Anda di halaman 1dari 25

MATA KULIAH

ILMU KEPERAWATAN DASAR III


Siti Nurhayati S.Kep
THYPOID

Disusun Oleh :
Ade Indriani

11151001

Aryani Anggraeni

11151008

Dewi Nawang

11151015

Indah Sari Tobing

11151022

Nabila Fitria Adhani

11151029

Rifa Fauziah

11151036

Ulya Madita

11151043

S1 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES PERTAMINA BINA MEDIKA
2016
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas hikmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki. Dan kami sangat berterima kasih kepada Ibu Siti Nurhayati yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai ASKEP THYPOID . Dan semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Jakarta 30 maret 2016

Penulis
i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Maksud dan Tujuan ................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI


A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

Definisi Thypoid ..................................................................................................3


Etiologi Thypoid ................................................................................................3
Gejala Thypoid .....................................................................................................3
Patofisiologi Thypoid ...........................................................................................4
Pathway Thypoid .................................................................................................4
Manisfesti Klinis Thypoid ...................................................................................5
Komplikasi Thypoid ............................................................................................6
Penatalaksanaan Thypoid .....................................................................................6
Pencegahan Thypoid .............................................................................................7
Pemeriksaan Penunjang Thypoid ........................................................................17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A.
B.
C.
D.
E.
F.

Identitas Pasien ................................................................................................9


Riwayat Kesehatan ...........................................................................................9
Pemeriksaan Kebutuhan Dasar.......................................................................10
Pemeriksaan Fisik ..........................................................................................12
Pemeriksaan Penunjang .................................................................................13
Theraphy ........................................................................................................13

G.
H.
I.
J.
K.

Pengkajian ......................................................................................................13
Prioritas Diagnosa ..........................................................................................15
Intervensi keperawatan ..................................................................................15
Implementasi Keperawatan ............................................................................16
Catatan perkembangan / Evaluasi keperawatan .............................................18

ii

BAB IV PENUTUPAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................20
B. Saran .............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yang sehat. Apabila lingkungan sehat
maka bakteri dan virus akan lebih sedikit berkembang biak disana. Begitupun dengan bakteri
salmobella typhi penyebab demam typoid akan lebih banya terdapat pada lingkungan yang
kotor dan tingkat perilaku hidup bersih dan sehat sangat kurang sehingga kuman tersebut
akan banyak terdapat disana rendahnya kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih
dan sehat akan menjadi boomerang bagi masyarakat itu sendiri, khusunya lingkungan mereka
akan lebih rentan terkena penyakit.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan lebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ketubuh orang yang sehat
melalui mulut. Kemudian kuman masuk kedalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asama lambung dan sebagian lagi masuk keusus halus. Penyakit typhoid
fever banyak menyerang pada anak usia 12-13 tahun (70% 80%), pada usia 30-40 tahun
(10%-20%) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%). Angka kesakitan
typhoid fever yang tertinggi terdapat pada golongan umur 3-19 tahun, suatu golongan
masyarakat yang terdiri dari anak-anak usia sekolah.
Penyakit ini termasuk penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak
orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara
sedang berkembang (Parry et al 2002). Sedikitnya ada 16 juta kasus baru TF (Typhoid Fever)
yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Komplikasi TF yang paling mematikan yaitu
perforasi ileum dan pendarahan usus.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi dari Thypoid ?
2. Apakah etiologi dari Thypoid?
3. Bagaimana Gejala Thypoid?
4. Bagaimana Patofisiologi Thypoid?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis Thypoid?
6. Bagaimana Komplikasi Thypoid?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Thypoid?
8. Bagaimana cara mencegah Thypoid?
9. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Thypoid?
10. Bagaimana Asuhana Keperawatan Thypoid?
C. Maksud dan Tujuan
1. Memahami definisi Thypoid
2. Memahami penyebab/ etiologi Thypoid
3. Memahami gejala Thypoid
4. Memahami patofisiologi Thypoid
5

5. Memahami manifestasi klinis Thypoid


6. Memahami komplikasi Thypoid
7. Memahami penatalaksanaan Thypoid
8. Memahami pencegahan Thypoid
9. Memahami pemeriksaan penunjang Thypoid
10. Memahami Asuhan Keperawatan Thypoid

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Thypoid
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid
dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid
fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996). Typhoid adalah
suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh

salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah
suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang
dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
B. Etiologi Thypoid
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
C. Gejala Thypoid
1. Panas lebih dari 7 hari biasanya mulai demam yang makin hari maikin tinggi
sehingga pada minggu ke dua makin panas tinggi terus menerus , terutama malam
2.
3.
4.
5.
6.

hari , siang hari panas agak turun .


