Anda di halaman 1dari 9

LEUKIMIA

DEFINISI
Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya akumulasi leukosit
abnormal dalam sumsum tulang dan darah.Sel-sel abnormal ini menyebabkan timbulnya
gejala karena kegagalan sumsum tulang (yaitu anemia, neutropenia, trombositopenia) dan
infiltrasi organ (misalnya hati,limpa, kelenjar getah bening, meningens, otak, kulit, atau
testis).
Leukemia merupakan suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplastik
dari sel-sel organ hemopoetik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem
cell) yang akan membentuk suatu klon sel leukemia.
EPIDEMIOLOGI
Leukemia menurut usia didapatkan data yaitu, Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
terbanyak pada anak-anak dan dewasa, Leukemia Granulositik Kronik (LGK) pada semua
usia, lebih sering pada orang dewasa, Leukemia Granulositik Kronik pada semua usia
tersering usia 40-60 tahun, Leukemia Limfositik Kronik (LLK) terbanyak pada orang tua.
Leukemia Mieoloblastik Akut lebih sering ditemukan pada usia dewasa (85%) daripada anakanak (15%). Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang sedikit
lebih banyak dibandingkan wanita dengan perbandingan 2 : 1.
ETIOLOGI
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Diperkirakan leukemi tidak disebabkan
oleh penyebab tunggal, tetapi gabungan dari faktor resiko antara lain:

Terinfeksi virus.

Faktor Genetik.

Kelainan Herediter.

Faktor lingkungan.
-

Kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia yang timbul bertahuntahun kemudian. Orang yang terekspos radiasi yang sangat tinggi lebih memiliki
kecenderungan untuk mengidap leukemia mieloblastik akut, leukemia mielositik
kronik,atau leukemia limfoblastik akut, seperti: ledakan bom, radioterapi, dll.

Zat kimia, misalnya: benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan

agen

antineoplastik dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat khususnya agen-agen alkil.


Kemungkinan leukemia meningkat pada penderita yang diobati baik dengan radiasi
maupun kemoterapi.
Terekspos benzene di tempat kerja dapat menyebabkan leukemia mieloblastik akut.
Selain itu benzene juga dapat menyebabkan leukemia mielositik kronik atau leukemia
limfoblastik akut. Benzene banyak digunakan pada industri kimia. Benzene juga
-

ditemukan pada asap rokok dan gasoline.


Merokok
Merokok dapat meningkatkan resiko leukemia mieloblastik akut.
Kemoterapi
Pasien kanker yang diterapi dengan beberapa tipe obat pelawan kanker kadang akan
mengidap leukemia mieloblastik akut atau leukemia limfoblastik akut. Contohnya,
diterapi dengan obat bernama alkylating agen atau topoisomerase inhibitor dapat
dihubungkan dengan kemungkinan kecil berkembangnya leukemia akut.

PATOFISIOLOGI
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut
seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang
kompleks).

Penyusunan

kembali

kromosom

(translokasi

kromosom)

mengganggu

pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi
ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari selsel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam
organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena
terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering
disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat selsel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak
pertumbuhan sel darah normal.
Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas sel induk hematologis dan
turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel leukemia dan mengakibatkan
penekanan hematopoesis normal, sehingga terjadi bone marrow hipoaktivasi, infiltrasi sel

leukemia ke dalam organ, sehingga menimbulkan organomegali, katabolisme sel meningkat,


sehingga terjadi keadaan hiperkatabolisme.
KLASIFIKASI
Leukemia dapat diklafikasikan ke dalam :
1. Maturitas sel :

Leukemia Akut
Leukemia akut biasanya merupakan penyakit yang bersifat agresif, dengan
transformasi ganas yang menyebabkan terjadinya akumulasi progenitor sumsum tulang
dini, disebut sel blast. Gambaran klinis dominan penyakit-penyakit ini biasanya adalah
kegagalan sumsum tulang yang disebabkan akumulasi sel blas walaupun juga terjadi
infiltrasi jaringan. Apabila tidak diobati, penyakit ini biasanya cepat bersifat fatal,
tetapi, secara paradoks, lebih mudah diobati dibandingkan leukemia kronik.

Leukemia Kronik
Leukemia kronik dibedakan dari leukemia akut berdasarkan progresinya yang lebih
lambat. Sebaliknya, leukemia kronik lebih sulit diobati.

2. Tipe-tipe sel asal

Mieloblastik (Mieloblast yang dihasilkan sumsum tulang)

Limfoblastik (limfoblast yang dihasilkan sistem limfatik)

Normalnya, sel asal (mieloblast dan limfoblast) tak ada pada darah perifer. Maturitas sel dan
tipe sel dikombinasikan untuk membentuk empat tipe utama leukemia:
1. LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT (LMA)
Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) atau dapat juga disebut leukemia granulositik
akut (LGA), mengenai sel stem hematopetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
mieloid, monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit.
Dikarakteristikan oleh produksi berlebihan dari mieloblast. Semua kelompok usia dapat
terkena insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
Gambaran klinis LMA, antara lain yaitu terdapat peningkatan leukosit immature,
pembesaran pada limfe, rasa lelah, pucat, nafsu makan menurun, anemia, ptekie,
perdarahan , nyeri tulang, Infeksi,pembesaran kelenjer getah bening,limpa,hati dan

kelenjer mediastinum. Kadang-kadang juga ditemukan hipertrofi gusi ,khususnya pada


leukemia akut monoblastik dan mielomonositik.
FAB membagi LMA menjadi 6 jenis :

M-1: Diferensiasi granulositik tanpa pematangan

M-2: Diferensiasi granulositik disertai pematangan menjadi stadium promielositik

M-3: Diferensiasi granulositik disertai promielosit hipergranular yang dikaitkan


dengan pembekuan intra vaskular tersebar (Disseminated intravascular coagulation).

M-4: Leukemia mielomonoblastik akut: kedua garis sel granulosit dan monosit.

M-5a: Leukemia monoblastik akut : kurang berdiferesiasi

M-5b: Leukemia monoblastik akut : berdiferensiasi baik

M-6: Eritroblast predominan disertai diseritropoiesis berat

M-7: Leukemia megakariositik.

2. LEUKEMIA GRANULOSITIK KRONIK (LMK)


Leukemia granulositik kronis (LGK), juga termasuk dalam keganasan sel stem
mieloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas genetika yang dinamakan kromosom Philadelpia
ditemukan 90% sampai 95% pasien dengan LMK. LMK jarang menyerang individu di
bawah 20 tahun, namun insidensinya meningkat sesuai pertambahan usia.
Gambaran khas adalah:

Adanya kromosom Philadelphia pada sel sel darah. Ini adalah kromosom abnormal
yang ditemukan pada sel sel sumsum tulang.

Krisis Blast. Fase yang dikarakteristik oleh proliferasi tiba-tiba dari jumlah besar
mieloblast. Temuan ini menandakan pengubahan LMK menjadi LMA. Kematian
sering terjadi dalam beberapa bulan saat sel sel leukemia menjadi resisten terhadap
kemoterapi selama krisis blast.

3. LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (LLA)


Leukemia Limfositik Akut (LLA) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas
limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan,dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15 tahun , LLA

jarang terjadi. Manifestasi dari LLA adalah berupa proliferasi limfoblas abnormal dalam
sum-sum tulang dan tempat-tempat ekstramedular.
Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel
darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa lemah dan sesak nafas, karena
anemia (sel darah merah terlalu sedikit), infeksi dan demam karena berkurangnya jumlah
sel darah putih, perdarahan karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.

Manifestasi klinis :

Hematopoesis normal terhambat

Penurunan jumlah leukosit

Penurunan sel darah merah

Penurunan trombosit

4. LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK (LLK)


Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar limfosit
(salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar
getah bening. Lebih dari 3/4 penderita berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali lebih
sering menyerang pria. Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas
terjadi di kelenjar getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan kedua nya

mulai membesar. Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel
yang normal, sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan
trombosit di dalam darah. Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi)
juga berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh terhadap serangan
dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan jaringan tubuh yang normal.
Manifestasinya adalah :

Adanya anemia

Pembesaran nodus limfa

Pembesaran organ abdomen

Jumlah eritrosi dan trombosit mungkin normal atau menurun

Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)

MANIFESTASI KLINIS
Gejala leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun
demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Anemia.
Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah
dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas
cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).
2. Perdarahan.
Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi
oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan salah satunya di
jaringan kulit (banyaknya bintik merah lebar/kecil dijaringan kulit).

3. Terserang Infeksi.
Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit
infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang dibentuk tidak normal (abnormal)
sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi

virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam,


keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.
4. Nyeri Tulang dan Persendian.
Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) didesak padat oleh
sel darah putih.
5. Nyeri Perut.
Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia
dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada
organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya
nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Limfe.
Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar limfe, baik itu
yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar limfe bertugas menyaring darah,
sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea).
Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila
terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis leukemia dilakukan secara terperinci melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang sehingga dapat diperoleh data-data yang maksimal untuk
mendukung diagnosis. Terkadang diagnosis leukemia ditemukan secara tidak sengaja saat
pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.Pemeriksaan riwayat penyakit yang lebih teliti
dilakukan dan pasien dapat melaporkan riwayat leukemia atau gejala dan faktor resiko yang
ada.
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan gumpalan, atau abnormalitas lain dan gejala dari
leukemia. Pada pemeriksaan fisik biasanya akan diperiksa ada tidaknya pembengkakan pada
kelenjar getah bening, limfe, dan hati.
Pemeriksaan Penunjang

Akut

Jumlah Leukosit
Rendah,normal,atau tinggi

Differential Leukosit
Jika tinggi, maka sel blas
akan

predominan,

Jika

normal atau rendah mungkin


Konik

Tinggi

sel blast sangat sedikit


Sel blast <10%

Penyakit Leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan penunjang, diantaranya


adalah biopsi, pemeriksaan darah (complete blood count (CBC)), CT or CAT scan, magnetic
resonance imaging (MRI), X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar puncture.
PENATALAKSANAAN
1. Leukemia Granulositik Kronik
Sebagian

besar

pengobatan

tidak

menyembuhkan

penyakit,

tetapi

hanya

memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan dianggap berhasil apabila jumlah sel


darah putih dapat diturunkan sampai kurang dari 50.000/mikroliter darah. Pengobatan
yang terbaik sekalipun tidak bisa menghancurkan semua sel leukemik.Satu-satunya
kesempatan penyembuhan adalah dengan pencangkokan sumsum tulang. Pencangkokan
paling efektif jika dilakukan pada stadium awal dan kurang efektif jika dilakukan pada
fase akselerasi atau krisis blast. Obat interferon alfa bisa menormalkan kembali sumsum
tulang dan menyebabkan remisi. Hidroksiurea per-oral (ditelan) merupakan kemoterapi
yang paling banyak digunakan untuk penyakit ini. Busulfan juga efektif, tetapi karena
memiliki efek samping yang serius, maka pemakaiannya tidak boleh terlalu lama. Terapi
penyinaran untuk limpa kadang membantu mengurangi jumlah sel leukemik. Kadang
limpa harus diangkat melalui pembedahan (splenektomi) untuk: mengurangi rasa tidak
nyaman

di

perut,

meningkatkan

jumlah

trombosit,

mengurangi

kemungkinan

dilakukannya tranfusi.
2. Leukemia Limfoblastik Akut
Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan menghancurkan selsel leukemik sehingga sel normal bisa tumbuh kembali di dalam sumsum tulang.
Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari
atau beberapa minggu, tergantung kepada respon yang ditunjukkan oleh sumsum tulang.
Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin memerlukan:
transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi
perdarahan, antibiotik untuk mengatasi infeksi.
Beberapa kombinasi dari obat kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang
selama beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari prednison peroral (ditelan) dan dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin atau asparaginase
intravena. Untuk mengatasi sel leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan metotreksat
langsung ke dalam cairan spinal dan terapi penyinaran ke otak. Beberapa minggu atau

beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif untuk menghancurkan sel
leukemik,

diberikan

pengobatan

tambahan

(kemoterapi

konsolidasi)

untuk

menghancurkan sisa-sisa sel leukemik. Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun.
3. Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik
Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat, sehingga banyak penderita
yang tidak memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun sampai jumlah limfosit sangat
banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi penurunan jumlah eritrosit atau
trombosit. Anemia diatasi dengan transfusi darah dan suntikan eritropoietin (obat yang
merangsang pembentukan sel-sel darah merah). Jika jumlah trombosit sangat menurun,
diberikan transfusi trombosit. Infeksi diatasi dengan antibiotik. Terapi penyinaran
digunakan untuk memperkecil ukuran kelenjar getah bening, hati atau limpa.
Obat antikanker saja atau ditambah kortikosteroid diberikan jika jumlah limfositnya
sangat banyak. Prednison dan kortikosteroid lainnya bisa menyebabkan perbaikan pada
penderita leukemia yang sudah menyebar. Tetapi respon ini biasanya berlangsung singkat
dan setelah pemakaian jangka panjang, kortikosteroid menyebabkan beberapa efek
samping. Leukemia sel B diobati dengan alkylating agent, yang membunuh sel kanker
dengan mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan interferon alfa
dan pentostatin.
Prinsip pengobatan leukemia:
a. Kemoterapi
b. Terapi Biologi
c. Terapi Radiasi
d. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)

Anda mungkin juga menyukai