Kelompok 14
Turmudzi abdul azis
Tri asbahdin
Mulyani zahra paramata
Yoga wisnu
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pejalanan, Islam selalu memberi perubahan bagi suatu
Negara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Peradaban Islam Islam Pasca Kemerdekaan Indonesia?
2. Bagaimana hubungan Pemikiran Islam dan Ideologi pancasila sebagai asas tunggal?
3. Bagaimana Penyebaran Islam Pasca Kemerdekaan Indonesia?
4. Apa sajakah hal hal terkait peradaban Islam di Indonesia?
BAB II
2
PEMBAHASAN
1. Perkembangan Islam Pasca Kemerdekaan
A. Islam masa Revolusi dan Demokrasi Liberal
Masa seteleh diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, bisa kita sebut sebagai
Rezim Orde lama , dimana Soekarno bertindak sebagai kepala negara. Pemerintahan
Soekarno yang berlangsung sejak tahun 1945 nyatanya bisa dikategorikan kedalam dua
kelompok besar, yakni masa Demokrasi Liberal (1945-1958) dan Demokrasi Terpimpin
(1959-1966).
Pada awal kemerdekannya, Indonesia menghadapi sebuah pertanyaan besar , apakah
pemerintahan akan dijalankan berlandaskan ajaran agama Islam ataukah secara sekuler? Hal
ini dipicu oleh tindakan dimentahkannya kembali Piagam Jakarta. Kedudukan golongan
Islam merosot dan dianggap tidak bisa mewakili jumlah keseluruhan umat Islam yang
merupakan mayoritas.
Misalnya saja, dalam KNIP dari 137 anggotanya, umat islam hanya diwakili oleh 20
orang, di BPKNIP yang beranggotakan 15 orang hanya 2 orang tokoh Islam yang dilibatkan.
Belum lagi dalam kabinet, hanya Menteri Pekerjaan umun dan Menteri Negara yang
dipercayakan kepada tokoh Islam, padahal Umat Islam mencapai 90% di Indonesia. Dalam
usaha untuk menyelesaikan masalah perdebatan ideologi diambillah beberapa keputusan ,
salah satunya adalah dengan mendirikan Kementrian Agama.
B. Pembentukan Kementrian Agama
Pembentukan Kementrian Agama ini tidak lepas dari keputusan Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) dalam sidangnya pada tanggal 25-26 Agustus 1945 yang membahas
agar dalam Indonesia yang merdeka ini soal-soal keagamaan digarap oleh suatu kementrian
tersendiri, tidak lagi bagian tanggung jawab kementrian Pendidikan. Kementrian Agama
resmi berdiri 3 Januari 1946 dengan Menteri Agama pertama M. Rasyidi yang diangkat pada
12 Maret 1946.
Awalnya kementrian ini terdiri dari tiga seksi ,kemudian menjadi empat seksi masingmasing untuk kaum Muslimin, Potestan, Katolik Roma, dan Hindu-Budha. Kini strukturnya
pun berkembang, terdiri dari lima Direktorat Jenderal ( Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam
dan Bimbingan Haji, Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Bimbingan masyarakat
Katolik, Ditjen Bimbingan Protestan dan Ditjen Bimbingan Hindu-Budha) juga dibantu oleh
3
serta
mengatur
pendidikan
agama
di
sekolah-sekolah
serta
sistem pemerintahan Republik, kabinet bukan bertanggung jawab kepada Presiden, tapi
kepada KNIP, dengan begitu sistem pemerintahan bukan lagi presidentil, tetapi Parlementer.
Masyumi kurang sejalan dengan usulan Syahrir karena pada kenyatannya Syahrir
sangat erat berhubungan dengan Jepang dan ekspensor Belanda. Presiden pada waktu itu
setuju dengan usulan Syahrir, bahkan kemudian Syahrir diangkat menjadi Perdana Menteri
pada 14 November 1945. Hasilnya, dari 14 anggota parlemen, hanya satu orang yang dapat
dianggap mewakili tokoh Umat Islam, yaitu H. Rasyidi yang kemudian bertamabah pada 3
Januari 1946 dengan diangkatnya M. Natsir sebagai Menteri Penerangan. Sejak saat itu,
Masyumi menjadi oposisi dan baru pada Kabinet Amir Syarfudin Masyumi masuk sebagai
partai koalisi.