Sering muncul diare , mual , muntah dan kembung
Kesadaran menurun (apatis)
Hepatomegali ringan
Splenomegali
Lidah kotor tapi hipermis

D. Patofisiologi Thypoid
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat),
dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila
orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui
mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan
limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah
dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan

kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk
limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia.

Tetapi

berdasarkan

penelitian

eksperimental

disimpulkan

bahwa

endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia


berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus.
Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan
pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
E. Pathway Thypoid

F. Manifestasi klinis Thypoid


Masa tunas typhoid 10 14 hari
1. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual,
batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
2.

Minggu II
9

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah
yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,
penurunan kesadaran.

G. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal
a) Perdarahan usus
b) Perporasi usus
c) Ilius paralitik
2. Komplikasi extra intestinal
a) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, tromboplebitis.
b) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
c)
d)
e)
f)
g)

hemolitik.
Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis
perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

H. Penatalaksanaan Thypoid
1. Perawatan
a) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
2. Diet
a) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
b) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
3. Obat obat
a) Klorampenikol
b) Tiampenikol
c) Kotrimoxazol
d) Amoxilin dan ampicillin
10

I. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari
toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu
mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan
hindari makanan pedas.

J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium,
yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering
dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah
tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit
tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,
hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan
darah dapat positif kembali.
c) Vaksinasi di masa lampau

11

Terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi


dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
d) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum klien yang disangka menderita typhoid.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS
1.

2.

IDENTITAS KLIEN
Nama
Umur/jenis kelamin
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat
Dx Medis

: Tn. S
: 38 tahun/Laki-laki
: Kawin
: SMA
: Wiraswasta
: Islam
: Jatimulya no. 01
: Demam Thypoid

IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama
: Ny.T
Umur/jenis kelamin
: 35/Perempuan
Hubungan dengan klien
: Istri
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
12

Alamat

: Jatimulya no. 01

B. RIWAYAT KESEHATAN
1.

Keluhan Utama
Badan terasa panas dingin ( demam )
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami deman sekitar 2 minggu SMRS ( naik turun ) meningkat pada malam hari,
batuk lebil dari 1 minggu dengan sputum berwarna kuning kental, pasien tidak mengalami pilek,
mual, muntah, dan gangguan BAK/BAB. Klien merasakan nyeri kepala, selanjutnya pada
tanggal 01/07/12 klien dibawa ke RSUD Majenang melalui IGD dengan keluhan yang sama.
Klien diberikan tindakakn pengecekan TTV dengan hasil TD:109, N:68x/m, R:20x/m, S:38 0C,
pengecekan gula darah sewaktu adalah 109, klien dating dengan kesadaran penuh dan diberi
terapi obat Ranitidine extra 25mg/ampul, Capsul A 2X1 tab (obat batuk), Analsik 500mg,
paracetamol 500mg dan terpasang infuse Rl 20 tpm mac. Setelah itu klien dibawa ke bangsal
melati untuk melakukan perawatan.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya, tidak ada riwayat HT, DM.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada yang mengalami riwayat penyakit yang sama dengan klien.
3.

C.

