Anda di halaman 1dari 14

PORTOFOLIO 1

Hari, tanggal
Judul

: Rabu, 19 Agustus 2015


: Pendahuluan dari Belajar dan

Pembelajaran
Kegiatan

Dalam membahas tentang pendahuluan dari belajar dan


pembelajaran ini, dosen memberikan bahan diskusi untuk
mahasiswa dan dibagi dalam beberapa kelompok. Kemudian
tiaptiap

perwakilan

dari

masing-masing

kelompok

menyampaikan hasil diskusi kelompoknya untuk dibandingkan


dengan hasil diskusi dari kelompok lain. Dosen memberikan
penjelasan kepada mahasiswa
disimpulkan

bersama-sama.

sehingga hasil diskusi dapat

Mahasiswa

mendengarkan

dan

mencatat materi yang disampaikan dosen sambil memahaminya


kemudian dosen memberi umpan balik kepada mahasiswa.
Dosen juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bertanya tentang materi terkait hal tersebut yang belum
dipahami atau yang belum bisa dimengerti.
Dalam kegiatan ini menjadikan mahasiswa lebih mengerti
dan memahami tentang pendahuluan atau latar belakang dari
mata kuliah belajar dan pembelajaran.
Hasil studi di luar sekolah :
Di kebanyakan sekolah memang diterapkan suatu sistem di
mana para guru membimbing/mengajari siswanya. Disini terlihat
bahwa peran guru sangatlah besar pada hubungan antara siswa
dengan stimulus/perubahannya. Dengan adanya guru yang
membimbing/mengajari siswa maka siswa akan lebih mudah
memahami apa yang diajarkan. Dengan begitu, siswa akan lebih
mudah mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada
siswa ternyata tidak selalu mengarah ke hal-hal yang positif.
Oleh karena itu, guru selalu memberikan arahan kepada siswa-

siswanya,

sehingga

perubahan

yang

terjadi

pada

siswa

cara

untuk

merupakan perubahan ke arah hal-hal yang positif.


a. Studi Pustaka
Dalam

mempelajari

hubungan

serta

meningkatkan intensitas dan kualitas hubungan antara siswa


dengan stimulus / perubahannya dapat berlangsung apabila
terdapat

proses

belajar.

Dalam

proses

belajar,

siswa

membutuhkan stimulus seperti rangsangan dari internal dan


eksternal. Rangsangan internalnya berupa motivasi dari dalam
diri siswa yang berupa keinginan dari dirinya sendiri. Sedangkan
rangsangan eksternalnya adalah guru dan orang-orang yang
berada di lingkungan sosialnya. Sedangkan untuk meningkatkan
intensitas dan kualitas hubungan antara siswa dan stimulus
dengan melakukan berbagai pendekatan agar siswa merasa
nyaman sehingga bisa menerima penjelasan kita (guru) dan
dengan lebih memfasilitasi mereka.
Menurut Nasution (1982) dalam bukunya yang berjudul
Didaktik Asas Asas Mengajar, sebagai seorang guru, kita
perlu mengenal siswa. Abad keduapuluh pernah disebut abad
kanak kanak. Sekitar permulaan abad ini anak anak
mendapat perhatian dan dijadikan obyek penelitian. Anak diakui
sebagai manusia penuh dalam setiap masa perkembangannya
dan dihormati penuh sebagai menghormati orang lainnya.
Seorang ahli didik Amerika pernah mengatakan bahwa
perubahan yang terbesar yang terjadi dalam seperempat abad
akhir akhir ini adalah perubahan dalam hubungan antara guru
dengan siswa, yakni dari hubungan sebagai antara atasan dan
bawahan

menjadi

hubungan

persahabatan,

dimana

guru

menghormati pribadi anak.


