Anda di halaman 1dari 2

Klasifikasi Katarak

1.

2.

3.

4.

5.

Katarak Insipien
Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat
di dalam korteks. Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai
terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa
dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak
isnipien (Ilyas, 2005). Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena
indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadangkadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak Intumesen.
Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan
lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam
celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan
keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit
glaukoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan mipopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah,
yang memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan
jarak lamel serat lensa.
Katarak Imatur
Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak yang
belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat
bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa
yang degeneratif.
Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder (Ilyas, 2005).
Katarak Matur
Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa
lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan
keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi
kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi
lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak
terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif (Ilyas, 2005).
Katarak Hipermatur
Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi
kelur dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning
dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul

lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan


dengan zonula Zinn menjadi kendor.
Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka
korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus
yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini
disebut sebagai katarak Morgagni (Ilyas, 2005).

Selain klasifikasi di atas terdapat pengelompokan katarak lain yaitu:


1.

2.
3.

4.
5.

Katarak komplikata (katarak yang terbentuk sebagai efek langsung penyakit


intraokular seperti uveitis posterior parah, glaukoma, retinitis pigmentosa,
dan pelepasan lensa)
Katarak traumatik (katarak yang paling sering disebabkan oleh cedera
benda asing di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata)
Katarak akibat penyakit sistemik (diabetes mellitus, hipotiroidisme, distrofi
miotonik, dermatitis atopik, galaktosemia, dan sindrom Lowe, Werner, dan
Down)
Katarak toksik (akibat substansi toksik yang mengenai mata baik sistemik
maupun lokal, misalnya kortikosteroid yang digunakan dalam waktu lama)
Katarak-ikutan/sekunder (akibat katarak traumatik yang terserap sebagian
atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular)

Anda mungkin juga menyukai