Anda di halaman 1dari 12

ANALISA JURNAL

KORELASI SATURASI OKSIGEN PERKUTAN


DENGAN PARAMETER DERAJAT KEPARAHAN (SEVERITY)
PADA ASMA EKSASERBASI BERDASARKAN KRITERIA GLOBAL INITIATIVE
OF ASTHMA 2008

Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Lina Syapitriyani (3212019)
Wulan Dwi Rahayu (3212037)
Yogi Nugroho (3212038)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2012/2013

BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan
dengan infeksi pada sistem organ lain. Perilaku masyarakat dengan pola hidup yang
kurang baik serta dampak dari perkembangan tehnologi dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit salah satu diantaranya adalah penyakit pada saluran
pernafasan. Pada beberapa jenis penyakit paru apabila tidak mendapat penanganan
yang adequat dapat menimbulkan penyakit pada tingkat yang lebih berat dan
menjadi kronis, penyakit tersebut salah satunya adalah penyakit asma bronchiale
yang dapat berkembang menjadi status asmatikus. Faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya asma adalah. Faktor infeksi misalnya virus, jamur, parasit, dan bakteri,
sedangkan faktor non infeksi seperti alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan
psikis. Asma eksaserbasi (serangan asma atau asma akut) adalah episode
peningkatan progresif napas pendek, batuk, wheezing atau sesak di dada atau
kombinasi dari gejala ini.
Faktor penting dalam pengelolaan asma adalah penanganan eksaserbasi
dengan penilaian berat serangan merupakan kunci pertama dalam penanganan
serangan akut. Penanganan serangan karena penilaian berat serangan yang tidaktepat
berakibat pada pengobatan yang tidak adekuat. Kondisi penanganan tersebut
menyebabkan perburukan asma yang menetap, menyebabkan serangan berulang dan
semakin berat sehingga berisiko jatuh dalam keadaan asma akut berat bahkan
fatal.Klien dengan asma akut mempunyai potensi untuk terjadinya gangguan
bersihan mukus dari jalan napas yang besar maupun kecil. Inflamasi bronkus dapat
mengganggu transport mukosiliari dan kemungkinan menyebabkan retensi mukus.
Asma dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas selama serangan akut.
Gangguan ini dapat menimbulkan hipoksemia dari yang ringan sampai berat. Derajat
arterial hypoxemia (hipoksemia arteri) berhubungan dengan beratnya obstruksi jalan
napas. Salah satu indikator adanya hipoksemia adalah terjadinya penurunan saturasi
oksigen. Pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik.
Penggunaan oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien
terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil atau mendadak.

Pemantauan konsentrasi oksigen darah yang kontinu bermanfaat, bagi


penderita yang mengalami kelainan perfusi/ventilasi, dan penurunan sementara
konsentrasi oksigen darah dengan menggunakan oksimetri. Pemeriksaan ini sangat
penting baik dalam diagnostic dan penilaian beratnya asma maupun dalam
pengololaan dan penilaian keberhasilan pengobatan. Faktor penting lainnya dalam
pengelolaan asma adalah penanganan eksaserbasi dengan penilaian berat serangan
merupakan kunci pertama dalam penanganan serangan akut. Penanganan serangan
karena penilaian berat serangan yang tidak tepat berakibat pada pengobatan yang
tidak adekuat. Kondisi penanganan tersebut menyebabkan perburukan asma yang
menetap, menyebabkan serangan berulang dan semakin berat sehingga berisiko jatuh
dalam keadaan asma akut berat bahkan fatal.
Penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan yang kuat antara saturasi
oksigen dengan parameter derajat keparahan asma eksaserbasi. Dan ada hubungan
yang kuat antara saturasi oksigen perkutan dengan parameter derajat keparahan
menurut kriteria GINA 2008 pada parameter peningkatan respiratory rate (RR) dan
pO2 pada pemeriksaan analisa gas darah. Di RSUD Sleman khususnya di UGD
sebagian besar sudah dilakukan pengukuran saturasi oksigen khususnya penyakit
asma, tetapi masih ada beberapa yang belum melakukan pengukuran saturasi
oksigen karena keadaan darurat yang harus mempercepat dalam penanganan proses
keperawatan.

