ABD Revisi Juli 2015
ABD Revisi Juli 2015
ini digunakan oleh otak untuk melokalisir sumber suara dalam bentuk tiga
dimensi. Liang telinga berbentuk seperti huruf S dengan panjang 2,5-3 cm.
Nervus trigeminal, nervus fasialis dan nervus vagus menginervasi liang telinga.4,5
Telinga eksternal dan kepala memiliki peran pasif tetapi penting dalam
mendengar karena sifat akustik mereka. Konka atau daun telinga, memiliki
resonansi dari sekitar 5 kHz, dan permukaan pinna tidak teratur memperkenalkan
resonansi. Fitur-fitur akustik berguna untuk membantu membedakan apakah
sumber suara berada di depan atau di belakang pendengar.5,6
2. Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar membran timpani, batas
depan tuba eustachius, batas bawah vena jugularis batas belakang aditus ad
antrum, kanalis fasialis pars vertikalis, batas atas tegmen timpani, batas dalam
berturut-turut dari atas kebawah kanalis semisirkularis pars horizontal, kanalis
fasialis, tingkap lonjong, tingkap bundar.4,7
Membran timpani berbentuk hampir lonjong, terletak obliq diliang telinga
dengan ukuran lebarnya 8 mm, dengan tinggi 10 mm, terdiri dari 3 lapisan:
lapisan luar, lapisan tengah dan lapisan dalam. Secara anatomi ruang telinga
tengah dibagi menjadi 5 bagian berdasarkan hubungan dengan anulus timpanikus,
yaitu
Vaskularisasi telinga tengah dan mastoid berasal arteri karotis interna dan
eksterna.4,6-8
Terdapat tiga buah tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes.
Telinga tengah memancarkan energi akustik dari udara. Diteruskan ke koklea
yang berisi cairan (perilimfe dan endolimfe). Ini berfungsi sebagai perangkat
impedansi yang bekerja impedansi udara rendah ke impedansi tinggi dari koklea
berisi cairan. Impedansi dicapai dalam tiga cara, yang pertama dan faktor paling
penting adalah bahwa daerah getaran efektif membran timpani adalah sekitar 17
sampai 20 kali lebih besar daripada wilayah getaran efektif footplate stapes.
Faktor kedua melibatkan tindakan tuas rantai tulang pendengaran. Faktor ketiga
dan minor adalah bentuk dari membran timpani. Hasil gabungan dari ketiga faktor
adalah keuntungan tekanan sekitar 25 sampai 30 dB.5,8
3. Telinga dalam
Telinga dalam terletak di pars petrosa atau pars piramida tulang temporal
dan terdiri dari koklea, vestibulum dan tiga buah kanalis semisirkularis. Koklea
merupakan bagian telinga dalam yang terdapat pada pars petrosa tulang
temporalis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema yang menghubungkan
perilimfe skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling
berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap.
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli disebelah atas dan skala
timpani disebelah bawah. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, bahan
cairan seperti ekstraselular dengan konsentrasi kalium dari 4 mEq/L dan
konsentrasi natrium dari 139 mEq/L, sedangkan skala media berisi cairan
endolimfe intraseluler dengan konsentrasi kalium dari 144 mEq/L dan konsentrasi
natrium dari 13 mEq/L. Skala media memiliki arus searah (DC) potensial istirahat
positif langsung sekitar 80 mV yang menurun sedikit dari dasar ke puncak.5,7
Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli (Reissners Membrane)
dan dasar skala media disebut membran basalis. Pada membran basalis, terdapat
organ korti (membran tektoria, sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis
korti). Organ korti struktur yang mengandung sel-sel reseptor pendengaran,
terbentang dari basis sampai apeks koklea. Sel-sel rambut luar dan dalam organ
korti berperan penting dalam transduksi mekanik (akustik) energi ke listrik (saraf)
energi.4,5
Fisiologi Pendengaran
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut mengetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasikan
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong. Karena luas permukaan timpani 22 kali
lebih besar dari luas tingkap oval, terjadi penguatan gelombang suara 15-22 kali
pada tingkap oval. Selain efek luas permukaan membran timpani jauh lebih besar,
efek dari pengungkit tulang-tulang pendengaran juga turut berkontribusi dalam
peningkatan tekanan gelombang suara. Energi getaran akan diteruskan ke stapes
yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga cairan perilimfe pada skala
vestibuli bergerak. Getaran ini diteruskan melalui Membran Reisner yang
mendorong endolimfe, sehingga menimbulkan gerak relatif antara membran
basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang
menyebabkan defleksi sterosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi perlepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis
yang menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan sampai
korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.5,6
pendengaran
dan
konfigurasi
audiogram,
informasi
ambang
ABD, proses fitting dan follow-up pasca pemasangan ABD. Tidak kalah
pentingnya motivasi calon pengguna ABD.9,10
Komponen ABD
Alat bantu dengar terdiri dari mikrofon (penerima suara), amplifier
(pengeras suara), receiver (penerus suara), cetakan telinga/ear mold (menyumbat
liang telinga dan pengarah suara ke telinga tengah), dan baterai. Mikrofon
berfungsi untuk menangkap suara dan mengubah sinyal akustik menjadi impuls
elektrik. Amplifier berperan untuk memperbesar impuls elektrik. Receiver
berfungsi untuk mengubah impuls elektrik kembali menjadi suara. Suara yang
diamplifikasi ini lalu dihantarkan melalui cetakan telinga ke membran timpani.
