Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Lina Syapitriyani (3212019)
Wulan Dwi Rahayu (3212037)
Yogi Nugroho (3212038)
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan
dengan infeksi pada sistem organ lain. Perilaku masyarakat dengan pola hidup yang
kurang baik serta dampak dari perkembangan tehnologi dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit salah satu diantaranya adalah penyakit pada saluran
pernafasan. Pada beberapa jenis penyakit paru apabila tidak mendapat penanganan
yang adequat dapat menimbulkan penyakit pada tingkat yang lebih berat dan
menjadi kronis, penyakit tersebut salah satunya adalah penyakit asma bronchiale
yang dapat berkembang menjadi status asmatikus. Faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya asma adalah. Faktor infeksi misalnya virus, jamur, parasit, dan bakteri,
sedangkan faktor non infeksi seperti alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan
psikis. Asma eksaserbasi (serangan asma atau asma akut) adalah episode
peningkatan progresif napas pendek, batuk, wheezing atau sesak di dada atau
kombinasi dari gejala ini.
Faktor penting dalam pengelolaan asma adalah penanganan eksaserbasi
dengan penilaian berat serangan merupakan kunci pertama dalam penanganan
serangan akut. Penanganan serangan karena penilaian berat serangan yang tidaktepat
berakibat pada pengobatan yang tidak adekuat. Kondisi penanganan tersebut
menyebabkan perburukan asma yang menetap, menyebabkan serangan berulang dan
semakin berat sehingga berisiko jatuh dalam keadaan asma akut berat bahkan
fatal.Klien dengan asma akut mempunyai potensi untuk terjadinya gangguan
bersihan mukus dari jalan napas yang besar maupun kecil. Inflamasi bronkus dapat
mengganggu transport mukosiliari dan kemungkinan menyebabkan retensi mukus.
Asma dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas selama serangan akut.
Gangguan ini dapat menimbulkan hipoksemia dari yang ringan sampai berat. Derajat
arterial hypoxemia (hipoksemia arteri) berhubungan dengan beratnya obstruksi jalan
napas. Salah satu indikator adanya hipoksemia adalah terjadinya penurunan saturasi
oksigen. Pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik.
Penggunaan oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien
terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil atau mendadak.
BAB III
RESUME JURNAL
KORELASI SATURASI OKSIGEN PERKUTAN
DENGAN PARAMETER DERAJAT KEPARAHAN (SEVERITY)
PADA ASMA EKSASERBASI BERDASARKAN KRITERIA GLOBAL INITIATIVE
OF ASTHMA 2008
1. Nama Peneliti
a. Isnin Anang Marhana
b. Muhamad Amin
2. Tempat Penelitian
Ruang Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya antara April-Oktober 2009.
3. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan antara saturasi oksigen perkutan dengan parameter derajat
keparahan asma eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008
4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat keparahan asma
berdasarkan saturasi oksigen sehingga dapat mealukan intervensi yang sesuai dan
untuk meminimalkan serangan berulang yang semakin berat sehingga berisiko
jatuh dalam keadaan asma akut berat bahkan fatal.
5. Populasi dan sampel Penelitian
a. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yakni pasien asma eksaserbasi
akut di IRD RSU. Dr. Soetomo Surabaya.
b. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 43 sampel penderita asma
eksaserbasi di Instalasi Rawat Darurat RSU dr Soetomo Surabaya. Dari 43
penderita asma eksaserbasi tersebut terdiri dari perempuan (56,8%) dan lakilaki (43,2%).
Penderita
penyakit
komorbid
(diabetes
mellitus,
anemia,
methemo
8. Hasil Penelitian
a) Jenis kelamin pasien penderita asma eksaserbasi perempuan (56,8%) dan lakilaki (43,2%).
b) Rata-rata umur penderita asma eksaserbasi adalah 36,66 tahun. Kelompok
umur terbanyak adalah antara 30-39 tahun (34,9%)
c) Pasien yang mampu berbicara dalam frase sebanyak 18 subjek (41,9%).