Selanjutnya dalam kabinet Hatta, ada empat masalah krusial yang harus dselesaikan ,
yaitu gerakan Darul Islam, konsekuensi Perjanjian Renville, penyerahan kedaulatan melalui
KMB dan penanganan pemberontakan PKI pada 1948 di Madiun. Dalam kurun waktu 19501955 peranan parpol Islam mengalami pasang surut .
Setelah pemilu 1955 dimana terpilihnya Kabinet Ali Sostroamidjoyo II yang
merupakan koalisi PNI, Masyumi dan NU. Kabinet ini kemudian jatuh pada 1957 karena
ingin ikut serta dalam kekuasaan pemerintahan, selain itu Perti dan Masyumi pun keluar dari
kabinet karena kurang setuju dengan kebijakan dalam menangani krisis di beberapa daerah.
Pemerintahan pun diambil alih oleh Presiden. Pada 1959, dikeluarkanlah Dekrit Presiden
tentang pembubaran konstituante dan sekaligus pemberlakuan kembali Undang-undang Dasar
tahun 1945 dan usaha-usaha partai Islam untuk menegakan sIslam sebagai ideologi negara
dalam konstituante pun mengalami jalan buntu.
Dekrit ini sebenarnya ingin mengambil jalan tengah untuk menyatakan bahwa Piagam
Jakarta terkandung dalam UUD 1945, namun tampaknya kemudian menjadi awal bergantinya
sistem demokrasi Liberal berganti menjadi demokrasi terpimpin.
C. Islam Pada Masa Demokrasi Terpimpin
Setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden Pada 1959, berakhirlah masa Demokrasi
liberal, berubah menjadi Demokrasi terpimpin Soekarno. Timbulnya pemusatan kekuasaan
mencuatkan konsekuensi yang variatif terhadap partai-partai islam.
Dengan beberapa Keppres, sejumlah Parpol dikebiri karena dianggap menciptakan
pemerintahan yang tidak efektif. Beberapa tindakan seperti kristalisasi NU dan PSII, ( namun
Perti yang dianggap wakil kelompok NASAKOM dibiarkan tetap ada), sedangkan yang
5
terjadi pada Masyumi, beberapa pemimpinnya yang dianggap pendukung sejati negara Islam
dan oposisi yang tak berkesudahan dipenjarakan dan Masyumi di bubarkan pada 1960.
Partai islam yang tersisa (NU, Perti dll) melakukan penyesuaian diri dengan keinginan
Soekarno yang didukung oleh ABRI dan PKI. Beberapa bentuk penyesuaiannya seperti
pemberian gelar Waly Al-Amr al-Dahruri bi al-Syaukahkepada Soekarno oleh NU,
dan Doktor Honoris Causa dari IAIN dengan promotor K.H. Saifudin Zuhri (salah satu
pimpinan NU). NU mendukung beberapa manipol Usdek Soekarno, sehingga pasca
dibubarkannya Masyumi, NU menjadi Partai Islam terbesar pada waktu itu. Beberapa pihak
menganggap NU sebagai partai oportunis karena sikap proaktifnya. Anggapan ini kemudian
dibantah oleh petinggi-petinggi Nu, merka beralasan hal ini sebagai bentuk pengimbangan
terhadap kekuatan PKI. Namun tetap saja secara keseluruhan peranan partai Islam mengalami
Kemerosotan. Tak ada jabatan menteri penting yang dipercayakan kepada tokoh Islam dalam
masa Demokrasi Terpimpin ini. Satu-satunya kepentingan Islam yang diluruskan adalah
keputusan MPRS tahun 1960 yangmemberlakukan pengajaran agama di Universitas dan
perguruan tinggi. Legislasi Islam sebagai ideologi negara dianggap mepmberi pengaruh
negatif terhadap pemerintahan.
