Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Stroke adalah infark regional kortikal, subkortikal atau pun infark regional di
batang otak yang terjadi karena kawasan perdarahan atau penyumbatan suatu arteri
sehingga jatah oksigen tidak dapat disampaikan kebagian otak tertentu. Stroke
merupakan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Empat juta orang amerika
mengalami defisit neurologi akibat stroke ; dua pertiga dari defisit ini bersifat sedang
sampai parah. Kemungkinan meninggal akibat stroke inisial adalah 30% sampai 35% dan
kemungkinan kecacatan mayor pada orang yang selamat adalah 35% sampai 40%.
Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan mengalami
stroke ulangan pada tahun pertama. Secara umum stroke dapat dibagi menjadi dua .
Pertama stroke non hemoragic yaitu stroke yang disebabkan oleh penyumbatan pada
pembuluh darah di otak. Kedua stroke hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah diotak.
Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus,
arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan
tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu
serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon.
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total
tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan
membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Darah vena dialirkan dari otak
melalui dua sistem : kelompok vena interna, yang mengumpulkan darah ke Vena galen
dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak,
dan mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan
seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke jantung.
Kenaikan darah yang abrupt atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok
dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari yang
menjadi penyebab terjadinya stroke. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang
otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke
batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan
otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.

Dengan demikian pada penderita stroke diperlukan asuhan keperawatan yang


komprehensif dan paripurna. Melihat fenomena di atas, storke merupakan penyakit yang
menjadi momok bagi manusia. Selain itu, stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang
yang menderita stroke sering tidak menyadari bahwa dia terkena stroke. Tiba-tiba saja,
penderita merasakan dan mengalami kelainan seperti lumpuh pada sebagian sisi
tubuhnya, bicara pelo, pandangan kabur, dan lain sebagainya tergantung bagian otak
mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi kita perawat bagian dari tenaga medis
untuk mempelajari tentang patofisologi, mekanisme, manifestasi klinis, prosedur
diagnostik dan asuhan keperawatan yang harus di berikan pada pasien stroke.
B Tujuan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada stroke diharapkan mahasiswa mampu :
1

Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai stroke.

Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan yang diberikan.

Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna kepada pasien


stroke.

C Manfaat
1

Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien stroke.

Bagi Institusi Pendidikan


Dapat di gunakan sebagai literatur di perpustakaan dan dapat memberi informasi
kepada para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE
A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan deficit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak, (Sudoyo Aru).
Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum.
B. Etiologi
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu : stroke iskemik dan stroke hemorragik.
a. Stroke iskemik (non hemorragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80%
stroke adalah stroke iskemik.
1.
Stroke Trombotik : proses terbentuknya thrombus yang membuat
2.
3.

penggumpalan.
Stroke Embolik : Tertutupnya pembuluh arteri pleh bekuan darah.
Hipoperfusion Sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian

tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.


b. Stroke hemorrhagic adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Hamper 70% kasus stroke hemorrhagic terjadi pada penderita
hipertensi.
1. Hemoragik Intraselebral : pendarahan yang terjadi di dalam jaringan
otak.
2. Hemoragik Subaraknoid : perdarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak).
Faktor-faktor yang menyebabkan stroke
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversible)
Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke disbanding wanita.
Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.
2. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)
Hipertensi
Penyakit jantung
Kolesterol tinggi
Obesitas
Diabetes Melitus
Polisetemia
Stress emosional
3. Kebiasaan Hidup
Merokok,
Peminum alcohol,
Obat-obatan terlrang.
3

Aktivitas yang tidak sehat : Kurang olahraga, makanan berkolesterol.

C. Manifestasi Klinis
1.
Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan
2.
Tiba-tiba hilang rasa peka
3.
Bicara cedel atau pelo
4.
Gangguan bicara dan bahasa
5.
Gangguan penglihatan
6.
Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
7.
Gangguan daya ingat
8.
Nyeri kepala hebat
9.
Vertigo
10.
Kesadaran menurun
11.
Proses kencing terganggu
12.
Gangguan fungsi otak.