Mengajar menurut pendapat modern tidak mungkin tanpa
mengenal murid. Kalau kita mengajar geografi, tak cukup kalau
kita menguasai bahan pelajaran itu, kita juga harus mengenal

anak sebab sebenarnya kita mendidik anak itu. Tidak boleh lagi
anak itu dianggap sebagai suatu bejana yang harus diisi oleh
guru dengan bahan pelajaran. Menurut penyelidikan, belajar
dengan efektif hanya mungkin, kalau anak itu sendiri turut aktif
dalam merumuskan serta memecahkan masalah. Malahan di
sekolah yang modern anak anak diturut sertakan menentukan
bahan

pelajaran,

tentu

dalam

rangka

tujuan

dan

filsafat

pendidikan yang dianut oleh sekolah itu. Bahan pelajaran tidak


dipaksakan kepada siswa.
Bahan pelajaran sering tidak dipahami anaka faedahnya. Hanya dengan
paksaan atau ancaman berupa angka buruk atau tinggal kelas anak itu akan
mempelajarinya. Di sekolah modern bahan pelajaran lebih menarik karena
disesuaikan dengan kebuuhan anak seperti:
1. Kebutuhan jasmaniah. Anak anak suka bergerak dan melakukan
olahraga. Pendidikan jasmani menarik minat anak anak. Soal makan,
tidur dan kebiasaan mengenai kesehatan mudah memikat perhatian anak.
2. Kebutuhan sosial. Sekolah harus juga dipandang sebagai lembaga tempat
anak-anak belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman-teman
sebaya yang berbeda mengenai jenis kelamin, suku bangsa, agama, status
sosial, atau pendapat. Guru harus menciptakan suasana kerjasama antara
siswa-siswa. Belajar kelompok harus lebih banyak dijadikan metode untuk
menumbuhkan rasa sosial. Guru hendaknya pula lebih memperhatikan
anak-anak pendiam yang menyendiri. Menurut ahli ilmu jiwa anak
pendiam banyak mengalami kesulitan dalam penyesuaian dirinya kepada
ligkungan sosialnya daripada anak-anak yang ribut di dalam kelas.
3. Kebutuhan intelektual. Bahan pelajaran yang dipaksa oleh rencana
pelajaran yang ditetapkan oleh pihak atasan, sering kurang sesuai dengan
minat anak. Selain dari itu perlu lebih banyak diperhatikan kegemaran atau
hobby anak-anak.
Robbert J. Havighurst dalam bukunya Human Development and
Education mengemukakan suatu cara untuk memenuhi kebutuhan anak dan
pemuda. Katanya bahwa setiap orang harus memenuhi tugas-tugas tertentu dalam
hidup masing-masing, yang disebutnya developmental task. Kesanggupan

memenuhi tugas itu akan memberi kepadanya rasa kepuasan dan kebahagiaan.
Sebaliknya kegagalan memenuhinya akan menimbulkan kekecewaan, rasa tak
senang dan kecaman dari pihak lingkungan. Misalnya, pada masa perkembangan
tertentu seorang anak harus dapat makan sendiri, berpakaian sendiri,
mengeluarkan pendapatnya dengan bahasa yang teratur mengurus diri sendiri,
berumah tangga sendiri dan sebagainya. Itulah tugas-tugas yang dibebankan pada
bahu setiap orang sesuai dengan masa perkembangaannya. Developmental task
yang harus dipenuhi oleh pemuda-pemuda ialah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Memahami dan menerima baik keadaan jasmaniah


Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
Mencapai hubungan yang lebih matang dengan orang dewasa
Mencapai kematangan emosional
Menuju kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansiil
Mencapai kematangan intelektual
Membentuk pandangan hidup
Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri
Untuk mengajar dengan baik diperlukan keterangan yang selengkap-

