Anda di halaman 1dari 4

Gangguan Fungsi Kognitif Pada Lansia

Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya kemampuan


meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak, berkurangnya
kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori, serta
kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat
kejadian yang baru saja terjadi. Gangguan fungsi kognitif pada lansia antara lain :
3.1 Delirium
Delirium adalah suatu sindrom bercirikan adanya suatu gangguan kesadaran, rusaknya
perhatian, dan perubahan dalam kognisi. Delirium biasanya ditemukan pada pasien lanjut
usia post pembedahan, khususnya mereka yang berusia diatas 50 tahun.
Etiologi delirium adalah :
Delirium sering timbul pada orang yang mempunyai riwayat medis serius, bedah
penyakit neurologik, mereka yang berada dalam intoksikasi obat atau putus obat.
Gejala klinis delirium adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Hilangnya kewaspadaan terhadap lingkungan.


Sulit berkonsentrasi
Perhatian terbagi
Kerusakan kognisi
Gangguan persepsi (contoh ilusi)
Disorientasi tempat,tanggal,orang dan halusinasi
Gangguan siklus tidur bangun dan terjaga pada malam hari.

3.2 Demensia
Demensia adalah suatu sindrom kerusakan daya ingat dan kognisi disertai oleh
gangguan fungsi sosial dan pekerjaan. Kesadaran atau tingkat kewaspadaan tidak terganggu.
Gejala kerusakan kognitif sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Afasia (gangguan bahasa)


Amnesia
Apraksia (ketidakmampuan mengeluarkan aktivitas motor kompleks)
Aquosia ( Kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek walaupun fungsi saraf
sensoris utuh).
Kerusakan karena demensia disertai perubahan daya ingat yang terjadi pada masa usia

normal. Kebanyakan demensia irreversibel tetapi sebagian bisa dikontrol dengan obat-obatan.
Sebagian kecil demensia berpotensi reversibel.
Gejala klinis penderita demensia antara lain:
a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi.
Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

b. Gangguan orientasi waktu dan tempat


Gangguan berupa lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mangulang kata atau cerita
yangsama berkali- kali.
d. Ekspresi yang berlebihan
Gangguan berupa menangis yang berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,
marah besar pada kesalahan kecil yang di lakukan orang lain, rasa takut dan gugup
yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaanperasaan tersebut muncul.
e. Adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
Demensia terbagi dalam beberapa jenis, antara lain :
a. Dementia degenerative primer
Dikenal juga dengan dementia tipe Alzheimer, adalah suatu keadaan yang meliputi
perubahan dari jumlah, struktur, dan fungsi neuron di daerah tertentu korteks otak.
Gejala klinik demensia Alzheimer biasanya berupa awitannya yang gradual yang
berlanjut secara lambat, biasanya dibedakan dalam 3 fase :
1. Fase I : ditandai dengan gangguan memori subyektif, konsentrasi buruk dan
gangguan visuo spatial. Lingkungan yang biasa menjadi seperti asing, sukar
menemukan jalan pulang yang baisa dilalui
2. Fase II : terjadi tanda yang mengarah ke kerusakan fokal-kortikal, walaupun tidak
terlihat pola deficit yang khas. Simtom yang disebabkan oleh disfungsi lobus
parietalis (misal agnsia, dispraksia, dan akalkulia) sering terdapat. Gejala
neurologic mungkin termasuk antara lain tanggapan ekstensor plantaris dan
beberapa kelemahan fasial.
3. Fase III : pembicaraan terganggu berat, mungkin sama sekali hilang. Penderita
tampak terus menerus apatik. Banyak penderita tidak mengenali diri sendiri atau
orang yang dikenalnya. Dengan berlanjutknya penyakit, penderita sering hanya
berbaring di tampa tidue, inkontinen baik urin maupun alvi. Gejala neurologic
menunjukkan gangguan berat dari gerak langkah, tonus otot, dan gambaran yang
mengarah pada sindrom Kluver Bucy.
b. Dementia multi-infark
Dementia ini merupakan jenis kedua terbanyak setelah penyakit Alzheimer.
Didapatkan sebagai akibat / gejala sisa dari stroke kortikal atau subkortikal yang
berulang. Dapatan yang khas adalah bahwa gejala dan tanda menunjukkan penurunan
bertingkat, dimana setiap episode akut menurunkan keadaan kognitifnya.

c. Dementia dengan badan Lewy


Pada dementia tipe ini patologinya seringkali juga mempunyai gambaran campuran
dengan dementia Alzheimer. Gambaran klinik bervariasi, tetapi selalu terdapat
gambaran 2 dari 3 keadaan yaitu : fluktuasi kognisi, halusinasi visual, dan
parkinsonisme. Dapatan yang mendukung diantaranya adalah jatuh, sinkope, hilang
kesadaran sepintas, sensitivitas neuroleprik, delusi, dan halusinasi. Gambaran klinis
dementia (penurunan menyeluruh fungsi kognitif yang mengganggu fungsi social dan
okupasional) haruslah juga didapati.
d. Dementia fronto temporal
Sindroma demensia bias diakibatkan oleh suatu proses degenerative di region korteks
anterior otak, yang secara neuropatologis berbeda dengan demensia Alzheimer,
demensia karena penyakit Pick dan demensia akibat penyakit motorneuron. Gambaran
klinis menggambarkan distribusi topografik daerah korteks temporal yang terkena,
bias uni- maupun bilateral. Secara klinis menunjukkan gambaran gangguan perilaku
yang luas dengan awitan yang menyelinap dan biasanya terjadi antara usia 40 70
tahun.
e. Dementia pada penyakit neurologic
Berbagai penyakit neurologic sering disertai dengan gejala dementia, diantaranya
adalah penyakit Parkinson, khorea Huntington, dan hidrosefalus bertekanan normal.

3.3

Gangguan Amnestik dan Pelupa benigna akibat penuaan


Pada dua keadaan di atas, gejala utama adalah gangguan memori (daya ingat),
sedangkan pada dementia terdapat gangguan pada fungsi intelektual yang lain. Pada
sindroma ammnestik terdapat gangguan pada daya ingat hal yang baru terjadi.
Biasanya penyebabnya adalah :
a. Defisiensi tiamin (sering akibat pemakaian alcohol berlebihan)
b. Lesi pada struktur otak bagian temporal tengah (akibat trauma atau anoksia)
c. Iskemia global transien (sepintas) akibat insufisiensi serebrovaskuler
Pelupa benigna akibat penuaan, biasanya terlihat sebagai gangguan tingan daya ingat
yang tidak progresif dan tidak mengganggu aktivitas hidup sehari hari. Biasanya
dikenali oleh keluarga atau teman, karena sering mengulang pertanyaan yang sama
atau lupa pada kejadian yang baru terjadi.

Daftar Pustaka :
1. Stanley & Beare.2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi kedua. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai