(2)
BAB II
TINJAUAN TEORI
merupakan
langkah
pertama
dari
proses
adalah
proses
sistematis
dari
dua
hal,
pengorganisasian
yaitu:
status
kesehatan
data
klien
harus
dan
assessment),
serta
pengkajian
ulang
untuk
Fokus Pengkajian
1) Pengkajian Medis difokuskan pada keadaan Patologis.
2) Pengkajian Keperawatan ditujukan pada respon klien terhadap masalahmasalah kesehatan yg berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia.
3) Pengkajian Fokus adalah: pemilihan data spesifik yang ditentukan oleh
perawat, klien dan keluarga berdasarkan keadaan klien. Pengkajian
fokus dapat dilakukan selama tahap wawancara jika ada data yang
divalidasi.
g. Sumber Data
1) Sumber data Primer
(19) Sumber data primer adalah data-data yang dikumpulkan dari
klien, yang dapat memberikan informasi yang lengap tentang masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya.
2) Sumber data Sekunder
(20) Sumber data sekunder adalah data-data yang diumpulkan dari
orang terdekat klien (keluarga), seperti orang tua, saudara, atau pihak
lain yang mengerti dan dekat dengan klien.
h. Sumber data lainnya
(21)
Catatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang
merupakan riwayat penyakit dan perawatan klien di masa lalu.
(22) Secara umum
(23)
Secara umum sumber data yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data adalah:
1) Klien sendiri sebagai sumber data utama (primer)
(24)
kebanyakan situasi klien adalah sumber informasi yang
terbaik. Klien yang sadar (orientasi baik) dan menjawab pertanyaan
secara tepat dapat memberikan informasi yang paling akurat tentang
kebutuhan perawatan kesehatan, pola gaya hidup, penyakit saat ini dan
masa lalu, persepsi tentang gejala, dan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Namun demikian, penting juga artinya untuk
mempertimbangkan lingkungan di mana perawat berinteraksi dengan
klien. Klien yang mengalami gejala akut di ruang kedaruratan tidak akan
mampu memberikan informasi yang sama rincinya dengan klien yang
dating ke klinik perawatan primer untuk melakukan pemeriksaan rutin.
2) Keluarga dan orang terdekat
(25)
Keluarga dan orang terdekat dapat diwawancarai
sebagai sumber primer informasi tentang bayi dan anak-anak dank lien
yang sakit kritis, cacat mental, disorientasi, atau klien yang tidak sadar.
Pada kasus penyakit berat atau situasi darurat, keluarga menjadi satu-
satunya sumber data yang tersedia tentang pola sehat sakit klien,
medikasi terakhir, awitan penyakit, dan informasi lain yang dibutuhkan
oleh perawat dan dokter
(26)
Keluarga dan teman dekat juga merupakan sumber
informasi sekunder yang penting. Penting artinya untuk melibatkan
mereka dalam pengkajian bila memungkinkan. Sering kali pasangan
atau teman dekat duduk dekat klien selama pengkajian dan memberikan
pandangan mereka tentang masalah atau kebutuhan kesehatan klien.
Mereka tidak saja menyuplai data tentang status kesehatan klien saat ini
tetapi mereka juga sering mampu menunjukkan kapan perubahan status
terjadi pada klien dan bagaimana fungsi klien terpengaruhi oleh
perubahan tersebut. Akhirnya keluarga dan teman dapat membuat
pengamatan yang berkaitan tentang kebutuhan klien yang dapat
mempengaruhi cara pemberian asuhan.
3) Catatan lainnya
(27)
Catatan lain seprti pendidikan, wajib militer, dan
catatan pekerjaan dapat mengandung informasi perawatan kesehatan
yang berkaitan. Jika klien mendapat layanan di klinik kesehatan
komunitas atau klinik rawat jalan, maka perawat harus mendapatkan
data dari catatan ini tetapi pertama-tama harus mendapatkan izin tertulis
dari klien atau wali klien untuk melihat catatan ini. Segala informasi
yang didapatkan bersifat rahasia dan diperlakukan sebagai bagian dari
catatan medis legal klien.
4) Hasil pemeriksaan diagnostik
5) Catatan medis
(28)
Catatan medis klien saat ini dan masa lalu dapat
menguatkan informasi tentang pola kesehatan dan pengobatan masa lalu
atau memberikan informasi baru. Dengan menelaah catatan medis,
perawat dapat mengidentifikasi pola penyakit, respons terhadap
pengobatan sebelumnya, dan metode koping masa lalu.
