oleh
4) Stadium konsolidasi
Proses berlangsung dengan lambat dan
perlu beberapa bulan sebelum tulang
kuat untuk membawa beban yang
normal.
5) Stadium Remodelling
1. PRIMER
Kelainan tulang reaktif
a. Osteogenik
1) osteoma osteoid
2) osteoblastoma benigna
b. kolagenik
1) defek kortikal subperiosteal
2) fibroma nonosteogenik
Hamartoma
a) osteogenik
1) osteoma
2) osteokondroma
b) kondrogenik
1) enkondroma
c) kolagenik
1) angioma
2) kista tulang aneurisma
Neoplasma tulang sejati
a) osteogenik
1) osteosarkoma
2) sarkoma periost
b) kondrogenik
1) kondroblastoma benigna
2) fibroma kondromiksoid
3) kondrosarkoma
c) kolagenik
1) fibrosarkoma
2) angiosarkoma
d) mielogenik
1) mieloma sel plasma
2) tumor Ewing
3) sarkoma sel retikulum
4) penyakit Hodgkin
e) osteoblastoma (tumor sel raksasa)
2. SEKUNDER/METASTATIK
3. NEOPLASMA STIMULATING
LESIONS:
a. Simple bone cyst
b. Fibrous dysplasia
c. Eosinophilic granuloma
d. Brown tumor/hyperparathyroidism
BATASAN
Luka bersih dengan panjang luka < 1
cm
Panjang luka >1 cm tanpa kerusakan
jaringan lunak yang berat
Kerusakan jaringan lunak yang berat
dan luas, fraktur segmental terbuka,
trauma amputasi, luka tembak
dengan kecepatan tinggi, fraktur
terbuka di pertanian, fraktur yang
perlu repair vaskulr dan fraktur yang
lebih dari 8 jam setelah kejadian.
Keterangan :
Tipe I berupa luka kecil kurang dari 1
cm akibat tusukan fragmen fraktur dan
bersih. Kerusakan jaringan lunak sedikit
dan fraktur tidak kominutif. Biasanya
luka tersebut akibat tusukan fragmen
fraktur atau in-out.
Tipe II terjadi jika luka lebih dari 1 cm
tapi tidak banyak kerusakan jaringn
lunak dan fraktur tidak kominutif.
Tipe III dijumpai kerusakan hebat
maupun kehilangan cukup luas pada
kulit, jaringan lunak dan putus atau
hancurnya
struktur
neurovaskuler
dengan kontaminasi, juga termasuk
fraktur segmental terbuka atau amputasi
traumatik.
Kalsifikasi ini juga termasuk trauma luka
tembak dengan kecepatan tinggi atau
high velocity, fraktur terbuka di pertanian,
fraktur yang perlu repair vaskulr dan fraktur
yang lebih dari 8 jam setelah kejadian.
Kemudian Gustillo membagi tipe III menjadi
subtipe, yaitu tipe IIIA, IIIB, dan IIIC :
TIPE
IIIA
IIIB
IIIC
BATASAN
Periostenum masih membungkus
fragmen fraktur dengan kerusakan
jaringn lunak yang luas
Kehilangan jaringn lunak yang luas,
kontaminasi
berat,
periostenal
striping atau terjadi bone expose
Disertai kerusakan arteri yang
memerlukan repair tanpa melihat
tingkat kerusakan jaringn lunak
Keterangan :
Tipe IIIA terjadi apabila fragmen fraktur
masih dibungkus oleh jaringan lunak,
walaupun adanya kerusakan jaringan
lunak yang luas dan berat.
Tipe IIIB terjadi pada fragmen fraktur
tidak dibungkus oleh jaringn lunak,
sehingga tulang terlihat jelas atau bone
expose, terdapat pelepasan periosteum,
fraktur kominutif. Biasanya disertai
kontaminasi masif dan merupakan
trauma high energy tanpa memandang
luas luka.
Tipe IIIC terdapat trauma pada arteri
yang membutuhkan perbaikan agar
kehidupan
bagian
distal
dapat
dipertahankan tanpa memandang derajat
kerusakan jaringan lunak.
Pemberian
antibiotik
sebaiknya
diberikan segera mungkin setelah terjadinya
trauma. Antibiotik adalah yang berspektrum
luas, yaitu sefalosporin generasi I (cefazolin 1-2
gram)
dan
dikombinasikan
dengan
aminoglikosid (gentamisin 1-2 mg/kgBB tiap 8
jam) selama 5 hari.
Pada penderita yang belum pernah
mendapat imunisasi anti tetanus dapat diberikan
gemaglobulin anti tetanus manusia dengan dosis
250 unit pada penderita diatas usia 10 tahun dan
dewasa, 125 unit pada usia 5-10 tahun dan 75
unit pada anak dibawah 5 tahun. Dapat pula
diberikan serum anti tetanus dari binatang
dengan dosis 1500 unit dengan tes subkutan0,1
selama 30 menit. Jika telah mendapat imunisasi
toksoid tetanus (TT) maka hanya diberikan 1
dosis boster 0,5 ml secara intramuskular.
Farmakoterapi
1. Analgesik / anti-inflammatory agents
COX-2 memiliki efek anti inflamasi spesifik.
Keamanan dan kemanjuran dari obat anti
inflamasi harus selalu dievaluasi agar tidak
menyebabkan toksisitas.
Contoh: Ibuprofen : untuk efek antiinflamasi
dibutuhkan dosis 1200-2400mg sehari.
Naproksen : dosis untuk terapi penyakit sendi
adalah 2x250-375mg sehari. Bila perlu
diberikan 2x500mg sehari.
2. Glucocorticoid
Injeksi glukokortikoid intra artikular dapat
menghilangkan efusi sendi akibat inflamasi.
Contoh: Injeksi triamsinolon asetonid
40mg/ml suspensi hexacetonide 10 mg atau
40 mg.
3. Asam hialuronat
4. Kondroitin sulfat
5. Injeksi steroid seharusnya digunakan pada
pasien dengan diabetes yang telah
hiperglikemia. Setelah injeksi kortikosteroid
dibandingkan
dengan
plasebo,
asam
hialuronat, lavage (pencucian sendi), injeksi