PEMERIKSAAN KEBUTUHAN DASAR

1)

Pola Oksigenasi
Sebelum sakit
: klien bernafas secara normal dan RR dbn 16-24 x/menit
Saat dikaji
: klien bernafas secar normal dengan RR18 x/menit
2)
Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit
: klien makan sehari 3x dan dalam porsi yang sedang dengan
menu sayuran dan kadang ikan dan selalu habis. Minum 4-6 gelas.
Saat dikaji
: klien makan makanan yang diberikan dari Rumah Sakit dan habis satu
3)

porsi dan minum hanya 3-4 gelas/hari


Pola Eliminasi
Sebelum sakit
: klien BAK normal 3-4X tiap hari dengan warna jernih, tidak ada darah,
bau urine khas. BAB 1 x sehari, konsistensi lembek, tidak ada darah.
Saat dikaji
: klien BAK normal 3-4 sehari dengan warna jernik kekuning-kuningan,

tidak ada darah. Hari 1 belum BAB, hari ke dua sudah dengan konsistensi lembek tanpa darah.
4)
Pola Aktivitas
Sebelum sakit
: klien beraktifitas seperti biasa, bekerja, jalan-jalan.
13

Saat dikaji

: klien mampu jalan ke kamar mandi buat BAB/BAK, serta berbaring di

tempat tidur dengan selimut tebal


5)
Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit
: klien istirahat normal, 8 jam/24 jam, pola tidur teratur
Saat dikaji
: klien merasakan kurang tidur selama dirumah sakit, karena kondisi tubuh
yang panas dingin S:380C, waktu tidur sekitar 5 jam.
6)
Kebutuhan Berpakaian
Sebelum sakit
: klien barpakaian sesuai kebutuhan, ganti baju 2xsehari
Saat dikaji
: klien tampak lusuh dan hanya berpakaian seadanya dang anti 1Xsehari.
7)
Mempertahankan Suhu Tubuh dalam Batas Normal
Sebelum sakit
: klien mampu menyesuaikan suhu tubuh dengan lingkungan sekitar suhu
normal.
Saat dikaji
: klien mampu beradaptasi dengan penigkatan suhu yang dialami S:380C
8)
Pola Personal Hygiene
Klien mampu mandi di seka di tempat tidur 2 x sehari, gosok gigi kadang-kadang, ganti pakaian
9)

1X sehari. Klien tampak kusut, rambut acak-acakan, penampilan tidak rapi.


Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Sebelum sakit
: klien merasa aman dan betah untuk tinggal di rumahnya sendiri bersama

keluarganya
Saat dikaji
: klien merasa gelisah dengan peningkatan suhu dan perubahan
sensasi dingin yang dirasakan
10) Komunikasi dengan Orang Lain
Sebelum sakit
: klien mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan bahasa
daerahnya
Saat dikaji
: hari pertama klien hanya diam dan baru berkomunikasi jika ditanya, hari
kedua sama, hari ketiga klien sudah mampu berkomunikasi dengan normal.
11) Kebutuhan Spiritual
Klien tidak dapat menjalankan sholat karena badan lemah,demam, klien mempunyai motivasi
tinggi untuk sembuh, tetapi klien juga berkeluh kesah karena keadaannya tidak segera membaik.
12) Pola bekerja
Sebelum sakit
: klien mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
Saat dikaji
: klien mampu beristirahat dengan keadaannya yang seperti itu.
13) Kebutuhan rekreasi dan bermain
Sebelum sakit
: klien suka jalan-jalan bersama keluarga jika ada waktu luang
Saat dikaji
: klien hanya bias menikmati keadaanya, ditemani istri dan
anaknya.
14) Kebutuhan belajar
Sebelum sakit
: klien mampu belajar dari Koran, radio, dan televisi
Saat dikaji
: klien mendapatkan info dari perawat dan nformasi dari keluarganya
melaluai handphone
D.

PEMERIKSAAN FISIK
14

Keadaan umum
Kesadaran
TTV

1.

: Lemah
: Composmentis
: TD : 110/70 mmHg; Suhu : 380C ; Nadi : 75 x/menit; RR : 18 x/menit

Pemeriksaan Fisik (menggunakan IPPA) :


Sistem pernafasan
I: Tidak nampak retraksi dada, bentuk dadan simetris, tak nampak penggunaan otot bantu nafas,

tidak ada massa, pola nafas normal.