Pemeriksaan penunjang (Arif Muttaqin, 2008) :


1. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari perdarahan seperti aneurisma atau
malformasi vaskuler.
2. Lumbal pungsi, ST Scan, EEG, Magnetic Imaging Resnance (MRI)
3. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
Penatalaksanaan
Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di instalasi Rawat Darurat dan merupakan tindakan
resusitasim serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas.
Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid ; hindari
peberian cairan dekstrosa atau salin dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT scan otak,
elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin
time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk elektrolit) ; jika hipoksia, dilakukan
analisis gas darah. Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan
mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang.

Stadium Akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologic maupun penyulit. Juga
dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta telaah social untuk
membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu,
menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien
yang dapat dilakukan keluarga.
1.

Stroke Iskemik
Terapi umum : Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu
bidang ; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik
sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai
didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan
kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh,
dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten). Pemberian nutrisi dengan cairan
isotonic, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari
cairan mengandung glukosa atau salin isotonic. Pemberian nutrisi per oral hanya jika
fungsi menelannya baik; jika didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun,
dianjurkan melalui selang nasogastric. Kadar gula darah ?150 mg% harus dikoreksi
sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama
2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah <60 mg% atau <80 mg% dengan
gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% intravena sampai kembali normal dan harus
dicari penyebabnya. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obatobatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan
sistolik 220 mmHg, diastolic 120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) 130
mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkaninfark
miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah
maksimal adlaah 20%, dan obat yang direkomendasikan : natrium nitroprusid, penyekat
reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi hipotensi, yaitu
tekanan sistolik 90 mmHg, diastolic 70 mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1
jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi
dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih <90 mmHg, dapat
diberi dopamine 2-20 g/kg/menit sampai tekanan darah sistolik 110 mmHg. Jika
kejang, diberi diazepam 5-20 mg intravena pelan-pelan selama 3 menit, maksimal 100 mg
per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin, karbamazepin). Jika

kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang. Jika
didapatkan tekanan intracranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25 sampai 1
g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum
memburuk, dilanjutkan 0,25 g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus
dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai alternative, dapat diberikan
larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemide.
Terapi khusus : Ditujukan untuk reperfusidengan pemberian antiplatelet seperti aspirin
dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rtPA (recombinant tissue
Plasminogen Activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau
pirasetam (jika didapatkan afasia).
2. Stroke Hemoragik
Terapi umum : Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma
>30 mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung
memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20%
bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolic >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume
hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan
dengan labetalol intravena 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian
dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril intravena 0,625-1.25 mg per 6 jam;
kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda tekanan intracranial meningkat,
posisi kepala dinaikan 30%, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol dan
hiperventilasi (pCo2 20-35 mmHg). Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke
iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor
pompa proton; komplikasi saluran nafas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan
antibiotic spectrum luas.
Terapi khusus : Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator.
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang
kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebrum berdiameter >3 cm 3, hidrosefalus
akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebrum, dilakukan VP-shunting, dan
perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan tekanan intracranial akut dan ancaman
herniasi. Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis Kalsium (nimodipin)
atau tindakan bedah (ligase, embolisasi, ekstirpasi maupun gamma knife) jika
penyebabnya adalah aneurisma atau malformasi arteri-vena (arteriovenous malformation,
AVM).
Stadium Subakut

Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara, dan
bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang panjang,
dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit dengan tujuan
kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan program preventif primer
dan sekunder. Terapi fase subakut antara lain :
1. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
2. Penatalaksaan komplikasi
3. Restorasi / rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien) yaitu fisioterapi, terpai wicara, terapi
kognitif dan terapi okupasi
4. Prevensi sekunder
5. Edukasi keluarga dan Discharge Planning
D. Masalah yang lazim muncul
1. Gangguan menelan b.d penurunan fungsi nerfus vagus atau hilangnya refluks
muntah
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
untuk mencerna makanan, penurunan fungsi nerfus hipoglosus
3. Nyeri akut
4. Hambatan mobilitas fisik b.d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan
5.
6.
7.
8.
9.

koordiansi, spastisitas dan cedera otak


Deficit perawatan diri b.d gejala sisa stroke
Kerusakan integritas kulit b.d hemiparesis / hemiplegia, penurunan mobilitas
Resiko jatuh b.d perubahan ketajaman penglihatan
Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan fungsi otot facial / oral
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan aliran darah ke otak
(aterosklerosis, embolisme)

