Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun judul dari makalah ini yaitu Hepatitis B. Penyusunan Makalah ini merupakan
salah satu syarat untuk melengkapi tugas mata kuliah farmasi . Dalam menyelesaikan makalah
ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa saran, bimbingan dan
dukungan sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak yang membacanya.

Surabaya, Desember 2014


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka infeksi Hepatitis virus tipe B (HBV) yang tinggi di negara-negara industri dan
diantara masyarakat di negara non-industri meningkatkan kebutuhan akan vaksin Hepatitis B.
Hepatitis B merupakan salah satu dari enam bentuk hepatitis yang berbeda, dapat berkembang
menjadi penyakit hati kronik, termasuk hepatitis kronik persisten, hepatitis kronik aktif, sirosis
dan kanker hati primer. Kanker hati primer sebagai salah satu dari 10 kanker yang paling sering
terjadi di dunia saat ini. Oleh karena itu imunisasi terhadap Hepatitis B dibutuhkan untuk
kelompok dengan risiko infeksi yang tinggi sesuai dengan pola epidemiologik, faktor sosioekonomi, budaya dan kebiasaan seksual serta lingkungan. ( Sulaiman, 2010 )
Infeksi virus Hepatitis B saat ini mulai merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
besar serta serius, karena selain manifestasinya sebagai penyakit HBV akut beserta
komplikasinya, lebih penting ialah dalam bentuk sebagai pengidap HbsAg kronik, yang dapat
merupakan sumber penularan bagi lingkungan. Setiap tahun jumlah pengidap semakin
bertambah, karena reservoir pengidap HBV yang cukup besar merupakan wadah penularan yang
terus-menerus untuk sekitarnya.
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia.
Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala sisanya
bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429).
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan
menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90%
dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasuskasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya.
(Brunner & Sudarth, 2001 : 1169). Pada saat ini didunia diperkirakan terdapat kira-kira 350 juta
orang pengidap (carier) HBsAg dan 220 juta (78 %) diantaranya terdapat di Asia termasuk
Indonesia.Berdasarkan pemeriksaan HBsAg pada kelompok donor darah di Indonesia prevalensi

Hepatitis B berkisar antara 2,50-36,17 % (Sulaiman, 1994). Selain itu di Indonesia infeksi virus
hepatitis B terjadi pada bayi dan anak, diperkirakan 25 -45,g% pengidap adalah karena infeksi
perinatal. Hal ini berarti bahwa Indonesia termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B dan termasuk negara
yang dihimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya pencegahan . (Sulaiman, 1994)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami anoreksia atau
penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati
yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah
mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak
mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral
bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk
mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status
perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal
mencegah pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan
elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis adalah apabila ada anggota keluarga
menderita penyakit yang sama, agar siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis
beserta komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan
pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah
yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik
dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya

1.2 Manfaat

BAB II
ISI
2.1 Definisi Hepatitis B
Hepatitis B didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus
Hepatitis B (VHB) dan ditandai dengan suatu peradangan yang terjadi pada
organ tubuh seperti hati (Liver). Penyakit ini banyak dikenal sebagai penyakit
kuning, padahal penguningan (kuku, mata, kulit) hanya salah satu gejala dari
penyakit Hepatitis itu (Misnadiarly, 2007).
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap berbagai
kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol.(Ester monika, 2002 : 93)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa
awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri
sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak
asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan
istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan keracunan, karena tidak semua penyakit kuning
disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M.
Sholikul Huda)
Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat obatan serta bahan bahan kimia. (Sujono
Hadi, 1999).

2.2 Batasan dan Struktur Virus


Pengidap virus hepatitis B adalah individu yang terkena infeksi , tetapi tidak menderita
penyakit hati akibat infeksi tersebut, walaupun itu dapat menjadi sumber penularan. Pengertian
ini sulit diterapkan untuk infeksi hepatitis B, karena sulit untuk memastikan ada atau tidaknya
kelainan hati pada seorang pengidap, tanpa melakukan suatu pemeriksaan yang invasive (biopsi
hati). Karena itu dibuat suatu definisi operasional yang praktis pengidap hepatitis B yaitu adanya
HbsAg yang positif tanpa gejala, tanpa melihat ada atau tidaknya kelainan hati. Virus Hepatitis B
tampak dibawah mikroskop elektron sebagai partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut
partikel Daen. Lapisan luar virus ini terdiri atas antigen, disingkat HbsAg. Antigen permukaan
ini membungkus bagian dalam virus yang disebut partikel inti atau core. Partikel inti ini

berukuran 27 nm dan dalam darah selalu terbungkus oleh antigen permukaan. Sedangkan antigen
permukaan selain merupakan pembungkus patikel inti, juga terdapat dalam bentuk lepas berupa
partikel bulat berukuran 22 nm dan partikel tubular yang berukuran sama dengan panjang
berkisar antara 50 250 nm.

