Anda di halaman 1dari 11

Pemanfaatan Fitoteknologi

untuk Pengolahan Lindi


Mulyani Zahra paramata
7014201002
Latar Belakang

Berbagai metode pengolahan lindi telah Salah satu metode yang hingga saat ini
banyak dikembangkan pada belakangan sering digunakan untuk pengolahan
ini. Perbedaan karakteristik lindi, lindi adalah fitoteknologi. Teknik
keuntungan dan kerugian dari berbagai fitoteknologi memiliki berbagai
proses pengolahan lindi harus keuntungan salah satunya adalah
diperhatikan dan disesuaikan agar sifatnya yang ramah lingkungan.
pengolahan tersebut dapat dengan Penelitian yang dilakukan oleh Suharto
efisien menyisihkan berbagai bahan dkk [2] juga menyatakan bahwa
pencemar dengan konsentrasi tinggi fitoremediasi merupakan salah satu
seperti COD, BOD, NH4-N dan logam altenatif metode pengolahan yang
berat [1]
cukup efektif dan murah untuk
menangani pencemaran lingkungan
yang diakibatkan oleh pencemar logam
berat Pb dan Cr.
Karakteristik Lindi (1)
 Lindi merupakan air yang terbentuk dalam
timbulan sampah yang melarutkan banyak
sekali senyawa yang ada sehingga memiliki
kandungan pencemar, khususnya zat
organik. Air lindi dihasilkan dari rembesan
kadar air yang terkandung pada sampah
maupun sumber luar seperti pengaruh
drainase, air hujan dan lain sebagainya yang
melalui tumpukan sampah di TPA [3].
Karakteristik Lindi (2)
Parameter Young Intermediate Old
Tahun <5 5 -10 > 10
pH 6,5 6,5 – 7 > 7,5

10.000 - 25.000 5.000 - 10.000 1.000


TDS (mg/L)

10.000 - 25.000 1.000 - 4.000 < 50


BOD (mg/L)

> 10.000 4.000 - 10.000 < 4.000


COD (mg/L)
BOD/COD > 0,3 0,1 - 0,3 < 0,1

2.000 - 4.000 500 - 2.000 < 300


Ca (mg/L)

2.000 - 4.000 500 - 1.500 < 100


Na, K (mg/L)
Mg, Fe (Mg/L) 500 - 1.500 500 - 1.000 < 100
Zn, Al (Mg/L) 100 - 200 50 – 100 < 10

1.000 - 3.000 500 - 2.000 < 100


Cl- (mg/L)
Fosfat (mg/L) 100 - 300 10 – 100 < 10

5 - 30% CFA + asam asam humat dan


80% VFA
humat dan asam fulvat asam fulfat
Senyawa organik

Low - medium Low Low


Logam berat

penting Medium Low


Biodegradibilitas

Sumber : [4]
Pengolahan Lindi dengan
Fitoteknologi (1)
Fitoteknologi merupakan pengolahan berbasis
tumbuhan yang digunakan untuk mendeteksi,
mendegradasi ataupun menyisihkan berbagai
macam pencemar di tanah, air tanah, air permukaan,
sedimen bahkan air. Prinsip kerja metode ini adalah
dengan mentrasfer zat pencemar yang ada di air,
tanah maupun sedimen ke tumbuhan. Keefektifan
dari metode ini bergantung pada jenis tumbuhan
yang akan digunakan sebagai pereduksi dan jenis
zat pencemar yang akan direduksi [5].
Pengolahan Lindi dengan
Fitoteknologi (2)
Proses yang terjadi Pada Fitoteknologi [6].
1. Fitostabilisasi

2. Fitoekstraksi

3. Rhizofiltrasi

4. Fitodegradasi

5. Rhizodegradasi

6. Fitovolatilisasi
Jenis Tanaman dan Kemampuan
Pengolahan Limbahnya (1)
Penetapan biota yang akan diuji, dalam hal ini
tumbuhan, merupakan komponen Quality
Assurance yang akan menjamin suatu
pengolahan. Respon dari tumbuhan akan
mencerminkan tingkat toksisitas dari bahan
yang akan diuji [7]
Nama
Peneliti Tujuan penelitian Mekanisme uji fitoremediasi Jenis Limbah Hasil Penelitian
Tanaman
[8] Mengetahui Uji fitoremediasi dengan sistem bed Lindi TPA Scirpus - waktu papar yang efisien
pengaruh waktu evapotranspirasi menggunakan Sidoarjo grossus didapatkan pada 10 hst dengan
pemaparan dan reaktor batch. Reaktor yang 8 tumbuhan
jumlah tumbuhan digunakan adalah reaktor kontrol - Jumlah tumbuhan yang efisien
terhadap efisiensi tanpa tumbuhan dan reaktor dengan tanaman ini adalah 8
pengolahan air fitoremediasi menggunakan buah dengan waktu pemaparan
lindi. tumbuhan dengan berbagai variabel 10 dan 15 hari
waktu pemaparan dan jumlah - Tumbuhan ini mampu
tumbuhan, menurunkan rasio BOD/CID lindi
dan menunjukkan bahwa lindi
TPA Sidoardjo biodegradable
[9] Mengkaji Reaktor yang digunakan adalah bed Limbah Kenaf Efisiensi penyisihan kromium
penyisihan evapotranspirasi dengan sistem batik, Jember (Hibiscus pada pengolahan limbah batik
kromium dari batch. Media tanam yang digunakan cannabinus L.) dengan tumbuhan kenaf varietas
limbah batik berupa pasir dan kerikil.Uji KR 11 umur 45 hari adalah
dengan bed fitotreatment dilakukan dengan 27 66,49%. Parameter yang
evapotranspirasi reaktor dengan 5 digunakan untuk mengukur
tumbuhan/reaktor respon tanaman kenaf terhadap
air limbah adalah peningkatan
tinggi tumbuhan dan jumlah
tumbuhan. hasil penelitian
menunjukkan bahwa tanaman
kenaf tertinggi dan jumlah daun
terbanyak adalah KR 22 dengan
umur 45 hari
[10] Menganalisis - Media tanam yang digunakan - Limbah Kenaf Tanaman kenaf mampu
potensi tanaman berupa kerikil dan pasir. industri (Hibiscus menurunkan kadar amonium dan
kenaf untuk - Masing-masing reaktor diisi 5 tahu, cannabinus L.) BOD limbah cair tahu pada
[11] Mengkaji Pada penelitian ini kompos yang tidak Lindi TPA Rumput gajah - Komposisi campuran kompos
kemampuan stabil dan masih baru akan Benowo dan (Pennisetum dan pasir yang optimum adalah
kompos tidak stabil dicampurkan dengan tanah pada bed Kompos dari purpueum) dengan perbandingan yang sama
dalam bed evapotranspirasi. Reaktor yang penjual lokal yakni 50:50 yang menghasilkan
evapotranspirasi digunakan akan terbagi dua yakni beban volumetrik yang optimum
untuk mengolah dengan adanya tumbuhan dan tanpa - Rumput gajah memiliki nilai ETR
lindi adanya tumbuhan. Reaktor yang > ER yang juga didukung oleh
digunakan bersifat continous dan penurunan BOD, COD dan N.
intermittent. 0 Kualitas kompos akan membantu
menurunkan toksisitas lindi dan
memperbaiki stabilitasnya.