BAB III
RESUME JURNAL
KORELASI SATURASI OKSIGEN PERKUTAN
DENGAN PARAMETER DERAJAT KEPARAHAN (SEVERITY)
PADA ASMA EKSASERBASI BERDASARKAN KRITERIA GLOBAL INITIATIVE
OF ASTHMA 2008
1. Nama Peneliti
a. Isnin Anang Marhana
b. Muhamad Amin
2. Tempat Penelitian
Ruang Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya antara April-Oktober 2009.
3. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan antara saturasi oksigen perkutan dengan parameter derajat
keparahan asma eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008
4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat keparahan asma
berdasarkan saturasi oksigen sehingga dapat mealukan intervensi yang sesuai dan
untuk meminimalkan serangan berulang yang semakin berat sehingga berisiko
jatuh dalam keadaan asma akut berat bahkan fatal.
5. Populasi dan sampel Penelitian
a. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yakni pasien asma eksaserbasi
akut di IRD RSU. Dr. Soetomo Surabaya.
b. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 43 sampel penderita asma
eksaserbasi di Instalasi Rawat Darurat RSU dr Soetomo Surabaya. Dari 43
penderita asma eksaserbasi tersebut terdiri dari perempuan (56,8%) dan lakilaki (43,2%).

c. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitaian


Kriteria inklusi:
a. Pasien dewasa usia 20-40 tahun
b. Bersedia ikut penelitian dengan menandatangani informed consent.
Kriteria eksklusi:

Penderita

penyakit

komorbid

(diabetes

mellitus,

anemia,

methemo

globulinemia), merokok, under nutrisi dan memakai cat kuku.


6. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan
uji statistik korelasi Pearson untuk data numeric berdistribusi normal dan korelasi
rank Spearman untuk data numeric tidak berdistribusi normal.
Penelitian ini melibatkan dua variable yaitu:
a. Variable bebas : saturasi oksigen perkutan
b. Variable terikat : derajat keparahan asma
7. Analisa Penelitian
Analisis data dilakukan dengan uji statistik korelasi Pearson untuk data numeric
berdistribusi normal dan korelasi rank Spearman untuk data numeric tidak
berdistribusi normal. Maka didapatkan hasil

korelasi yang sangat kuat antara

derajat eksaserbasi asma dengan saturasi oksigen perkutan (r=0,871; p<0,0001).


Korelasi saturasi oksigen perkutan dihubungkan dengan parameter derajat
keparahan menurut kriteria GINA 2008 didapatkan juga hubungan sangat kuat
pada parameter peningkatan respiratory rate (RR) dan pO2 pada pemeriksaan
analisa gas darah (r=0,772 dan 0,764; p<0,0001).

8. Hasil Penelitian
a) Jenis kelamin pasien penderita asma eksaserbasi perempuan (56,8%) dan lakilaki (43,2%).
b) Rata-rata umur penderita asma eksaserbasi adalah 36,66 tahun. Kelompok
umur terbanyak adalah antara 30-39 tahun (34,9%)
c) Pasien yang mampu berbicara dalam frase sebanyak 18 subjek (41,9%).
Subjek dengan kesadaran tidak tenang, gelisah sebanyak 20 subjek (46,5%).
d) Pasien yang menggunaan otot napas tambahan dan retraksi suprasternal
sebanyak 27 orang (62,8%), pergerakan torako abdominal sebanyak 2 orang
(4,6%).
e) Suara nafas pasien wheezing dengan intensitas keras sebanyak 20 orang
(46,5%).
f) Nadi pada pasien 100-120 kali per menit sebanyak 18 orang (41,9%) dan nadi
lebih dari 120 kali per menit sebanyak 18 orang (41,9).

