Anda di halaman 1dari 10

I.

II.

IDENTITAS
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Pekerjaan
e. Alamat
f. MR
g. Masuk RSAM

: Ny.G
: 23 tahun
: Perempuan
: Mahasiswi
: jl.KH.agus salim
: 000
: 24 november 2015

ANAMNESA
Keluhan Utama
: Kemerahan dilengan kiri
Keluhan Tambahan : kadang-kadang gatal
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke praktek dokter swasta dengan keluhan bercak kemerahan
dilengan. Keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Lokasi
kemerahan dilengan kiri, kadang-kadang disertai rasa gatal. Riwayat
Konsumsi jamu-jamuan : qianping, chloropil, kunyit tidak disangkal.
b. Riwayat Penyakit Dalam
Tidak diketahui.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak diketahui.
d. Riwayat pengobatan
Tidak diketahui

III.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan

: Tampak normal
: Compos mentis
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan

Suhu
b. Status Generalis
Kepala
o Bentuk
o Mata
o Hidung
o Telinga
o Mulut
Thoraks
o Jantung
o Paru
Abdomen
o Hepar
o Lien
Ekstremitas

: Tidak dilakukan

: Tidak ada kelainan


: Tidak ada kelainan
: Tidak ada kelainan
: Tidak ada kelainan
: Tidak ada kelainan
: Tidak ada kelainan
: Tidak ada kelainan
: Tidak teraba
: Tidak teraba
: Tonus kuat

c. Status Dermatologis
Di regio ante bracialis tampak plaq eritema, berbatas tegas.

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan.

V.

RESUME

Anamnesa
Os datang ke praktek dokter swasta dengan keluhan bercak kemerahan
dilengan. Keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Lokasi
kemerahan dilengan kiri, kadang-kadang disertai rasa gatal. Riwayat

Konsumsi jamu-jamuan : qianping, chloropil, kunyit tidak disangkal.


Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan status generalisata dalam batas normal.
S.dermatologis : Di regio ante bracialis tampak plaq eritema, berbatas
tegas.

VI.

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.
DIAGNOSA KERJA

Fixed drug erruption (Erupsi obat fixtum)

VII.

DIAGNOSA BANDING
A. Sindrom steven jhonson
B. Mastositosis
C. Dermatitis kontak alergi

VIII. PROGNOSA
IX.

Quo ad vitam
Quo ad fungtionam

: Dubia at bonam
: Dubia at bonam

PENATALAKSANAAN
Kortikosteroid

TINJAUAN PUSTAKA
FIXED DRUG ERUPTION
1. DEFINISI
Kelainan yang terjadi pada orang dengan alergi obat timbulnya lesi pada
tempat yang sama setelah terpajan oleh alergen yang sama dan biasanya
lesi kedua akan lebih berat dibanding lesi pada pajanan pertama.

.
2. ETIOLOGI
Erupsi obat dapat terjadi akibat pemakaian obat, yaitu obat yang diberikan
dokter dalam resep, atau obat yang dijual bebas, termasuk dalam campuran
jamu-jamuan.

3. PATOFISIOLOGI
- Mekanisme Imunologis
1.Tipe 1 ( Reaksi cepat, reaksi anafilaktik )
Pada tipe ini, imunoglobulin yang berperan ialah imunoglobulin E
yang mempunyai afinitas tinggi terhadap mastosit dan basofil. Pajanan
pertama dari obat tidak menimbulkan reaksi, tetapi bila dilakukan
pemberian kembali obat yang sama, maka obat tersebut akan dianggap

sebagai antigen yang akan merangsang pelepasan bermacam-macam


mediator seperti histamin, serotonin, bradikinin, dan heparin.
2.Tipe II (reaksi sitostatik)
Terdapat ikatan antara imunoglobulin G dan imunoglobulin M
dengan antigen yang melekat pada sel. Aktivasi sistem komplemen ini
akan memacu sejumlah reaksi yang berakhir dengan lisis.
3.Tipe III ( reaksi kompleks imun )
dimana antibodi yang berikatan dengan antigen akan membentuk
kompleks antigen antibodi. Kompleks antigen antibodi ini mengendap
pada salah satu tempat dalam jaringan tubuh mengakibatkan reaksi radang.
Aktivasi sistem komplemen merangsang pelepasan berbagai mediator oleh
mastosit. Sebagai akibatnya, akan terjadi kerusakan jaringan.
4.Tipe IV ( Reaksi seluler tipe lambat )
Reaksi ini melibatkan limfosit. Limfosit T yang tersensitasi mengadakan
reaksi dengan antigen. Reaksi ini disebut reaksi tipe lambat karena baru
timbul 12-48 jam setelah pajanan terhadap antigen (Lee & Thomson,
2006).

4. GEJALA KLINIS

FDE disebabkan khusus obat atau bahan kimia. FDE merupakan salah
satu erupsi kulit yang sering dijumpai. Kelainan ini umunya berupa
eritema dan vesikel berbentuk bulat atau lonjong dan biasanya numular
serta berbatas tegas.

Kemudian meninggalkan bercak hiperpigmentasi

yang lama baru hilang, bahkan sering menetap. Dari namanya dapat
diambil kesimpulan bahwa kelainan akan timbul berkali-kali ditempat
yang sama. Gejala lokal meliputi gatal dan rasa terbakar.
Lesi lebih sering muncul pada anggota gerak daripada badan. tangan,
kaki, genitalia (glans penis) dan daerah perianal adalah tempat favorit
munculnya lesi. Lesi juga dapat muncul di sekeliling mulut dan mata.
Daerah genital dapat terjadi berhubungan dengan lesi pada kulit atau
terjadi sendiri.

5. DIAGNOSIS
1. Anamnesis :
a. Riwayat pemakaian obat, jangan lupa menanyakan tentang jamu.
b. Kelainan yang timbul secara akut atau dapat juga bebrapa hari
setelah masuknya obat.
c. Rasa gatal yang dapat disertai demam yang biasanya subfebris.
2. Kelainan kulit yang ditemukan :
a. eritema dan vesikel berbentuk bulat atau lonjong dan biasanya
numular serta berbatas tegas
b. kelainan akan timbul berkali-kali ditempat yang sama.
6. DIAGNOSIS BANDING
1. Sindrom Steven Jhonshon
Respon imun terhadap obat. Triasnya meliputi kelainan pada kulit
berupa eritema, papul, vesikel,bula hampir seluruh tubuh ; kelainan
pada mukosa (mulut, tenggorakan, genital) berupa vesikel, bula, erosi,

eksroriasi, dan krusta ; kelainan pada mata berupa konjungtivitis, iritis,


kelopak mata edema dan sulit dibuka.

2. Mastositosis
Faktor pemicu bisa berupa dingin atau panas, obat-obatan tertentu,
stres emosional dan gigitan serangga. Jika sel mast banyak ditimbun di
kulit maka bisa timbul ruam kemerahan yang terasa gatal. Bisa timbul
kaligata atau ruam yang berbentuk bintik-bintik kecil berwarna
kecoklatan, yang jika digaruk, warnanya berubah menjadi merah dan
membengkak.

3. Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis kontak alergik terjadi bila alergen atau senyawa sejenis


menyebabkan reaksi hipersensitvitas tipe lambat pada paparan
berulang. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas
tegas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula.
Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi(basah).
Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi
dan mungkin jugga fisur, batasnya tidak jelas.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Uji Provokasi Oral
Merupakan pemeriksaan baku emas untuk memastikan penyebab. Uji
ini dikatakan aman dan dapat dipercaya untuk pasien anak. Uji ini
bertujuan untuk mencetuskan tanda dan gejala klinis yang lebih
ringan dengan pemberian obat dosis kecil, biasanya dosis 1/10 dari
obat sudah cukup untuk memprovokasi reaksi dan provokasi biasanya
sudah muncul dalam beberapa jam. Karena risiko yang mungkin
ditimbulkan, maka uji ini harus dilakukan dibawah pengawasan
petugas medis yang terlatih.
8. PENGOBATAN
1. Hentikan pengguna obat yang diduga sebagai penyebab.
2. Pengobatan sistemik
a. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid sangat penting pada alergi obat sistemik.
Tablet prednisolon 3 x 10 mg sehari.
b. Antihistamin
Antihistamin yang bersifat sedatif dapat juga diberikan, jika terdapat
rasa gatal.

9. PROGNOSIS
Pada dasarnya erupsi kulit karena obat akan menyembuh bila obat
penyebabnya dapat diketahui dan segera disingkirkan. Kemudian
meninggalkan bercak hiperpigmentasi yang lama baru hilang,
bahkan sering menetap.

Daftar Pustaka :
1. Adhi Juanda : Kelainan kulit karena alergi obat secara sistemik. Medika. 1981
2. Bork, K : Cutaneous side effect of drugs; pp. 17-21 (WB. Saunders Co.,
Philadelphia 1988 )
3.Schan, N.H., Knowles, S.R., Sullivan, Jr., Shapiro, L : Cutaneous reaction to
drugs; dalam Fitzpatrics dermatology in general medicine. New York; 2003.

Anda mungkin juga menyukai