Baterai dibutuhkan sebagai sumber tenaga ABD dan memungkinkan proses
amplifikasi.1,3,11
Alat bantu dengar berisi salah satu dari tiga jenis sirkuit elektronik, yakni
digital, programmable analogue atau conventional analogue.1,3
Digital
Diprogram menggunakan komputer, alat bantu dengar digital ini merupakan
salah satu solusi tercanggih yang ditawarkan pasar audiologi saat ini karena
memberikan fleksibilitas yang luar biasa dalam memenuhi kebutuhan
pendengaran setiap orang dan mampu menyaring suara-suara yang tidak
dibutuhkan. Performa alat bantu dengar jenis ini dapat berubah-ubah sesuai
dengan
situasi
lingkungan
pendengaran
yang
beragam.
Misalnya
Programmable analogue
Sirkuit programmable analogue ini membuat alat bantu dengar dapat
memenuhi kenyamanan dan keinginan pemakainya. Alat bantu dengar yang
dilengkapi dengan sirkuit ini dapat diatur-atur karena dapat diprogram kembali
untuk menghadapi kondisi pendengaran yang berubah-ubah.
Conventional analogue
Jenis sirkuit ini menawarkan sedikit fitur-fitur otomatis dan fleksibilitas yang
terbatas. Selain volume yang diatur secara manual, alat bantu dengar ini juga
tidak dapat diprogram ulang. sirkuit ini tidak dapat membedakan suara yang
lembut dan keras artinya baik itu suara percakapan ataupun suara latar yang
bising sama-sama diperbesar.
Saat ini sebagian besar alat bantu dengar sudah memakai teknologi digital,
artinya sinyal suara yang ditangkap oleh mikrofon dirubah (konversi) menjadi
kode-kode digital, yang kemudian diproses menggunakan perhitungan matematis.
Dalam memproses suara secara digital memungkinkan untuk melakukan teknik
memanipulasi sinyal . Contohnya, memisahkan sinyal suara percakapan dengan
sinyal bising. Sebagian besar alat bantu dengar saat ini memiliki kemampuan
(dalam memproses) lebih baik dibanding komputer desktop, tidak seperti alat
bantu dengar yang ada di beberapa tahun lalu yang tidak lebih dari sekedar
amplifier.2,11,12
Algoritma yang kompleks dapat memisahkan suara/bunyi ke beberapa
frekuensi dan mengamplifikasi
diberlakukan pada alat bantu dengar yang sesuai dengan kondisi gangguan
pendengaran. Dengan metode algoritma juga memungkinkan untuk membedakan
jumlah amplifikasi antara suara yang pelan, sedang dan keras. Dengan cara
tersebut diharapkan suara yang pelan dapat terdengar, namun suara yang keras
tidak terasa menyakitkan telinga (overamplification). Proses digital memastikan
replika sinyal asal secara presisi dengan distorsi yang minimal agar menghasilkam
kualitas suara yang bagus. Teknologi digital dan microchip memungkinkan
diferensiasi pengolahan sinyal akustik dan memungkinkan penyesuaian alat bantu
dengar sesuai dengan keperluan dan derajat tuli pasien secara individual.2,11,12
Jenis Alat Bantu Dengar
Berdasarkan sistim kerja, ABD diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu
sebagai berikut.13,14
1. Sistem analog
Prinsip sistem analog merupakan ABD yang menggunakan chip komputer
yang menganalisis suara dan memperkeras suara yang masuk ke telinga
melalui komponen mekanik dasar yang sederhana. Setelah suara diamplifikasi,
sistem ini akan memilih suara yang perlu diteruskan ke dalam telinga dan
menyingkirkan suara yang tidak diharapkan. Namun, sirkuit ABD ini telah
dirancang oleh pabrik sehingga kemampuan pengaturan secara individual
menjadi terbatas dan kurang fleksibel. Sistem analog ini mudah terjadi
gangguan dan menyebabkan terjadinya bising pada rangkaian komponen dan
rentan terhadap bising di lingkungan sekitar.
