untuk meningkatkan kenyamanan mendengar pada
kondisi lingkungan pendengaran tertentu seperti menonton televisi, mendengarkan
telepon, mendengar suara bel rumah atau pada saat berada di ruang aula/
auditorium. ALD dapat dipergunakan tersendiri atau dipasang pada ABD dengan
maksud mengoptimalkan kerja ABD. Beberapa jenis ALD yang dikenal, antara
lain16,25

Sistim Kabel
Receiver dihubungkan melalui kabel dengan mikrofon yang digunakan oleh
lawan bicara. Cara ini dapat membantu pada pembicaraan jarak pendek. Juga
dapat dihubungkan dengan pesawat televisi, radio, walkman, pemutar CD dan
perangkat audio lainnya. Sistim ini memiliki keterbatasan karena ditentukan
oleh panjangnyanya kabel.

Sistim FM (Frequency Modulation)


ABD dihubungkan dengan sumber suara tanpa menggunakan kabel (wireless).
Suara dari lawan bicara, pembicara atau guru dipancarkan melalui sinyal/
gelombang radio FM menuju ABD yang digunakan. Tentu saja cara ini lebih
fleksibel dibandingkan dengan cara sebelumnya. Sistim ini digunakan pada
ruang kelas atau ruang pertemuan.

Sistim infra merah (infrared)


Sinyal dari sumber bunyi dipancarkan melalui gelombang sinar infra merah,
seperti halnya dengan remote control, sistim infra merah ini memerlukan jalan
sinyal bebas hambatan antara transmitter dengan receiver.

Induction Loops
29

Perangkat ini menghasilkan suatu medan magnet yang akan meningkatkan


kenyamanan mendengar. Medan magnet tersebut akan ditangkap oleh receiver
yang ada pada suatu headphone atau ABD. Rangkaian yang luas dapat di
pasang pada suatu ruangan pertemuan. Sedangkan rangkaian yang lebih
terbatas dapat dipasang di sekitar leher dan dihubungkan dengan telepon,
pemutar CD, dan lain-lain

30

Kesimpulan
Alat bantu dengar adalah perangkat elektronik yang dapar mengeraskan
(amplifikasi) suara lingkungan sehingga pengguna atau penderita gangguan
pendengaran memperoleh input suara yang optimal untuk dapat berkomunikasi
(communication aid ). Model ABD dibagi berdasarkan sistem kerjanya dan
hantaran suara yang digunakan. Umumnya ABD diletakkan dibelakang telinga
dan dalam lubang telinga adalah Behind-the-ear (BTE), In-the-ear (ITE), dan Inthe-canal (ITC). Perbedaan antara alat bantu dengar analog dan digital adalah
analog bekerja dengan merubah suara ke dalam sinyal listrik yang kemudian
memperbesar sinyal listrik tersebut. Digital merubah suara kedalam kode angka,
sama dengan kode angka yang terdapat pada komputer, sebelum melakukan
pengerasan terhadap suara yang di tangkap. Mekanisme kerja alat bantu dengar
adalah sinyal suara yang ditangkap oleh mikrofon dirubah (konversi) menjadi
kode-kode digital, yang kemudian diproses menggunakan perhitungan matematis.
Alat bantu dengar termutakhir adalah disebut SoundBite ini bekerja
dengan mengantarkan suara lewat tulang rahang ke dalam telinga. Alat berukuran
kecil ini diletakkan di bagian atas kanan atau kiri geraham. Soal ukuran tidak
perlu khawatir karena tiap alat didesain khusus (custom) pada tiap pasien.
Indikasi pemasangan alat bantu dengar adalah pada bayi/anak dengan
gangguan pendengaran permanen (sensorineural atau konduktif) lebih dari 40 dB
HL pada kedua telinga, bayi/anak dengan gangguan pendengaran unilateral pada
frekuensi wicara, penderita dewasa dengan derajat pendengaran sedang, sedangberat dan berat dan penderita dewasa dengan gangguan pendengaran ringan
namun mengalami kesulitan mendengar pada kondisi lingkungan bising, terutama
yang berhubungan dengan pekerjaannya.