g) Hasil analisa gas darah didapatkan PaO2 ringan sebanyak 18 orang (41,9%),
PaO2 sedang sebanyak 20 orang (46,5%) dan PaO2 berat sebanyak 5 orang
(11,6%).
h) Hasil saturasi oksigen pada derajat keparahan ringan sebanyak 16 orang
(37,2%), sedang sebanyak 20 orang (46,5%) dan berat 7 orang (16,3%).
i) Hasil korelasi yang sangat kuat antara derajat eksaserbasi asma dengan
saturasi oksigen perkutan (r=0,871; p<0,0001).
j) Hasil korelasi saturasi oksigen perkutan dengan parameter derajat keparahan
menurut kriteria GINA 2008 didapatkan hubungan sangat kuat pada parameter
peningkatan respiratory rate (RR) dan pO2 pada pemeriksaan analisa gas
darah (r=0,772 dan 0,764; p<0,0001).

BAB IV
ANALISA JURNAL

A. PICO Jurnal
1. Problem
Hubungan antara saturasi oksigen perkutan dengan parameter derajat
keparahan asma eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008.
2. Intervensi
Melakukan intervensi pemeriksaan saturasi oksigen pada penderita asma
eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008. .
10

3. Compare
Penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan yang kuat antara saturasi
oksigen dengan parameter derajat keparahan asma eksaserbasi. Dan ada hubungan
yang kuat antara saturasi oksigen perkutan dengan parameter derajat keparahan
menurut kriteria GINA 2008 pada parameter peningkatan respiratory rate (RR)
dan pO2 pada pemeriksaan analisa gas darah. Jika dibandingkan dengan penelitian
lain bahwa sama-sama memiliki hubuhgan yang sangat kuat antara saturasi
oksigen dengan penderita asma eksaserbasi.
4. Outcome
Ada hubungan yang kuat antara saturasi oksigen perkutan dengan
parameter derajat keparahan asma eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008
B. Perbandingan dengan Hasil Penelitian Lain atau Text Book
- Penyumbatan jalan nafas difus di seluruh paru dapat terjadi,akibat dari
memperburuknya

ketidakseimbangan

ventilasi

dan

perfusi.

Hiperinflasi

menyebabkan penurunan kelenturan akibatnya kerja pernafasan bertambah.


Kenaikan tekanan transpulmoner dapat menyebabkan penyempitan lebih lanjut/
penutupan dini (prematur) beberapa jalan nafas selama ekspirasi, dengna
demikian menikan resiko pneumothoraks. Kenaikan tekanan intrathoraks dapat
mengganggu aliran balik vena dan mengurangi curah jantung, yang kemungkinan
tampak pulsus paradoksus ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi,
hipoventilasi alveoler dan bertambahnya kerja pernafasan menyebabkan
perubahan pada gas darah. Hiperventilasi beberapa daerah pada mulanya
mengkompensasi tekanan karbondioksida yang lebih tinggi dalam darah yang
memperfusi daerah yang terventilasi. Namun hiperventilasi ini tidak dapat
mengkompensasi

hipoksemia

saat

bernafas

dengan

udara

karena

ketidakmampuan penderita menaikan tekanan oksigen dan saturasi oksigen


-

(Prof.DR.dr.A.Samik Wahab, 2012)


Dasar diagnosis adalah gambaran klinis dan riwayat perjalanan penyakit. Analisis
gas darah, fungsi paru dan pemeriksaan rontgen paru semuanya adalah cara
penilaian yang relevan untuk mengetahui gas darah yang ada dan akan sangat
menolong untuk tindakan yang akan dilakukan. Selain itu untuk mengevaluasi
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida, fungsi pernafasan termasuk hipoksia
dan status asam basa dan beberapa penyakit pernafasan seperti asma
(J.Jeyaratnam Davidkoh, 2010)
11

Beberapa pasien menderita penyakit respiratorius yang misalnya asma harus


dilakukan uji laboratorium AGD pada awalnya pH meningkat PaCO2 dan PaO2
turun (alkalosis respiratorik hingga akibat hiperventilasi) kemudian penurunan
pH,

penurunan

PaO2

dan

peningkatan

PaCO2

(asidosis

respiratorik).