6) Anggota tim perawatan kesehatan
(29)
medis,
dan
interaksi
perawat
dengan
klien
adalah
Komunikasi
keperawatan
biasanya
digunaan
untuk
darurat
mengharuskan
tipe
teknik
Pemecahan
Masalahdifokuskan
pada
Pertanyaan
Terbukaditujukan
untuk
mendapatkan respons lebih dari satu atau dua kata. Teknik ini
mengarah kepada diskusi dimana klien secara aktif menguraikan
status kesehatan mereka.
b)
Tahapan wawancara/komunikasi:
(1) Persiapan
(42)
diperhatikan
dalam
(b) Memberikan
menyampaikan
kesempatan
kepada
keluhan-keluhannya
klien
atau
untuk
pendapatnya
secara bebas.
(c) Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(5)
(a)
(b)
(6)
cara duduk).
(j) Menghindari adanya interupsi.
(k) Mendengarkan penuh dengan perasaan.
(l) Memberikan kesempatan istirahat kepada klien.
Macam wawancara
Auto anamnese: wawancara dengan klien langsung.
Allo anamnese: wawancara dengan keluarga atau orang
Hambatan wawancara
(48)
Internal:
Eksternal :
klien.
Observasi
dilakukan
dengan
menggunakan
status
kesehatan
klien,
:
:
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
Agama
Suku/Bangsa
Status Perkawinan
Alamat
Tanggal Masuk
Diagnosa Medis
:
:
:
:
:
:
Nama
(66)
Umur
(67)
Pekerjaan
(68)
Pendidikan
(69)
Jenis Kelamin
(70)
Agama
(71)
Alamat
(72)
b) Keluhan Utama
(1) Saat di Rumah
(2) Saat masuk Rumah Sakit
(3) Saat dikaji
c) Riwayat Kesehatan
(73)
Riwayat kesehatan keperawatan adalah data yang
dikumpulkan tentang tingkat kesejahteraan klien (saat ini dan masa
lalu), riwayat keluarga, perubahan dalam pola kehidupan, riwayat
sosial budaya, kesehatan spiritual, dan reaksi mental serta emosi
terhadap penyakit. Riwayat keperawatan dikumpulkan selama
wawancara dan merupakan langkah pertama dalam melakukan
pengkajian.
(1) Informasi Biografi
(74) Informasi biografi adalah data demografi faktual
tentang klien. Usia klien, alamat, pekerjaan dan status pekerjaan,
status perkawinan dan tipe asuransi yang ditanggung harus
dimasukkan.
perawatan
kesehatan.
Harapan
yang
demikian
adalah
untuk
penyakit.
Riwayat
keluarga
juga
memberikan
untuk
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
d) Kebutuhan Dasar Manusia
(1) Teori Gordon
(98)
Pola/konsep di definisikan seperti pembentukan
tingkah laku yang terjadi secara berangkai. Pola Fungsional
Kesehatan (cara Hidup) klien, apakah pribadi, keluarga atau
masyarakat, berkembang dari interaksi klien-lingkungan. Masingmasing pola adalah penjabaran dari gabungan biopsikososial.
Tidak satupun pola yang dapat dimengerti tanpa mengetahui pola
yang lain. Pola fungsional kesehatan dipengaruhi oleh faktor
biologi,
perkembangan,budaya,
(Gordon.1994).
Pola
Fungsional
sosial
dan
Kesehatan
spiritual
dapat
dikaji
Persepsi
kognitif,
konsep
diri-persepsi
Apakah
asupan
gizi
pasien
mencukupi
kebutuhan
metabolik?
(c) Eliminasi
Bagaimana
aktivitas
seharihari
klien,
terutama
pekerjannya?
(e) Istirahat-tidur
Bagaimanakah
klien
serta
keluarganya
memandang
penyakitnya?
Apakah
klien
bersosialisasi
dengan
baik
dalam
lingkungannya?
(101)
memuaskan
rasa
penasaran
yang
menuntun
pada
Apakah
pasien
menggunakan
otot
dalam
pergerakan nafas?
(b) Makan dan minum
(c) Eliminasi
Apakah
pasien
merasa
terganggu
dengan
keadaan
Komunikasi
kesehariannya?
Apakah pasien menjalin komunikasi yang baik dengan
orangorang di sekitarnya?
mandiri di kesehariannya?
(l) Pekerjaan sehari-hari
Apa pekerjaan sehatri-hari pasien?
Apakah pasien dapat melakukan pekerjaannya secara
normal dan mandiri di kehidupan kesehariannya?
Apakah pekerjaan pasien diterima oleh diri pasien sendiri?
(m)Kebutuhan bermain dan rekreasi
Apakah pasien dapat memenuhi kebutuhan bermain dan
rekreasi di dalam kesehariannya?
dalam kesehariannya?
Apakah kebutuhan belajar pasien tercukupi di setiap hari?
Apakah pasien menggunakan fasilitas kesehatan secara
e) Pemeriksaan Fisik
(105)
rambut sampai ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan
informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk
mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi
pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap
terapi tersebut (Potter dan Perry, 2005).