31

DAFTAR PUSTAKA
1. Kochikin S. Hearing Aids. In: Your Guide to Better Hearing. Virginia: Better
Hearing Institute; 2010. p. 14-18
2. Muller Gus, Bentler R. Brief Guide to Modern Hearing Aid Technology. In:
Your Guide to Hearing Aids. Virginia: Better Hearing Institute; 2010. p. 6-9.
3. Stach BA, Ramachandran V. Hearing Aids: Strategies of Amplification. In:
Flint PW, Haughey BH, Lund VJ, et.al, editors. Cummings OtolaryngologyHead and Neck Surgery. 5th Ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2010. p. 22652266.
4. Soepardi, Arsyad E. Gangguan pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam:
Dalam: Seopardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 10-22.
5. Chang KW, Weber PC, Khariwala S. Anatomy and Physiology of Hearing. In:
Johnson JT, Rosen CA, editors. Baileys Head & Neck Surgery
Otolaringology. Volume 2. 5th Ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins;
2013. p. 2253-2260.
6. Gacek RR, Gacek MR. Anatomy of the Auditory and Vestibular Systems. In:
Snow JB, Ballenger JJ, editors. Ballengers Otorhinolaryngology Head and
Neck Surgery. Ontario: BC Decker; 2003. p. 1-22.
7. Pickles JO. Physiology of Hearing. In: Gleeson M, Browning GG, Burton MJ,
et.al, editors. Scott-Browns Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery.
Volume 3. 7th Ed. London: Edward Arnold; 2008. p. 3173.
8. Gunardi S. Sistem Pendengaran. Dalam: Anatomi Sistem Pendengaran dan
Keseimbangan. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2008. h. 29-62.
9. Dillon H. Getting the Most Out of Your Hearing Aids. In: Hearing Aids. 2nd
Ed. Sydney: Thieme; 2012. p. 3-25.
10. Bethesda. Type of Hearing Aids. In: Consumer Guide to Hearing Aids.
Washington DC: AARP; 2009. p. 11-15.

32

11. Dewi YA. Presbiakusis. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok-Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran; 2007.
h. 1-12.
12. Prosbt R, Grevers G, Iro H. Rehabilitation and Hearing Aids. In: Basic
Otorhinolaryngology: A Step-by-Step Learning Guide. New York: Thieme;
2006. p. 192,193,204.
13. Cuomo AW, Perales CA. A Consumers Guide to Hearing Aids. New York:
Hearing Aid Dispensing Advisory Board Education Departement; 2012. p. 18.
14. ASHA Ad Hoc Committee on Hearing Aid Selection and Fitting. Guidelines
for Hearing Aid Fitting for Adults. New York: American Speech-LanguageHearing Association; 1998. p. 1-15.
15. NIDCD Fact Sheet: Hearing Aids. National Institute on Deafness and Other
Communication Disorders (NIDCD), Improving the lives of people who have
communication disorders. U.S. 2007.
16. Palmer CV, Hirsch BE. Hearing Loss and Candidacy. In: In: Johnson JT,
Rosen CA, editors. Baileys Head & Neck Surgery Otolaringology. Volume 2.
5th Ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2013. p. 2654-2655, 26582660
17. Rahman S, Rosalinda R. Neuropati Auditori. Jurnal Kesehatan Andalas 2012;
1(1): 31-38.
18. Dhigra PL. Rehabilitation of Hearing-Impared. In: Diseases of Ear, Nose, and
Throat. 4th Ed. ElSevier: New York; 2012. p. 119-120.
19. Hall JW, Lewis S. Diagnostic Audiology, Hearing Aids, and Habilitation
Options. In: Snow JB, Ballenger JJ, editors. Ballengers Otorhinolaryngology
Head and Neck Surgery. Ontario: BC Decker; 2003. p. 150-151.
20. Hendarmin H, Suwento R. Gangguan pendengaran pada bayi dan anak.
Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, editor. Buku Ajar Telinga-HidungTenggorok Kepala Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2001. h. 28-32.
21. Munilson J, Edward Y, Hafiz A. Gangguan Pendengaran Akibat Bising :
Tinjauan Beberapa Kasus. Padang: Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

33

Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas


Andalas; 2011. h. 1-14.
22. Bauman N. The Hearing Aids of Yesteryear: A brief history of hearing aids
from then to now. Allied Hearing Health Magazine 2014; 2(4): 19-24.
23. Oregon's Deaf and Hard of Hearing Services. Essential Highlights in the
History

of

Hearing

Instruments.

Available

http://www.oregon.gov/dhs/odhhs/pages/tadoc/techha15.aspx,

accesed

at:
on

May, 24th 2015.


24. Suaramedia. Gaya Hidup. Kesehatan. Alternatif Tunarungu, Alat Bantu
Dengar Modern Dipasang di Gigi. Jakarta. 2010.
25. Ronny

Suwento,

Semiramis

Zizlavsky.

Habilitasi

dan

Rehabilitasi

Pendengaran. Dalam; Soepardi E, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan


THT. Edisi 6. Balai Penerbit FKUI,2007

34

Anda mungkin juga menyukai