2.
Sistem digital
Sistem digital memungkinkan ABD yang dapat menerima program komputer
tertentu dan dapat memilih frekuensi yang spesifik sesuai dengan kebutuhan.
ABD sistem digital menjadi sangat fleksibel karena secara otomatis dapat
beradaptasi dengan suara yang keras atau halus sehingga tidak terjadi
pengerasan yang berlebihan.
Berdasarkan jenis hantaran suara, ABD dapat dibedakan menjadi dua
10
11
12
Gambar 7. ITE13
13
model
ini
umumnya
digunakan
untuk
penurunan
14
Derajat tuli
Jumlah fitur
Sistem
pengolahan
sinyal tingkat lanjut
Manipulasi
Perawatan
Kosmetik
Penggunaan telepon
Penggunaan bersama
Assistive
Listening
Devices (ALDs)
Tersedia
Mudah
Minimal
Tergantung pada
model rambut
(pipa rampung
lebih atraktif)
Baik
Baik
ITE
ITC
Completely
ITC
Ringansedang
Hanya sedikit
Ringansedang
Tergantung
pada ukuran
liang telinga
Tersedia
Ringansedang
Tergantung
pada ukuran
liang telinga
Tersedia
Mudah
Serumen
Terlihat
Mungkin sulit
Serumen
Terlihat
Sulit
Serumen
Kurang
terlihat
Baik
Cukup
Buruk
Buruk
Baik
Tidak
Tersedia
15
Hasil pemeriksaan audiometri nada murni, yang diukur sedikitnya pada satu
frekuensi yang berkisar antara 500-3.000 Hz menunjukkan tuli 30 dB atau
lebih pada telinga yang memiliki pendengaran yang lebih baik.
Pada audiometri tutur, 80% atau kurang respons benar untuk pengenalan kata
dengan satu suku kata pada 65 dB SPL.
Pasien harus mau dan dapat menggunakan dan merawat alat bantu dengar
16
berikut.12,16
17
18
Istilah alat bantu dengar (ear trumpet) pertama kali disebutkan dalam buku
Sylva Sylvarum: A Natural History oleh Francis Bacon, yang dipublikasikan pada
tahun 1627. Literatur pada tahun 1650 melaporkan bahwa Anthanasisus Kircher
dari Roma menyebutkan dan mengilustrasikan beberapa alat bantu dengar yang
terbuat dari pipa, kipas, dan tanduk.22,23
Perkembangan alat bantu dengar konduksi tulang sejalan dengan alat
bantu dengar konduksi udara, seperti terompet telinga (ear trumpet) dan pipa
percakapan. Girolamo Cardano, dokter Italia pertama menyebutkan penggunaan
konduksi tulang untuk memperbaiki pendengaran dalam buku De Subtilitate pada
tahun 1521. Perkembangan alat bantu dengar sejalan dengan perkembangan
teknologi saat ini. Alat bantu dengar dapat dibagi menjadi 5 jenis berdasarkan
teknologi yang digunakan, yaitu alat bantu dengar akustik (non-elektrik), karbon,
pipa vakum, transistor, dan digital.22,23
1
bantu dengar tersedia sebelum penemuan listrik. Amplifikasi alat bantu dengar ini
tergantung pada karakteristik akustik dan bentuk material yang digunakan.
Beberapa alat bantu dengar berfungsi dengan sangat baik, namun beberapa
lainnya tidak bermanfaat. Alat bantu dengar akustik, meliputi terompet telinga,
pipa percakapan, auricles ear inserts, dan alat konduksi tulang.22,23
Terompet telinga yang pertama kali diperkenalkan terbuat dari materi
alamiah, seperti tanduk domba dan sapi yang dilubangi dan kerang yang
berbentuk seperti siput. Pada akhir abad ke-18, terompet telinga mulai didesain
dan diproduksi. Terompet telinga terdiri atas pipa runcing yang mengamplifikasi
suara yang ditangkap dan disalurkan ke telinga pasien. Amplifikasi terompet
telinga ini dapat ditingkatkan dengan memperlebar ujung pipa atau menambahkan
mangkuk resonansi.3,22,23
Pipa percakapan merupakan salah satu jenis terompet telinga panjang. Pipa
ini didesain untuk menangkap suara dari mulut pembicara secara langsung. Oleh
karena itu. Pembicara harus berada dekat dengan pendengar dan menempatkan
19
bibir sejajar dengan ujung pipa percakapan. Pipa percakapan umumnya memiliki
panjang sekitar 106 cm dengan lebar yang bervariasi.22,23
Aurikula merupakan alat bantu dengar hands-free. Headband melekatkan
aurikula pada kepala, sedangkan kaitan kawat menempel ke telinga. Aurikula
ganda merupakan alat bantu dengar binaural pertama. Ear inserts, seperti
Vibraphones diperkenalkan oleh Charles Fensky, namun tidak berfungsi dengan
baik.3,22
Beberapa alat bantu dengar dipasang di antara gigi untuk mentransmisikan
suara ke telinga dalam melalui konduksi tulang. Beberapa alat bantu ini
dipublikasikan pada tahun 1521. Konduktor tulang (bone conductor/BC)
ditemukan oleh Hugo Lierber dan mulai digunakan dari tahun 1933 hingga
beberapa tahun selanjutnya. Saat ditempatkan pada tulang tengkorak, BC
berfungsi sebagai vibrator yang mentransmisikan suara secara langsung ke telinga
dalam. Konduktor ini digunakan pada seluruh tipe tuli, namun paling efektif
membantu pasien dengan penyakit telinga tengah.22,23
Pada sekitar tahun 1800, F.C. Rein mendirikan perusahaan pertama yang
memproduksi alat bantu dengar di London. Perusahaan ini memproduksi ratusan
alat bantu dengar yang berbeda. Kebanyakan alat bantu dengar berbentuk, seperti
pipa dan terompet. Pada tahun 1879, Richard Rhodes mematenkan dan mulai
menjual Audiphone. Pada tahun 1880, Dentaphone mulai dipasarkan.3,23
20
Gambar 8. Alat bantu dengar akustik (kiri atas) pipa percakapan; (tengah atas) aurikula; (kanan
atas) ear inserts; (kiri bawah) terompet telinga; (kanan bawah) alat bantu dengar konduksi tulang22
tahun 1892. Alat bantu pertama yang diproduksi adalah earphone yang
terhubungan dengan mikrofon karbon dan kotak baterai merupakan inovasi dari
dr. Ferdinand Alt di Wina. Bertram Thornton membuat susunan telepon sederhana
di Rumah Sakit Bisu dan Tuli Margate Inggris. Alat bantu dengar karbon
merupakan alat bantu elektrik yang pertama kali ditemukan. Alat bantu dengar ini
diproduksi pertama kali pada tahun 1898. Alat bantu dengar ini banyak digunakan
hingga awal perang dunia II, namun tidak digunakan lagi saat ini. Alat bantu
dengar ini memiliki jumlah mikrofon yang bervariasi antara 1-6 mikrofon dan
baterai dengan voltase sebesar 3 atau 4 volt.22,23
Awalnya alat bantu dengar karbon berukuran sebesar kotak makanan
(table-top). Untuk menggunakan alat bantu dengar ini, pasien meletakkannya di
atas meja dengan mikrofon mengarah ke orang yang diajak berkomunikasi. Pasien
menggunakan headphone atau earphone. Alat bantu dengar komersial pertama
yang diproduksi dikenal dengan nama Akoulallion dan diproduksi oleh
perusahaan Akouphone Alabama, Amerika Serikat. Instrumen alat bantu dengar
dipasarkan dengan harga $400. Pada tahun 1990, instrumen ini dikembangkan dan
diberi nama Akouphone. Mikrofon alat bantu dengar ini terbuat dari debu karbon,
tetapi tidak berfungsi dengan baik. Lalu, alat bantu dengar ini dikembangkan
menjadi bola karbon yang ditemukan oleh Hutchison and Kelley. Penemuan ini
meningkatkan kualitas dan reliabilitas alat bantu dengar elektrik. Efisiensi alat
21
bantu dengar elektrik ditentukan oleh hubungan antara ukuran mikrofon dan
earphone. Semakin besar mikrofon dibandingkan dengan airphone, semakin besar
amplifikasi yang dicapai. Instrumen karbon diproduksi dengan mikrofon
berukuran kecil untuk tuli ringan, seperti Acousticon SRB. Acousticon SRD dan
Acousticon Massacon yang memiliki mikrofon berukuran ganda dan empat kali
lipat digunakan masing-masing pada tuli derajat sedang dan berat. Dalam
perkembangan selanjutnya, ukuran alat bantu dengar mengecil dan memiliki
baterai sehingga lebih fleksibel dan banyak digunakan (bodyworn).22,23
pipa vakum triode praktis. Pipa atau katup vakum triode ditemukan oleh Lee
DeForest pada tahun 1970 dan diadaptasi dengan cepat untuk aplikasi radio.
