Anda di halaman 1dari 1

Sistem Jaringan Energi

Sistem jaringan energi di Kabupaten Semarang terdiri atas pusat-pusat


pembangkit listrik dan prasarana kelistrikan. Pembangkit tenaga listrik
dikembangkan untuk memenuhi penyediaan tenaga listrik sesuai dengan
kebutuhan yang mampu mendukung kegiatan perekonomian. Pembangkit listrik
di Kabupaten Semarang diantaranya sebagai berikut:

Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Jelok dan Timo yang merupakan salah
satu PLTA tertua di Indonesia yang dibangun pada tahun 1938 di Desa
Delik, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. PLTA Jelok dikelola oleh
PT. Indonesia Power selaku anak perusahaan PT. PLN dan menghasilkan
listrik sebesar 93 GWh per tahun.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) yang terdapat di Gunung
Ungaran dikelola oleh PT. Giri Indonesia Sejahtera. Saat ini masih dalam
proses eksplorasi dan ditargetkan mencapai commercial operation pada
tahun 2022.

Prasarana kelistrikan sangat diperlukan untuk mengantarkan energi listrik dari


pusat-pusat tenaga pembangkit listrik menuju lokasi dekat konsumen. Prasarana
kelistrikan yang terdapat di Kabupaten Semarang terdiri dari gardu induk di
Kecamatan Ungaran dan Bawen dan saluran udara tanaga tinggi (SUTT) 150 kV
yang mencakup hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Semarang
Penataan Ruang
Dalam penataan ruang diperlukan sekali informasi tentang keruangan atau data
spasial suatu daerah. Di Kabupaten Semarang Bappeda bertanggung jawab
dalam sistem informasi penataan ruang.
Ruang terbuka hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Penyediaan dan
pemanfaatan RTH ditetapkan dalam RTRW Kota/RDTR Kota/RTR Kawasan
Strategis Kota/RTR Kawasan Perkotaan. Kondisi Kawasan Perkotaan Ungaran di
Kabupaten Semarang saat ini memiliki luasan RTH publik yang masih dibawah
20%. Hasil pemetaan RTH yang ada di Ungaran seluas 2.190,7 ha atau sebesar
71,6% dari luas wilayah. RTH tersebut terdiri dari RTH privat seluas 2.112,7 ha
atau 69,0% dan RTH publik seluas 77,9 ha atau sebesar 2,5%. Pemetaan
tersebut menunjukan prosentase RTH privat sudah mencukupi kebutuhan
minimal sebesar 10%. RTH publik mengalami masalah kekurangan luasan yaitu
masih kurang dari 20%.

Anda mungkin juga menyukai