1. TUJUAN
Tertanganinya pasien yang reaksi sehingga mengurangi resiko kecacatan
2. IMPLEMENTASI KLAUSUL
3. RUANG LINGKUP
Prosedur Kerja ini digunakan di Puskesmas
4.
DEFINISI
Reaksi kusta adalah suatu episode dalam perjalanan kronis penyakit kusta yang merupakan suatu
reaksi kekebalan (seluler respons) atau reaksi antigen antibodi (Humoral respons) dengan
akibat merugikan penderita, terutama pada saraf tepi yang bisa menyebabkan gangguan fungsi
(cacat) yang ditandai dengan peradangan akut baik di kulit maupun saraf tepi.
5. PENANGGUNGJAWAB
Wakil Supervisor Kusta Dinas Kesehatan Kota Surabaya
6. KRITERIA PENCAPAIAN
Tertanganinnya semua kasus Reaksi
7. PROSEDUR
7.1
7.2
7.5
Gejala
Reaksi Ringan
Reaksi Berat
1. Kelainan
Kulit
2 Saraf tepi
Tidak ada nyeri tekan saraf dan Nyeri tekan, dan/atau gangguan
gangguan fungsi
fungsi, misalnya kelemahan otot.
Bila ada reaksi dan kelainan kulitnya dekat dengan lokasi saraf, dikategorikan
sebagai reaksi berat.
REAKSI RINGAN
REAKSI BERAT
(1)
(2)
(3)
1. Kelainan kulit
Nodul merah yang nyeri tekan Benjol (nodul) nyeri tekan, ada
jumlah sedikit, biasanya hilang yang
pecah (Ulseratif), jumlah
sendiri dalam 2 3 hari
banyak, berlangsung lama
2. Kedaan Umum
3. Saraf tepi
Tidak ada nyeri raba ataupun Ada nyeri raba, dan atau gangguan
gangguan fungsi
fungsi
4. Organ tubuh
7.6Petugas mencatat diagnosa Reaksi Kusta dan klasifikasinya type pada kartu pasien
7.7Memberikan Penanganan sesuai Diagnosa Reaksi Kusta klasifikasinya
7.7.1
7.7.1.1
7.7.1.2
7.7.1.3
7.7.1.4
7.7.3.2 2 minggu II
: 30 mg/hari ( 1 x 6 tab) pagi hari sesudah makan
7.7.3.3 2 minggu III
: 20 mg/hari (1 x 4 tab) pagi hari sesudah makan
7.7.3.4 2 minggu IV
: 15 mg/hari (1 x 3 tab) pagi hari sesudah makan
7.7.3.5 2 minggu V
: 10 mg/hari ( 1 x 2 tab) pagi hari sesudah makan
7.7.3.6 2 minggu VI
: 5 mg/hari (1 x 1 tab) pagi hari sesudah makan
7.7.3.7 Kasus reaksi berat pada wanita hamil atau penderita dengan
7.7.3.8 komplikasi penyakit lain harus dirujuk ke rumah sakit
7.7.4 Skema Pemberian Prednison Pada Reaksi Type I dan II Berat Pasien Anak
7.7.4.1 Untuk pengobatan reaksi berat pada anak harus dikonsultasikan ke dokter atau
dirujuk, karena steroid dapat mengganggu proses pertumbuhan.
7.7.4.2 Dosis maksimum prednison pada anak tidak boleh melebihi 1 mg/kgBB.
7.7.4.3 Minimal pengobatan 12 minggu/3 bulan
7.7.5 Catatan Khusus:
7.7.5.1 Pemberian prednison dikonsultasikan ke dokter kusta/dokter Puskesmas terdekat
7.7.5.2 Sebaiknya diberikan dalam dosis tunggal pagi hari sesudah makan karena kadar
kortisol alamiah dalam tubuh paling tinggi pada pagi hari (Jika memang terpaksa
pemberian prednison selain secara dosis tunggal dapat diberikan dalam dosis
terbagi, misalnya : 2 x 4 tab./hari dst.)
7.7.5.3 Setiap 2 minggu penderita harus diperiksa ulang dan mencatatnya dalam form
pencegahan cacat. Form pemberian prednison diisi berdasarkan hasil evaluasi
pemeriksaan fungsi saraf. Bila tidak ada perbaikan maka dosis prednison yang
diberikan dapat dilanjutkan 3 s/d 4 minggu atau dapat ditingkatkan (misalnya dari
15 mg menjadi 20 mg sehari) jika kondisi memburuk
7.7.5.4 Khusus untuk nyeri saraf, sebaiknya dicari dosis awal untuk penderita tersebut
dengan memeriksa ulang setelah 1 minggu, bila tidak ada perbaikan dosis
dinaikkan menjadi 50 mg sampai 60 mg/hari. Dosis awal ini dipertahankan
selama 2 minggu
7.7.5.5 Jelaskan kepada penderita:
Alasan mengapa mendapat pengobatan prednison, karena adanya ancaman
terjadinya kecacatan.
Berapa lama pengobatan reaksi ini diberikan supaya penderita mematuhi
pengobatan prednison
Pentingnya mendapatkan dosis obat yang tepat. Pengobatan ini tidak boleh
dihentikan secara mendadak, karena dapat menyebabkan sakit yang lebih
serius
Bila nyeri dan gangguan fungsi bertambah harus segera melaporkan diri pada
petugas
7.7.6 Efek samping Prednison ( Kortikosteroid):
7.7.6.1 Penghentian Tiba-tiba:
Demam
Nyeri otot
Nyeri sendi
Malaise
7.7.6.2 Pemberian terus-menerus:
Hiperglikemi
Mudah infeksi
3
7.7.7.1 Diberikan pada Reaksi Tipe II berat berulang (ENL berulang). Kriteria berulang
adalah pada tappering off prednison, pada terapi yang ketiga.
7.7.7.2 Dosis Lamprene ditinggikan dari dosis pengobatan kusta. Untuk orang dewasa 3
x 100 mg/hari selama 2 bulan. Kemudian dosis diturunkan menjadi 2 x 100 mg
per hari selama 2 bulan, dan kemudian diturunkan menjadi 100 mg per hari
selama 2 bulan. Jika pasien masih dalam pengobatan MDT, lampren dalam MDT
dihentikan.
8. ALUR PROSES
Petugas memeriksa
pasien
Ceklis
POD
Type I
Ringan
Type II
Kulit:
Kelainan
membengkak
sampai
ada yang pecah, merah,
teraba panas dan nyeri
tekan. Ada kelainan
kulit baru, tangan dan
kaki
membengkak,
sendi-sendi
sakit.
Syaraf: Nyeri tekan,
dan/atau
gangguan
fungsi
Berat
Ringan
pada
Mata = Iridosiklitis
Testis = Epididymoorchitis
Ginjal = Nefritis
Berat
1.
2.
Pemberian
analgetik/antipiretik,
obat penenang bila perlu
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SELESAI
9. REFERENSI
9.1 Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, 2013
10. DOKUMEN TERKAIT
10.1 Kartu Status Pasien
11. UNIT TERKAIT
11.1
11.2
Unit Pendaftaran
Poli Umum
12.2
NO
TANGGAL MULAI
ISI PERUBAHAN
DAHULU
SEKARANG
BERLAKU