TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan,
konteks pemberdayaan, semua unsur (pejabat, perangkat negara, wakil rakyat, para ahli,
politisi, orpol, ormas, LSM, pengusaha, ulama, mahasiswa, serta rakyat banyak) berada
dalam posisi setara, yang tumbuh bersama melalui proses belajar bersama-sama. Masingmasing elemen harus memahami dan menghargai kepentingan maupun perbedaan satu sama
lain. Perberdayaan tersebut dimaksudkan agar masing-masing unsur semakin meningkat
kemampuannya, semakin kuat, semakin mandiri, serta memainkan perannya masing-masing
tanpa mengganggu peran yang lain. Justru dengan pemberdayaan kemampuan dan peran yang
berbedabeda tersebut tidak diseragamkan, melainkan dihargai dan dikembangkan kerjasama,
sehingga bisa terjalin kerjasama yang baik.
Gambar 2.1
Tiga Tahapan dalam Proses Pemberdayan
Penyadaran
Pengkapasitasan
Pendayaan
dirumuskan
menurut
cara
pandang
developmentalisme/modernisasi
ini
adalah
mendorong
untuk
memberdayakan
masyarakat,
dinyatakan
bahwa
tujuan
pemberdayaan
masyarakat
adalah
II.2
usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha. (http://kangheru.multiply.com/journal/item/47/PengertianUsaha-Kecil-Menengah-UKM-diakses pada tanggal 10 januari 2013 pukul 19.00)
Pengertian tentang UKM sangat beragam, baik itu dari instansi, pemerintah dan
bahkan UU yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, pengertian UKM adalah
Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara
mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari
persaingan yang tidak sehat.
2. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Pengertian usaha kecil menengah berdasarkan kuantitas tenaga kerja adalah bahwa
usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s/d 19
orang. Sedangkan, usaha menengah memiliki entitas usaha yang memiliki jumlah
tenaga kerja 20 s/d 29 orang.
3. Menurut UU No. 20 Tahun 2008
Usaha kecil menengah dibagi kedalam dua (2) yakni:
a) Usaha kecil adalah entitas yang memiliki kriteri sebagai berikut:
Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
b) Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha
yang memiliki kriteria sebagai berikut :
Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).
usaha
yang
berbadan
hukum,
termasuk
koperasi
(http://bumukm.com/berita/17/Kriteria-Usaha-Mikro,-Kecil-dan-Menengah (UMKM)
html-diakses pada tanggal 14 januari 2013 pukul 22.00)
II.3
pendekatan
pemberdayaan
masyarakat
yang
sesuai
dengan
II.3.2
Semua
aturan,
mekanisme
dan
prosedur
dalam
pelaksanaan
II.3.3
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
kapasitas
kelembagaan
masyarakat
yang
mengakar,
1. Sistem Pemerintahan
Dasar peraturan perundangan sistem Pemerintahan yang digunakan
adalah:
a. Undang-undang Nomor: 22 Tahun 1999. Undang-undang Nomor: 32 Tahun
2004
1. Tingkat Nasional
Penanggung jawab pengelolaan program tingkat nasional PNPM Mandiri Perkotaan
adalah Departemen Pekerjaan Umum yang bertindak sebagai lembaga penyelenggara
program (executing agency). Untuk melaksanakan Program Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) agar dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan
dan terciptanya sinergidengan program lainnya untuk mengoptimalkan hasil yang
dicapai dalam rangka keberlanjutan program sekaligus mendukung pelaksanaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-Mandiri
Perkotaan), telah dibentuk Unit Manajemen Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (PMU P2KP) sesuai Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor
358/KPTS/M/2008 tanggal 10 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Manajemen Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (PMU P2KP).
2. Tingkat Propinsi
Di tingkat propinsi dikoordinasikan langsung oleh Gubernur setempat melalui Bapeda
Propinsi dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksanaan PNPM yang anggotanya
terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah di bawah koordinasi TKPKD Propinsi.
Sebagai pelaksana ditunjuk Dinas Pekerjaan Umum/Bidang Ke-Cipta Karya-an di
bawah kendali/koordinasi Satker Non Vertikal Tertentu (SNVT) PBL tingkat
propinsi. Tugas Kepala SNVT PBL Propinsi adalah :
a. Melaksanakan kegiatan teknis dan administratif untuk pelaksanaan PNPM
Mandiri Perkotaan sesuai arah kebijakan PMU-P2KP ;
b. Mengelola tata pelaporan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan;
c. Mempertanggungjawabkan seluruh pengeluaran dana sesuai ketentuan yang
berlaku;
d. Bersama dgn KMW dan TKPKD menindak lanjuti berbagai pengaduan terkait
PNPM Mandiri Perkotaan sampai proses hukum/ke tangan penegak hukum
dengan tetap mengutamakan penyelesaian secara kekeluargaan.
3. Tingkat Kota/Kabupaten
Di tingkat Kabupaten/Kota dikoordinasikan langsung oleh Walikota/Bupati setempat
melalui Bapeda Kabupaten/Kota dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksanaan
PNPM (TKPP) yang anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah di
bawah koordinasi TKPKD Kabupaten/Kota. TKPKD Kota/ Kabupaten dalam PNPM
Mandiri Perkotaan berperan mengkoordinasikan TKPP dari berbagai program
penanggulangan kemiskinan.
4. Tingkat Kecamatan
Di tingkat kecamatan, unsur utama pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan yaitu
sebagai berikut :
a. Camat
Peran pokok Camat adalah memberikan dukungan dan jaminan atas
kelancaran pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya,
dengan rincian tugas sebagai berikut:
1) Melakukan sosialisasi program PNPM Mandiri Perkotaan kepada
Lurah dan perangkat kelurahan di wilayah kerjanya;
2) Memfasilitasi berlangsungnya koordinasi dan konsolidasi dalam
pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya;
3) Melakukan pemantauan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di
wilayah kerjanya dan menerima serta memverifikasi laporan para
Lurah / Kades;
dan
program
daerah
lainnya
dalam
Musrenbang
Kecamatan;
6) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Forum LKM di tingkat
kecamatan/kota/kabupaten, KSM, dan kelompok peduli lainnya untuk
meningkatkan keberhasilan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah
kerjanya; serta
7) Berkoordinasi dengan PJOK dan Tim Fasilitator dalam penyelesaian
persoalan, konflik dan penanganan pengaduan mengenai pelaksanaan
PNPM Mandiri Perkotaan di wilayahnya.
b. Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK)
Di tingkat kecamatan ditunjuk PJOK (Penanggung Jawab Operasional
Kegiatan).
PJOK
Walikota/Bupati)
adalah
untuk
perangkat
kecamatan
pengendalian
kegiatan
yang
di
diangkat
tingkat
oleh
kelurahan
Keswadayaan
Masyarakat),
(4)
KSM
(Kelompok
Swadaya
aturan yang berlaku sehingga tujuan yang diharapkan melalui PNPM Mandiri
Perkotaandapat tercapai dengan baik.Untuk Itu Lurah/ Kepala Desa dapat
mengerahkan perangkat kelurahan atau desa sesuai dengan fungsi masingmasing.Secara rinci tugas dan tanggung jawab Lurah/Kepala Desa dalam
pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut:
1) Membantu sosialisasi tingkat kelurahan/desa dan Kesiapan Masyarakat
yang menyatakan kesiapan seluruh masyarakat untuk mendukung dan
melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan;
2) Memfasilitasi terselenggaranya pertemuan pengurus RT/RW dan
masyarakat dengan KMW/Tim Fasilitator, dan relawan masyarakat
dalam upaya penyebarluasan informasi dan pelaksanaan PNPM
Mandiri Pedesaan.
3) Memfasilitasi pelaksanaan pemetaan swadaya (Community Self
Survey) dalam rangka pemetaan kemiskinan dan potensi sumberdaya
masyarakat yang dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat;
4) Memfasilitasi proses pembentukan LKM. (Bentuk-bentuk dukungan
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat, serta ketentuan
PNPM Mandiri Pedesaan).
5) Memfasilitasi dan mendukung penyusunan Program Jangka Menengah
Penanggulangan Kemiskinan dan rencana tahunannya oleh masyarakat
yang diorganisasikan oleh lembaga kepemimpinan masyarakat
setempat (LKM).
6) Memfasilitasi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan yang terkait dengan
penanggulangan kemiskinan termasuk peninjauan lapangan oleh
berbagai pihak berkepentingan.
II.4
Defenisi Konsep
Menurut Masri Singarimbun (1995:37) bahwa konsep adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan kejadian secara abstrak kejadian atau kelompok individu yang
menjadi pusat ilmu sosial. Defenisi konsep berfungsi untuk menemukan batasan-batasan
masalah yang ada dalam penelitian. Karena dalam penelitian deskriftif diperlukan fokus
penelitian agar data penelitian yang akan diteliti dapat terukur validitasnya. Untuk itu dalam
penelitian ini, penulis menguraikan defenisi konsep sebagai berikut :
1. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk menciptakan atau meningkatkan
kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan
berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan
kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar
dari perangkat Pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan
dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.