Di masa Demokrasi terpimpin ini, Soekarno kembali menyuarakan ide lamanya
NASAKOM (Nasionalis, Agamis,dan Komunis), suatu pemikiran yang ingin menyatukan
Nasionalis sekular, Islam dan Komunis. Gagasan ini adalah upaya untuk meredam gejolak
politik antara kelompok-kelompok tersebut. Dengan menampung ketiganya dalam satu
payung, Soekarno mencoba mengendalikan tiga unsur politik ini. Namun, dengan adanya
upaya ini maka implikasinya, peranan partai mengalami erosi karena , kecuali PKI yang
memainkan peranan penting.
Keadaan ini menimbulkan ketegangan antara Islam dan komunisme dan munculnya
ketidakpuasan dari pihak Nasionalis Sekuler dan angkatan bersenjata. Kemudian muncul
semacam anggapan adanya pengkhianatan Soekarno terhadap Pancasila. Soekarno dianggap
berselingkuh. Pancasila ditafsirkan sesuai dengan caranya sendiri. Meskipun dalam Pancasila
sendiri, unsur-unsur NASAKOM ini nampak jelas ada di dalamnya. Tetapi dengan
mengangkatnya dari sebuah substansi yang ada di dalam menjadi sebuah ideologi yang
setara, maka penduaan ini tidak terelakkan. Indonesia harus mengangkat Pancasila sekaligus
menjunjung NASAKOM-isme. Slogan-slogan, kemakmuran, kesejahteraan, nasionalisme
yang agamis berusaha diserukannya , mungkin untuk mengangkat citranya.
6
2.
3.
4.
5.
memasuki pase baru yang diberi nama Orde Baru. Perubahan Orde Lama menjadi Orde Baru
berlangsung melalui kerjasama erat antara pihak ABRI atau tentara dan gerakan-gerakan
pemuda yang disebut angkatan 1966. Sejak tahun 1966 para pemuda dam mahasiswa
7
melakukan demontrasi dijalan-jalan sebagian secara spontan sebagian lagi atas perencanaan
pihak lain mula-mula memprotes segala macam penyalahgunaan kekuasaan sampai protes
terhadap Soekarno.
Sebagaimana dikemukakan diatas MPRS pada tahun 1966 telah bersidang. Pada
waktu itu sedang dilakukan upaya untuk membersihkan sisa-sisa mental G 30 S/ PKI. Dalam
keputusannya bidang pendidikan agama telah mengalami kemajuan. Dengan demikian sejak
tahun 1966 pendidikan agama menjadi hak wajib mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan
Umum Negeri di seluruh Indonesia.
Sejak tahun 1966 telah terjadi perubahan besar pada bangsa Indonesia, baik
menyangkut kehidupan sosial, agama maupun politik. Periode ini disebut zaman Orde Baru
dan zaman munculnya angkatan baru yang disebut angkatan 66. pemerintah Orde Baru
bertekad sepenuhnya untuk kembali kepada UUD 1945 dan melaksanakannya secara murni
dan konsekuen. Pemerintah dan rakyat membangun manusia seutuhnya dan masyarakat
Indonesia seluruhnya.
Berdasarkan tekad dan semangat tersebut, kehidupan beragama dan pendidikan agama
khususnya, makin memperoleh tempat yang kuat dalam struktur organisasi pemerintahan dan
dalam masyarakat pada umumnya. Dalam sidang-sidang MPR yang menyusun GBHN sejak
tahun 1973 hingga sekrang, selalu ditegaskan bahwa pendidikan agama menjadi mata
pelajaran di sekolah-sekolah negeri dalam semua jenjang pendidikan, bahkan pendidikan
agama sudah dikembangkan sejak Taman Kanak-Kanak (Bab V pasal 9 ayat 1 PP Nomor 2
Tahun 1989).
