A. Pengertian Khawarij
Secara etimologi kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang
berarti keluar, mucul, timbul atau memberontak. Berdasarkan pengertian etimologi ini
pula, khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam.
Adapun khawarij dalam terminology ilmu kalam adalah suatu
sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan
karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim),
dalam perang siffin pada tahun 37 H/657 M, dengan kelompok bughat (pemberontak)
Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah.
B. Sejarah lahirnya Khawarij
Sebenarnya awal mula kemunculan pemikiran khawarij, bermula pada saat
masa Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW membagi-bagikan harta rampasan
perang di desa Juronah (pasca perang Hunain) beliau memberikan seratus ekor unta
kepada Aqra bin Habis dan Uyainah bin Harits. Beliau juga memberikan kepada
beberapa orang dari tokoh quraisy dan pemuka-pemuka arab lebih banyak dari yang
diberikan kepada yang lainnya. Melihat hal ini, seseorang (yang disebut Dzul
Khuwaisirah) Berkata: Demi Allah ini adalah pembagian yang tidak adil dan tidak
mengharapkan wajah Allah. Atau dalam riwayat lain dia mengatakan kepada
Rasulullah SAW: Berbuat adillah, karena sesungguhnya engkau belum berbuat
adil!.
Sungguh, kalimat tersebut bagaikan petir di siang bolong. Pada masa generasi
terbaik dan di hadapan manusia terbaik pula, ada seorang yang berani berbuat lancang
dan menuduh bahwa Rasulullah SAW tidak berbuat adil. Mendengar ucapan ini
Rasulullah SAW dengan wajah yang memerah bersabda:
Siapakah yang akan berbuat adil jika Allah dan rasul-Nya tidak berbuat adil?
Semoga Allah merahmati Musa. Dia disakiti lebih dari pada ini, namun dia bersabar.
(HR. Bukhari Muslim)
Saat itu Umar bin Khathab r.a meminta izin untuk membunuhnya, namun
Rasulullah SAW melarangnya. Beliau mengabarkan akan munculnya dari turunan
orang ini kaum reaksioner (khawarij) sebagaimana disebutkan dalam riwayat
berikutnya:
Sesungguhnya orang ini dan para pengikutnya, salah seorang di antara kalian
akan merasa kalah shalatnya dibandingkan dengan shalat mereka; puasanya dengan
puasa mereka; mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari
buruannya. (HR. al-Ajurri, Lihat asy-Syariah, hal. 33)
Demikianlah Rasulullah SAW mensinyalir akan munculnya generasi semisal
Dzul Khuwaisirah (sang munafiq). Yaitu suatu kaum yang tidak pernah puas dengan
penguasa manapun, menentang penguasanya walaupun sebaik Rasulullah SAW.
Dikatakan oleh Rasulullah SAW bahwa mereka akan keluar dari agama ini
seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Yaitu masuk dari satu sisi dan keluar
dari sisi yang lain dengan tidak terlihat bekas-bekas darah maupun kotorannya,
padahal ia telah melewati darah dan kotoran hewan buruan tersebut.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bagus
bacaan al-Qurannya, namun ia tidak mengambil faedah dari apa yang mereka baca.
Sesungguhnya sepeninggalku akan ada dari kaumku, orang yang membaca al-Quran
tapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka akan keluar dari Islam ini
sebagaimana keluarnya anak panah dari buruannya. Kemudian mereka tidak akan
kembali padanya. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk. (HR. Muslim).
Madzhab Khawarij baru muncul bersamaan dengan madzhab Syiah. Masingmasing muncul sebagai madzhab pada masa pemerintahan Khalifah Ali Ibn Abi
Thalib. Madzhab Khawarij untuk pertama kali muncul di kalangan tentara Ali ketika
peperangan memuncak antara pasukan Ali dan pasukan Muawiyah. Ketika merasa
terdesak oleh pasukan Ali, Muawiyah merencanakan untuk mundur, tetapi kemudian
terbantu dengan munculnya pemikiran untuk melakukan tahkim. Tentara Muawiyah
mengacung-acungkan al-Quran agar mereka ber-tahkim dengan al-Quran. Namun,
Ali tetap melanjutkan peperangan sampai ada yang kalah dan menang, maka keluarlah
sekelompok orang dari pasukan Ali yang menuntut agar ia menerima usulan tahkim.
Dengan terpaksa Ali menerima usulan itu. Kedua belah pihak sepakat untuk
mengangkat seorang hakam dari masing-masing. Muawiyah memilih Amr Ibn AlAsh. Sementara itu, Ali pada mulanya hendak mengangkat Abdullah ibn Abbas, tetapi
atas desakan pasukannya yang keluar itu, akhirnya mengangkat Abu Musa AlASyari. Upaya tahkim akhirnya berakhir dengan suatu keputusan, yaitu menurunkan
Ali dari jabatan Khalifah dan mengukuhkan Muawiyah menjadi penggantinya. Hasil
tahkim ini lebih menguntungkan para pendukung pemberontak yang dipimpin
Muawiyah.
Anehnya, kelompok yang semula memaksa Ali untuk menerima tahkim dan
menunjuk orang yang menjadi hakim atas pilihan mereka itu, belakangan memandang
perbuatan tahkim sebagai kejahatan besar. Kemudian mereka menuntut Ali agar
bertaubat karena dipandang telah berbuat dosa besar. Menurut mereka, Ali yang
menyetujui untuk bertahkim berarti telah menjadi kafir, sebagaimana mereka juga
telah menjadi kafir, tetapi kemudian bertaubat. Pandangan kelompok ini kemudian
diikuti oleh orang-orang Arab pegunungan. Semboyan mereka yang terkenal
adalah ,tidak ada hukum kecuali hukum Allah. Mereka kemudian memerangi Ali,
setelah terlebih dahulu berdialog dengan Ali, kemudian mengukuhkan Pendapatnya.
Demikian watak dasar kelompok ini, yaitu keras kepala dan dikenal kelompok
paling keras memegang teguh prinsipnya. Inilah yang sebenarnya menjadi penyabab
utama lahirnya kelompok ini. Khawarij adalah kelompok yang didalamnya dibentuk
oleh mayoritas orang-orang Arab pedalaman (arbu al-bdiyah). Mereka cenderung
primitive, tradisional dan kebanyakan dari golongan ekonomi rendah, namun keadaan
ekonomi yang dibawah standar tidak mendorong mereka untuk meningkatkan
pendapatan. Ada sifat lain yang sangat kontradiksi dengan sifat sebelumnya, yaitu
kesederhanaan dan keikhlasan dalam memperjuangkan prinsip dasar kelompoknya.
e. Mereka menganggap bahwa hanya daerahnya yang disebut dar al-Islam, dan
daerah orang yang melawan mereka adalah dar al-harb. Karenanya, orang
yang tinggal dalam wilayah dar al-harb, baik anak-anak maupun wanita, boleh
dibunuh.
f. Ajaran agama yang harus diketahui hanya ada dua, yakni mengetahui Allah
dan rasul-Nya. Selain dua hal itu tidak wajib diketahui.
g. Melakukan taqiyyah (menyembunyikan keyakinan demi keselamatan diri),
baik secara lisan maupun perbuatan adalah dibolehkan bila keselamatan diri
mereka terancam.
h. Dosa kecil yang dilakukan secara terus menerus akan berubah menjadi dosa
besar dan pelakunya menjadi musyrik.
i. Imam dan khilafah bukanlah suatu keniscayaan. Tanpa imam dan khilafah,
kaum muslimin bisa hidup dalam kebenaran dengan cara saling menasihati
dalam hal kebenaran.
E. Aliran-aliran Khawarij
Kaum khawarij terpecah belah menjadi beberapa golongan/aliran, diantaranya yaitu:
a. Azariqah
Aliran ini dipimpin oleh Nafi ibn al-Azraq yang berasal dari bani
hanifah. Khalifah pertama yang mereka pilih ialah Nafi sendiri dan kepadanya
mereka beri gelar Amir al-Muminin. Mereka merupakan pendukung terkuat
madzhab Khawarij yang paling banyak anggotanya dan paling terkemuka di
antara semua aliran madzhab ini. Daerah kekuasaan mereka terletak di
perbatasan Irak dengan Iran.
Prinsip yang membedakan aliran Azariqah dari aliran lain adalah:
1) Mereka memandang orang yang berbeda pendapat dengan mereka
tidak hanya bukan mumin, tetapi juga musyrik, kekal dineraka serta
halal diperangi dan dibunuh.
2) Mereka berpendapat bahwa anak-anak dari orang yang berbeda paham
dengan Azariqah adalah kekal dineraka.
3) Dalam bidang fiqh, mereka tidak mengakui adanya hokum rajam. Alas
an mereka, dalam al-Quran tidak ditemukan hukuman bagi pelaku
zina kecuali hokum jild (cambuk seratus kali); tidak pula dikenal
dalam Sunnah Nabi.
Menurut paham yang ekstrim ini hanya merekalah yang sebenarnya
orang islam. Orang islam yang di luar lingkungan mereka adalah kaum
musyrik yang harus diperangi. Oleh karena itu kaum al-Azariqah, sebagai
disebut Ibn Al-Hazm, selalu mengadakan istirad yaitu bertanya tentang
pendapat atau keyakinan seseorang. Siapa saja yang mereka jumpai dan
mengaku orang islam yang tak termasuk dalam golongan al-Azariqah,
mereka dibunuh.
b. Al-Muhakkimah
e. Ajaridah
Aliran ini dipimpin oleh Abdul Karim ibn Ajrad, salah seorang
pengikut Athiyyah ibn al-Aswad al- Hanafi yang keluar dari aliran Najdah
bersama beberapa pengikutnya dan pergi ke Sijistan. Karena mereka
merupakan pecahan dari aliran Najdah, maka banyak paham mereka yang
berdekatan dengan paham aliran Najdah.
Diantara pendapat mereka ialah boleh mengangkat seseorang menjadi
pemimpin jika diketahui bahwa orang tersebut adalah penganut Khawarij yang
bertakwa walaupun ia tidak turut perang. Dalam hal ini pandangan mereka
berbeda dengan pandangan aliran Azariqah yang mewajibkan jihad secara
terus menerus. Menurut mereka berhijrah hanya merupakan kebajikan.
Selanjutnya kaum Ajaridah ini mempunyai paham puritanisme. Surat
Yusuf dalam al-Quran membawa cerita cinta dan al-Quran, sebagai kitab
suci, kata mereka, tidak mungkin mengandung cerita cinta. Oleh karena itu
mereka tidak mengakui surat Yusuf sebagai bagian dari al-Quran.
Sebagai golongan Khawarij lain, golongan Ajaridah ini juga terpecah
belah menjadi golongan-golongan kecil, ini disebabkan adanya perbedaan
pendapat disekitar masalah daya yang terdapat didalam diri manusia dan
masalah status anak-anak dari orang yang berbeda paham dengan mereka.
Perdebatan yang terjadi diantara mereka biasanya bermula dari hal-hal kecil,
kemudian meluas kepada masalah-masalah yang lebih besar, dan akhirnya
menimbulkan perpecahan ke dalam banyak kelompok. Diantara mereka, yaitu
golongan al-Maimuniah, menganut paham qadariyah. Bagi mereka semua
perbuatan manusia, baik dan buruk, timbul dari kemauan dan kekuasaan
manusia sendiri. Golongan al-Hamziah juga mempunyai paham yang sama.
Tetapi golongan al-Syuaibiah dan al-Hazimiah menganut paham sebaliknya.
Bagi mereka tuhanlah yang yang menimbulkan perbuatan-perbuatan manusia.
Manusia tidak dapat menentang kehendak Allah.
f. Ibadhiyyah
Sekte ini juga dinisbatkan kepada pimpinannya, yaitu Abdullah Ibn
Ibad. Sebelumnya, Ibn Ibad adalah pengikut al-Zariqah. Karena tidak bisa
menerima pendapat-pendapat ekstrem al-Zariqah, maka ia kemudian
memisahkan diri dari kelompok ekstrem itu.
.
F. Sifat-sifat Khawarij
1) Mencela dan Menyesatkan
Orang-orang Khawarij sangat mudah mencela dan menganggap sesat
Muslim lain, bahkan Rasul saw. sendiri dianggap tidak adil dalam pembagian
ghanimah. Kalau terhadap Rasul sebagai pemimpin umat berani berkata
sekasar itu, apalagi terhadap Muslim yang lainnya, tentu dengan mudahnya
mereka menganggap kafir. Mereka mengkafirkan Ali, Muawiyah, dan sahabat
yang lain. Fenomena ini sekarang banyak bermunculan. Efek dari mudahnya
mereka saling mengkafirkan adalah kelompok mereka mudah pecah
disebabkan kesalahan kecil yang mereka perbuat.
2) Buruk Sangka
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9) Kedudukan Khawarij
Kedudukan mereka sangat rendah. Di dunia disebut sebagai seburukburuk makhluk dan di akhirat disebut sebagai anjing neraka.
G. Ibroh (Pelajaran) yang dapat di ambil
1) Berhati-hati supaya tidak terjatuh pada Khawarijisme
Secara sosial politik Khawarij bisa muncul kapan saja. Kemunculan
pertama Khawarij dimulai dari ketidakpercayaan (adamuts tsiqah) sebagian
mereka kepada pemimpin kaum Muslimin, yaitu Utsman bin Affan yang
mereka anggap tidak adil, nepotisme, dan mengangkat orang-orang dekatnya.
Ditambah ada sosok lain yang tidak suka dengan Islam, yaitu Abdullah bin
Saba, yang sangat besar pengaruhnya dalam memecah belah umat Islam.