2.3 Etiologi
Terjadinya Hepatitis B disebabkan oleh VHB yang terbungkus serta mengandung genoma
DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar. Virus ini merusak fungsi liver dan terus berkembang
biak dalam sel-sel hati (Hepatocytes). Akibat fungsi serangan ini sistem kekebalan tubuh
kemudian memberi reaksi dan melawan. Kalau berhasil maka virus dapat terbasmi habis, tetapi
jika gagal virus akan tetap tinggal dan menyebabkan Hepatitis B kronis (si pasien sendiri
menjadi carrier atau pembawa virus seumur hidupnya). Dalam seluruh proses ini liver
mengalami peradangan (Misnadiarly, 2007)

2.4 Sumber dan Cara Penularan


1. VHB mudah ditularkan kepada semua orang. Sumber penularannya dapat melalui darah
atau bahan yang berasal dari darah, cairan semen (sperma), lendir kemaluan wanita
(Sekret Vagina), darah menstruasi. Dalam jumlah kecil HbsAg dapat juga ditemukan pada
Air Susu Ibu (ASI), air liur, air seni, keringat, tinja, cairan amnion dan cairan lambung
(Dalimartha, 2004)
2. Penularan infeksi virus hepatitis B melalui berbagai cara yaitu :
a.

Parenteral : dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk
jarum atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tattoo

b.

Non Parenteral : karena persentuhan yang erat dengan benda yang tercemarvirus
hepatitis B.

Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis B dibagi 2 cara penting yaitu:
a.

Penularan vertikal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu yang HBsAg
positif kepada anak yang dilahirkan yang terjadi selama masa perinatal. Resiko
terinfeksi pada bayi mencapai 50-60 % dan bervariasi antar negara satu dan lain
berkaitan dengan kelompok etnik.

b.

Penularan horizontal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari seorang pengidap
virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya, misalnya: melalui hubungan
seksual.

2.5 Patologi Hepatitis B


Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus Hepatitis B
(VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik dimembran sel hepar kemudian mengalami
penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma VHB melepaskan mantelnya,
sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati.
Di dalam inti asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA
hospes dan berintegrasi pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan gel hati
untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan virus baru. Virus
ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik disebabkan
karena respon imunologik penderita terhadap infeksi. Apabila reaksi imunologik tidak ada atau
minimal maka terjadi keadaan karier sehat. Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non
A dan Non B adalah sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis
sel hati disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas terjadi hepatitis akut
fulminan. Bila penyakit menjadi kronik dengan peradangan dan fibrosis meluas didaerah portal
dan batas antara lobulus masih utuh, maka akan terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila
daerah portal melebar, tidak teratur dengan nekrosis diantara daerah portal yang berdekatan dan
pembentukan septa fibrosis yang meluas maka terjadi hepatitis kronik aktif. (Sulaiman, 1995)
2.6 Manifestasi Klinis
Menurut Soeparman (2010), berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis,
manifestasi klinis hepatitis B dibagi 2 yaitu:
1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu yang
sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus hepatitis B dari
tubuh kropes. Hepatitis B akut terdiri atas 3 yaitu :
a. Hepatitis B akut yang Khas
Bentuk hepatitis ini meliputi 95 % penderita dengan gambaran ikterus yang jelas.
Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu :
i. Fase Praikterik (prodromal)
Gejala non spesifik, permulaan penyakit tidak jelas, demam tinggi, anoreksia,
mual, nyeri didaerah hati disertai perubahan warna air kemih menjadi gelap.
Pemeriksaan laboratorium mulai tampak kelainan hati (kadar bilirubin serum,
SGOT dan SGPT, Fosfatose alkali, meningkat).

