Anda di halaman 1dari 2

Sistem Pembangkitan di PLTP Kamojang

Disusun oleh : Miftakhur Rahmat (3714100052)

Kamojang merupakan pembangkit listrik pertama di Indonesia yang


memanfaatkan panas bumi sebagai penggeraknya. PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga
Panasbumi) Kamojang ini beroperasi sejak tahun 1983. Dalam sistem pembangkit
ini, energy Geothermal memegang peranan yang sangat penting. Energi
geothermal merupakan sumber energi terbarukan berupa energi thermal (panas)
yang dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi. Energi panas tersebut akan
mengubah akuifer menjadi uap air yang mampu menggerakkan turbin yang dengan
bantuan generator akan menghasilkan energy listrik.
PLTP Kamojang hingga saat ini memiliki 5 unit pembangkit, dengan 1 buah
unit pembangkit yang telah di nonaktifkan. Dari keseluruhan pembangkit yang ada,
PLTP Kamojang mampu menghasilkan energi listrik sebesar 235 MW yang nantinya
akan didistribusikan untuk kawasan Jawa-Bali. Sistem pembangkitan listrik secara
lebih rinci dapat dilihat di skema :

Uap yang dihasilkan dari sumur-sumur yang telah di bor

di alirkan ke perangkat Steam

Receiving Heade, Perangkat ini berfungsi menjaga agar massa uap yang masuk tidak mengalami
gangguan meskipun ada perubahan pasokan dari sumur produksi. Selanjutnya, uap akan melalui Flow
Meter dan dialirkan ke semua unit pembangkit melalui pipa. Kemudian uap tersebutdialirkan ke separator
untuk memisahkan zat zat padat pengganggu seperti silica yang terbawa di dalamnya. Hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya kerusakan pada turbin, sebab benda-benda pengotor akan mempermudah
terjadinya erosi. Setelah itu uap akan kembali di bersihkan oleh Demisher. Uap yang telah bersih dari
kontaminasi kemudian dialirkan menuju Main Stream Valve ( MSV ) menuju ke turbin. Di dalam turbin,
uap tersebut berfungsi untuk memutar double flow condensing yang dikopel dengan generator,

Uap bekas akan dikeluarkan dari turbin, uap ini harus berada dalam kondisi vakum yang dapat
dicapai dengan mengkondensasikan uap dalam kondensor kontak langsung yang dipasang di bawah
turbin. Untuk menjaga tingkat kevakuman kondensor, gas yang tak terkondensi harus dikeluarkan secara
kontinyu oleh sistem ekstraksi gas.
Sementara gas gas yang tidak dapat dikondensasikan, dihisap oleh steam ejector tingkat 2
untuk diteruskan ke aftercondensor,dimana gas gas tersebut kemudian kembali disiram leh air yang
dipompakan oleh primary pump. Gas gas yang dapat dikondensasikan dikembalikan ke kondensor,
sedanskan sisa gas yang tidak dapat dikondensasikan di buang ke udara.
Uap bekas masuk dari sisi atas kondensor dan kemudian akan terkondensasi dengan bantuan
cooling water. Level kondensat selalu dijaga dalam kondisi normal oleh dua buah main cooling water
pump (MCWP) lalu didinginkan dalam cooling water sebelum disirkulasikan kembali. Air yang
dipompakan oleh MCWP dijatuhkan dari bagian atas menara pendingin. Air ini akan mengalami
penurunan temperature dan tekanan dan ditampung di Cold Basin. Air dari kola mini dipergunakan
kembali untuk pendinginan uap keluaran turbin dan diinjeksikan kembali ke dalam sumur yang kurang
produktif.

Anda mungkin juga menyukai