1.
menunjukkan
bahwa
pada
zaman
tersebut
daerah
Pulau Laut
di
Kalimantan Tenggara
(Asikin, 1974; Hamilton, 1979; Suparka, 1988; Wakita, 2000). Zona ini oleh
Parkinson
dkk.
(1998)
disebut
sebagai
lajur
palung
Kapur
Akhir
dkk.(1998)
diinterpretasikan
tidak
hanya
terdiri
dari
Paremba sandstone tetapi juga meliputi fragmen kontinen Pasternoster, LolotoiMutis, dan Sumba. Tumbukan mikrokontinen ini menyebabkan berhentinya zona
subduksi Karangsambung-Meratus dan membentuk zona sutur Pegunungan
Meratus. Dalam menggambarkan proses tumbukan ini Parkinson dkk.(1998)
menafsirkan
adanya
sesar
mikrokontinen tersebut.
Di
mendatar
selatan
yang
sesar
membatasi
transform,
bagian
atau
di
selatan
timur
Karangsambung yang meliputi juga wilayah Jawa bagian timur, oleh Parkinson
dkk (1998) diinterpretasikan tidak terdapat mikrokontinen sehingga tumbukan
mikrokontinen yang terjadi di daerah Meratus tidak terjadi di daerah
Karangsambung.
2.
Eosen Awal
Bulukuning,
di
bagian
utara
Bulukuning ini merupakan formasi baru yang diusulkan oleh penelitian ini
dengan ditemukannya fosil Grannulate Nummulites sp. berumur Eosen Awal.
Formasi ini sama dengan sekuen sedimen yang dipetakan oleh Ketner
dkk.
dan
rijang,
ke
selatan
antara
17-30
dengan
ketebalan
mencapai
350
orogen
yang
menunjukkan
tatanan
tektonik
diendapkan secara lokal di daerah komplek akresi yang terangkat dan kemudian
membentuk cekungan lokal yang dikontrol oleh struktur lamanya. Umur Eosen
Tengah sampai Eosen Awal ditunjukkan oleh Formasi Karangsambung yang
dicirikan oleh dominasi batulempung berlingkungan laut dalam.
Hal
ini
bagian komplek akresi yang terangkat juga terdapat cekungan lebih dalam yang
diinterpretasikan menduduki daerah bekas palung subduksi Kapur.
3. Eosen Tengah
Sejarah pergerakan Lempeng Samudera Hindia menunjukkan antara 54jtl
45 jtl, terjadi reorganisasi lempeng yang ditandai dengan menurunnya secara
mencolok pergerakan ke utara India. Aktivitas pemekaran di sepanjang Wharton
Ridge berhenti atau mati tidak lama setelah pembentukan anomali 19 (atau
45 jtl). Menurunnya secara mencolok gerak India ke utara dan matinya Wharton
Ridge ini diinterpretasikan sebagai pertanda kontak pertama Benua India dengan
zona subduksi di selatan Asia (Liu dkk, 1983). Peristiwa ini juga
menyebabkan menurunnya kecepatan konvergen Lempeng Samudera Hindia
sehingga terjadi fase regangan di wilayah bagian timur Samudera Hindia
termasuk di daerah penelitian. Fase regangan ini merupakan fase pembentukan
cekungan besar- besaran di daerah penelitian. Di daerah Karangsambung bagian
selatan sedimen Eosen Tengah diwakili oleh Formasi Karangsambung. Bagian
bawah formasi ini terdiri dari batulempung bersisik (scaly) mengandung
fragmen batuan yang beragam terdiri dari batulempung, batupasir, batugamping,
konglomerat polimik, dan basalt. Sisipan batulanau dan batupasir menunjukkan
struktur lengseran (slump) dan perlapisan yang kacau (disrupted bedding).
Bagian atas, di sekitar lokasi batugamping Jatibungkus, dijumpai bongkah
batugamping yang terdiri dari batugamping terumbu, batugamping foram,
batugamping
klastik
dengan
fragmen
kongklomerat,
kuarsa,
rijang,
adanya
gejala
kerikilan
semacam
ini
sangat
mirip
dengan
(pebblymudstone).
4.
Formasi Totogan (Harsolumakso dkk, 1986) yang berciri litologi mirip dengan
sebagian besar Formasi Karangsambung, yaitu berupa endapan olistostrom. Di
daerah Nanggulan,
dan
batugamping
(Ngimbang
carbonate).
Kemiripan
Formasi
Totogan
sulit
ditentukan
dan
diperkirakan
berangsur, sedangkan ke arah utara Formasi Totogan ada yang langsung kontak
secara tidak selaras dengan batuan dasar Komplek Melange Luk Ulo. Litologi
Formasi Totogan disini umumnya dicirikan oleh kehadiran batulempung
kerakalan (pebbly mudstone) sampai breksi polimik dengan komponenkomponen fragmen batuan berasal dari Komplek Luk Ulo dan batuan Eosen. Di
Kujung.Deformasi
ini
kemungkinan
juga
berkaitan
dengan
lebih
cepat
Bertambahnya kecepatan
dibanding ketika
ini
Wharton Ridge
meningkatkan laju
masih
aktif.
kecepatan penunjaman
terdeformasinya
Formasi
Karangsambung,
Komplek
5. Oligosen tengah
Meningkatnya laju pergerakan ke utara Benua Australia diperkirakan
masih berlangsung sampai Oligosen Tengah. Peristiwa ini memicu aktifitas
volkanisme yang kemungkinan berkaitan erat dengan munculnya zona
gunungapi di bagian selatan Jawa (Old Andesite Formation) yang sekarang
dikenal
sebagai
ini
ditandai
dengan
pengangkatan.
seperti Formasi Wonosari di Jawa Tengah dan Formasi Punung di Jawa Timur.
Sedangkan di bagian utara dengan aktifnya inversi berkembang endapan syninversi formasi-formasi