lengkapnya tentang siswa. Oleh sebab itu sekolah modern dengan sengaja
mengumpulkan keterangan-keterangan itu sejak anak itu masuk sekolah.
Keterangan itu senantiasa diperlengkapi selama anak itu belajar di sekolah dan
agar dapat sedalam-dalamnya mengenal latar belakang siswa.
Bila anak itu pindah sekolah maka keterangan itu dikirimkan ke sekolah
yang baru. Secara ideal, kumpulan keterangan itu mengikuti anak itu dari
Sekolah Dasar sampai Universitas. Tentu saja segala keterangan itu bersifat
rahasia dan hanya dipergunakan untuk kebaikan anak itu.
Kumpulan keterangan itu dalam bahasa asingnya disebut permanent
cumulative record atau catatan yang permanen yang dapat berisi keterangan
mengenai:
1. Keterangan pribadi anak: nama, tanggal dan tempat lahir, kebangsaan,
jenis kelamin, alamat, nama orang tua atau wali, tanggal masuk sekolah.
2. Kepandaian: angka-angka rapor, hasil-hasil tes, tinggal kelas.
3. Kesehatan: penyakit-penyakit, cacat badan, kebiasaan hidup,
perkembangan berat, tinggi badan, dan sebagainya.
4. Keadaan rumah: pekerjaan ayah/ibu, jumlah adik/kakak, suku bangsa
orang tua, pendidikan orang tua, agama orang tua, ada tidaknya ayah/ibu,
suasana rumah dan sebagainya.
4

5. Riwayat sekolah: kerajinan bersekolah, kemangkkran, hukuman, hadiah,


6.
7.
8.
9.

pujian.
Kesanggupan istimewa, hobby.
Sifat-sifat pribadi (watak): suka bergaul. Pendiam, jujur dan sebagainya.
Cita-cita untuk kemudian hari, jabatan yang diinginkan.
dan sebagainya yang masih dirasa perlu.
Kumpulan keterangan ini dilengkapi foto, hasil karya anak berupa

karangan, gambar, hasil ujian dan sebagainya, catatan berkala oleh guru sebagai
hasil pengamatan, hasil-hasil interview, kesulitan-kesulitan anak dalam pelajaran.
Setiap guru memberi sumbangan untuk memperlengkap keterangan tentang
murid.
Banyak cara untuk mengenal siswa, di antaranya ada yang sudah
dilakukan diatas, ada pula yang memerlukan alat serta latihan khusus seperti tes,
observasi (kelakuan anak di dalam kelas), mengunjungi rumah, interview
(Nasution, 1982).
Guru juga harus memberikan stimulus dari rangsangan internal berupa
motivasi. Menurut Sartain (1958) (dalam M. Ngalim, 1992) pada umumnya suatu
motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu
organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan atau perangsang.
Tujuan adalah yang menentukan atau membatasi tingkah laku organisme itu. Jika
yang kita tekankan adalah faktanya/obyeknya, yang menarik organisme itu, maka
kita pergunakan istilah perangsang (incentive).
Banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi
yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga
yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga. Motivasi
merupakan pendorong bagi perbuatan seseorang. Ia menyangkut soal mengapa
seseorang berbuat demikian dan apa tujuannya sehingga ia berbuat demikian (M.
Ngalim, 1992).
b. Browsing internet
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang di anggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar. Seseorang di
katakana belajar apabila setelah melakukan kegiatan belajar ia menyadari bahwa
5

dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan. Stimulus adalah apa saja yang di
berikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa
terhadap stimulus yang di berikan oleh guru.
Menurut Arden N. Frandsen, mengatakan bahwa hal yang mendorong
seseorang untuk belajar antara lain:
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebis luas
2. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan
teman
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha
yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi
5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar
Belajar stimulus dan respon mengacu pada proses perubahan perilaku
yang di hasilkan oleh adanya relasi antara stimulus atau rangsangan dan respon
atau jawaban atas stimulus. Misalnya seseorang yang mendengar suara music ia
akan langsung mengetukkan kakinya mengikuti irama music tersebut. Respon
adalah perilaku yang lair sebagai hasil masuknya stimulus ke dalam pikiran
seseorang. Proses pembelajaran yang baik ialah yang memungkinkan terjadinya
relasi antara stimulus dan respon dengan baik. Untuk itu, maka stimulus harus
benar- benar dapat member rangsangan atau stimulus. Pertanyaan yang singkat
dan jelas akan dapat mengundang respon yang lebih baik dari pada pertanyaan
panjang yang berbelit- belit yang mungkin bisa menyesatkan. Oleh karena itu,
guru harus mampu memilih rangsangan yang baik dan mampu memberi
rangsangan yang baik.
Ada beberapa teori mengenai stimulus dan respon, di antaranya:
1. Teori Ivan Petrovich Pavlov
Memunculkan reaksi yang di inginkan, maka stimulus harus di lakukan
secara berulang- ulang, dalam artian semuanya tergantung dari kebiasaan yang di
lakukan.
2. Teori Asosiasi Edward L. Thorndike
Ketika melakukan sesuatu memang harus ada kegagalan - kegagalan
sebelumnya. Ketika ia gagal maka ia akan terus mencoba sampai akhirnya ia bisa
berhasil.