P: fokal fremitus normal, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.
P: suara paru sonor
A:suara paru vesikuler, tidak terdengar wheezing dan ronkhi
2.
Sistem kardiovaskular
I: Tidak nampak retraksi dada, bentuk dadan simetris, tak nampak penggunaan otot bantu nafas,
tidak ada massa, ictus cordis tampak pada itercosta ke 5.
P: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, pulse teraba kuat
P: batas-bats jantung normal, suara redup
A:suara paru reguler, tidak terdengar gallop
3.
Sistem pencernaan (IAPePa)
I: abdomen flat, simetris, pernafasan perut .
A: auskultasi gaster normal, peristaltik gaster dan intestine normal.
P: suara lambung tympani, batas hepar normal.
P: tidak ada nyeri tekan, tidak terasa pembesaran hepar, tak teraba adanya massa
4.
Sistem perkemihan
Karakteristik urine/BAK jernih, frekuensi 3-4 sehari,tidak ada nyeri pinggang, tidak terpasang
alat bantu BAK, tidak ada darah, bau khas, tidak ada benjolan.
sistem endokrin
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfatik
6.
sistem genetalia
tak Nampak terpasang DC
7.
Sistem musculoskeletal
Pergerakan sendi normal, kekuatan otot penuh, tidak ada edema, turgor kulit baik, tidak ada
5.

deformitas, tidak ada nyeri gerak, nyeri tekan, tidak ada pembengkakan pada sendi,tidak
menggunakan alat bantu, tidak ada fraktur, kemampuan ADL mandi, berpakaian, eliminasi,
8.

mobilisasi di tempat tidur, pindah, ambulasi normal.


Sistem integumen
Turgor kulit baik, tidak ada sianosis/anemis, warna kulit sawo matang, tidak ada luka, tak ada

9.

edema, tidak ada memar, benjolan,lesi.


Sistem persarafan
Tidak ada tremor, reflex cahaya pupil bagus, GCS baik, Kesadaran compos mentis, tidak ada
parese, plegi, parastese, paraplegi, orientasi waktu, tempat, orang normal.

15

E.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

Rontgen tanggal 2/7/12 dengan hasil normal

2.

Lab darah
a. DR : 1/7/12
WBC : +22.0x103(4.8-10.8), RBC : 4.69x103(4.7-6.10), HGB:14.0g/dl (14.0-18.0),
HCT:41.7% (42.0-52.0), PCT:363x103(33-37), lym:12.3%(150-450).
b. widal : 2/7/12
hasil positif ( II:1/160 O: 1/160)

F.

THERAPHY
1. Obat oral ( capsule A 2x1 tab, analsik 500mg, paracetamol 500mg, Cyprofloxacin (1gr/12
jam )
2. Injeksi (IV): ranitidine extra 50mg
3. Infuse RL 20tpm mac
4. Diet yang diberikan TKTP

G.

PENGKAJIAN
1. Data fokus
a. Dara subjective
b. Data objective
2. Analisa data
NO
1

DATA FOKUS
SUBJEKTIF : klien merasakan panas
dingin ( demam )

ETIOLOGI

MASALAH

Infeksi peradangan

KEPERAWATAN
Hiperthermi
b/d

pada intestine

OBJEKTIF :

peradangan

pada sal cerna

S: 380C
Klien

reaksi

Stimulus
menggigil,

klien

memakai

hypothalamus

selimut, klien teraba panas, mukosa


bibir mulai mongering
WBC : +22.0x103
Perubahan set point

16

Suhu sistemik naik


hipertermi
2

SUBJEKTIF : klien merasakan panas

Thypoid

Vol

dan kering pada bibir


Hipertermi

evaporasi

mukosa bibir mulai mengering


menggigil,

<

kebutuhan b/d proses

OBJEKTIF :
Klien

cairan

klien

hiperthermi

memakai

selimut, klien teraba panas, klien


lemas,

karena

Benyak
mengeluarkan
cairan/evaporasi

Vol cairan <


kebutuhan
H.

PRIORITAS DIAGNOSA
1.

Hiperthermi b/d reaksi peradangan pada sal cerna

2.

Vol cairan < kebutuhan b/d proses evaporasi karena hiperthermi

I.

INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX
1

HARI/TGL/JA

NOC

NIC

M
Senin, 2/7/12, NOC:
13.00 WIB

Thermoregulasi

NIC :
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor warna dan suhu kulit

Selasa, 3/7/12,
09.00 WIB

Setelah dilakukan tindakan

Monitor tekanan darah, nadi

keperawatan selama 2 X 24 jam


pasien menunjukkan :

dan RR

Monitor penurunan tingkat


17

Suhu tubuh dalam batas normal

kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan Hct

dengan kreiteria hasil:


Suhu 36 37 0 C

Monitor intake dan output

Nadi dan RR dalam rentang normal Berikan anti piretik:


Tidak ada perubahan warna kulit Berikan cairan intravena
dan tidak ada pusing, merasa

Tingkatkan sirkulasi udara

nyaman

Monitor hidrasi seperti turgor


kulit,

Fluid balance

Fluid balance

Selasa, 3/7/12,

Setelah dilakukan tindakan

09.00 WIB

pasien menunjukkan :

Monitor
(

Tanda tanda kekurangan cairan

kelembaban

darah
urine

status

hidrasi

membran

mukosa, nadi adekuat, tekanan

tidak ada dengan KH:


Mempertahankan

Pertahankan catatan intake


dan output yang akurat

keperawatan selama 2 X 24 jam

membran

mukosa)
NIC

Senin, 2/7/12, NOC


13.00 WIB

kelembaban

ortostatik

),

jika

output diperlukan

sesuai dengan usia dan BB.

Monitor hasil Lab yang

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh sesuai dengan retensi cairan


dalam batas normal

(BUN , Hmt , osmolaritas urin

Tidak ada tanda tanda dehidrasi, )


Elastisitas

turgor

kulit

baik,

membran mukosa lembab, tidak

ada rasa haus yang berlebihan

Monitor vital sign


Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada
suhu ruangan

Dorong

masukan

oral

( minum n makan)

Dorong keluarga untuk


membantu pasien makan

Kolaborasi dokter jika


18

tanda cairan berlebih muncul


meburuk

J.

IMPLEMENTASI
N

HARI/TANGGAL/JAM

IMPLEMENTASI

RESPON

KEPERAWATAN

DX
1
Senin, 2/7/12, 13.00 WIB

Selasa, 3/7/12, 09.00


WIB

Memonitor

suhu

sesering mungkin

Memonitor warna
dan suhu kulit

TTD
PERAWAT

Klien

mengikuti

anjuran (S:370C)
Klien termonitor
( warna sawo matang
suhu normal )

Memonitor tekanan
darah, nadi dan RR

Klien

tindakan(N:75,RR:18)
Klien

Memberikan

mengikuti

kolaboratif

anti ( suhu turun:370C

piretik ( paracetamol
500mg)
Memberikan cairan
intravena

Klien

kolaboratif

( cairan masuk )
Klien merasa lebih
baik ( jendela terbuka)

( RL:20tpm)

Meningkatkan
sirkulasi udara

19

Senin, 2/7/12, 13.00 WIB

Selasa, 3/7/12, 09.00

Klien
Mempertahankan

WIB

mengikuti ( intake dan

catatan intake dan output


output yang akurat

berdasarkan

pengakuan klien )

Memonitor
status

Klien

termonitor

hidrasi ( TD : 110/70,mukosa

kelembaban baik )

membran

mukosa,

nadi

adekuat, anjuran

tekanan

Klien

mengikuti
(

hasil

darah terlampir )

ortostatik

),

jika

diperlukan

berusaha

Klien termonitor
(TD:110/70,RR:18,N:75)

Memonitor hasil
Lab

yang

sesuai

Klien

mengikuti

dengan retensi cairan anjuran


(BUN

Hmt

, (TD:110/70,RR:18,N:75)

osmolaritas urin )

Klien

berusaha

Memonitor vital mengikuti


sign

( minum+makan)
Memberikan

Keluarga mengikuti

cairan IV pada suhu anjuran


ruangan (RL)

keluarga

menyuapi makan )

Mendorong
masukan

oral

( minum dan makan)

Mendorong
keluarga

untuk

membantu

pasien

makan
K.