Subjek dengan kesadaran tidak tenang, gelisah sebanyak 20 subjek (46,5%).
d) Pasien yang menggunaan otot napas tambahan dan retraksi suprasternal
sebanyak 27 orang (62,8%), pergerakan torako abdominal sebanyak 2 orang
(4,6%).
e) Suara nafas pasien wheezing dengan intensitas keras sebanyak 20 orang
(46,5%).
f) Nadi pada pasien 100-120 kali per menit sebanyak 18 orang (41,9%) dan nadi
lebih dari 120 kali per menit sebanyak 18 orang (41,9).
g) Hasil analisa gas darah didapatkan PaO2 ringan sebanyak 18 orang (41,9%),
PaO2 sedang sebanyak 20 orang (46,5%) dan PaO2 berat sebanyak 5 orang
(11,6%).
h) Hasil saturasi oksigen pada derajat keparahan ringan sebanyak 16 orang
(37,2%), sedang sebanyak 20 orang (46,5%) dan berat 7 orang (16,3%).
i) Hasil korelasi yang sangat kuat antara derajat eksaserbasi asma dengan
saturasi oksigen perkutan (r=0,871; p<0,0001).
j) Hasil korelasi saturasi oksigen perkutan dengan parameter derajat keparahan
menurut kriteria GINA 2008 didapatkan hubungan sangat kuat pada parameter
peningkatan respiratory rate (RR) dan pO2 pada pemeriksaan analisa gas
darah (r=0,772 dan 0,764; p<0,0001).
BAB IV
ANALISA JURNAL
A. PICO Jurnal
1. Problem
Hubungan antara saturasi oksigen perkutan dengan parameter derajat
keparahan asma eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008.
2. Intervensi
Melakukan intervensi pemeriksaan saturasi oksigen pada penderita asma
eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008. .
10
3. Compare
Penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan yang kuat antara saturasi
oksigen dengan parameter derajat keparahan asma eksaserbasi. Dan ada hubungan
yang kuat antara saturasi oksigen perkutan dengan parameter derajat keparahan
menurut kriteria GINA 2008 pada parameter peningkatan respiratory rate (RR)
dan pO2 pada pemeriksaan analisa gas darah. Jika dibandingkan dengan penelitian
lain bahwa sama-sama memiliki hubuhgan yang sangat kuat antara saturasi
oksigen dengan penderita asma eksaserbasi.
4. Outcome
Ada hubungan yang kuat antara saturasi oksigen perkutan dengan
parameter derajat keparahan asma eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008
B. Perbandingan dengan Hasil Penelitian Lain atau Text Book
- Penyumbatan jalan nafas difus di seluruh paru dapat terjadi,akibat dari
memperburuknya
ketidakseimbangan
ventilasi
dan
perfusi.
Hiperinflasi
hipoksemia
saat
bernafas
dengan
udara
karena
penurunan
PaO2
dan
peningkatan
PaCO2
(asidosis
respiratorik).
13
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara derajat eksaserbasi asma dengan
saturasi oksigen perkutan.
2. Ada hubungan yang sangat kuat antara derajat keparahan asma eksaserbasi
berdasarkan kriteria GINA 2008 dengan saturasi oksigen perkutan meliputi
respiratory rate dan PaO2.
B. SARAN
Dalam Kondisi gawawt darurat pemeriksaan saturasi oksigen perkutan dapat
dilakukan sebagai salah satu pemeriksaan untuk menentukan derajat asma
eksaserbasi dan dapat digunakan sebagai pemeriksaan pengganti analisa gas
darah pada kondisi tertentu. Sehingga intervensi yang dilakukan lebih tepat dalam
penanganan proses keperawatan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Cecily Lynn Betz. (2009). Buku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC
J.Jeyaratnam, Davidkoh. (2010). Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Buku Kedokteran.
Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: FK UII
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I, II. Jakarta : Balai
penerbit FKUI
Wahab A.Samik. (2012). Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1 Edisi 15 Buku Kedokteran.
Jakarta: IGC
15
LEMBAR PENGESAHAN
Sleman,............................. 2012
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
(...........................................)
(......................................)
16