(106)
data
yang
sistematif
dan
komprehensif,
(108)
Pengkajian fisik mempunyai empat bagian utama:
(a) Survei umum (observasi awal yang dilakukan oleh perawat
pada penampilan umum klien dan perilakunya)
(b) Pengukuran tanda vital (pengkajian suhu, nadi dan
frekuensi pernapasan, serta tekanan darah)
(c) Pengkajian tinggi badan dan berat badan
(d) Pemeriksaan fisik (pengkajian semua struktur, organ dan
system tubuh).
Pengkajian
(109)
fisik
yang
akurat
membutuhkan
indera
pemeriksaan
penglihatan,
dengan
pendengaran
dan
system
tunggal
atau
bagian
dan
biasanya
melihat
bagian
tubuh
yang
diperiksa
melalui
pemeriksaan
dengan
teknik
pemeriksaan
yang
ciri2
jaringan
atau
organ
seperti:
bagian
permukaan
tubuh
tertentu
untuk
menghasilkan
suara,
yang
bertujuan
untuk
(119) Auskultasi
adalah
tindakan
mendengarkan
bertujuan:
keperawatan
Indikasi
(134)
(a) Persiapan
Alat
(135)
Meteran,
Steteskop,
Timbangan
BB,
Penlight,
Tensimeter/spighnomanometer,
Lingkungan
(136)
Pastikan
ruangan
dalam
keadaan
Cuci tangan
Jelaskan prosedur
Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan
normal.
Dokumentasikan hasil pemeriksaan
teraba
(d) Pernafasan
Frekuensi: Normal= 15-20x /menit; >20: Takipnea;
<15 bradipnea
Tujuan
Mengetahui kondisi kulit dan kuku
Mengetahui perubahan oksigenasi,
sirkulasi,
Persiapan
Posisi klien: duduk/ berbaring
Pencahayaan yang cukup/lampu
Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan
Pemeriksaan kulit
Inspeksi:
kebersihan,
warna,
Pemeriksaan kuku
Inspeksi: kebersihan, bentuk, dan warna kuku
Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tandatanda jari tubuh (clubbing finger), tidak
ikterik/sianosis.
Palpasi: ketebalan kuku dan capillary refile
( pengisian kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3
detik.
(140) Setelah diadakan pemeriksaan kuku
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
Pemeriksaan kepala
(142)
Tujuan
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
(143)Persiapan alat
Lampu
Sarung tangan (jika diduga terdapat lesi atau luka)
(144)
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi:
ukuran
lingkar
kepala,
bentuk,
pigmentasi,
bentuk,
dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain,
tidak pucat/ikterik, simetris.
(151)
mungkin
Ketajaman
berbeda
penglihatan
dengan
orang
seseorang
lain.
Tajam
dekat
yang
merupakan
tempat
suatu
benda
terhadap
Pemeriksaan telinga
(154)
saluran
gendang
telinga,
dan
fungsi
pendengaran.
(155) Persiapan Alat
Arloji berjarum detik
Garpu tala
Speculum telinga
Lampu kepala
(156) Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi: bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan,
integritas, posisi telinga, warna, liang telinga
(cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar..
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas
kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada
tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
Palpasi: nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.
(157)
Setelah diadakan pemeriksaan telinga
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
Pemeriksan hidung dan sinus
(158)
Tujuan
1. Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
2. Menentukan kesimetrisan struktur
inflamasi atau infeksi
(159) Persiapan Alat
Spekulum hidung
Senter kecil
dan
adanya
Lampu penerang
Sarung tangan (jika perlu)
(160)
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi: hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna,
kesimetrisan), rongga, hidung (lesi, sekret, sumbatan,
pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2
infeksi)
Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit
lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan
dan tanda-tanda infeksi.
Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris (bengkak,
nyeri, dan septum deviasi)
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
(161)
Setelah diadakan pemeriksaan hidung
dan sinus evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan
dokumentasikan
dengan
keadaan
hasil
pemeriksaan
normal,
yang
dan
didapat
tersebut.
Pemeriksaan mulut dan bibir
(162)
Tujuan
(163)
Mengetahui bentuk kelainan mulut
(164)
Persiapan Alat
Senter kecil
Sudip lidah
Sarung tangan bersih
Kasa
(165)
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi struktur luar: warna mukosa
mulut dan bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab,
tidak ada lesi dan stomatitis
Inspeksi dan palpasi strukur
dalam:
gigi
kelenjer
pembesaran,batas,
pembesaran
diadakan
duduk
Cara/prosedur:
System pernafasan
(174)
Tujuan:
o Mengetahui bentuk, kesimetrisas,
dan
ekspansi,
dada,
warna
kulit,
lesi,
edema,
pembengkakan/ penonjolan.
o Normal: simetris, bentuk dan postur normal,
tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna
kulit sama dengan warna kulit lain, tidak
ikterik/sianosis,
tidak
ada
pembengkakan/penonjolan/edema
o Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan
lesi, nyeri, tractile fremitus.
o Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri
tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi
simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan
lebih teraba jelas.
o Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan
bandingkan satu sisi dengan satu sisi lain pada
tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke
sisi).
o Normal: resonan (dug dug dug), jika bagian
padat lebih daripada bagian udara=pekak (bleg
bleg bleg), jika bagian udara lebih besar dari
bagian padat=hiperesonan (deng deng deng),
batas jantung=bunyi rensonan----hilang>>redup.
o Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru.
