Laporan Pendahuluan Ketuban Pecah Dini
Laporan Pendahuluan Ketuban Pecah Dini
A.
1.
TINJAUAN TEORITIS
Pengertian
Etiologi
a.
Persalinan prematur
b.
c.
d.
1)
Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi terapeutik, LEEP,
dan sebagainya
2)
Peningkatan paritas yang memnungkinkan kerusakan serviks selama pelahiran
sebelumnya
3)
Inkompeteni serviks
e.
f.
1)
2)
g.
h.
Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu
muda
i.
Riwayat hubungan seksual baru-baru ini.(buku obstetric dan ginekologi,2009,geri
morgan)
3.
Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi
kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak mikroorganisme
servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara
local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan
selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada infeksi juga dihasilkan produk
sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis
tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin
dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga mengaktifasi
pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga akan
merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang
menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya
ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau produk host
yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan
rupture kulit ketuban .Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai
kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga
kulit ketuban.Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen
tipe III papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang
terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen
tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ktuban merembes melalui vagina,aroma air
ketuban berbau amis dan tidak seperti bbau amoniak,mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes dengan cirri pucat dan bergaris warna darah,cairan ini tidak
akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.tetapi bila anda
duduk atau berdiri,kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya mengganjal
atau menyambut kebocoran untuk sementara.
Demam ,bercak vagina yang banyak ,nyeri perut ,denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.(buku asuhan patologi
kebidanan,sujiyatini,2009,hal:14)
5.
A.
1.
Penatalaksanaan
Pencegahan
Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bakterial
2.
Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk mngurangi
atau berhenti.
3.
4.
Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada
faktor predisposisi.
B.
Panduan mengantisipasi : jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat
prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban peccah.
1.
Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat
a.
b.
Polihdramnion
2.
Herpes aktif
3.
C.
1.
Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya
pecahnya ketuban
2.
a.
Saat pasien berbaring terlentang , tekan fundus untuk melihat adanya semburan
cairan dari vagina.
b.
Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk
mengkaji ferning dibawah mikroskop.
c.
Sebagian cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji
diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual tidak ada
perdarahan dan tidak dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K-Y.
3.
Bila pecah ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan
pemeriksaan pekulum steril.
a.
b.
c.
Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada slide
untuk mengkaji ferning dubawah mikroskop.
4.
Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2, rujuk
ke dokter.
D.
a.
Penatalaksanaan konservatif
Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah.
b.
Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan kevagina ,
kecuali spekulum steril ; jangan melakukan pemeriksaan vagina.
c.
1.
Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkatkan secara signifikan, dan /
atau mencapai 380 C , berikan macam antibiotik dan pelahiran harus diselesaikankan.
2.
Observasi rabas vagina : bau menyengat menyengat, purulen atau tampak
kekuningan menunjukan adanya infeksi.
3.
E.
Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa pun
Penatalaksaan agresif
a.
Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya)
dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b.
c.
Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda,
mulai pemberian pitocin
d.
e.
f.
Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk di indikasi,
kaji nilai bishop (lihat label 5-2) setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan untuk
menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi
dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau induksi dimulai
g.
Periksa hitung darah lengka bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari
berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi
h.
Lakukan NST setelah ketuban pecah ; waspada adanya takikardia janin yang
merupakan salah satu tanda infeksi
i.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
F.
a.
Pesalinan spontas
1)
Ukur ssuhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam
2)
3)
Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi perawat
neonatus
4)
b.
Indikasi persalinan
1)
2)
3)
Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan , banyak yang
memberikan 1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g Mefoxin per IV ssetiap 6 jam sebagai
profilakis . Beberapa panduan lainnya menyarankan untuk mengukur suhu tubuh ibu dan
DJJ untuk menentuan kapan aantibiotik mungkin diperlukan.(buku obstetric dan
ginekologi,2009,geri morgan)
6.Pemeriksaan penunjang
1)
Pemeriksaan laboratorium
vagina,Sekret vagina ibu hamil pH :4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna ,tetap
kuning .1.a tes lakmus (tes nitrazin),jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina
dapat menghaslkan tes yang positif palsu .1b. mikroskop (tes pakis ),dengan meneteskan
air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun psikis.
2)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri
pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit .Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidroamion.Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup
banyak macam dan caranya ,namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan
anamnesa dan pemeriksaan sederhana.(buku asuhan patologi
kebidanan,sujiyatini,2009,hal:16-17)
7.Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah sindrom
distress pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.Risiko infeksi meningkat
pada kejadian KPD.Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion).Seklain itu
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.Hipoplasia paru
merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai hampir
100% apabila KPD prater mini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
a.
Infeksi intrauterine
b.
c.
Prematuritas
d.
Distosia
B.
1.
PENGKAJIAN
a)
Identitas ibu
b)
Riwayat penyakit
a.
Riwayat kesehatan sekarang ;ibu dating dengan pecahnya ketuban sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek
7.
c)
Pemeriksaan fisik
a.
1.
2.
Hidung ,ada atau tidaknya pembebngkakan konka nasalis .Ada /tidaknya
hipersekresi mukosa
3.
Mulut :gigi karies/tidak ,mukosa mulut kering dan warna mukosa gigi,
4.
b.
Dada
1.
Troraks
Abdomen
Genitalia
1.
Inspeksi :kebersihan ada/tidaknya tanda-tanda
REEDA(Red,Edema,discharge,approxiamately); pengeluaran air ketuban (jumlah
,warna,bau 0dan lender merah mda kecoklatan .
2.
3.
d)
Pemeriksaan diagnostic
1.
2.
3.
4.
5.
Ultrasonografi ;menentukan usia gestasi ,ukuran janin ,gerakan jantung janinmdan
lokasi plasenta.
6.
4.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur
infasif,pemeriksaan vagina berulang dan rupture membrane amniotic
b.
kerusakan perutakaran gas pada janin nyang berhubungan dengan adanya
penyakit
c.
risiko tinggi cedera pada janin yang berhubungan dengan melahirkan bayi
premature /tidak matur
d.
e.
risiko tinggi penyebaran infeksi /sepsis yang berhubungan dengan adanya
infeksi ,prosedur infasif ,dan peningkatan pemahaman lingkungan.
f.
Resiko tinggi keracunan karena toksik yang berhubungan dengan dosis/efek
samping tokolitik
g.
Risiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan intervensi pembedahan
,penngunaan obat tokolitik
h.
i.
Risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan
masukan cairan
5.
INTERVENSI KEPERAWATAN
a.
Diagnosis 1 : Ansietas yang berhubungan dengaan krisis situasi, ancaman konsep
diri, ancaman yang dirasakan/actual dari kesejahteraan maternal, dan janin transmisi
interpersonal.
Tujuan : Ansietas pada iibu dapat teratasi
Kriteria hasil :
1)
2)
3)
4)
Intervensi :
a)
Rasional : pada kelahiran caesarea yang tidak direncanakan, ibu dan pasangan biasanya
tidak mempunyai waktu untuk persiapan psikologi dan fisiologi.
c)
g)
Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah orang yang
ada sesuai kenginan ibu.
Rasional : memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk memperoleh informasi, menyusun
sumber sumber, dan mengatasi cemas dengan efektif.
b.
Diagnosis 2 : Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan prosedur
invasif pecah ketuban, kerusakan kulit dan penurunan Hb.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
1)
2)
Intervensi :
a)
Rasional : kondisi dasar ibu : seperti DM dan hemoragi menimbulkan potensial resiko
infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Adanya proses infeksi dapat meningkat
resiko kontaminasi janin.
b)
Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi ( misalnya peningkatan suhu, nadi, jumlah
sel darah putih atau bau / warna secret vagina.
Rasional : pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan
korioamonitis sebelum mengintervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
c)
Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah.
d)
Rasional : resiko infeksi pasca melahirkan serta penyembuhan lebih lama bila kadar Hb
rendah dan kehilangan darah berlebihan.
g)
DAFTAR PUSTAKA
Mitayani ,2009,Asuhan Keperawatan Maternitas,Jakarta : Salemba Medika
Errol norwiz,2011,anatomi dan fisiologi ,
Geri morgan ,2009,obsteri dan ginekologi panduan praktik,Jakarta EGC.
Sujiyati ,2008,asuhan patologi kebidanan,jakarta ; Numed.
TINJAUAN TEORI
A.
PENGERTIAN
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan
dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan pecahnya
selaput janin sebelum proses persalinan dimulai. (Manuaba, 1998)
1.
KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia <37 minggu
2. KPD memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan
peningkatan risiko infeksi intra-amnion
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks.
(Prawirohardjo, 2002)
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/ early/ premature rupture of the
membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebsalum partu : yaitu bila pembukaan
pada primigravida dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Mochtar, 1998).
B.
ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab
lainnya adalah sebagai berikut :
1.
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau
leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengahtengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin
besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi
sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks
yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules
dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan
penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.
(Manuaba, 2002).
2.
Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a.
b.
Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli
terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan
rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih
besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada
yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
(Saifudin. 2002)
a. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia
menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan
tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan
selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang,
menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
(Winkjosastro, 2006)
d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat
mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah
peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut,
volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam
waktu beberapa hari saja.
3.
4.
Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo
pelvic disproporsi).
5.
Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina
ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam
dan persalinan lama.
6.
Penyakit Infeksi
8.
9.
10.
Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
C.
PATOFISIOLOGI
Banyak teori, mulai dari defect kromosom kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada
sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%)
High virulensi : Bacteroides ; Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan
inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput
korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan. (Taylor,
2006)
D.
MANIFESTASI KLINIK
Menurut Mansjoer ( 2000) Achadiat (2004) manifestasi ketuban pecah dini adalah:
1.
Keluar air krtuban warna keruh. Jernih,kuning, hijau, atau kecoklatan sedikitsedikit atau sekaligus banyak
2.
3.
4.
Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah
kering
5.
Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air
ketuban sudah kering
6.
7.
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
8.
9.
F.
KOMPLIKASI
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina
atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2.
Partus peterm
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu ( antara 20 37 minggu ) atau dengan berat janin kurang dari
2500 gram ( Manuaba, 1998)
3. Prolaps Tali pusat
Tali pusat menumbung
4. Distasia ( partus Kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan menyebabkan dry labour
atau persalinan kering
5.
Ketuban pecah dini merupakan penyebab pentingnya persalinan premature dan
prematuritas janin.
6. Resiko terjadinya ascending infection akan lebih tinggi jika persalinan dilakukan
setelah 24 jam onset
7. Hipoplasia pulmonal janin sangat mengancam janin, khususnya pada kasus
oligohidramnion
G.
PENANGANAN MEDIS
a.
1. Rawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa
mencapai 37 minggu
2. Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin)
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
3. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar, atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi
4. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru
janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Sedian terdiri atas betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa (-): beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
7.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi
8.
b.
1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesaria. Dapat
pula diberikan misoprostol 50 g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2.
Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan di akhiri:
Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi. Jika tidak
berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
H.
1.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a. Biodata klien
berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical
Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.
b. Keluhan utama :
keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada
periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak
air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering
c. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus
haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
d. Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau
tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ?
e. Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan
selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan,
tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
f. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai
saat ini atau kambuh berulang ulang
g. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic
seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan
congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga
h. Kebiasaan sehari hari
Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu
makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah pinggang
sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suarasuara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut
dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
i. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen: uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus harus
diukur dan dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan menurut hari haid terakhir.
Palpasi abdomen memberikan perkiraan ukuran janin dan presentasi maupun cakapnya
bagian presentasi. Denyut jantung normal.
Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya.
Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret
vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,
tetap kuning.
Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 7,5, darah dan infeksi
vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
b.
c.
3.
FOKUS INTERVENSI
a.
Tujuan:
-
Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-5), frekuensi, dan waktu.
Menandai gejala nonverbal. Misalnya: gelisah, takikardia, dan meringis.
2.
3.
b.
2.
3.
4.
Instruksikan klien untuk konsulasi kepada dokter atau ahli terapi fisik untuk
program latihan jangka panjang.
5.
2.
Jelaskan prosedur yang akan dirasakan klien,kontraksi dan DJJ adan dipantau
secara kontinus
3.
4.
2.
3.
Gunakan berminologi positif, hindari penggunaan istilah yang menendakan
abnormalitas prosedur atau proses
4.
5.
6.
7.
e.
Tujuan : - Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit
- Memperlihatkan kemampuan tentang faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan infeksi
dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
Amati terhadap manifestasi klinik infeksi (mis; demam, urine keruh, drainase
purulen)
6.
Instruksikan individu dan keluarga mengenal penyebab, risiko-risiko dan kekuatan
penularan infeksi.
7.