ii. Fase lkterik


Gejala demam dan gastrointestinal tambah hebat disertai hepatomegali dan
splenomegali. timbulnya ikterus makin hebat dengan puncak pada minggu
kedua. setelah timbul ikterus, gejala menurun dan pemeriksaan laboratorium
tes fungsi hati abnormal.
iii. Fase Penyembuhan
Fase ini ditandai dengan menurunnya kadar enzim aminotransferase.
pembesaran hati masih ada tetapi tidak terasa nyeri, pemeriksaan
laboratorium menjadi normal.
b. Hepatitis Fulminan
Bentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan sebagian besar
mempunyai prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima puluh persen akan berakhir
dengan kematian. Adakalanya penderita belum menunjukkan gejala ikterus yang
berat, tetapi pemeriksaan SGOT memberikan hasil yang tinggi pada pemeriksaan
fisik hati menjadi lebih kecil, kesadaran cepat menurun hingga koma, mual dan
muntah yang hebat disertai gelisah, dapat terjadi gagal ginjal akut dengan anuria
dan uremia.
c. Hepatitis Subklinis
Kira-kira 5-10% penderita hepatitis B akut akan mengalami Hepatitis B
kronik. Hepatitis ini terjadi jika setelah 6 bulan tidak menunjukkan perbaikan
yang mantap
2. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu
dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga mekanisme, untuk
menghilangkan VHB tidak efektif dan terjadi koeksistensi dengan VHB.

2.7 Gejala dan Tanda


Munculnya gejala ditentukan oleh beberapa faktor seperti usia pasien saat terinfeksi, kondisi
kekebalan tubuh dan pada tingkatan mana penyakit diketahui. Gejala dan tanda antara lain :
1. Mual-mual (Nausea)
2. Muntah-muntah (Vomiting) disebabkan oleh tekanan hebat pada liver sehingga membuat
keseimbangan tubuh tidak terjaga
3. Diare
4. Anorexia yaitu hilangnya nafsu makan yang ekstrem dikarenakan adanya rasa mual
5. Sakit kepala yang berhubungan dengan demam, peningkatan suhu tubuh
6. Penyakit kuning (Jaundice) yaitu terjadi perubahan warna kuku, mata dan kulit
(Misnadiarly, 2007).

2.8 Diagnosa
Diagnosa yang dapat dilakukan yaitu serologi (test darah) dan biopsi liver
(pengambilan sampel jaringan liver). Bila HbsAg positif maka orang tersebut
telah terinfeksi oleh VHB (Misnadiarly, 2007)

2.9 Pencegahan dan Pengobatan

1. Pencegahan
Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui program imunisasi.
Imunisasi adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu
penyakit dengan cara memasukkan kuman yang telah dilemahkan atau
dimatikan kedalam tubuh yang diharapkan dapat menghasilkan zat
antibodi yang pada saatnya nanti digunakan untuk melawan kuman atau
bibit penyakit yang menyerang tubuh (Hadinegoro, 2008).
a. Imunisasi Wajib
Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG (Bacille Calmette Guerin).
Polio, Hepatitis B, DTP (Difteria, Tetanus, Pertusis) dan Campak.
b. Imunisasi yang Dianjurkan

Imunisasi yang dianjurkan diberikan kepada bayi/anak mengingat


beban penyakit (Burden of disease) namun belum masuk ke dalam
program imunisasi nasional sesuai prioritas. Imunisasi dianjurkan
adalah HIb (Haemophillus Influenza tipe b), Pneumokokus, Influenza,
MMR (Measles, Mumps, Rubella), Tifoid, Hepatitis A, Varisela, Rotavirus,
dan HPV (Human Papilloma Virus) (Hadinegoro, 2008).