(dengarkan dengan menggunakan stetoskop di
lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas
manubrium dan di atas trachea)
o Normal:
bunyi
napas
vesikuler,
vena
jantung,
arteri
karotis.
dengan
keadaan
normal,
dan
(184)
(185)
Persiapan alat
Sarung tangan
sekali
pakai
(jika
diperlukan)
(186)
Prosedur pelaksanaan
o Inspeksi payudara: Integritas kulit
o Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola,
putting, dan penyebaran vena
o Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus
limfe, konsistensi.
(187)
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan
aksila
evaluasi
membandikan
dokumentasikan
hasil
yang
di
dengan
keadaan
hasil
pemeriksaan
dapat
normal,
yang
dengan
dan
didapat
tersebut.
Pemeriksaan Abdomen (Perut)
(188)
Posisi klien: Berbaring
(189)
Tujuan
o Mengetahui betuk dan gerakan-gerakan perut
o Mendengarkan suara peristaltic usus
o Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam
rongga perut benjolan dalam perut.
(190) Persiapan
o Posisi klien: Berbaring
o Stetoskop
o Penggaris kecil
o Pensil gambar
o Bntal kecil
o Pita pengukur
(191)
Prosedur pelaksanaan
o Inspeksi: kuadran dan simetris, contour, warna kulit,
lesi, scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena,
kelainan umbilicus, dan gerakan dinding perut.
o Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain,
tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan,
pelebaran vena, kelainan umbilicus.
o Inspeksi
struktur
muskuloskletal: simetris
dan
aktif,
kekuatan otot penuh.
Palpasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis .
Normal: teraba jelas
Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal: reflek bisep dan trisep positif
(196)
Setelah
diadakan
pemeriksaan
dengan
keadaan
normal,
hasil
pemeriksaan
yang
dan
didapat
tersebut.
Pemeriksaan
ekstermitas
bawah
(panggul,
lutut,
dan
Setelah
diadakan
pemeriksaan
dengan
hasil
keadaan
pemeriksaan
normal,
yang
dan
didapat
(198)
litotomy
(199)
Tujuan:
o Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk
dalam genetalia.
o Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia,
misalnya varises, edema, tumor/ benjolan, infeksi,
luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
o Melakukan perawatan genetalia
o Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu
(200)
1.
2.
3.
(201)
o
o
o
o
(202)
o
o
o
o
(203)
o
hasil
pemeriksaan
yang
didapat
tersebut.
(205)
Pria:
1. Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan
pengeluaran
2. Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau
pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau darah
3. Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit,
ukuran dan bentuk, turunan testes dan mobilitas,
massa, nyeri dan tonjolan
4. Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa,
edema, hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan
perdarahan.
5. Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema
/hemoroid/polip/tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
(206)
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan
genitalia wanita evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan
dokumentasikan
(207)
tersebut.
Data penunjang
dengan
keadaan
hasil
pemeriksaan
normal,
yang
dan
didapat
(208) Pemeriksaan
penunjang
merupakan
penelitian
penunjang
adalah
alat
diagnosa
yang
Angiograph,
(211) Alat Angiografi ini digunakan sebagai alat
atau
pemasangan
penyangga
pembuluh
darah/stent.
Mammografi
digunakan
untuk
Roentgen Panoramik
UltraSonoGraphy (USG)
(214)
(216)
(218) Alat
deteksi
fungsi
pendengaran
dengan
yang
diderita
seseorang,
berkaitan
dengan
Menemukan
kemungkinan
diagnostik
yang
dapat
Untuk
memberi
kejelasan
dan
kepastian
tentang
dari
pemeriksaan
diagnostik
dan
laboratorium.
untuk
sebagian
besar
klien.
Pemeriksaan
Therapi
atau
(227)
(229)
dan buruh
b) Skala ordinal: mempunyai beberapa kategori, antara kategori dapat
diketahui tingkat perbedaan, akan tetapi tidak dapat diketahui
besarnya perbedaan.
(230)
Contoh:
(232)
(233)
dengan minus
Contoh :
(235)
(236)
l. Validasi Data
(237) Verifikasi
data
untuk
mengkonfirmasi
kelengkapan,
(239)
(240)
(241)
(243)
Pengkajian
masalah
berarti
mengumpulkan,
memperkirakan, dan menilai signifikansi dan nilai dari data. Hal ini
berarti bahwa perawat selalu berpikir, menganalisis data tentang klien
untuk membuat interpretasi yang akurat dan bermakna dari masalah
klien.
