Puji syukur penulis panjatkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun judul dari makalah ini yaitu Hepatitis B. Penyusunan Makalah ini merupakan
salah satu syarat untuk melengkapi tugas mata kuliah farmasi . Dalam menyelesaikan makalah
ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa saran, bimbingan dan
dukungan sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak yang membacanya.
BAB I
PENDAHULUAN
Hepatitis B berkisar antara 2,50-36,17 % (Sulaiman, 1994). Selain itu di Indonesia infeksi virus
hepatitis B terjadi pada bayi dan anak, diperkirakan 25 -45,g% pengidap adalah karena infeksi
perinatal. Hal ini berarti bahwa Indonesia termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B dan termasuk negara
yang dihimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya pencegahan . (Sulaiman, 1994)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami anoreksia atau
penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati
yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah
mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak
mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral
bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk
mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status
perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal
mencegah pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan
elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis adalah apabila ada anggota keluarga
menderita penyakit yang sama, agar siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis
beserta komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan
pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah
yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik
dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya
1.2 Manfaat
BAB II
ISI
2.1 Definisi Hepatitis B
Hepatitis B didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus
Hepatitis B (VHB) dan ditandai dengan suatu peradangan yang terjadi pada
organ tubuh seperti hati (Liver). Penyakit ini banyak dikenal sebagai penyakit
kuning, padahal penguningan (kuku, mata, kulit) hanya salah satu gejala dari
penyakit Hepatitis itu (Misnadiarly, 2007).
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap berbagai
kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol.(Ester monika, 2002 : 93)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa
awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri
sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak
asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan
istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan keracunan, karena tidak semua penyakit kuning
disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M.
Sholikul Huda)
Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat obatan serta bahan bahan kimia. (Sujono
Hadi, 1999).
berukuran 27 nm dan dalam darah selalu terbungkus oleh antigen permukaan. Sedangkan antigen
permukaan selain merupakan pembungkus patikel inti, juga terdapat dalam bentuk lepas berupa
partikel bulat berukuran 22 nm dan partikel tubular yang berukuran sama dengan panjang
berkisar antara 50 250 nm.
2.3 Etiologi
Terjadinya Hepatitis B disebabkan oleh VHB yang terbungkus serta mengandung genoma
DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar. Virus ini merusak fungsi liver dan terus berkembang
biak dalam sel-sel hati (Hepatocytes). Akibat fungsi serangan ini sistem kekebalan tubuh
kemudian memberi reaksi dan melawan. Kalau berhasil maka virus dapat terbasmi habis, tetapi
jika gagal virus akan tetap tinggal dan menyebabkan Hepatitis B kronis (si pasien sendiri
menjadi carrier atau pembawa virus seumur hidupnya). Dalam seluruh proses ini liver
mengalami peradangan (Misnadiarly, 2007)
Parenteral : dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk
jarum atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tattoo
b.
Non Parenteral : karena persentuhan yang erat dengan benda yang tercemarvirus
hepatitis B.
Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis B dibagi 2 cara penting yaitu:
a.
Penularan vertikal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu yang HBsAg
positif kepada anak yang dilahirkan yang terjadi selama masa perinatal. Resiko
terinfeksi pada bayi mencapai 50-60 % dan bervariasi antar negara satu dan lain
berkaitan dengan kelompok etnik.
b.
Penularan horizontal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari seorang pengidap
virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya, misalnya: melalui hubungan
seksual.
2.8 Diagnosa
Diagnosa yang dapat dilakukan yaitu serologi (test darah) dan biopsi liver
(pengambilan sampel jaringan liver). Bila HbsAg positif maka orang tersebut
telah terinfeksi oleh VHB (Misnadiarly, 2007)
1. Pencegahan
Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui program imunisasi.
Imunisasi adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu
penyakit dengan cara memasukkan kuman yang telah dilemahkan atau
dimatikan kedalam tubuh yang diharapkan dapat menghasilkan zat
antibodi yang pada saatnya nanti digunakan untuk melawan kuman atau
bibit penyakit yang menyerang tubuh (Hadinegoro, 2008).
a. Imunisasi Wajib
Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG (Bacille Calmette Guerin).
Polio, Hepatitis B, DTP (Difteria, Tetanus, Pertusis) dan Campak.
b. Imunisasi yang Dianjurkan
2. Imunisasi Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B harus segera diberikan setelah lahir, mengingat Vaksinasi
Hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang efektif untuk memutuskan rantai penularan
melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. Ada dua tipe vaksin Hepatitis B yang
mengandung HbsAg, yaitu (1) vaksin yang berasal dari plasma, dan (2) vaksin rekombinan.