2. Imunisasi Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B harus segera diberikan setelah lahir, mengingat Vaksinasi
Hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang efektif untuk memutuskan rantai penularan
melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. Ada dua tipe vaksin Hepatitis B yang
mengandung HbsAg, yaitu (1) vaksin yang berasal dari plasma, dan (2) vaksin rekombinan.
Kedua ini aman dan imunogenik walaupun diberikan pada saat lahir karena antibodi anti
HbsAg tidak mengganggu respons terhadap vaksin (Wahab, 2002).
Imunisasi Hepatitis B pasif dilakukan dengan memberikan Hepatitis B Imunoglobulin
(HBIg) yang akan memberikan perlindungan sampai 6 bulan. Imunisasi aktif dilakukan
dengan vaksinasi Hepatitis B. Dalam beberapa keadaan, misalnya bayi yang lahir dari ibu
penderita Hepatitis B perlu diberikan HBIg mendahului atau bersama-sama dengan
vaksinasi Hepatitis B. HBIg yang merupakan antibodi terhadap VHB diberikan secara intra
muskular dengan dosis 0,5 ml, selambat-lambatnya 24 jam setelah persalinan (Dalimartha,
2004)
Vaksin Hepatitis B diberikan selambat-lambatnya 7 hari setelah
persalinan. Untuk mendapatkan efektifitas yang lebih tinggi, sebaiknya
HBIg dan vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan
(Dalimartha, 2004).
a. Program Imunisasi Hepatitis B
Pedoman nasional di Indonesia merekomendasikan agar
seluruh bayi diberikan imunisasi Hepatitis B dalam waktu 12 jam
setelah lahir, dilanjutkan pada bulan berikutnya. Program
Imunisasi Hepatitis B (0-7 Hari) dimulai sejak Tahun 2005 dengan
memberikan vaksin heptB-O monovalen (dalam kemasan uniject)
saat lahir, pada Tahun 2006 dilanjutkan dengan vaksin kombinasi
DPT/heptB pada umur 2-3-4 bulan (Hadinegoro, 2008). Tujuan
vaksin HepB diberikan dalam kombinasi dengan DPT (Difteria,
Pertusis, Tetanus) untuk mempermudah pemberian dan

meningkatkan cakupan hepB-3 yang masih rendah (Hadinegoro,


2008). Pada umumnya bayi mendapatkan imunisasi Hepatitis B
melalui puskesmas, rumah sakit, praktik dokter dan klinik
(Dalimartha, 2004).
b. Tujuan Imunisasi
Tujuan program imunisasi Hepatitis B di Indonesia dibagi menjadi tujuan umum
dan tujuan khusus.
i.
Tujuan Umum
Adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan
oleh infeksi virus Hepatitis B.
ii.
Tujuan Khusus
Adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan
oleh infeksi virus Hepatitis B.
Pemberian dosis pertama dari vaksin hepB kepada bayi sedini mungkin
sebelum berumur 7 hari
Memberikan imunisasi Hepatitis B sampai 3 dosis pada bayi (Dalimartha,
2004).
c. Jadwal Imunisasi

1.
2.

Pada dasarnya jadwal imunisasi Hepatitis B sangat fleksibel sehingga tersedia


berbagai pilihan untuk menyatukannya ke dalam program imunisasi terpadu.
Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diingat :
1. Minimal diberikan sebanyak 3 kali
2. Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir
3. Jadwal imunisasi dianjurkan adalah 0, 1, 6 bulan karena respons antibodi
paling optimal (Hadinegoro, 2008).
Jadwal imunisasi Hepatitis B yaitu :
Imunisasi hepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah
lahir
Imunisasi hepB-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi hepB-1
yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal,
interval imunisasi hepB-2 dengan hepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
Maka imunisasi hepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan (Hadinegoro, 2008).
Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Umur Bayi
Saat Lahir

Imunisasi
HepB-0

2 Bulan

DPT dan hepB-1

3 Bulan

DPT dan hepB-2

4 Bulan

DPT dan hepB-3

Kemasan
Uniject (hepBmonovalen)
Kombinasi DPT
hepB-1
Kombinasi DPT
hepB-2
Kombinasi DPT
hepB-3

Pemberian imunisasi Hepatitis B Berdasarkan status HbsAg ibu pada saat


melahirkan adalah :
1. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya mendapatkan 5
mcg (0,5 ml) vaksin rekombinan atau 10 mcg (0,5 ml) vaksin asal plasma
dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan
dan dosis ketiga pada umur 6 bulan. Kalau kemudian diketahui ibu mengidap
HbsAg positif maka segera berikan 0,5 ml HBIg (sebelum anak berusia satu
minggu)
2. Bayi yang lahir dari ibu HbsAg positif mendapatkan 0,5 ml HBIg dalam waktu
12 jam setelah lahir dan 5 mcg (0,5 ml) vaksin rekombinan. Bila digunakan
vaksin berasal dari plasma, diberikan 10 mcg (0,5 ml) intramuskular dan
disuntikkan pada sisi yang berlainan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2
bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan
3. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif diberi dosis minimal 2,5 mcg
(0,25 ml) vaksin rekombinan, sedangkan kalau digunakan vaksin berasal dari
plasma, diberikan dosis 10 mcg (0,5 ml) intramuskular pada saat lahir sampai
usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-4 bulan, sedangkan dosis
ketiga pada umur 6-18 bulan
4. Ulangan imunisasi Hepatitis B diberikan pada umur 10-12 Tahun (Wahab,
2002).
d. Kontraindikasi dan Efek Samping
Vaksin hepB diberikan kepada semua orang termasuk wanita
hamil, bayi baru lahir, pasien dengan immunocompromised, yaitu
pasien dengan kelainan sistem imunitas seperti penderita AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome). (Dalimartha, 2004)
Efek samping yang mungkin timbul dapat berupa reaksi lokal
ringan seperti rasa sakit pada bekas suntikan dan reaksi
peradangan. Reaksi sistemik kadang timbul berupa panas ringan,
lesu, dan rasa tidak enak pada saluran cerna. Gejala di atas akan
hilang spontan dalam beberapa hari. (Dalimartha, 2004).