[12] Penelitian ini Penelitian ini menggunakan 2 jenis bed Lindi Phragmites Pengaruh evapotranspirasi di CW
bertujuan untuk evapotranspirasi yakni reaktor dengan Australis yakni meningkatkan konsentrasi
mengkaji pengaruh media pasir dan reaktor dengan senyawa terlarut akibat penurunan
Evapotranspirasi campuran media pasir dan lumpur volume air dan peningkatan
(ET) pada limbah. ET dan efisiensi dari senyawa akumulasi pencemar di tanah.
kemampuan organik pada sistem ini didapatkan Hasil penelitian menunjukkan
Constructed dari tipe media tanam dan HRT dari bahwa efisiensi penyisihan lebih
wetland lindi rendah dibandingkan neraca massa
menggunakan SSF yang diharapkan. Hal ini biasanya
serta diakibatkan oleh hambatan dalam
mendiskusikan monitoring debit. Selain itu
pengaruh laju penelitian ini juga menunjukkan
penyisihan ET. rendahnya kemampuan CW karena
media yang digunakan sangat
tinggi nutrien.
Kesimpulan
Fitoteknologi merupakan pengolahan berbasis tumbuhan yang digunakan untuk
mendeteksi, mendegradasi ataupun menyisihkan berbagai macam pencemar di
tanah, air tanah, air permukaan, sedimen bahkan air (Henry et al, 2009). Prinsip
kerja metode ini adalah dengan mentrasfer zat pencemar yang ada di air, tanah
maupun sedimen ke tumbuhan. Keefektifan dari metode ini bergantung pada jenis
tumbuhan yang akan digunakan sebagai pereduksi dan jenis zat pencemar yang
akan direduksi.
Pemilihan tumbuhan yang akan digunakan pada metode ini sangat bergantung
pada karakteristik air limbah (lindi) yang akan digunakan serta bagaimana kondisi
sekitar tempat pengambilan sampel limbah sehingga bisa ditentukan apakah
tanaman ini mampu untuk bertahan hidup dengan kondisi limbah tersebut.
Referensi
1. Rathnayake, W.A.P.P dan G.B.B. Herath. 2018. A Review of Leachate Treatment Techniques. The 9th
International Conference on Sustainable Built Environment, Kandy, Sri Lanka, December 13 th-15th
2. Suharto, B., L.D. Susanawati., B.I. Wilistien. 2011. Penurunan Kandungan Logam Pb dan Cr Leachate Melalui
Fitoremediasi Bambu Air (Equisetum Hyemale) dan Zeolit. Agrointek Vol. 5 No. 2, Agustus
3. Said, N.I. dan D.R.K. Hartaja. 2015. Pengolahan Air Lindi dengan Proses Biofilter Anaerobik dan Denitrifikasi .
JAI Vol. 8 No. 1.
4. Bhalla, B., M.S. Saini., M.K. Jha. 2013. Effect of Age and Seasonal Variations on Leachate Characteristics of
Municipal Solid Waste Landfill . International Journal of Reseacrh in Engineering and Technology Vol. 02 Issue
08, August 2013
5. Hardiani, H. (2009). Potensi Tanaman Dalam Mengakumulasi Logam Cu Pada Media Tanah Terkontaminasi
Limbah Padat Industri Kertas. Bioscience,44(1), 27-40.
6. Pranoto. 2013. Fitoteknologi dan Ekotoksikologi dalam Pengolahan Sampah Menjadi Kompos . Indonesian
Journal of Conservation. Vol. 2 No. 1 Juni (2013) 66-73
7. Puspitasari, R. 2013. Pemilihan Biota Uji dalam Penelitian Toksikologi Lingkungan. Oseana Vol. XXXVIII No. 1
Hal 37-46
8. Rachmaulin, S.H. dan S. Mangkoedihardjo. 2013. Pengaruh Waktu Pemaparan dan Jumlah Tumbuhan
terhadap Efisiensi Pengolahan Lindi TPA Siodarjo menggunakan Scirpus grossus . Jurnal Teknik POMITS Vol.
2 No.2 (2013)
9. Fitria, F.L. dan Y. Dhokhikah. 2019. Removal of Chromium from Batik Wastewater by Using Kenaf (Hibiscus
cannabinus L.) with Bed Evapotranspiration . IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 243
(2019) 012011
10. Fitria, F.L. dan S. Mangkoedihardjo. 2016. Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Tanaman Kenaf
(Hibiscus Cannabinus L.) untuk Menurunkan Kadar Amonium dan Bod pada Bed Evapotranspirasi . Jurnal
Purifikasi, Vol. 16 No. 2 Desember 2016
11. Samudro, G dan S. Mangkoedihardjo. 2011. Leachate Stabilization by The Unstable and Immature Compost
in Evapotranspiration Bed. International Journal of Modern Manufacturing Technologies, Vol. III No.1
12. Bialowiec, A., A.Albuquerque., P.F. Randers. 2014. The Influence of Evapotranspiration on Vertical Flow
Subsurface Constructed Wetland Performance. Ecological Engineering 67 (2014) 89-94

Anda mungkin juga menyukai