CATATAN PERKEMBANGAN
20

NO
DX
1

HARI/TANGGAL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN

TTD
PERAWAT

Selasa ,3/7/12,
11.00 WIB

S : klien mengatakan sudah tidak demam


O : S37.30C
Indicator
thermoregulasi
Suhu 36 37 0 C
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak
ada pusing, merasa nyaman
A :masalah klien teratasi
P : observasi terjadi kekambuhan,pertahankan

Selasa ,3/7/12,
11.00 WIB

kondisi klien sekarang


S : klien mengatakan sudah tidak kering
bibirnya
O:
Mukosa bibir lembab
Klien tidak menggigil, klien tidak terlalu
lemas
Indicator
Fluid balance
Mempertahankan urine output sesuai dengan
usia dan BB.
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas
normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang berlebihan
A :masalah klien teratasi
P : observasi terjadi kekambuhan,pertahankan
kondisi klien sekarang
BAB IV
21

PENUTUP

A.

KESIMPULAN
Setelah kami mencoba membandingkan antara teori yang didapat maka kami berkesimpulan
bahwa masyarakat sudah memahami mengenai tanda dan gejala penyakit demam typhoid
Diagnosa perawatan pada kasus typhoid adalah :
1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,muntah, intake cairan
tidak adekuat, peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang mengakibatkan
keluarnya plasma dari pembuluh darah.
2. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Hyperthermia berhubungan dengan laju metabolisme meningkat.
4. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan dan
imobilisasi.
5. Cemas berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat.

B.

SARAN
1. Lahan Praktek
Sebelum mahasiswa praktik ke ruangan harus mampu melakukan pemeriksaanpemeriksaan fisik pada pasien.
2. Pendidikan
Untuk bagian pendidikan,mahasiswa diharapkan menerapkan ilmu yang sudah
dipelajari selama memberikan asuhan keperawatan di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA
22

http://www.scribd.com/doc/35499381/Asuhan-Keperawatan-Pada-Pasien-Dengan

thypoid.

Ngastiyah. ( 2005). Perawatan Anak Sakit . ed 2. Jakarta : EGC


Sachasin R.M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Diterj : Manulang R.F.
Jakarta : EGC.
Saunders. W.B. (1996). Kamus Kedokteran .ed 2. Jakarta : EGC

LEMBAR DISKUSI
Sesi 1
23

1. Pertanyaan dari fitria


Gejala types ada hepatomegaly dan splenomegali tolong jelaskan ?
JAWABAN KELOMPOK :

2. Pertanyaan dari Alya Fauziah


Mengapa pada gejala types panas meningkat pada malam hari dibandingkan siang hari
apa alasannya?
JAWABAN KELOMPOK :
Karena pada malam hari metabolisme tubuh telah menurun sehingga panas meningkat
3. Pertanyaan Sarah
Pada typoid mimisan berbahaya atau tidak?
JAWABAN KELOMPOK :
Berbahaya karena tanpa penanganan yang bermakna akan membuat penderita tetap
demam mengalami toksinasi, dan anoreksia. Bisa mengalami diare yang berlendir lalu
bisa membuat peradangan pada saluran cerna dan saluran cerna dapat mengalami
pembusukan lalu akan pecah dan terjadi peradangan seluru perut , dan perdarahan usus
dapat menyebabkan kematian.

Sesi 2
1. Pertanyaan dari silvia
Maksud dari gejala lidah kotor tapi hipermis ?
JAWABAN KELOMPOK :
Lidah berwarna putih tapi dengan tepi yang berwarna kemerahan
2. Pertanyaan dari Selvi
Jika anak sudah diberi vaksin types apakah dia tidak akan terkena types ?
JAWABAN KELOMPOK :
Masih dapat terkena resiko types karena vaksin types sifatnya hanya melindungi dan
mencegah bukan menghapus.
3. Pertanyaan Osbert
Salmonella type A, B, C apa maksudnya?
JAWABAN KELOMPOK:
Salmonella type A,B,C sebenarnya sama saja tetapi beda dibentuknya saja.

24

25

Anda mungkin juga menyukai