Melihat sejarah awal munculnya Khawarij, sekarang ini fenomena itu
tampaknya ada.
2) Bertaubat jika sudah terjatuh
Sejarah pun telah membuktikan banyak umat Islam yang sudah
terjatuh pada fitnah Khawarijisme. Di Mesir pada tahun 60-an banyak
kelompok yang keluar dari jamaah yang benar dan menuduh pemimpinnya
lemah, bahkan menuduh sesama muslim sebagai kafir. Untuk menghadapi
orang-orang yang sudah terjatuh pada Khawarij minimal dibutuhkan tiga cara:
(1) memilih orang yang cocok untuk menghadapi mereka, (2) cara yang benar,
(3) memeranginya jika diperlukan.
3) Mensyukuri pemahaman yang benar
Kalau kita melihat betapa orang yang ibadahnya sangat rajin, pandai
bahasa Arab, masih bisa salah dalam memahami Islam bahkan dicap oleh
Rasul sebagai anjingnya ahli neraka, ini menunjukkan betapa besarnya nikmat
pemahaman yang benar yang diberikan Allah pada kita.
Keistimewaan Khawarij
Orang-orang Khawarij mempunyai keikhlasan yang sempurna terhadap
akidahnya. Mereka keras sekali beribadat dan teguh benar-benar
mempertahankan sifat kebenaran dan kesetiaan serta berlepas diri dari orangorang yang berdusta dan mengerjakan maksiat yang nyata. Dan mereka juga
mempunyai keberanian yang luar biasa dalam menghadapi musuh dan berterus
terang dalam mempertahankan kebenaran.
sebagai orang-orang kafir, seperti yang terjadi pada zaman sekarang ini dengan para
pengikut Ibn Abd al-Wahhb yang muncul di Najd dan menyerang dua tempat suci
umat Islam.
Belakangan ini, beberapa ulama mengritik aliran Wahabi atau salaf sebagai
kelompok yang secara politik tidak benar. Praktik mengafirkan menjadi ciri utama
yang bisa dikenali dari kelompok neo-Khawarij pada masa modern ini. Mereka
kelompok yang senang menghantam orang-orang Islam dengan tudingan kafir, bidah,
syirik, dan haram, tanpa bukti atau pembenaran selain dari hawa nafsu mereka sendiri,
dan tanpa memberikan solusi selain dari sikap tertutup dan kekerasan terhadap siapa
pun yang berbeda pendapat dengan mereka.
Mereka sama sekali tidak ragu-ragu menjatuhkan hukuman mati terhadap
orang-orang yang mereka tuduh kafir, sehingga mereka benar-benar telah
meremehkan kesucian jiwa dan kehormatan saudara-saudara mereka sendiri. Imam alNawaw berkata, Orang-orang ekstrem merupakan kelompok fanatik yang sudah
melampaui batas, dalam ucapan maupun perbuatan, dan keras pendirian.
Melakukan praktik takfr terhadap sesama muslim merupakan ciri kelompok
Khawarij, entah mereka menyebut diri sebagai kelompok salafi, Syiah, atau sufi.
Mereka mencampuradukkan berbagai hal menurut selera mereka, asalkan
sesuai dengan kepentingan mereka. Bahkan, mereka tidak memiliki latar belakang
ilmu-ilmu keislaman sedikit pun, dan mereka menggunakan ayat-ayat Al-quran
mengenai orang-orang kafir keluar dari konteksnya, dan menerapkannya kepada
orang-orang Islam. Seperti yang disebutkan sebelumnya, orang-orang Khawarij tidak
terbatas pada masa tertentu, tetapi merupakan karakter yang melekat pada kelompok
atau orang yang keluar dari batas-batas agama, dengan menuduh orang Islam sebagai
kafir.
Inilah metode yang dikembangkan oleh kelompok Khawarij, dulu dan kini,
dan kemunculan anak-anak muda Khawarij yang menyesatkan itu telah disinggung
1400 tahun yang lalu oleh Nabi Muhammad saw. Kelompok Khawarij dewasa ini
terdiri dari para pengikut aliran Wahabi atau Salafi. Mereka sangat aktif
menyebarluaskan kepalsuan ajaran mereka dengan propaganda besar-besaran, melalui
ceramah di masjid, internet, televisi, atau penyebarluasan video, koran, buku, majalah,
dan brosur. Sementara itu, mereka menekan dan menyembunyikan kebenaran ajaranajaran Islam klasik yang menjadi arus utama umat Islam, dan berkomplot untuk
membungkam siapa pun yang menentang sikap ekstrem mereka