E. Discharge Planning
1. Mencegah terjadinya luka dikulit akibat tekanan
2. Mencegah terjadinya kekuatan otot dan sendi
3. Memulai latihan dengan mengaktifkan batang tubuh atau torso
4. Mengontrol factor resiko stroke
5. Diet rendah lemak, garam, berhenti merokok
6. Kelola stress dengan baik
7. Mengetahui tanda dan gejala stroke

Pathway

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STROKE
Pengkajian
1 Perubahan pada tingkat kesadaran atau responivitas yang dibuktikan dengan
gerakan, menolak terhadap perubahan posisi dan respon terhadap stimulasi,
2

berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang


Ada atau tidaknya gerakan volunteer atau involunter ekstremitas, tonus otot, postur

3
4

tubuh, dan posisi kepala.


Kekakuan atau flaksiditas leher.
Pembukaan mata, ukuran pupil komparatif, dan reaksi pupil terhadap cahaya dan

5
6

posisi okular.
Warna wajah dan ekstremitas, suhu dan kelembaban kulit.
Kualitas dan frekuensi nadi, pernapasan, gas darah arteri sesuai indikasi, suhu

7
8
9

tubuh dan tekanan arteri.


Kemampuan untuk bicara
Volume cairan yang diminum dan volume urin yang dikeluarkan setiap 24 jam.
Riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, kebiasaan makanan dan umur.

Dari pengkajian secara umum tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :
1 Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.

Pengkajian Sekunder
a

Aktivitas dan istirahat


1) Data Subyektif :
Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
2)

Data obyektif :
10

Perubahan tingkat kesadaran.

Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia),


kelemahan umum.

Gangguan penglihatan.

b. Sirkulasi
1)
Data Subyektif :
Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung,
endokarditis bacterial), polisitemia.
Data obyektif :
Hipertensi arterial
Disritmia, perubahan EKG
Pulsasi : kemungkinan bervariasi
Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal.
c. Integritas ego
2)

1) Data Subyektif :
2)

Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.


Data obyektif :
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan, kegembiraan,

kesulitan berekspresi diri.


d. Eliminasi
1) Data Subyektif :

Inkontinensia, anuria

Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus
(ileus paralitik)

e. Makan/ minum
1)
Data Subyektif :

Nafsu makan hilang.

Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK.

Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia.

Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah.

2) Data obyektif :

Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)

Obesitas (faktor resiko).

f. Sensori Neural
1) Data Subyektif :
11

Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA).

Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub


arachnoid.

Kelemahan,

kesemutan/kebas,

sisi

yang

terkena

terlihat

seperti

lumpuh/mati.

Penglihatan berkurang.

Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada
muka ipsilateral (sisi yang sama).

2)

Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.

Data obyektif :

Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan


tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif.

Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada semua jenis


stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam (kontralateral).

Wajah: paralisis / parese (ipsilateral).

Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa), kemungkinan ekspresif/


kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif,
global / kombinasi dari keduanya.

Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli


taktil.

Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik.

Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral.

g. Nyeri / kenyamanan
1)
Data Subyektif :
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.
2) Data obyektif :
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial.
h. Respirasi
1) Data Subyektif :
Perokok (factor resiko).
i. Keamanan
1) Data obyektif :

12

Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan.

Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang


kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.

Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali.

Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu


tubuh.

Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,


berkurang kesadaran diri.

j. Interaksi social
1) Data obyektif :
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
(Doenges E, Marilynn,2000).

13

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral.
Tujuan; kesadaran penuh, tidak gelisah
Kriteria hasil tingkat kesadaran membaik, tanda-tanda vital stabil tidak ada tandatanda peningkatan tekanan intrakranial.
Intervensi;
Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan skala koma glascow
Rasional: Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran.
Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah
Rasional: autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan.
Pertahankan keadaan tirah baring.
Rasional: aktivitas/ stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan Tekanan Intra

Kranial (TIK).
Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikkan dan dalam posisi anatomis
(netral).
Rasional: menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan

meningkatkan sirkulasi/ perfusi serebral.


Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan (heparin)
Rasional: meningkatkan/ memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya
dapat mencegah pembekuan.

2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.