3. Teori Behaviorisme dari Jhon Broades Watson


Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan
sekitarnya. Dengan kata lain, lingkunganlah yang membentuk kepribadian
manusia.
4. Teori Kesegaran dari Edwin Guthrie
Seseorang di anggap belajar apabila ada perubahan dalam tahap akhir pada
sebuah situasi.
5. Teori Burrhus Frederic Skinner ( 1904-1990)
Terdapat penguatan positif dan penguatan negative dalam proses
pembelajaran. Penguatan positif dan negative ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dalam proses pembelajaran.
(Samuel, 2009-2015).
Hubungan antara stimulus dan respon akan semakin erat jika sering di
latih dan semakin kurang apabila jarang di latih. Dalam mengajar kita harus
perhatikan situasi peserta didik dan perhatikan respon yang di harapkan dari
situasi tersebut. Hendaknya guru mampu menciptakan hubungan respon dengan
sengaja dan membuat hubungan sedemikian rupa sehingga menghasilkan stimulus
dan respon yang baik (kompasiana.com).
Terdapat banyak aspek eksternal yang berpengaruh terhadap diri siswa di
sekolah. Teman-teman, struktur sekolah, suasana kelas, kebersihan, peralatan dan
banyak hal lainnya adalah contoh dari sekian banyak stimulus yang mestinya
diperhatikan untuk kesuksesan proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Namun
diantara semua itu, aspek guru merupakan stimulus yang paling besar
pengaruhnya. Bagaimana semangat, kreativitas, ketekunan dan kesabaran guru
dalam mengajar akan menentukan proses pengkondisian siswa dalam belajar
(kompasiana.com).
Stimulus tidak lain adalah lingkungan belajar anak baik yang internal
maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respon adalah
akibat atau dampak berupa reaksi fisik terhadap stimulus. Belajar berarti
penguatan ikatan, asosiasi, sifat, kecendrungan perilaku S R (Stimulus
Respon). Maka dengan memperhatikan kondisi internal dan eksternal peserta
didik akan lebih membantu dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Secara

sadar bahwa dalam proses belajar ini yang diutamakan adalah bagaimana individu
dapat menyelesaikan dan terhadap rangsangan kehidupan kemudian individu ini
mengadakan reaksi. Reaksi yang dilakukan merupakan usaha untuk menciptakan
kegiatan sekaligus menyelesaikan dan akhirnya mendapatkan hasil yang
mengakibatkan perubahan pada dirinya. Sebagai hal baru serta menambah
pengetahuan. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap positif artinya apabila
seseorang belajar sesuatu hal yang baru tergantung stimulus disekitarnya (faktor
lingkungan yang kondusif memberikan kenyamanan dalam proses belajar)
termasuk keaktifan proses mental yang sering dilatih dan akhirnya menjadi suatu
kegiatan yang terbiasa (kompasiana.com).
Jurnal kuliah
a. Pemahaman sebelum perkuliahan :
Pendidikan merupakan serangkaian aktivitas oleh pelaku
pendidikan, guru dan siswa, beserta unsur-unsurnya untuk
mencapai tujuan pendidikan, yaitu menciptakan manusia yang
berdaya. Kegiatan yang berlangsung di dalamnya adalah proses
belajar mengajar, guru menyampaikan informasi sedangkan
siswa menerima informasi. Dengan kata lain, pendidikan adalah
seni mengolah informasi.
Secara kontekstual, hal yang paling umum untuk diamati dalam proses
pendidikan adalah bagaimana guru dan siswa memainkan perannya dalam
panggung pendidikan serta bagaimana hubungan dari keduanya. Peran guru dalam
pendidikan adalah sebagai fasilitator dan motivator.
Siswa merupakan objek pendidikan. Umumnya, siswa seringkali meniru
tingkah laku, gaya berbicara maupun kebiasaan tertentu yang dilakukan oleh guru
favoritnya. Hal yang ditiru dari guru favoritnya ini seringkali berupa hal yang
positif. Tetapi terkadang beberapa siswa juga meniru hal negatif yang dilakukan
oleh guru. Guru harus bisa membuat siswa terbuka dan merasa nyaman terhadap
dirinya agar dirinya (guru) bisa lebih mudah dalam mengarahkan siswa untuk
berubah menjadi yang lebih baik lagi dalam tingkah laku, kebiasaan, serta pola
pikirnya.

b. Pemahaman setelah perkuliahan :


Perkuliahan ini diawali dengan

berdiskusi

tentang

hubungan serta cara untuk meningkatkan intensitas dan kualitas


hubungan

antara

siswa

dengan

stimulus

perubahannya.

Kelompok kami berpendapat bahwa hubungan antara siswa


dengan perubahnnya ada apabila terdapat proses belajar. Dalam
proses belajar, siswa membutuhkan stimulus seperti rangsangan
dari internal dan eksternal. Rangsangan internalnya berupa
motivasi dari dalam diri siswa yang berupa keinginan dari dirinya
sendiri. Sedangkan rangsangan eksternalnya adalah guru dan
orang-orang yang berada di lingkungan sosialnya. Sedangkan
untuk meningkatkan intensitas dan kualitas hubungan antara
siswa dan stimulus dengan melakukan berbagai pendekatan agar
siswa merasa nyaman sehingga bisa menerima penjelasan kita
dan

dengan

lebih

memfasilitasi

mereka.

Setelah

dibahas

bersama, bisa disimpulkan bahwa hubungan antara siswa


dengan

stimulus

memerlukan

proses

belajar

dan

untuk

meningkatkan intensitas dan kualitas hubungan antara siswa


dengan stimulus / perubahannya diperlukan adanya guru sebagai
fasilitator bagi para siswa.
Guru
Pembelajaran

Belajar Stimulus
/
perubah
Guru sebagai model, fasilitator, pengelola kelas (manajemen

kelas, pengatur strategi dan evaluator.


Siswa melakukan respon yang berupa perubahan perilaku

Siswa

(pola

berpikir,

sikap,

moral,

dan

lain-lain)

serta

pengembangan

kecakapan

(kecakapan

psikomotorik,

kecakapan moral, dan lain-lain)


Tiga Masalah Pokok Belajar dan Pembelajaran:
1. Apa yang ingin kita lakukan kepada anak-anak untuk meraih
pembelajaran tentang IPA?
2. IPA yang mana yang cocok / pantas untuk anak-anak?
3. Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka
mendapatkan pembelajaran IPA yang pantas untuk mereka?
Semua pertanyaan diatas adalah obyek dari Belajar dan
pembelajaran
Pengetahuan itu terdapat di siswa (otak). Interaksi antara
lingkungan dipelajari oleh siswa dan akan diproses di dalam otak
menjadi sebuah pengetahuan.
Pengetahuan
Terdapat dua jenis pengetahuan, yaitu :
1. Pengetahuan Non Ilmiah, adalah pengetahuan tanpa metode
ilmiah
2. Pengetahuan Ilmiah, adalah pengetahuan dengan metode
ilmiah serta disebut dengan ilmu pengetahuan dan ilmu
atau sekarang disebut sains
Sains (Means different thing to different people)
1. Sains dapat diartikan sebagai produk.
2. Science is a body of knowledge:
- Fakta : informasi tentang kejadian atau kenyataan, hal
-

yang sudah diketahui (tertulis di buku)


Konsep : fakta yang digeneralisasikan
Prinsip : gabungan antara konsep-konsep yang menjadi
sebuah prinsip
Contoh
:

Besi

memuai

bila

dipanaskan

Benda memuai
Aluminium memuai bila dipanaskan

bila

dipanaskan

10

Air memuai bila dipanaskan


Proses
1. Science is a way of thinking and acting
2. Science is a way of investigating
3. Science is science process skill
Jadi, kalau yang ada di buku itu pengetahuannya, maka
sains adalah proses untuk mendapatkan atau benar-benar
memahami seluruh isi buku dengan fenomena lingkungan
sekitar.
Sikap
Sebagai orang yang mempelajari ilmu sains, kita harus memiliki
sikap :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Berpikir logis (rationality)


Rasa ingin tahu (curiosity or inquisitiveness)
Objectivity and intelectual honesty / impersonal
Open mindedness
Teguh dalam keyakinan (Perseverance)
Rendah hati (humility)
Ability to accept failure
Skepticism
Tidak menyukai tahayul (aversion to superstition)

Lingkungan
Benda alam
1. Abiotik : tanah, air, udara, api
2. Biotik : Tumbuhan, hewan
Gejala alam
1. Cuaca : suhu, kelembaban, tekanan udara
Kejadian alam
1. Aliran sungai : sungai, gelombang laut, angin, hujan
2. Bencana : banjir, gunung meletus, tsunami
3. Pencemaran : udara, air, tanah
Masyarakat
1. Manusia
- Individu
- Keluarga
- Populasi

11

2. Lembaga
- Pemerintah
- Keagamaan
- Sosial
3. Fasilitas umum
- Pasar
- Jalan raya
- Tempat rekreasi
4. Dunia usaha
- Industri
- Jasa
- Perdagangan
5. Rumah sakit
- Poliklinik
- Puskesmas
- Rumah sakit umum
Teknologi (tradisisonal vs modern)
1. Pertukangan :
- Kayu
- Besi
- Kimia
2. Pertanian :
- Bercocok tanam
- Peternakan
- Perikanan
3. Kerajinan :
- Kayu
- Kain
- Mineral

Sains Teknologi-Masyarakat-Sets
Isu Technology

Isu Masyarakat

Isu Sains
Salingtemas-Sets
Isu Lingkungan

12

Isu Sains

Isu Technology

Isu Masyarakat
Bahan Ajar

SAINS

LINGKUNGAN

TEKNOLOGI

MASYARAKAT

- Fakta

- Pencemaran

- Pelestarian

Ekonomi
- Konsep

- G. Meletus

- R. Genetika

Politik
- Prinsip
- Prosedur

- Bencana
- Ekosistem

- Biotek
- Konvensional/
Modern

- Sosial
- Budaya
- Kesehatan

VERBAL - - - - - - - - - - - - - - IONIC - - - - - - - - - - - - -ENACTIVE


Kesimpulan :
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara siswa dengan stimulus/perubahannya adalah
belajar. Dengan belajar siswa akan mengalami perubahan, baik
perubahan dalam pengetahuan (pengetahuannya bertambah)
maupun perubahan tingkah laku (menjadi lebih baik dan lebih
sopan).
Jika intensitas dan kualitas hubungan antara siswa dengan
stimulus/perubahannya kurang baik, maka perlu adanya seorang
guru

yang

dapat

membimbing

siswa

tersebut

untuk

13

meningkatkan

intensitas

dan

kualitas

belajar.

Guru

dapat

memanipulasi stimulus yang akan memengaruhi perubahan pada


siswa. Belajar ada pada diri siswa, sedangkan pembelajaran
merupakan interferensi guru terhadap proses belajar.
Daftar Rujukan:
Gunawan, Samuel T. 2009-2015. Makna Sebuah Integritas. Sumber:
artikel.sabda.org. Diakses: 24 September 2015 pukul 16.04 WIB.
Nasution, S. 1982. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Penerbit Jemmars.
Purwanto, M. Ngalim. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung: Penerbit PT Remaja
Rosdakarya.
Teori Belajar Stimulus Respon. Sumber: www.kompasiana.com. Diakses: 24
September 2015 pukul 19.29 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai