PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan suasana perasaan (gangguan mood [afektif]) merupakan
sekelompok penyakit yang biasanya mengarah ke depresi atau elasi (suasana
perasaan yang meningkat).1 Pasien dengan mood yang meninggi menunjukkan
sikap meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat, penurunan kebutuhan tidur,
peninggian harga diri dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood yang
terdepresi merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan
berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, pikiran tentang kematian dan bunuh
diri.2
Hampir pada semua kasus, gangguan bipolar mengalami kekambuhan.
Terkadang perubahan suasana perasaan dari depresi ke mania atau sebaliknya
tanpa melalui periode suasana hati yang normal terlebih dahulu. Sekitar 15%
penderita, terutama wanita, mengalami empat episode atau lebih setiap
tahunnya. Penderita yang sering mengalami kekambuhan, lebih sulit untuk
diobati. Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah gangguan bipolar. Namun
dengan mendapatkan perawatan secara dini pada awal gangguan kesehatan
mental dapat membantu mencegah gangguan bipolar atau kondisi kesehatan
mental yang lebih buruk.3
B. Tujuan
Secara umum makalah ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang
terapi bipolar dan obatnya. Secara khusus, diharapkan makalah ini dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber informasi praktis bagi Apoteker dalam
rangka menunjang pengobatan bipolar di Indonesia, melalui :
1) Bahan
informasi
dalam
rangka
pelayanan
komunikasi/konsultasi,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi,
yaitu gangguanpada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang
tidak biasa pada suasanaperasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar
karena penyakit kejiwaan inididominasi adanya fluktuasi periodik dua
b. Epidemiologi
Dapat dikatakan insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar
antara 0,3-1,5%. Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis.
Risiko kematian terus membayangi penderita bipolar. Biasanya
kematian itu dikarenakan mereka mengambil jalan pintas yaitu bunuh
diri. Risiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak
diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya 1,3
per 1000 pasien.7
Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul di
usia remaja atau dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu
seseorang baru menginjak dewasa, tetapi kasus-kasus gangguan bipolar
telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak- anak.
c. Gambaran Klinis
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV,
gangguan bipolar dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II.
Perbedaannya adalah pada gangguan bipolar I memiliki episode manik
sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai episode hipomanik.
Beberapa ahli menambahkan adanya bipolar III dan bipolar IV namun
sementara ini yang 2 terakhir belum dijelaskan.
Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut
perjalanan longitudinal gangguannya. Namun hal yang pokok adalah
paling tidak terdapat 1 episode manik di sana. Walaupun hanya
terdapat 1 episode manik tanpa episode depresi lengkap maka tetap
dikatakan gangguan bipolar I. Adapun episode-episode yang lain dapat
berupa episode depresi lengkap maupun episode campuran, dan
episode tersebut bisa mendahului ataupun didahului oleh episode
manik.
cinta.
Perasaan
senang,
sangat
bersemangat
untuk
manik,
gejala-gejalanya
sudah
cukup
berat
hingga
dan curiga lebih banyak daripada elasi. Tanda manik lainnya dapat
berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal lelah
melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif, euphoria hingga
logorrhea (banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga
menceracau dengan 'word salad'), dan biasanya disertai dengan waham
kebesaran, waham kebesaran ini bisa sistematik dalam artian
berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik, berperilaku tidak
sesuai dengan wahamnya. Bila gejala tersebut sudah berkembang
menjadi waham maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu
ditegakkan.
d. Diagnosis Dan Klasifikasi
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV,
gangguan bipolar dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II.
Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai dengan adanya 2 episode
yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai
dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya dalam
klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami
penderita.
Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III
(F31)
F31.0
F31.1
F31.2
F31.3
F31.4
F31.5
F31.6
F31.7
F31.8
F31.9
f. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Fluoxetin (prozac) telah digunakan dengan suatu keberhasilan pada
remaja dengan gangguan depresif barat. Karena beberapa anak dan
remaja yang menderita depresif akan mengalami gangguan bipolar,
klinisi harus mencatat gejala hipomanik yang mungkin terjadi selama
pemakaian fluoxetin dan anti depresan lain. Pada kasus tersebut
medikasi harus dihentikan untuk menentukan apakah episode
hipomanik selanjutnya menghilang. Tetapi, respon hipomanik terhadap
antidepresan tidak selalu meramalkan bahwa gangguan bipolar telah
terjadi.8 Gangguan bipolar pada masa anak-anak dan remaja adalah
diobati dengan lithium (Eskalith) dengan hasil yang baik. Tetapi, anak-
merupakan
antidepresan
yang
sedative,
depresan
ataupun
eforian,
inilah
yang
lithium
mulai
ditinggalkan.2
Antipsikotik
mulai
epilepsi.
Beberapa
studi
acak,
buta
ganda
telah
1) Litium
Indikasi:
Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan
bermanfaat sebagai terapi rumatan GB.
Dosis:
Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan
dengan menitrasi dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang
berkisar antara 1,0-1,4 mEq/L. Perbaikan terjadi dalam 7-14
hari.Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk mengatasi
keadaan akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan untuk
terapi rumatan. Untuk terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,40,8 mEql/L. Dosis kecil dari 0,4 mEq/L, tidak efektif sebagai
terapi rumatan. Sebaliknya, gejalatoksisitas litium dapat terjadi
bila dosis 1,5 mEq/L.
2) Valproat.
Dosis:
leukosit
serta
trombosit
dapat
terjadi
bila
klinikus
mengatakan
bahwa dosis
awal
5 mg
dapat
meningkatkan tolerabilitas.
Indikasi:
Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode
campuran akut. Ia juga efektif untuk terapi rumatan GB.
Aripiprazol juga efektif sebagai terapi tambahan pada GB I,
episode depresi.
Antidepresan
Antidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi.
Penggunaannya harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka
panjang berpotensi meginduksi hipomania atau mania. Untuk
menghindari terjadinya hipomania dan mania, antidepresan
hendaklah dikombinasi dengan stabilisator mood atau dengan
antipsikotika atipik
Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya,
cognitive behavioral therapy (CBT), terapi keluarga, terapi
interpersonal, terapi kelompok, psikoedukasi, dan berbagaibentuk
terapi psikologi atau psikososial lainnya. Intervensi psiksosial
sangat perlu untukmempertahankan keadaan remisi.
b. Psikoterapi
Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu pendekatan
psikoterapi dibandingkan yang lain dalam terapi gangguan mood masa
anak-anak dan remaja. Tetapi, terapi keluarga adalah diperlukan untuk
mengajarkan keluarga tentang gangguan mood serius yang dapat terjadi
pada anak-anak saat terjadinya stres keluarga yang berat. Pendekatan
psikoterapetik bagi anak terdepresi adalah pendekatan kognitif dan
pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur dibandingkan yang
biasanya digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi psikososial anak
yang terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang lama,
walaupun
setelah
episode
depresif
telah
menghilang,
intervensi
EPIDEMIOLOGI
Pada pengamatan universal, prevalensi gangguan depresif berat
pada wanita dua kali lebih besar dari pada laki-laki. Gangguan Bipolar I
mempunyai prevalensi yang sama bagi laki-laki dan wanita. 2 Lebih
banyaknya wanita yang tercatat mengalami depresi bisa disebabkan oleh
pola komunikasi wanita yang ingin memberitahukan masalahnya kepada
orang lain dan harapan untuk mendapatkan bantuan atau dukungan
sedangkan pada laki-laki cenderung untuk memikirkan masalahnya sendiri
dan jarang menunjukkan emosinya.4
Berbagai penelitian mengungkapkan golongan usia muda yaitu
remaja dan dewasa awal lebih mudah terkena depresi. Hal ini terjadi
karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan
yang penting yaitu peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja, remaja
ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah dan bekerja serta masa pubertas
ke masa pernikahan. Survei telah melaporkan prevalensi yang tinggi dari
depresi terjadi pada usia 18-44 tahun.4 Beberapa data epidemiologis barubaru ini menyatakan insidensi gangguan depresif berat meningkat pada
usia kurang dari 20 tahun.2 Penurunan kecenderungan depresi pada usia
dewasa diduga karena berkurangnya respon emosi seseorang seiring
bertambahnya usia, meningkatnya kontrol emosi dan kekebalan terhadap
pengalaman dan peristiwa hidup yang dapat memicu stress.4
Onset gangguan bipolar I lebih awal dari daripada onset gangguan
depresi. Onset gangguan bipolar I dari usia 5 tahun sampai usia 50 tahun.
Laporan kasus gangguan bipolar I diatas usia 50 tahun sangat jarang.2
ETIOLOGI
disertai
juga
dengan
gejala
depresi.
Obat-obat
yang
menurunkan
gejala
depresi.
Disfungsi
jalur
dopamin
abnormal
pada
sumbu
neuroendokrin
mungkin
basalis dan sistem limbik terutama pada hemisfer yang dominan dapat
ditemukan bersamaan dengan gejala depresif. Disfungsi pada hipotalamus
dihubungkan dengan perubahan pola tidur, nafsu makan dan perilaku
seksual pada pasien dengan depresi. Postur yang membungkuk,
terbatasnya aktivitas motorik dan gangguan kognitif minor adalah
beberapa gejala depresi yang
Departemen
Psikiatri
Virginia
Commonwealth
University
EPISODE MANIK
F30.0 Hipomania
terjadi
aktivitas
berlabihan,
percepatan
dan
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurangkurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat
aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari
peningkatan afek disertai penmbahan energi dan aktivitas
EPISODE DEPRESIF
masa
sekurang-kurangnya
minggu
untuk
dengan (g).
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar 2 minggu.
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial
menemukan
bahwa
farmakoterapi,
baik
sendiri
maupun
dengan
SSP.9
TCA
dosis
tinggi
dapat
memperlambat
aktivitas
penyerapan
obat
menjadi
lebih
lama.
Konsentrasi
Penghambatan reseptor
TCA menghambat reseptor serotonin, -adrenergik, histamin dan
muskarinik.9
Farmakologi Klinik
TCA meningkatkan aktifitas berfikir, memperbaiki kewaspadaan mental,
meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi gejala depresi pada 50-70%
pasien. Perbaikan alam pikiran memerlukan waktu dua minggu atau lebih. 9
TCA banyak digunakan untuk depresi sedang hingga berat terutama
dengan gangguan psikomotorik, insomnia atau nafsu makan yang buruk.
Hal yang perlu diperhatikan adalah efek terapi yang lambat sehingga
pengobatan setidaknya dilakukan 4-6 minggu sebelum menyimpulkan
bahwa obat tersebut tidak efektif. Jika muncul respon parsial, pengobatan
harus dilanjutkan selama beberapa minggu lagi sebelum meningkatkan
dosis.11
Efek samping
jantung
yang
berlebihan,
perlambatan
konduksi
HETEROSIKLIK
Antidepresan heterosiklik merupakan antidepresan turunan kedua dan
ketiga. Potensi obat heterosiklik tidak berbeda secara khusus dari agenagen sebelumnya. Yang termasuk antidepresan generasi kedua dalah
Generasi ketiga
INHIBITOR AMBILAN
KEMBALI
SEROTONIN
SELEKTIF
Citalopram (Celexa)
Oral: 20; 40 mg tablet
Dosis: 20-60 mg/hari
Fluoxetine (Prozac)
Oral: 10; 20 mg pulveres, 10 mg tablet, 20 mg/mL liquid
Dosis: 10-60 mg/hari
Fluvoxamine (Luvox)
Oral: 25; 50; 100 mg tablet
Dosis: 100-300 mg/hari
Paraxetine (Paxil)
Oral: 10; 20; 30; 40 mg tablet, 10 mg/mL suspensi, 12,5; 25 mg
controlled release tablet
Phenelzine (Nardil)
Oral: 15 mg tablet
Dosis: 47-75 mg/hari
Tranylcypromine (Parnate)
Oral: 10 mg tablet
Dosis: 10-30 mg/hari
Keterangan:
+++
++
Hipotensi
Sedasi
Anti
muskarini
+++
++
+++
+
+++
+
++
++
+++
++
++
+
+
+++
-
k
+++
++
++
+
+++
+
++
++
+
++
++
-
k
+++
++
+/++
++
++
+/+/++
+
+
+
++
+/++
+/+
-
: Berat
: Sedang
Ortostati
+
+/?
: Ringan
: Tidak ada/ minimal sekali
: Tidak tentu
Sumber:B G Katzung, Basic Clinical Pharmacology 9th ed, 2009.
Farmakodinamik
Mekanisme kerja yang pasti dari lithium sampai saat ini masih dalam
penelitian. Diperkirakan bekerja atas tiga dasar yaitu:
berhubungan
erat
dengan
natrium.
Lithium
dapat
menurunkan
pengeluaran
norepinefrin
dan
dopamin,
Farmakologi Klinik
Sampai saat ini lithium karbonat dikenal sebagai obat gangguan bipolar
terutama pada fase manik. Pengobatan jangka panjang menunjukkan
penurunan resiko bunuh diri. Bila mania masih tergolong ringan, lithium
sendiri merupakan obat yang efektif. pada kasus berat, hampir selalu perlu
ditambah clonazepam atau lorazepam dan kadang ditambah antipsikosis
juga. Setelah mania dapat teratasi, antipsikosis boleh dihentikan dan
lithium digunakan bersamaan dengan benzodiazepine untuk pemeliharaan.
Pada fase depresif gangguan bipolar, lithium sering dikombinasi dengan
antidepresan.8,12
Efek Samping
bulan.
Efek pada ginjal: polidipsi dan poliuri sering ditemukan namun
bersifat reversibel. Beberapa literatur menerangkan bahwa terapi
lithium jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal termasuk
nefritis interstitial kronis dan glomerulopati perubahan minimal
dengan sindrom nefrotik. Penurunan laju filtrasi glomerulus telah
ditemukan tapi tidak ada contoh mengenai azotemia maupun gagal
ginjal. Tes fungsi ginjal harus dilakukan secara periodik untuk
Efek pada jantung: Ion lithium dapat menekan pada nodus sinus
sehingga sindrom bradikardi dan takikardi merupakan kontraindikasi
penggunaan lithium.
Efek pada kehamilan dan menyusui: Laporan terdahulu menyatakan
peningkatan frekuensi kelainan jantung pada bayi dengan ibu yang
mengkonsumsi lithium terutama anomali Ebstein. Namun data terbaru
menyebutkan resiko efek teratogenik relatif rendah. Lithium
didapatkan pada air susu dengan kadar sepertiga sampai setengah dari
kadar serum. Toksisitas pada bayi dimanifestasikan dengan letargi,
keberhasilan
yang
setara
dengan
lithium
pada
dengan
mania
akut
dan
juga
untuk
terapi
profilaksis.
Efek samping carbamazepine pada umumnya tidak lebih besar dari lithium
dan kadang bahkan lebih rendah. Carbamazepine dapat digunakan sendiri
atau pada pasien yang refrakter dapat dikombinasi dengan lithium. Cara
kerja carbamazepine tidak jelas, tetapi dapat mengurangi sensitisasi otak
terhadap perubahan mood. Mekanisme tersebut mungkin serupa dengan
efek antikonvulsinya. Meskipun efek diskrasia darah menonjol pada
penggunaannya sebagai antikonvulsi, namun tidak menjadi masalah besar
pada penggunaanya sebagai penstabil mood.8
Preparat yang Tersedia
Carbamazepine (generic, Tegretol)
Oral: 200 mg tablet; 100 mg tablet kunyah, 100 mg/5 mL suspensi, 100;
200; 400 mg tablet extended-release, 200; 300 mg kapsul
Dosis: 400-600 mg/hari