Tujuan; dapat melakukan aktivitas secara minimum
Kriteria hasil mempertahankan posisi yang optimal, meningkatkan kekuatan dan
fungsi bagian tubuh yang terkena, mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan
aktivitas.
Intervensi;
Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
Rasional: mengidentifikasi kelemahan/ kekuatan

dan

dapat

memberikan

informasi bagi pemulihan


Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring)
Rasional: menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemia jaringan.
Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas
Rasional: meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur.
Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan
ekstremitas yang tidak sakit.
Rasional: dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi lebih

terganggu.
Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif, dan ambulasi
pasien.

14

Rasional: program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan


yang berarti/ menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan, koordinasi, dan
kekuatan.
3)

Diagnosa keperawatan ketiga: kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan


kerusakan neuromuskuler.
Tujuan; dapat berkomunikasi sesuai dengan keadaannya.
Kriteria hasil; Klien dapat mengemukakan bahasa isyarat dengan tepat, terjadi
kesapahaman bahasa antara klien, perawat dan keluarga
Intervensi;
Kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi
Rasional: Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indikator dari

4)

derajat gangguan serebral


Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana
Rasional: melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik
Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut
Rasional: Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik
Ajarkan klien tekhnik berkomunikasi non verbal (bahasa isyarat)
Rasional: bahasa isyarat dapat membantu untuk menyampaikan isi pesan yang
dimaksud
Konsultasikan dengan/ rujuk kepada ahli terapi wicara.
Rasional: untuk mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan terapi.

Diagnosa keperawatan keempat: perubahan sensori persepsi berhubungan dengan


stress psikologis.
Tujuan; tidak ada perubahan perubahan persepsi.
Kriteria hasil mempertahankan tingkat kesadarann dan fungsi perseptual, mengakui
perubahan dalam kemampuan.
Intervensi;
Kaji kesadaran sensorik seperti membedakan panas/ dingin, tajam/ tumpul, rasa
persendian.
Rasional: penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan perasaan kinetic

berpengaruh buruk terhadap keseimbangan.


Catat terhadap tidak adanya perhatian pada bagian tubuh
Rasional: adanya agnosia (kehilangan pemahaman terhadap pendengaran,
penglihatan, atau sensasi yang lain)
Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan seperti berikan pasien suatu benda
untuk menyentuh dan meraba.

15

Rasional: membantu melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan

persepsi dan interprestasi stimulasi.


Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya bila perlu dan menyadari posisi
bagian tubuh tertentu.\
Rasional: penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalam

mengintergrasikan kembali sisi yang sakit.


Bicara dengan tenang dan perlahan dengan menggunakan kalimat yang pendek.
Rasional: pasien mungkin mengalami keterbatasan dalam rentang perhatian atau
masalah pemahaman.

5) Diagnosa keperawatan kelima: kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan


neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/ koordinasi
otot
Tujuan; kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil klien bersih dan klien dapat melakukan kegiatan personal hygiene
secara minimal
Intervensi;
Kaji kemampuan klien dan keluarga dalam perawatan diri.
Rasional: Jika klien tidak mampu perawatan diri perawat dan keluarga

membantu dalam perawatan diri


Bantu klien dalam personal hygiene.
Rasional: Klien terlihat bersih dan rapi dan memberi rasa nyaman pada klien
Rapikan klien jika klien terlihat berantakan dan ganti pakaian klien setiap hari
Rasional: Memberi kesan yang indah dan klien tetap terlihat rapi
Libatkan keluarga dalam melakukan personal hygiene
Rasional: ukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam program peningkatan
aktivitas klien
Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/ ahli terapi okupasi
Rasional: memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana
terapi dan

6) Diagnosa keperawatan keenam: gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan


biofisik, psikososial, perseptual kognitif.
Tujuan; tidak terjadi gangguan harga diri
Kriteria hasil mau berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang terjadi, mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi.

16

Intervensi;
Kaji luasnya

gangguan

ketidakmampuannya.
Rasional: penentuan

persepsi

faktor-faktor

dan
secara

hubungkan
individu

dengan

derajat

membantu

dalam

mengembankan perencanaan asuhan/ pilihan intervensi.


Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik.
Rasional: membantu peningkatan rasa harga diri dan kontrol atas salah satu
bagian kehidupan.
Berikan dukungan terhadap perilaku/ usaha seperti peningkatan minat/ partisipasi
dalam kegiatan rehabilitasi.
Rasional: mengisyaratkan kemampuan adaptasi untuk mengubah dan memahami

tentang peran diri sendiri dalam kehidupan selanjutnya.


