Anda di halaman 1dari 3

[Balada Penunggu Bus AntarKota] Part 1

Ini tentang makhluk itu.


Ya. Balok besi beroda empat, karatan, sumpek, dan bau muntahan. Tapi, entah mengapa,
makhluk ini pula yang tak disangka-sangka bakalan sering menemaniku, dan diam-diam aku
mengaguminyadengan segala keruwetannya. Terbukti dengan menjadikan makhluk ini sebagai
bahasan pertama di blog anyarku ini. Haha

Saya sendiri mulai rutin menaiki makhluk inisebentar, kok jadi terkesan tidak senonoh.
Ralat, saya sendiri mulai menunggangi makhluk iniLebih parah ya, maaf. *Abaikan.

Berawal dari resminya saya menjadi mahasiswa kira-kira dua tahun lalu, saya harus terpaksa
membiasakan diri bertemu dengan makhluk ini, hampir tiap minggu. Yep, saya memang pulang
kampung sesering itu. Selain karena memang kota perantauannya nggak terlalu merantau, ada
alasan lain yang mungkin akan saya ceritakan di post-post selanjutnya.

Akibatnya, saya jadi terpapar oleh macam-macam penunggu bus antarkota yang so unique. Maap
sok inggris dikit. Hingga kadang-kadang saya berpikir, bahwa saya terlihat sedikit terlalu normal
dibandingkan dengan para penunggu ini. Nggak percaya? Saya jabarin nih satu per satu jenisjenisnya, tapi sebelumnya, saya mohon maaf sebesar-besarnya buat para penunggu bus kota yang
lain jika tulisan ini menyinggung anda-anda semua. *ini tulus lho

Baca selengkapnya di http://seutaskataku.blogspot.co.id/2016/09/balada-penunggu-busantarkota-part-1.html#more (promosi blog baru hehe)


Satu. Bapak,ibu,kakak,adek,mas,mbak yang baru pertama naik bus antarkota. Ciri-ciri
penunggu yang satu ini, biasanya mereka dibekali oleh muka-muka bingung tapi sok cool.
Kebanyakan mereka berasal dari desa dan pengen ke kota, atau rantauan yang baru pertama balik
ke kampung halaman. Mereka-mereka ini adalah korban empuk bagi makelar-makelar tiket yang
jumlahnya separuh dari isi terminal, ada yang nyamar jadi petugas, pengemis, pedagang asongan.
Pernah satu kali sebelahan sama orang yang niat pulang kampung dari Surabaya ke Ponorogo.
Dia adalah mas-mas berambut gondrong berbaju putih berkulit hitamtapi nggak manis. Iya,
saya inget detail, karena dulu dia bikin heboh satu bus.

Saat itu bus udah di Sidoarjo, abang-abang kondektur lagi nagihin uang tiket bus. Aku
sempat merasakan hawa-hawa panik dari mas-mas gondrong itu, tapi saya masih stay cool,
mikirnya paling-paling uangnya ilang atau gimana, terus nanti disuruh keluar sama kondekturnya
*jahat ya saya mikirnya. Akhirnya datanglah si kondektur bus, dengan muka garang, mata
melotot, lidah menjulur *Nggak deh, kondekturnya ramah kok haha
Terjadilah percakapan, (dalam bahasa jawa, ini saya translate ke Bahasa Jepang
Indonesia)

K = Kondektur, MG = Mas-mas gondrong, S = Saya, SS=Sebelah Saya


K = Kemana mas?
MG = Ponorogo mas, berapa ya?
S = (Mampus, takut duitnya kurang nih. Bakalan ada konflik nih)
K = 25 ribu mas.
MG = (Ngeluarin duit 50 ribuan)
S = (Kecewa berat)
Setelah itu dapatlah si MG selembar tiket. Saya udah buang muka, gagal dapat
hiburan. Hehe. Tapi ternyata tiba-tiba si MG nyeletuk,
MG = Tapi padahal tadi saya udah bayar 500 ribu ke orang yang di terminal. Katanya
tinggal nunggu dikasih tiket kondektur. Katanya suruh naik dulu aja.
S = Hah? 500 ribu? Buat bus ekonomi Surabaya-Ponorogo? Buset.
Dan dimulai dari ibu-ibu di kursi depan, bapak-bapak di sebelah ibu-ibu kursi
depan, dan bapak-bapak di depan depannya lagi langsung menoleh dengan ekspresi yang
priceless banget. Satu-persatu mereka dengan sok bijak menasehati mas-mas di
sebelahku yang sekarang matanya udah berkaca-kaca. Ditambah lagi si MG curhat kalau
sebenarnya dia dari bandara Juanda ke Terminal udah kena 300 rb juga gara-gara dengan
pintarnya milih naik Avansa daripada naik taksi aja. Dan dari sopir Avansa itulah ia
diarahkan ke bapak-bapak penjual tiket 500 rb itu.
In the end, si MG pun sadar dirinya terkena sindikat penipuan, setelah diteror
habis-habisan oleh penunggu bus lain dengan nasihat-nasihat yang hanya membuatnya
semakin nyesek. Dimanapun kau berada mas-mas gondrong yang pake baju putih dan
berkulit hitamtapi nggak manis, saya turut berduka dan berdoa atas hilangnya uang
hasil rantauanmu itu, semoga diganti dengan rejeki yang berlipat. Aamiin.

Bersambung dulu ya, nyambi tugas kuliah dulu.

Anda mungkin juga menyukai