2) Pengelompokan Data
(246)
(247)
Selama
pengelompokan
data,
perawat
telah
dikelompokkan
untuk
mengembangkan
intervensi
untuk perubahan dalam status. Aturan umum yang berlaku adalah, jika hal
tersebut dikaji maka harus dicatat.
(250)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Analisis Data
(257)
Hal
ini
di
laksanakan
dengan
tujuan
untuk
Melalui
kegiatan
analisis
itulah
peneliti
dapat
analisis data menggunakan alat statistiska , ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
divalidasi, dan diurut kedalam kelompok yang membentuk pola. Data dasar
secara kontinu direvisi sejalan dengan terjadinya perubahan dalam status
fisik dan emosi klien.Hal ini juga mencakup hasil pemeriksaan laboratorium
dan diagnostik.Selama langkah ini, perawata menggunakan pengetahuan dan
pengalaman, menganalisis dan menginterpretasi, dan menarik konklusi
tentang kelompok dan pola data (Benner, 1984; Carnevali et al, 1984;
Carlson el al, 1991; Bandman & Bandman, 1995).
(264)
4.
Pengelompokan Data
(265)
membandinkan pola ini dengan pola kesehatan yang normal, dan menarik
konklusi
tentang
respon
klien.Perawat
memperhatikan
pola
atau
dari
data
pengkajian
mendukung
diagnosa
aktual
(NANDA)
adalah
mengacu pada gejala yang ada dalam kelompok dan mengacu pada
diagnosis keperawatan, yang teridiri dari batasan mayor dan minor.
4) Faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau faktor
penunjang. Faktor ini dapat mempengaruhi perubahan status
kesehatan. Faktor yang berhubungan terdiri dari empat komponen :
patofisiologi,
tindakan
yang
berhubungan,
situasional,
dan
maturasional.
(270) Contoh diagnosis keperawatan aktual: Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan penurunan transport oksigen, sekunder terhadap
tirah baring lama, ditandai dengan nafas pendek, frekuensi nafas 30
x/mnt, nadi 62/mnt-lemah, pucat, sianosis.
b. Diagnosis Keperawatan Resiko
(271)
Diagnosis keperawatan resiko adalah keputusan klinis
tentang individu, keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk
mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi
yang sama atau hampir sama.
(272)
Validasi untuk menunjang diagnosis resiko adalah
faktor resiko yang memperlihatkan keadaan dimana kerentanan
meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan
batasan karakteristik. Penulisan rumusan diagnosis ini adalag : PE
(problem & etiologi).
(273) Contoh: Resiko penularan TB paru berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang resiko penularan TB Paru, ditandai
dengan keluarga klien sering menanyakan penyakit klien itu apa dan
tidak ada upaya dari keluarga untuk menghindari resiko penularan
(membiarkan klien batuk dihadapannya tanpa menutup mulut dan
c.
hidung).
Diagnosis Keperawatan Kemungkinan
(274)
Merupakan pernyataan tentang masalah yang diduga
masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan
untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor resiko.
(275)
6.
kelemahan fisik.
(281)
Formulasi Diagnosa Keperawatan Aktual
(282) Formulasi diagnosa keperawatan aktual berisi:
a.
Problem (P/masalah)
(283)
keperawatan dapat
(295)
Meningkatkan
diagnosis
dari
kerjasama
data
perawat
pengkajian
dalam
dan intervensi
a. Teknik Pencatatan
1) Menulis
nama
pasien
pada
setiap
halaman
catatan
perawat/bidan.
2)
c. Jenis-jenis Pencatatan
(301)
Biasanya
catatan
ditulis
dalam
bentuk
b.
c.
(310)
pasien.
: Subjective
O : Objective
: Pernyataan
atau
keluhan
dari
pasen
keluarga.
A : Analisys
: Planning
2) S O A P I E R
(312) Format SOAPIER lebih tepat digunakan apabila
rencana pasien ada yang akan dirubah dan proses evaluasi mulai
dilakukan.
(313)
(314)
(315)
dan subjektif
(316)
(317)
(318)
keperawatan
(319)
dirubah
3) D.A.R
: Data.
(322)
(323)
(324)
: Action.
masalah.
(325)
: Respons.
(326)
(328)
perineal, klien tersebut akan terjadi resiko kerusakan kulit, dan disebu
sebagai resiko diagnosa.
b. Resiko: Diagnosa keperawatan resiko menggambarkan penilaian klinis
dimana in dividu atau kelompok lebih rentan mengalami masalah di
banding orang lain dalam situasi yang sama atau serupa.