Dorong orang terdekat agar member kesempatan pada melakukan sebanyak
mungkin untuk dirinya sendiri.
Rasional: membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri

dan meningkatkan proses rehabilitasi.


Rujuk pada evaluasi neuropsikologis dan/ atau konseling sesuai kebutuhan.
Rasional: dapat memudahkan adaptasi terhadap perubahan peran yang perlu
untuk perasaan/ merasa menjadi orang yang produktif.

7)

Diagnosa keperawatan ketujuh:

resiko tinggi kerusakan menelan berhubungan

dengan kerusakan neuromuskuler/ perseptual.


Tujuan; kerusakan dalam menelan tidak terjadi.
Kriteria hasil mendemonstrasikan metode makan tepat untuk situasi individual dengan
aspirasi tercegah, mempertahankan berat badan yang diinginkan.
Intervensi;
Tinjau ulang patologi/ kemampuan menelan pasien secara individual.
Rasional: intervensi nutrisi/ pilihan rute makan ditentukan oleh faktor-faktor ini.
Letakkan pasien pada posisi duduk/ tegak selama dan setelah makan
Rasional: menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan dan

menurunkan resiko terjadinya aspirasi.


Anjurkan pasien menggunakan sedotan untuk meminum cairan.
Rasional: menguatkan otot fasiel dan otot menelan dan menurunkan resiko

terjadinya aspirasi.
Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan/ kegiatan.
Rasional: meningkatkan pelepasan endorphin dalam otak yang meningkatkan

perasaan senang dan meningkatkan nafsu makan.


Berikan cairan melalui intra vena dan/ atau makanan melalui selang.
Rasional: memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika pasien tidak
mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.

17

8) Diagnosa keperawatan ketujuh: kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan


berhubungan dengan Keterbatasan kognitif, kesalahan interprestasi informasi, kurang
mengingat
Tujuan; klien mengerti dan paham tentang penyakitnya
Kriteria hasil berpartisipasi dalam proses belajar
Intervensi;
Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien
Rasional: untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien
Berikan informasi terhadap pencegahan, faktor penyebab, serta perawatan.
Rasional: untuk mendorong kepatuhan terhadap program teraupetik dan

meningkatkan pengetahuan keluarga klien


Beri kesempatan kepada klien dan keluarga untuk menanyakan hal- hal yang

belum jelas.
Rasional: memberi kesempatan kepada orang tua dalam perawatan anaknya
Beri feed back/ umpan balik terhadap pertanyaan yang diajukan oleh keluarga

atau klien.\
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman klien atau keluarga
Sarankan pasien menurunkan/ membatasi stimulasi lingkungan terutama selama

kegiatan berfikir
Rasional: stimulasi yang beragam dapat memperbesar gangguan proses berfikir.

BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke adalah
manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun menyeluruh (global),
yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan
kematian, tanpa di temukan penyebab selain daripada gangguan vaskular. Gangguan
peredaran darah otak dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan
yang terjadi cukup besar dapat mengakibatkan kematian sebagian otak (infark), gejalagejala yang terjadi tergantung pada daerah otak yang di pengaruhi.

18

Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus,


arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan
tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu
serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon.
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total
tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.
B Saran
Kami dari kelompok mengharapkan saran dari pembaca agar dapat member kritik
dan saran untuk kesempurnaan makalah Asuhan Keperawatan pada klien dengan
STROKE

19

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E.2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Breda G, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner &
Suddhart. vol 2. Edisi 8. Jakarta. EGC. 2002
http://id.scribd.com/doc/122546908/askep-stroke
http://id.scribd.com/doc/52590982/ASKEP-STROKE
http://id.scribd.com/doc/124134593/Askep-Stroke

20

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami tentang
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke yang akan sangat berguna terutama untuk
mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali
kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang
membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Banjarbaru, September 2016


Penulis

21

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang ...................................................................................................1
B Tujuan .................................................................................................................2
C Manfaat ..............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A Definisi ...............................................................................................................3
B Etiologi ...............................................................................................................3
C Tanda dan Gejala ................................................................................................5
D Patofisiologi .......................................................................................................5
E Penatalaksanaan Stroke ......................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STROKE .....14
BAB IV PENUTUP
A Kesimpulan ........................................................................................................18
B Saran ...................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai