Memorandum
Bersama
antara
Departemen
Pndidikan dan Kebudayaan dengan kantor Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 tentang
Pembinaan
dan
Pengembangan
Pendidikan
Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996. Sejalan
dengan itu, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga terus mendorong pengembangan dan
pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan
hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui
penataran guru, penggalakan bulan bakti lingkungan,
penyiapan buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk
Guru SD, SLTP, SMU dan SMK, program sekolah
asri, dan lain-lain. Selain itu, berbagai inisiatif
dilakukan baik oleh pemerintah, LSM, maupun
perguruan tinggi dalam pengembangkan pendidikan
lingkungan hidup melalui kegiatan seminar,
sarasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan
modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lainlain.
Madrasah mengalami perubahan yang cukup
mendasar saat lahir Kepres No. 34 Tahun 1972,
kemudian diperkuat dengan Inpres No. 15 Tahun
1974, dan secara operasional tertuang dalam SKB
Menteri Agama, Menteri dalam Negeri No. 6 Tahun
1975. Semua aturan
itu menggariskan bahwa
madrasah di semua jenjang mempunyai posisi yang
sama dengan sekolah umum. Untuk itu kurikulum
madrasah diharuskan memuat alokasi waktu 70%
untuk mata pelajaran umum dan 30% untuk
pelajaran agama. Kemudian pada 1984 dikeluarkan
SKB menteri agama dan menteri pendidikan tentang
pegaturan pembakuan kurikulum sekolah umum dan
kurikulum madrasah.1 Kurikulum madrasah aliyah
sama dengan kurikulum sekolah menengah atas,
hanya saja pada MA terdapat porsi lebih banyak
muatan Pendidikan Agama Islam, yaitu Fiqih, Aqidah
1
Amiruddin,
Reinvensi
Kurikulum
dan
Pembelajaran (Jakarta: Orbit Publishing, 2011), hlm. 343
2
Ahlak, Quran-Hadist, Bahasa Arab dan Sejarah
Islam. Karena itu pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di madrasah-madrasah pun telah
dilakukan
melalui
pemgintegrasian
muatan
lingkungan hidup pada mata pelajaran umum seperti
pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam
(Biologi).
Demikan halnya dalam mata pelajaran
agama, secara eksplisit bayak terungkap dalam
ajaran Islam sekalipun dalam bentuk konsep normatif
namun memiliki kecendrungan empirik aplikatif. Teori
Quran yang mengungkapkan adanya keserasian
lingkungan dalam sistem ekologi termuat dalam Suat
ar Rum ayat 41 dan suarat al Baqarah ayat 11 dan
164. Surat ar Rum ayat 41:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supay
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).
al Baqarah ayat 11
Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi, mereka
menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan."
Al Baqarah ayat 164
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi
sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi
itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. 2
Walaupun perhatian terhadap langkahlangkah pengembangan pendidikan lingkungan
hidup pada satu atau dua tahun terahir ini semakin
2
4
perkotaan, tua, muda, laki-laki dan perempuan di
seluruh wilayah Indonesia sehingga tujuan
pendidikan lingkungan hidup bagi seluruh rakyat
Indonesia dapat terwujud dengan baik.
Berhasil tidaknya pelaksanaan pendidikan
lingkungan hidup dilapangan di tentukan antara lain
oleh kualitas dan kuantitas pelaku dan kelompok
sasaran pendidikan lingkunagn hidup. Dengan
meningkatnya kualitas dan kuantitas pelaku
pendidikan lingkungan hidup (misalnya guru,
pengajar, fasilitator) diharapkan akan menghasilkan
sumber daya manusia yang berpengetahuan,
berketrampilan, bersikan dan berperilaku serta
mempunyai komitmen yang tinggi terhadap
pelestarian funsi lingkungan hidup di sekitarnya. Agar
proses belajar mengajar dalam pendidikan
lingkungan hidup dapat berjalan dengan baik, perlu
didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai. Sarana dan prasarana tersebut meliputi
antara lain: laboratorium, perpustakaan, ruang kelas,
peralatan belajar mengajar. Di samping itu, dalam
melaksanakan pendidikann lingkungan hidup, alam
dapat digunakan sebagai sarana pengetahuan.
Adapun strategi pelaksanaannya meliputi:
1. Meningkatkan
kapasitas
kelembagaan
pendidikan lingkungan hidup sebagai pusat
pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan
dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan
hidup yang ditujukan untuk:
a. mendorong pembentukan, penguatan dan
pengembangan kapasitas kelembagaan
pendidikan lingkungan hidup.
b. Mendorong
tersusunnya
kebijakan
pendidikan lingkungan hidup di tingkat
pusat dan daerah.
c. Memperkuat koordinasi dan jaringan kerja
sama pelaku pendidikan lingkungan
hidup.
d. Membangun
komitmen
bersama
termasuk komitmen pendanaan
e. Mendorong
terbentuknya
sistim
monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pendidikan lingkungan hidup
2. Meningkatkan kualitas dan kemampuan
(kompotensi) SDM pendidikan lingkungan
hidup, baik pelaku maupun kelompok
sasaran pendidikannya sedini mungkin
melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif.
Menegmbangkan kualitas SDM masyarakat,
yang meliputi guru, murid sekolah, aparatur
pemerintah, para Ulama serta seluruh
lapisan masyarakat sedini mungkin secara
terarah, terpadu dan menyeluruh harus
dilakukan melalui berbagai upaya proaktif
dan reaktif. Upaya ini harus dilakukan oleh
seluruh
komponen
bangsa
sehingga
generasi muda, subjek dan objek pendidikan
lingkungan dapat berkembang secara
optimal.
3. Mengoptimalkan sarana dan prasarana
pendidikan lingkungan hidup yang dapat
Ibid.
6
204.
Dan di antara manusia ada orang yang
ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu,
dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran)
isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling
keras. 205. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia
berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan
padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang
ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. 206.
Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah
kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang
menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah
(balasannya) neraka jahannam. dan sungguh neraka
Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, 2011. Reinvensi Kurikulum dan
Pembelajaran, Orbit Publishing, Jakarta.
Endy Sondang Manik, Karden, 2007. Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Penerbit Jambaran
Jakarta
Gassing, Kadir, 2007. Etika Lingkungan dalam Islam,
Pustaka Mapan Jakarta
Joko Tri Prasetya, dkk, 1991. Ilmu Budaya Dasar,
MKDU. Rineka Cipta Jakarta