Kedua ini aman dan imunogenik walaupun diberikan pada saat lahir karena antibodi anti
HbsAg tidak mengganggu respons terhadap vaksin (Wahab, 2002).
Imunisasi Hepatitis B pasif dilakukan dengan memberikan Hepatitis B Imunoglobulin
(HBIg) yang akan memberikan perlindungan sampai 6 bulan. Imunisasi aktif dilakukan
dengan vaksinasi Hepatitis B. Dalam beberapa keadaan, misalnya bayi yang lahir dari ibu
penderita Hepatitis B perlu diberikan HBIg mendahului atau bersama-sama dengan
vaksinasi Hepatitis B. HBIg yang merupakan antibodi terhadap VHB diberikan secara intra
muskular dengan dosis 0,5 ml, selambat-lambatnya 24 jam setelah persalinan (Dalimartha,
2004)
Vaksin Hepatitis B diberikan selambat-lambatnya 7 hari setelah
persalinan. Untuk mendapatkan efektifitas yang lebih tinggi, sebaiknya
HBIg dan vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan
(Dalimartha, 2004).
a. Program Imunisasi Hepatitis B
Pedoman nasional di Indonesia merekomendasikan agar
seluruh bayi diberikan imunisasi Hepatitis B dalam waktu 12 jam
setelah lahir, dilanjutkan pada bulan berikutnya. Program
Imunisasi Hepatitis B (0-7 Hari) dimulai sejak Tahun 2005 dengan
memberikan vaksin heptB-O monovalen (dalam kemasan uniject)
saat lahir, pada Tahun 2006 dilanjutkan dengan vaksin kombinasi
DPT/heptB pada umur 2-3-4 bulan (Hadinegoro, 2008). Tujuan
vaksin HepB diberikan dalam kombinasi dengan DPT (Difteria,
Pertusis, Tetanus) untuk mempermudah pemberian dan
1.
2.
Imunisasi
HepB-0
2 Bulan
3 Bulan
4 Bulan
Kemasan
Uniject (hepBmonovalen)
Kombinasi DPT
hepB-1
Kombinasi DPT
hepB-2
Kombinasi DPT
hepB-3
3. Pengobatan
Infeksi hepatitis B akut biasanya tidak memerlukan pengobatan karena
kebanyakan orang dewasa membersihkan infeksi secara spontan . Pengobatan antivirus dini
mungkin hanya diperlukan dalam kurang dari 1 % dari pasien. Di sisi lain ,pengobatan
infeksi kronis mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko sirosis dan kanker hati .Meskipun tidak
ada
obat
yang
tersedia
dapat
membersihkan
infeksi
namun
dapat
menghentikan virus dari replikasi , sehingga meminimalkan kerusakan hati . Saat ini
,ada tujuh obat berlisensi untuk pengobatan infeksi hepatitis B di Amerika Serikat . Ini
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hepatitis B didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B
(VHB) dan ditandai dengan suatu peradangan yang terjadi pada organ tubuh seperti hati
(Liver). Terjadinya Hepatitis B disebabkan oleh VHB yang terbungkus serta mengandung
genoma DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar. Virus ini merusak fungsi liver dan terus
berkembang biak dalam sel-sel hati (Hepatocytes). Sumber penularannya dapat melalui
darah atau bahan yang berasal dari darah, cairan semen (sperma), lendir kemaluan wanita
(Sekret Vagina), darah menstruasi. Penularan infeksi virus hepatitis B dapat terjadi secara
parenteral,non parenteral serta secara vertical dan horizontal. berdasarkan gejala klinis dan
petunjuk serologis, manifestasi klinis hepatitis B dibagi 2 yaitu hepatitis B akut dan hepatitis
B kronis. Adapun tanda dan gejala seseorang yang terinfeksi virus Hepatitis B seperti
mual,muntah,diare,anorexia. Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui program imunisasi
hepatitis B minimal diberikan sebanyak 3 kali, imunisasi pertama diberikan segera setelah
lahir, jadwal imunisasi dianjurkan adalah 0, 2, 3,4 bulan karena respons antibodi paling
optimal. Saat ini ,ada tujuh obat berlisensi untuk pengobatan infeksi hepatitis B di Amerika
Serikat . Ini termasuk obat antivirus lamivudine ( Epivir ) , adefovir ( Hepsera ) , tenofovir
( TDF) ,telbivudine (Tyzeka ) dan entecavir ( Baraclude ) dan dua modulator sistem
kekebalan interferon alfa - 2a dan pegylated interferon alfa - 2a ( Pegasys )