Penatalaksanaan medis ditujukan pada pencegahan eksaserbasi asma dengan


menghindari pemicu asma dan dengan menentukan obstruksi jalan nafas,
inflamasi dan reaktivitas dengan obat. (Linda A. Sowden, 2009)
C. Perbandingan dengan Kondisi riil di lahan klinik
Kondisi riil yang kami temui dilahan praktek khususnya di UGD Sleman adalah
sebagian besar sudah dilakukan pengukuran saturasi oksigen khususnya penyakit
asma, tetapi masih ada beberapa yang belum melakukan pengukuran saturasi oksigen
karena keadaan darurat yang harus mempercepat dalam penanganan proses
keperawatan. Pemeriksaan kadar oksigen di UGD Sleman juga dilakukan dengan
menggunakan alat pulse oximetry. Keuntungan alat ini adalah non invasif, kadar
oksigen perkutan dapat diketahui secara real time, alat yang praktis dan mobile serta
harga alat yang relatif terjangkau.. Namun variabel-variabel mana dalam pedoman
GINA yang memiliki korelasi lebih kuat dengan derajat saturasi oksigen pada pulse
oximetry masih belum banyak diteliti. Penanganan awal untuk menentukan tingkat
keparahan asma dengan mengukur saturasi oksigen dapat meminimalkan serangan
berulang yang semakin berat sehingga dapat menentukan intervensi yang lebih tepat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan
uji statistik korelasi Pearson untuk data numeric berdistribusi normal dan korelasi
rank Spearman untuk data numeric tidak berdistribusi normal. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini yakni pasien asma eksaserbasi akut di IRD RSU. Dr.
Soetomo Surabaya sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Saturasi oksigen
perkutan dilakukan saat pasien datang ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) dengan
menggunakan alat pulse oxymetry yang terstandarisasi (caliberated). Hasil penelitian
menunjukan ada hubungan yang kuat antara saturasi oksigen perkutan dengan
parameter derajat keparahan asma eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008
D. Implikasi dalam keperawatan
Tingginya angka kejadian penyakit pada sistem pernafasan khususnya Asma
memerlukan peranan perawat dalam memberikan pelayanan (preventif dan promotif)
dengan menggunakan metode proses keperawatan, dengan memandang manusia
12

sebagai manusia sebagai mahluk bio-psiko-sosial-spiritual. Peran perawat sangat


dibutuhkan dalam memberikan perawatan khususnya memperhatikan dan menjaga
kepatenan jalan nafas agar suplay oksigen ke paru-paru berlangsung secara maksimal
dan oksigenasi dapat dipertahankan, sehingga dampak yang dapat ditimbulkan dari
serangan asma yang terjadi mulai dari sakit, terbatasnya aktifitas, hingga menurunkan
produktifitas sampai risiko kematian dapat dicegah.

13

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara derajat eksaserbasi asma dengan
saturasi oksigen perkutan.
2. Ada hubungan yang sangat kuat antara derajat keparahan asma eksaserbasi
berdasarkan kriteria GINA 2008 dengan saturasi oksigen perkutan meliputi
respiratory rate dan PaO2.
B. SARAN
Dalam Kondisi gawawt darurat pemeriksaan saturasi oksigen perkutan dapat
dilakukan sebagai salah satu pemeriksaan untuk menentukan derajat asma
eksaserbasi dan dapat digunakan sebagai pemeriksaan pengganti analisa gas
darah pada kondisi tertentu. Sehingga intervensi yang dilakukan lebih tepat dalam
penanganan proses keperawatan.

14

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Cecily Lynn Betz. (2009). Buku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC
J.Jeyaratnam, Davidkoh. (2010). Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Buku Kedokteran.
Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: FK UII
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I, II. Jakarta : Balai
penerbit FKUI
Wahab A.Samik. (2012). Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1 Edisi 15 Buku Kedokteran.
Jakarta: IGC

15

LEMBAR PENGESAHAN

Sleman,............................. 2012

Pembimbing Akademik

Pembimbing Klinik

(...........................................)

(......................................)

16

Anda mungkin juga menyukai