Saya sendiri mulai rutin menaiki makhluk inisebentar, kok jadi terkesan tidak senonoh.
Ralat, saya sendiri mulai menunggangi makhluk iniLebih parah ya, maaf. *Abaikan.
Berawal dari resminya saya menjadi mahasiswa kira-kira dua tahun lalu, saya harus terpaksa
membiasakan diri bertemu dengan makhluk ini, hampir tiap minggu. Yep, saya memang pulang
kampung sesering itu. Selain karena memang kota perantauannya nggak terlalu merantau, ada
alasan lain yang mungkin akan saya ceritakan di post-post selanjutnya.
Akibatnya, saya jadi terpapar oleh macam-macam penunggu bus antarkota yang so unique. Maap
sok inggris dikit. Hingga kadang-kadang saya berpikir, bahwa saya terlihat sedikit terlalu normal
dibandingkan dengan para penunggu ini. Nggak percaya? Saya jabarin nih satu per satu jenisjenisnya, tapi sebelumnya, saya mohon maaf sebesar-besarnya buat para penunggu bus kota yang
lain jika tulisan ini menyinggung anda-anda semua. *ini tulus lho
Saat itu bus udah di Sidoarjo, abang-abang kondektur lagi nagihin uang tiket bus. Aku
sempat merasakan hawa-hawa panik dari mas-mas gondrong itu, tapi saya masih stay cool,
mikirnya paling-paling uangnya ilang atau gimana, terus nanti disuruh keluar sama kondekturnya
*jahat ya saya mikirnya. Akhirnya datanglah si kondektur bus, dengan muka garang, mata
melotot, lidah menjulur *Nggak deh, kondekturnya ramah kok haha
Terjadilah percakapan, (dalam bahasa jawa, ini saya translate ke Bahasa Jepang
Indonesia)