1) Syarat :Menegakkan resiko diagnosa keperawatan ada unsur P E
(Problem and Etiologi) penggunaan istilah resiko dan resiko
tinggi tergantung dari tingkat keparahan/kerentanan terhadap
masalah.
2) Diagnosa : resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
diare yang terus menurus.
(329)
Kemungkinan:
Diagnosis
keperawatan
yang
mungkin
adalah
respon
(problem)
dan
faktor
yang
mungkin
dapat
Resiko konstipasi
Resiko infeksi
d) Resiko thrombosis
e)
f)
Resiko perlukaan
j)
Problem (masalah)
(336)
Tujuan
penulisan
pernyataan
masalah
adalah
perawat
dapat
bekerja
sama
dalam
menguji
dan
unsure PSMM
(340)
(341)
(342)
(343)
(344)
(345)
1) Pathofisiologi
(346) Semua proses penyakit, akut dan kronis, yang dapat
menyebabkan atau mendukung masalah, misalnya masalah
powerlessness
(347)
a)
institusi
atau
RS:
tidak
sanggup
c)
c.
Sign/symptom (tanda/gejala)
(350)
keamanan
dan
keselamatan,
meliputi
masalah
(355)
13. Berfikir Kirtis Dalam Diagnosa
(356) Pada tahun 1953, istilah diagnose keperawatan oleh V. Fry
dengan menguraikan langkah yang diperlukan dalam mengembangkan
rencana asuhan keperawatan. Menurut North American Nursing Diagnosis
Association
(NANDA)
(1990,
dalam
Carpenito,
1997)
diagnosa
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang
diinginkan dalam hasil yang diharapkan. (Gordon, 1994). Intervensi
keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas nama
klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang diprakarsai oleh perawat,
dokter, atau intervensi kolaboratif. (McCloskey & Bulechek, 1994).
1. Tipe Intervensi
(360)
Intervensi Perawat
(361)
intervensi
keperawatan
mandiri.
Namun
demikian
Intervensi Kolaboratif
(367)
kolaboratif,
mengimplementasikan
perawat
terapi,
tetapi
tidak
secara
harus
menentukan
otomatis
apakah
Dasar riset
1) Tinjauan riset keperawatan klinis yang berhubungan dengan label
diagnostik dan masalah klien.
2) Tinjauan artikel yang menguraikan penggunaan temuan riset dalam
situasi dan linkungan klinis yang serupa.
Syarat Intervensi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Memenuhi standar asuhan baku yang ditentukan oleh hukum negara bagian,
asosiasi profesional (American Nurses Association), dan kebijakan institusi.
5.
masalah
kolaboratif,
perawat
dapat memprioritaskan
peralatan
yang
diperlukan.
(371)
yang digunakan
untuk
mengevaluasi
kemajuan
klien
atau
keterampilan perawat.
(374)
dengan
adanya
kesukaran
klien
untuk
mengunyah
a)
maka
akan
mempermudahkan
perawat
staf
perawat
harus
menjadi salah
satu
bahan
mencakup perubahan perilaku, apa yang dilakukan oleh klien dan bagaimana
kemampuan
klien
sebelum
mencapai
tujuan.
3) Psikomotor:
mengidentifikasi
apa
yang
seharusnya
bisa
asuhan
keperawatan
lain
di
kemudian
hari.
e) Bagaimana melakukan?
(383)
Contoh Intervensi
(384)
Intervensi
(385)
Dx Medis: Diare
(386)
No.
MedRec: 086212
(387)
Hari/Tanggal: Rabu,
09 Maret 2016
(388) (389)
N
Ta
(390)
Tujua
nggal dan
n dan
No. Dx
Kriteria Hasil
(391)
Interv
(392)
ensi
asionalis
asi
Keperaw
atan
(393) (394)
1
Ra
bu, 09-032016
Tujuan:
(399)
Setelah
(404)
1.
dilakukan
(395)
(396)
(398)
I:
2.
Monitor
hidrasi
3x24
(kelembaban
volume cairan
mukosa,
kurangan
pasien
adekuat, tekanan
volume
terpenuhi.
cairan
berhubun
(400)
dapat
nadi
darah ortostatik)
jika diperlukan.
3.
Monitor
normal. TD
120/80
37oC,
membran
Ke
pasien
mmHg, suhu
kebutuhan
(397)
vital
kembali
status
keperawatan
jam,
1. Agar
sign
Fluid
management:
tindakan
Dx
NIC:
vital
dan
RR
20x/menit.
2. Untuk
mengatasi
dehidrasi
gan
(401)
dengan
a. Fluid
kehilanga
n
NOC:
sign.
4.
balan
cairan
ce
aktif
b. Hydr
ation
5.
status
:
d. Food
6.
e. Intak
(403)
a Hasil:
1. Tekanan
darah,
batas
normal.
120/80
TD
mmHg,
RR
kulit pasien
kalori harian.
kembali
Kolaborasikan
normal.