Namun, Earl C. Hanson mematenkan alat bantu dengar pipa vakum pertama yang
dipasarkan oleh perusahaan Globe pada tahun 1921. Instrumen ini sedikit lebih
besar kotak kamera karena dilengkapi oleh triode tunggal.22,23
Alat bantu dengar pipa vakum pertama didesain oleh dua perusahaan yang
terletak di Inggris, Amplivox dan Multitone. Alat bantu dengar pipa vakum yang
pertama kali dipasarkan dibuat oleh Perusahaan Globe-Ear-Phone, Boston pada
tahun 1921, table-top, dan diberi nama Vactuphone. Alat bantu dengar ini
membutuhkan dua buah baterai untuk beroperasi, namun baterai hanya memiliki
waktu kerja selama 1 hari.22,23
Pada akhir tahun 1940-an, ukuran alat bantu dengar vakum diperkecil,
namun baterai masih terlalu besar untuk digabungkan dengan alat bantu dengar
22
sehingga disebut alat bantu dengar two-piece. Alat bantu dengar lain mulai
diproduksi oleh perusahaan lainnya, seperti Acousticon, Maico, Radioear, Telex,
dan Western Electric. Alat bantu dengar ini terdiri atas empat elemen berupa
mikrofon, earphone/receiver, amplifier, dan dua baterai. Alat bantu dengar ini
memerlukan 2 buah baterai, yaitu baterai A 1 volt untuk memanaskan
filamen dan baterai B 45 volt untuk menyediakan arus piringan. Seiring dengan
perjalanan waktu, pipa vakum yang lebih kecil dan efisien hanya memerlukan
baterai B dengan voltase yang lebih rendah sebesar 15 volt.22,23
Perkembangan ukuran baterai yang lebih kecil dan kemajuan teknologi
pipa vakum mendorong penciptaan Beltone, alat bantu dengar pipa vakum one
piece pertama. Pada sekitar tahun 1947, alat bantu dengar one-piece memiliki
baterai internal karena penemuan baterai B 15 volt yang lebih kecil dan pipa
vakum yang lebih efisen.22,23
Gambar 10. Alat bantu dengar pipa vakum (kiri) ; (tengah) body worn (two-piece); (kanan) body
worn (one-piece)22
23
bulan
Juni
1955,
Perusahaan
Amerika
Serikat,
Dahlberg
memperkenalkan Miracle Ear, alat bantu dengar ITE pertama. Pada akhir tahun
1957 atau awal tahun 1958, Leslie P. Leale mengembangkan ITE modifikasi yang
dikenal dengan Ear-Master. Alat bantu dengar ITE, Telex Model 23
diperkenalkan pada tahun 1965. Alat bantu dengar yang hanya mengisi liang
telinga (in-the-canal/ITC) dikembangkan setelah penemuan baterai kecil ukuran
312. Dua alat bantu dengar ITC, seperti Unex model IE (diproduksi oleh Nichols
dan Clark) dan Miracle Ear III (diproduksi oleh perusahaan Dahlberg). Kedua alat
bantu dengar ini tidak memerlukan cetakan telinga (earmold) dan menggunakan
baterai 312.3,22,23
24
Gambar 11. Alat bantu dengar transistor (dari kiri ke kanan): body worn, behind-the-ear, in-theear, dan eyeglass22
mikrofon
direksional
ini.
Perusahaan
Linear
Technology
tahun 1987.
Oticon memperkenalkan
khusus
25
26
Directionality
Teknologi directionality dilengkapi dengan mikrofon canggih yang dapat
mengenali suara berdasarkan sumber arah suara. Suara-suara yang tidak
diinginkan dari arah tertentu dapat diredam. Misalnya, suara yang berasal dari
arah belakang diminimalisir dan suara yang berasal dari arah depan (suara
percakapan) dioptimalkan. Teknologi directionality ini telah terbukti secara
ilmiah merupakan salah satu temuan yang paling penting dalam memahami
percakapan dalam situasi bising.
Peredam feedback
Peredam feedback mengawasi suara-suara denging saat pengguna memakai
alat bantu dengarnya. Feedback tadi kemudian diredam atau dilenyapkan sama
sekali dengan sistem peredam digital.
Multiprogram
27
Banyak alat bantu dengar yang dilengkapi dengan aneka ragam program
pendengaran untuk menghadapi lingkungan suara yang berbeda-beda. Hanya
tinggal menekan satu tombol saja atau melalui remote control, program akan
berubah secara cepat, misalnya dari kondisi senyap kepada kondisi bising,
seperti pada saat menuju jalan yang sangat ramai.
Peredam bising
Proses peredam bising telah dilengkapi disejumlah alat bantu dengar digital
untuk membantu membedakan antara suara latar yang bising dan suara yang
mungkin ingin didengar oleh si pemakai misalnya suara percakapan. Peredam
suara bising ini juga sangat berguna dilingkungan yang senyap untuk
meredam suara-suara yang mengganggu seperti suara derum komputer, sistem
ventilasi udara dan perangkat rumah tangga lainnya.
28
Sistim Kabel
Receiver dihubungkan melalui kabel dengan mikrofon yang digunakan oleh
lawan bicara. Cara ini dapat membantu pada pembicaraan jarak pendek. Juga
dapat dihubungkan dengan pesawat televisi, radio, walkman, pemutar CD dan
perangkat audio lainnya. Sistim ini memiliki keterbatasan karena ditentukan
oleh panjangnyanya kabel.
Induction Loops
29
30
Kesimpulan
Alat bantu dengar adalah perangkat elektronik yang dapar mengeraskan
(amplifikasi) suara lingkungan sehingga pengguna atau penderita gangguan
pendengaran memperoleh input suara yang optimal untuk dapat berkomunikasi
(communication aid ). Model ABD dibagi berdasarkan sistem kerjanya dan
hantaran suara yang digunakan. Umumnya ABD diletakkan dibelakang telinga
dan dalam lubang telinga adalah Behind-the-ear (BTE), In-the-ear (ITE), dan Inthe-canal (ITC). Perbedaan antara alat bantu dengar analog dan digital adalah
analog bekerja dengan merubah suara ke dalam sinyal listrik yang kemudian
memperbesar sinyal listrik tersebut. Digital merubah suara kedalam kode angka,
sama dengan kode angka yang terdapat pada komputer, sebelum melakukan
pengerasan terhadap suara yang di tangkap. Mekanisme kerja alat bantu dengar
adalah sinyal suara yang ditangkap oleh mikrofon dirubah (konversi) menjadi
kode-kode digital, yang kemudian diproses menggunakan perhitungan matematis.
Alat bantu dengar termutakhir adalah disebut SoundBite ini bekerja
dengan mengantarkan suara lewat tulang rahang ke dalam telinga. Alat berukuran
kecil ini diletakkan di bagian atas kanan atau kiri geraham. Soal ukuran tidak
perlu khawatir karena tiap alat didesain khusus (custom) pada tiap pasien.
Indikasi pemasangan alat bantu dengar adalah pada bayi/anak dengan
gangguan pendengaran permanen (sensorineural atau konduktif) lebih dari 40 dB
HL pada kedua telinga, bayi/anak dengan gangguan pendengaran unilateral pada
frekuensi wicara, penderita dewasa dengan derajat pendengaran sedang, sedangberat dan berat dan penderita dewasa dengan gangguan pendengaran ringan
namun mengalami kesulitan mendengar pada kondisi lingkungan bising, terutama
yang berhubungan dengan pekerjaannya.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Kochikin S. Hearing Aids. In: Your Guide to Better Hearing. Virginia: Better
Hearing Institute; 2010. p. 14-18
2. Muller Gus, Bentler R. Brief Guide to Modern Hearing Aid Technology. In:
Your Guide to Hearing Aids. Virginia: Better Hearing Institute; 2010. p. 6-9.
3. Stach BA, Ramachandran V. Hearing Aids: Strategies of Amplification. In:
Flint PW, Haughey BH, Lund VJ, et.al, editors. Cummings OtolaryngologyHead and Neck Surgery. 5th Ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2010. p. 22652266.
4. Soepardi, Arsyad E. Gangguan pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam:
Dalam: Seopardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 10-22.
5. Chang KW, Weber PC, Khariwala S. Anatomy and Physiology of Hearing. In:
Johnson JT, Rosen CA, editors. Baileys Head & Neck Surgery
Otolaringology. Volume 2. 5th Ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins;
2013. p. 2253-2260.
6. Gacek RR, Gacek MR. Anatomy of the Auditory and Vestibular Systems. In:
Snow JB, Ballenger JJ, editors. Ballengers Otorhinolaryngology Head and
Neck Surgery. Ontario: BC Decker; 2003. p. 1-22.
7. Pickles JO. Physiology of Hearing. In: Gleeson M, Browning GG, Burton MJ,
et.al, editors. Scott-Browns Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery.
Volume 3. 7th Ed. London: Edward Arnold; 2008. p. 3173.
8. Gunardi S. Sistem Pendengaran. Dalam: Anatomi Sistem Pendengaran dan
Keseimbangan. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2008. h. 29-62.
9. Dillon H. Getting the Most Out of Your Hearing Aids. In: Hearing Aids. 2nd
Ed. Sydney: Thieme; 2012. p. 3-25.
10. Bethesda. Type of Hearing Aids. In: Consumer Guide to Hearing Aids.
Washington DC: AARP; 2009. p. 11-15.
32
11. Dewi YA. Presbiakusis. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok-Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran; 2007.
h. 1-12.
12. Prosbt R, Grevers G, Iro H. Rehabilitation and Hearing Aids. In: Basic
Otorhinolaryngology: A Step-by-Step Learning Guide. New York: Thieme;
2006. p. 192,193,204.
13. Cuomo AW, Perales CA. A Consumers Guide to Hearing Aids. New York:
Hearing Aid Dispensing Advisory Board Education Departement; 2012. p. 18.
14. ASHA Ad Hoc Committee on Hearing Aid Selection and Fitting. Guidelines
for Hearing Aid Fitting for Adults. New York: American Speech-LanguageHearing Association; 1998. p. 1-15.
15. NIDCD Fact Sheet: Hearing Aids. National Institute on Deafness and Other
Communication Disorders (NIDCD), Improving the lives of people who have
communication disorders. U.S. 2007.
16. Palmer CV, Hirsch BE. Hearing Loss and Candidacy. In: In: Johnson JT,
Rosen CA, editors. Baileys Head & Neck Surgery Otolaringology. Volume 2.
5th Ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2013. p. 2654-2655, 26582660
17. Rahman S, Rosalinda R. Neuropati Auditori. Jurnal Kesehatan Andalas 2012;
1(1): 31-38.
18. Dhigra PL. Rehabilitation of Hearing-Impared. In: Diseases of Ear, Nose, and
Throat. 4th Ed. ElSevier: New York; 2012. p. 119-120.
19. Hall JW, Lewis S. Diagnostic Audiology, Hearing Aids, and Habilitation
Options. In: Snow JB, Ballenger JJ, editors. Ballengers Otorhinolaryngology
Head and Neck Surgery. Ontario: BC Decker; 2003. p. 150-151.
20. Hendarmin H, Suwento R. Gangguan pendengaran pada bayi dan anak.
Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, editor. Buku Ajar Telinga-HidungTenggorok Kepala Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2001. h. 28-32.
21. Munilson J, Edward Y, Hafiz A. Gangguan Pendengaran Akibat Bising :
Tinjauan Beberapa Kasus. Padang: Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
33
of
Hearing
Instruments.
Available
http://www.oregon.gov/dhs/odhhs/pages/tadoc/techha15.aspx,
accesed
at:
on
Suwento,
Semiramis
Zizlavsky.
Habilitasi
dan
Rehabilitasi
34