3. Pengobatan
Infeksi hepatitis B akut biasanya tidak memerlukan pengobatan karena
kebanyakan orang dewasa membersihkan infeksi secara spontan . Pengobatan antivirus dini
mungkin hanya diperlukan dalam kurang dari 1 % dari pasien. Di sisi lain ,pengobatan
infeksi kronis mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko sirosis dan kanker hati .Meskipun tidak
ada

obat

yang

tersedia

dapat

membersihkan

infeksi

namun

dapat

menghentikan virus dari replikasi , sehingga meminimalkan kerusakan hati . Saat ini
,ada tujuh obat berlisensi untuk pengobatan infeksi hepatitis B di Amerika Serikat . Ini

termasuk obat antivirus lamivudine ( Epivir ) , adefovir ( Hepsera ) , tenofovir ( TDF)


,telbivudine (Tyzeka ) dan entecavir ( Baraclude ) dan dua modulator sistem kekebalan
interferon alfa - 2a dan pegylated interferon alfa - 2a ( Pegasys ) . Penggunaan interferon ,
yang membutuhkan suntikan harian atau tiga kali seminggu , telah digantikanoleh long-acting interferon
pegilasi , yang disuntikkan hanya sekali seminggu .Bayi yang lahir dari ibu diketahui membawa
hepatitis B dapat diobati dengan antiboditerhadap virus hepatitis B ( hepatitis B immune
globulin atau HBIG ) . Ketika diberikan dengan vaksin dalam waktu dua belas jam dari
lahir , risiko tertular hepatitis B berkurang90 % . Perawatan ini memungkinkan seorang ibu
untuk menyusui anaknya dengan selamat .Pada bulan Juli 2005 , peneliti dari A * STAR dan National
University of Singapore mengidentifikasi hubungan antara protein DNA - binding milik kelas protein
heterogenribonucleoprotein nuklir K ( hnRNP K ) dan replikasi HBV pada pasien .
Mengontrol tingkat hnRNP K dapat bertindak sebagai pengobatan yang mungkin untuk HBV .
(Wikipedia, 2013)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hepatitis B didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B
(VHB) dan ditandai dengan suatu peradangan yang terjadi pada organ tubuh seperti hati
(Liver). Terjadinya Hepatitis B disebabkan oleh VHB yang terbungkus serta mengandung
genoma DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar. Virus ini merusak fungsi liver dan terus
berkembang biak dalam sel-sel hati (Hepatocytes). Sumber penularannya dapat melalui
darah atau bahan yang berasal dari darah, cairan semen (sperma), lendir kemaluan wanita
(Sekret Vagina), darah menstruasi. Penularan infeksi virus hepatitis B dapat terjadi secara
parenteral,non parenteral serta secara vertical dan horizontal. berdasarkan gejala klinis dan
petunjuk serologis, manifestasi klinis hepatitis B dibagi 2 yaitu hepatitis B akut dan hepatitis
B kronis. Adapun tanda dan gejala seseorang yang terinfeksi virus Hepatitis B seperti
mual,muntah,diare,anorexia. Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui program imunisasi
hepatitis B minimal diberikan sebanyak 3 kali, imunisasi pertama diberikan segera setelah
lahir, jadwal imunisasi dianjurkan adalah 0, 2, 3,4 bulan karena respons antibodi paling
optimal. Saat ini ,ada tujuh obat berlisensi untuk pengobatan infeksi hepatitis B di Amerika
Serikat . Ini termasuk obat antivirus lamivudine ( Epivir ) , adefovir ( Hepsera ) , tenofovir
( TDF) ,telbivudine (Tyzeka ) dan entecavir ( Baraclude ) dan dua modulator sistem
kekebalan interferon alfa - 2a dan pegylated interferon alfa - 2a ( Pegasys )

Anda mungkin juga menyukai