Pembangunan nasional memang dilaksanakan dalam rangka pembangunan warga dan
masyarakat Indonesia seutuhnya. Hal ini berarti adanya keserasian, keseimbangan dan
keselarasan antara pembangunan bidang jasmani dan rohani, dengan sesama manusia dan
dengan lingkungan hidupnya secara seimbang. Pembangunan seperti ini menjadi pangkal
tonggak pembangunan bidang agama.
E. Perkembangan Islam pada Masa Reformasi (1998-sekarang)
Babak baru dalam dunia perpolitikan di Indonesia dimulai. Pada pemilu yang dilangsungkan
tahun 1999, organisasi islam banyak mendirikan partai politik yang berasaskan islam dan
atau berbasis umat islam. Diantaranya: PPP, PAN, PKB, PNU, PBB, PK sekarang PKS, dll.
Pada masa itu simbol-simbol agama sangat mewarnai kancah perpolitikan indonesia.
8
pendidikan
umat
islam
menyandarkan
mereka
mengenai
muslimin. Gerakan budaya dan politik Islam bisa jadi terhambat kalau pemerintah yang
berkuasa membatasi perkembangan Islam.
2. Pemikiran Islam dan Pancasila Sebagai Asas Tunggal
a. Pancasila sebagai Ideologi Negara
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila memiliki fungsi dan peran, meliputi: (a)
Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia. (b) Pancasila sebagai kepribadian bangsa
Indonesia. (c) Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. (d) Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. (e) Pancasila sebagai
perjanjian luhur Indonesia. (f) Pancasila sebagai pandangan hidup yang
mempersatukan bangsa Indoensia. (g) Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa
Indonesia. (h) Pancasila sebagai moral pembangunan. (i) Pembangunan nasional
sebagai pengamalan Pancasila.
Ideologi juga merupakan sistem simbol atau kepercayaan yang berhubungan
dengan tindakan sosial atau praktik politik. Bahkan dengan ideologi, suatu
kelompok masyarakat atau kelompok sosial tertentu bisa melakukan kritik dan
reaksi terhadap fenomena yang terjadi. Karena itu, ideologi dapat dinyatakan
sebagai wajah kesadaran kelas yang diorientasikan pada tindakan politik. Dalam
mencari ideologi negara, bangsa Indonesia dapat berjalan dalam dua arah, negara
agama atau sepenuhnya secular.
b. Ideologi Islam vs Ideologi Pancasila
Dalam perjuangan untuk menegakkan Islam di bumi Nusantara, kelompok
Islam fundamental menggunakan kerangka ideologis revivalisme yang mencakup
kerangka-kerangka berikut: pertama, Islam adalah pandangan hidup yang total dan
lengkap. Agama integral dengan politik, hukum, dan masyarakat. Mereka
menggunakan al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama dalam menentukan
hukum dan kebijakan sehari-hari, padahal kita tahu bahwa al-Quran dan Hadits
ketika dipegang atau ditafsirkan- memiliki multitafsir. Kedua, kegagalan masyarakatmasyarakat Muslim disebabkan oleh penyimpangan mereka dari jalan lurus Islam
dan mengikuti jalan sekuler non- Islam dengan
1 ideologi dan nilai-nilai sekuler dan
0
pengalaman Muslim kontemporer, karena: (1) krisis identitas yang diawali dengan
rasa kegagalan, kehilangan identitas, dan kurangnya penghargaan diri; (2)
kekecewaan terhadap non-Muslim, karena banyaknya penguasa Muslim yang
berkiblat kepada mereka dengan merespon kebutuhan politik dan sosial-ekonomi
masyarakat mereka; (3) perasaan bangga terhadap keberhasilan revolusi-revolusi
Islam di dunia; dan (4) pencarian identitas yang lebih otentik yang berakar pada
Islam zaman dulu.
Bahkan diterimanya Pancasila sebagai asas tunggal sebagai even memudarnya
sikap primordialistik, karena ada empat alasan: pertama, pencerminan adanya usaha
menjaga kestabilan harmonisasi dinamis dari keseragaman budaya dan agama
masyarakat Indonesia. Kedua, berfungsi sebagai pemersatu nilai yang memberikan
alternatif baru baik untuk individu maupun masyarakat untuk mencapai satu tujuan
sistem cita-cita dan pola berfikir nasional. Ketiga, sebagai ideologi yang mengandung
harapan baru untuk melangkah kepada kehidupan yang lebih baik. Keempat, mampu
mempengaruhi berbagai kehidupan dan corak keberagamaan masyarakat Indonesia
serta memiliki kemampuan untuk menyesuaikan pertumbuhan masyarakat.
3. Penyebaran Islam Pasca Kemerdekaan Indonesia
Penyebaran agama pasca kemerdekaan diwarnai dengan lahirnya tokoh-tokoh agama
dari berbagai corak pemikiran. Disamping itu juga ada gerakan-gerakan dakwah seperti
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, Dewan Dakwah Islam. Kesemuanya itu
memunculkan dinamika penyebaran agama berdasarkan dengan pola pemikiran dan
pandangan dari masing-masing organisasi atau kelompok pemikir lainnya. Organisasiorganisasi yang muncul pada masa sebelum kemerdekaan masih tetap berkembang di masa
kemerdekaan, seperti Muhammadiyah, Nadhatul Ulama, Masyumi dan lain lain.
Pada masa orde baru, pola penyebaran penyiaran Islam dilakukan melalui mimbar di
samping kegiatan organisasi keagamaan. Pada masa reformasi, dinamika penyebaran Islam
tidak lagi sama dengan orde lama dan orde baru. Penyebaran ajaran Islam memulai babak
baru dengan lepasnya ikatan yang menakutkan yang disebut era kebebasan. Dalam konteks
ini muncul kembali atribut-atribut gerakan Islam seperti : Forum Pembela Islam (FPI),
1
3
Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Laskar Jihad, Forum Komunikasi Ahli Sunnah
Waljamaah (FKSW), dan Hizbut Tahrir.
4. Hal hal yang berkaitan dengan peradaban Islam pasca Kemerdekaan
a. Departemen Agama
Sebagaimana telah disebutkan, sejak awal kebangkitan nasional, posisi agama sudah
mulai dibicarakan kaitannya dengan politik atau Negara. Ada dua pendapat yang didukung
oleh dua golongan yang bertentangan tentang hal itu. Satu golongan berpendapat, Negara
Indonesia merdeka hendaknya merupakan sebuah Negara sekuler, negara yang dengan
jelas memisahkan persoalan agama dan politik, sebagaimana diterapkan di Negara Turki oleh
Mustafa Kamal. Golongan lainnya berpendapat, Negara Indonesia merdeka adalah Negara
Islam. Kedua pendapat itu terlihat misalnya, sebelum kemerdekaan, dalam polemic antara
Soekarno dengan Agus Salim, kemudian dengan M. Natsir di akhir tahun 1930-an dan awal
1940-an; diskusi dan perdebatan di dalam siding-sidang BPUPKI yang menghasilkan Piagam
Jakarta. Setelah kemerdekaan, persoalan itu juga terangkat kembali di dalam siding-sidang
konstituante hasil pemilihan umum 1955 M yang berakhir dengan keluarnya Dekrit Presiden
5 Juli 1959, yaitu kembali kepada UUD 1945.
Meskipun persoalan itu belum selesai dipecahkan, tampaknya para pemimpin bangsa
Indonesia sudah bergerak jauh ke depan, memikirkan alternative jalan tengah dari dua
pendapat tersebut. Mereka menganjurkan suatu Negara yang mempunyai dasar keagamaan
secara umum dan pemerintahan mengakui nilai keagamaan yang positif, karena itu akan
memajukan kegiatan keagamaan. Dalam kerangka itulah, Departemen Agama didirikan.
Awalnya kementrian ini terdiri dari tiga seksi ,kemudian menjadi empat seksi masingmasing untuk kaum Muslimin, Potestan, Katolik Roma, dan Hindu-Budha. Kini strukturnya
pun berkembang, terdiri dari lima Direktorat Jenderal (Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam
dan Bimbingan Haji, Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Bimbingan masyarakat
Katolik, Ditjen Bimbingan Protestan dan Ditjen Bimbingan Hindu-Budha) juga dibantu oleh
Inspektorat Jenderal, Sekertariat Jenderal, Badan Penelitian dan Pembangunan (Balitbang)
Agama serta Pusat pendidikan dan Latihan (Pusdiklat ) Pegawai.
b. Pendidikan
Pada periode pasca kemerdekaan, pendidikan Islam pada dasarnya masih bertumpu
pada sistem pendidikan sebelumnya, yaitu pesantren dan madrasah. Wewenang untuk
1
4
1
6
a. Memberi fatwa dan nasehat mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatn kepada
pemerintahan dan umat Islam umumnya sebagau amar maruf nahi mungkar, dalam usaha
meningkatkan ketahanan nasional.
b. Mempererat ukhuwah islamiyah dan memelihara serta meningkatkan suasana kerukunan
antarumat beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Mewakili umat Islam dalam konsultasai antarumat beragama.
d. Penghubung antara ulama dan umara (pemerintahan) serta menjadi penerjemah timbal
balik antara pemerintahan dan umat guna menyukseskan pembangunan nasional.
d. Hukum Islam
Salah saatu lembaga Islam yang sangat penting yang juga ditangani oleh Departemen
Agama adalah hukum atau syariat. Pengadilan Islam di Indonesia membatasi dirinya pada
soal-soal hukum muamalat bersifat peribadi. Hukum muamalat pun terbatas pada masalah
nikah, cerai, rujuk, hukum, dan waris
e. Haji
Setelah kemerdekaan, pada tahun 1970-an, banyak para pejabat tinggi pemerintah,
termasuk menteri, yang tidak ketinggalan berangkat ke tanah suci. Bahkan dari kalangan
merekalah amir al-hajj (pemimpin jamaah haji) Indonesia ditunjuk. Pada tahun 1950 sebuah
yayasan, yaitu perjalanan haji Indonesia, didirikan di jakarta.
Pemerintah juga memberikan kekuasaan kepada yayasan untuk menyelenggarakan
perjalanan haji. Sebuah bank, bank haji Indonesia dan sebuah perusahaan kapal, pelayaran
muslim Indonesia (musi) didirikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Islam diawal kemerdekaan dihadapi dengan masalah terbentunya kementrian
agama. Usulan terbentuknya kementrian agama dilakukukan beberapa kali.
1
7
Hingga akhirnya terbentuk kementrian agama, yang menjadi ketua pertama adalah
Sultan Syahrir.
2. Pada masa demokrasi terpimpin pada pemerintahan Soekarno partai-partai islam
dipersempit dalam menduduki kursi parlemen. Pada masa orde baru dibawah
pimpinan Soeharto partai-partai islam dipersempit. Terbukti pada pemilu tahun
1977 hanya partai-partai islam hanya menginduk pada satu partai yaitu PPP.
3. Indonesia pada akhirnya menjadikan pancasila sebagai Asas tunggal dan ideologi
bangsa karena Pancasila mencakup seluruh agama yang ada di Indonesia tanpa
menkhususkan agama tertentu. Umat Islam pada saat itupun akhirnya menerima
adanya pancasila sebagai asas tunggal, dan tidak lagi menuntut Indonesia sebagai
negara Islam.
4. Peradaban islam setelah kemerdekaan mengalami perubahan yang pesat, mulai
dari pendidikan, hukum islam maupun dalam lembaga organisasi seperti
Departemen Agama dan MUI.
Daftar Pustaka
a. Amir, Zainal Abidin, Peta Islam Politik : Pasca Soeharto,(Jakarta:LP3ES,2003)
b. Andee Fellard, NU vis-a-vis Negara: Pencarian Isi Bentuk, dan Makna,
(Yogyakarta:Lkis,1999)
1
8
1
9