yang
Hipoglikemia
Berbagai factor
merupakan
yang
Predisposisi
merupakan
atau
predisposisi
Mempresipitasi
atau
mempresipitasi
hipoglikemia adalah :
1. Kadar insulin berlebihan
Dosis
berlebihan
:
ketidaksesuaian
dengan
kesalahan
kebutuhan
dokter,
pasien
farmasi,
atau
pasien;
gaya
hidup;
insulin;
gagal
ginjal
(clearance
honeymoon periode
2. Peningkatan sensitifitas insulin
Defisiensi hormone counter-regulatory
insulin
berkurang);
penyakit
Addison;
hipopituitarisme
Penurunan berat badan
Latihan jasmani, postpartum; variasi siklus menstruasi
3. Asupan karbohidrat kurang
Makan tertunda atau lupa, porsi makan kurang
Diet slimming, anorexia nervosa
Muntah, gastroparesis
Menyusui
4. Lain-lain
Absorpsi yang cepat, pemulihan glikogen otot
Alcohol,
obat
(salisilat,
sulfonamide
meningkatkan
sulfonylurea; penyekat non-selektif; pentamidin)
Klasifikasi
kerja
Sedang
Simtomatik,
dapat
diatasi
sendiri,
Patogenesis
Untuk memahami patogenesis hipoglikemia perlulah meninjau kembali mengenai
homeostasis glukosa dan energi tubuh. Pada waktu makan (absorptive) cukup tersedia
sumber energi yang diserap dari usus. Kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai
makromolekul, karena itu fase ini dinamakan sebagai fase anabolik. Hormon yang berperan
adalah Insulin. 60 % dari glukosa yang diserap usus dengan pengaruh insulin akan disimpan
di hati sebagai glikogen, sebagian lagi akan disimpan di jaringan lemak dan otot juga sebagai
glikogen. Sebagian lain dari glukosa tersebut akan mengalami metabolisme anaerob maupun
aerob untuk memperoleh energi yang digunakan seluruh jaringan tubuh terutama otak.
Sekitar 70 % dari seluruh penggunaan glukosa berlangsung di otak. Berbeda dengan jaringan
lain, otak tidak dapat menggunakan asam lemak bebas sebagai sumber energy.
Pada waktu sesudah makan (post absorptive) atau sesudah puasa 5-6 jam, kadar
glukosa darah mulai turun, keadaan ini menyebabkan sekresi insulin juga menurun,
sedangkan hormon kontra regulator yaitu glukagon, epinefrin, kortisol dan hormon
pertumbuhan akan meningkat. Terjadilah keadaan sebaliknya (katabolic) yaitu sintesis
glikogen, protein dan trigliserida akan menurun sedangkan pemecahan zat-zat tersebut akan
meningkat.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam keadaan post absorptive (puasa) terjadi
penurunan insulin dan kenaikan hormone kontra regulator. Keadaan tersebut akan
menyebabkan penurunan penggunaan glukosa di jaringan insulin sensitive dan dengan
demikian glukosa yang jumlahnya terbatas hanya disediakan untuk jaringan otak.
Selama homeostasis glukosa tersebut di atas berjalan, hipoglikemia tidak akan terjadi.
Hipoglikemia terjadi karena ketidakmampuan hati memproduksi glukosa. Ketidakmampuan
hati tersebut dapat disebabkan karena penurunan bahan pembentuk glukosa, penyakit hati
atau ketidakseimbangan hormonal. Kenaikan penggunaan glukosa di perifer tidak
menimbulkan hipoglikemia selama hati masih mampu mengimbangi dengan menambah
produksi glukosa.
kortisol (penyakit Addison) pada individu menimbulkan hipoglikemia yang umumnya ringan.
Bila sekresi glucagon dihambat secara farmakologis, pemulihan kadar glukosa setelah
hipoglikemia yang diinduksi insulin berkurang sekitar 40%. Bila sekresi glucagon dan
epinefrin dihambat sekaligus, pemulihan glukosa tidak terjadi.
Sel pancreas terhadap hipoglikemia adalah dengan menghambat sekresi insulin dan
turunnya kadar insulin di dalam sel berperan dalam sekresi glucagon oleh sel .
Manifestasi klinis
Gejala dari hipoglikemia bisa dibagi menjadi 2 kategori, yaitu neuroglycopenic dan
neurogenic (autonomic) responses. Gejala Neuroglikopenik merupakan hasil langsung dari
berkurangnya glukosa di susunan system saraf pusat. Gejalanya meliputi perubahan tingkah
laku, bingung, fatigue, seizure, kehilangan kesadaran, dan apabila hipoglikemia terjadi lebih
lanjut dan lebih lama, akan menimbulkan kematian. Hipoglikemia yang mengaktivasi respon
otonom meliputi gejala-gejala adrenergic seperti palpitasi, tremor, ketakutan, rasa lapar, mual,
berkeringat, dan parestesi. Gejala-gejala adrenergik ini di mediasi oleh pelepasan
norepinefrin dari saraf postganglion simpatis dan pelepasan epinefrin dari medula adrenal.
Peningkatan keringat di mediasi oleh saraf simpatis kolinergik.
penting bagi pasien diabetes yang mendapat terapi insulin yang ingin mencapai dan
mempertahankan kadar glukosa darah normal atau mendekati normal. Terdapat keragaman
keluhan yang menonjol diantara pasien maupun pada pasien itu sendiri pada waktu yang
berbeda. Walaupun demikian pada umumnya keluhan biasanya timbul dalam pola tertentu,
sesuai dengan komponen fisiologis dan respon fisiologis yang berbeda.
KELUHAN DAN GEJALA HIPOGLIKEMIA AKUT YANG SERING
DIJUMPAI PADA PASIEN DIABETES
Otonomik
Neuroglikopenik
Malaise
Berkeringat
Bingung (confusion)
Mual
Jantung berdebar
Mengantuk
Sakit kepala
Tremor
Sulit berbicara
Lapar
Inkoordinasi
Perilaku yang berbeda
Gangguan visual
parestesi
Pada pasien diabetes yang masih relatif baru, keluhan dan gejala yang terkait dengan
gangguan sisitim saraf otonomik seperti palpitasi, tremor, atau berkeringat lebih menonjol
dan biasanya mendahului keluhan dan gejala disfungsi serebral yang disebabkan oleh
neuroglikopeni, seperti gangguan konsentrasi atau koma. Sakit kepala dan mual mungkin
bukan merupakan keluhan malaise yang khas. Pada pasien diabetes yang lama intensitas
keluhan otonomik cenderung berkurang atau menghilang. Hal tersebut dapat menunjukkan
kegagalan yang progresif aktivasi sistem saraf otonomik.
Terapi Hipoglikemia
Bila hipoglikemia telah terjadi maka pengobatan harus segera dilaksanakan terutama
gangguan terhadap otak yang paling sensitive terhadap penurunan glukosa darah.
Berdasarkan stadium terapi hipoglikemi:
1. Stadium permulaan (sadar)
Berikan gula murni 30 gr (2 sendok makan) atau sirop/permen gula murni (bukan