Monitor
status
Dorong keluarga
pasien makan.
8.
Tawarkan snack
(jus buah, buah
segar).
9.
Kriteri
untuk membantu
e
(402)
elastisitas
nutrisi.
7.
3. Agar
makanan/cairan
IV.
and
fluid
Monitor masukan
pemberian cairan
c. Nutrit
ional
pada pasien.
Kolaborasi
dengan dokter.
turgor
baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada
rasa
haus
berlebihan.
yang
(405) (406)
2
Ra
bu, 09-032016
Tujuan:
(416)
NIC:
(411)
Setelah
(417)
Pain
dilakukan
(407)
management
tindakan
(408)
Dx
II:
(409)
Ny
eri
akut
berdasark
an
(410)
agen
cairan
biologis
keperawatan
3x24
jam,
nyeri
pada
pasien
dapat
berkurang.
(412)
(413)
NOC:
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level
(414)
(415)
Kriteri
pengkajian nyeri
secara
mengontrol nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
mencari
mengenali
skala
nyeri
dirasakan.
5. Agar
nyeri
komprehensif
bagian
termasuk lokasi,
abdomen
karakteristik,
dapat
durasi, frekuensi,
berkurang.
kualitas
nyerinya
terapeutik untuk
berkurang.
pengalaman nyeri
pasien.
3. Bantu pasien dan
1. Mampu
mampu
yang
mengetahui
a Hasil:
nyeri,
1. Lakukan
4. Agar pasien
keluarga
untuk
mencari
dan
menemukan
dukungan.
4. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
bantuan).
ruangan,
2. Melaporkan
pencahayaan, dan
bahwa
nyeri
berkurang dengan
menggunakan
3. Mampu mengenali
(skala
intensitas,
faktor
6. Berikan analgetik
untuk
mengurangi
nyeri.
frekuensi,
dan
tanda nyeri).
7. Tingkatkan
istirahat.
4. Menyatakan
nyaman
5. Kurangi
presipitasi nyeri.
manajemen nyeri.
nyeri
kebisingan.
rasa
setelah
nyeri berkurang.
8. Kolaborasi
dengan
dokter
tindakan
nyeri
tidak
berhasil.
9. Monitor
penerimaan
pasien
tentang
manajemen nyeri.
(418) (419)
3
Ra
bu, 09-032016
(420)
(421)
Dx
(423)
Tujuan:
(429)
NIC:
(424)
Setelah
1. Evaluasi efek
dilakukan
samping
tindakan 3x24
pengobatan
terhadap
kali
gastrointestina
sehari
1. Untuk
mengetahui
konsistensi
feses pasien
dengan
bentuk
padat
dan
III:
(422)
dengan
Di
are
berhubun
gan
dengan
parasit.
2. Ajarkan
konsistensi
pasien
padat,
menggunakan
berwarna
obat antidiare.
mengetahui
intake
pasien.
berbusa.
makanan yang
masuk.
NOC:
nutrisi
penyebab dan
pasien.
5. Monitor tanda
dan
3. Hydration
and
diare.
acid-base balance
6. Ukur
4. Electrolyte
gejala
diare/keluaran
(427)
(428)
Kriteri
a Hasil:
BAB.
7. Instruksikan
pasien
untuk
Feses berbentuk,
makan rendah
BAB
serat,
sehari
kali.
Menjaga
protein
daerah
tinggi
tinggi
dan
kalori
jika
iritasi.
memungkinka
Tidak mengalami
n.
diare.
Menjelaskan
intake
faktor
diare.
2. Fluid balance
3. Untuk
mengetahui
4. Identifikasi
elimination
4.
2. Untuk
keadaan
1. Bowel
3.
lendir.
3. Evaluasi
(426)
2.
untuk
kuning, berbau
(425)
1.
tanpa
8. Instruksikan
penyebab
dan
diare
rasional
tindakan
pasien
untuk
menghindari
penggunaan
laxative.
9. Monitor
persiapan
makanan yang
aman.
(430)
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
(431)
Imple
Interve
nsi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama merupakan fase
persiapan yang mencakup pengetahuan tentang validasi rencana, implementasi
rencana, persiapan klien dan keluarga. Fase kedua merupakan puncak implementasi
keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Pada fase ini, perawat berusaha
menyimpulkan data yang dihubungkan dengan reaksi klien. Fase ketiga merupakan
terminasi perawat-klien setelah implementasi keperawatan selesai dilakukan.
Langkah selanjutnya adalah menyimpulkan hasil pelaksanaan intervensi keperawatan
tersebut.
(433)
(434)
1.
. Tipe Implementasi
(437)
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari
implementasi keperawatan, antara lain:
a. Cognitive Implementations
(438)
Melipu
Melip
keperawatan,
menemukan
perubahan
dari
data
dasar
klien,
psiko-sosio-spiritual,
perawatan
alat
invasive
yang
3) Dependent Implementations,
(444) Tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain,
seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya
dalam hal: pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah
dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran
dari bagian fisioterapi.
(445)
(446)
sendiri.
Memahami rencana keperawatan secara baik.
Menguasai keterampilan teknis keperawatan.
Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan.
Mengetahui sumber daya yang diperlukan.
Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan
keperawatan.
7) Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur
keberhasilan.
8) Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul.
9) Menampilan perawat harus menyakinkan.
(449)
(450)
b. Pada tahap pelaksanaan.
(451) 1). Mengkomunikasikan/ menginformasikan kepada klien tentang
keputusan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat.
(452) 2). Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya
terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh perawat.
(453) 3). Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan yang diberikan oleh perawat.
(454) 4). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan
adalah energi klien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman,
privacy, kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan.
(455)
(456)
(457)
1).
Terus
memperhatikan
respons
klien
terhadap
tindakan
(459)
(460)
(461)
(462)
(463)
4. Pendekatan Tindakan
Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa
5. Prinsip Implementasi
(466)
Beberapa
implementasi keperawatan
pedoman
atau
prinsip
dalam
pelaksanaan
Care).
(473) g. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status
kesehatan. Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien.
(474) h. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.
(475) i. Bersifat holistik.
(476) j. Kerjasama dengan profesi lain.
(477) k. Melakukan dokumentasi
(478)
(479)
6. Metode Implementasi
(480)
(481)
AKS,Sementara
terus
beralih
melewati
periode
b. Konseling
(484)
yang
teratasi
melalui
pengalaman
pendidikan
terencana.
sebagai proses yang disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai
kualitas, nilai atau kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada kriteria
yang diidentifikasi atau standar sebelumnya. Serta Dalam proses keperawatan,
evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus menerus, aktifitas yang
disengaja dimana klien, keluarga dan perawat tenaga kesehatan professional
lainnya menentukan Wilkinson (2007):
a. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
b. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan
(495)
selama setiap kontak perawat dengan pasien. Frekuensi evaluasi tergantung dari
frekuensi kontak yang ditentukan oleh status klien atau kondisi yang dievaluasi.
Contohnya adalah pada saat pasien baru datang dari ruang bedah maka perawat
akan mengevaluasi setiap 15 menit. Hari berikutnya mungkin evaluasi akan
dilakukan setiap 4 jam dan seterusnya.
(496)
Meskipun
evaluasi
adalah
langkah
akhir
dari
proses
yang
menyangkut
mengkaji
apakah
hasil
kebijakan
jawab yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga
(508)
perawat
Untuk itu klien harus mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari
kesempatan
kepada
klien
untuk
Pengamatan/observasi
(513) Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien
untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra
lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari observasi
adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui
kepekaan alat panca indra.
Studi Dokumentasi
(515)
5.
Komponen Evaluasi
(516) Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen (Pinnell dan
(518)
Kriteria
hasil
dinyatakan
dalam
istilah
prilaku
asuhan
praktik
keperawatan
keperawatan secara
dapat
digunakan
luas. Standar
untuk
tersebut
data tersebut diperoleh? Dan sarana apa yang akan digunakan untuk
memperoleh data?
(522)
kesimpulan yang sudah diperbaiki dari perencanaan ulang, tujuan, kriteria hasil,
6. Jenis Evaluasi
pertemuan
kelompok,
wawancara,
observasi
klien,
dan
Tujuan Evaluasi
(531)
Format Evaluasi
(535)
diisi oleh perawat nama, nomor kamar ,nomor register, umur, kelas,Identitas yang
terdapat diatas berguna agar mempermudah perawat dalam mencari data pasien
dan jelas,serta agar tidak tertukar dengan pasien lain. Ditable Evaluasi juga
terdapat:
a. Tanggal dan Waktu ditulis berdasarkan kapan perawat melakukan tindakan
keperwatan
terhadap
pasien.
Berfungsi
agar
jelas
dalam
Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakukan terhadap pasien.
(536) Pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu SOAP atau
SOAPIER:
(537) S = Subyektif : Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh
pasien biasanya data ini berhubungan dengan criteria hasil O = Obyektif :
Hasil pemeriksaan terkhir yang dilakukan oleh perawat biasanya data ini juga
berhubungan dengan criteria hasil. A = Analisa : Pada tahap ini dijelaskan
apakah masalah kebutuhan pasien telah terpenuhi atau tidak P = Plan of Care :
Dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap pasien. I =
Intervensi : tindakan perawat untuk mengatasi masalah yang ada E =
Evaluasi : evaluasi terhadap tindakan keperawatan R = Revisi
(541)
(544)
a.
b.
2)
c.
Psikomotor : observasi secara langsung apa yang telah dilakukan oleh klien.
d.
(546)