Anda di halaman 1dari 4

OTOKRITIK SEBELUM MENGKRITIK

Oleh: Mardi Sahendra*

Pernahkah kita merasa dibohongi oleh pemimpin yang telah kita pilih dalam
pilkada? Jawabannya mungkin saja banyak dan berbeda. Namun bila kita cermati
disekeliling kita, maka kita akan menemui orang yang merasa dibohongi oleh calon yang
didukungnya, namun setelah terpilih calon tersebut, orang tadi menganggap bahwa calon
tadi telah melakukan tindakan korupsi. Ambil contoh yang terjadi pada pilkada gubernur
tahun 2005. sebutlah pelaksanaan tes cpns yang tidak sesuai dengan konsep awal, sanakkeluarga yang duduk dijajaran birokrasi yang satu daerah, pembangunan yang banyak
menimbulkan kebocoran, dan sebagainya. Ucapan ini seringkali muncul, walaupun susah
untuk dibuktikan. Yang jelas inilah opini kebanyakan masyarakat yang ada di propinsi
Bengkulu. Komentar-komentar negative seringkali terlontar dari mulut mereka walaupun
mereka sendiri sukar untuk membuktikannya. Siapakah yang perlu disalahkan dalam hal
ini? Pemilih atau yang dipilih?
Sudahlah kita tidak perlu saling menyalahkan diantara kita semua. Yang perlu
kita perbaiki dulu adalah diri kita masing-masing. Kita seringkali tidak menyadari bahwa
diri kita juga pernah melakukan korupsi, melakukan nepotisme, maupun kolusi. Hal
inilah yang jarang kita renungi. Kita hanya menginginkan orang lain berubah, tetapi kita
jarang sekali berusaha untuk merubah diri kita sendiri. Atau kita tidak pernah tahu apakah
diri kita bersalah atau tidak. Apakah kita pernah ditegur oleh nurani bahwa kita telah
melakukan kesalahan. Cobalah kita berpikir untuk melihat sisi terdalam dari diri kita
sendiri. Percuma saja kita mengkritik orang lain, tetapi diri kita sendiri tidak pernah
dikritik atau anti terhadap kritik itu sendiri. Kita hanya menginginkan orang itu dikritik,
tetapi pernahkah kita mengkritik diri kita sendiri? Atau kita merasa diri inilah yang paling
benar dan tidak perlu dikritik. Ayolah, jangan sombong dan sadarlah bahwa kita tidak
bisa membohongi diri kita sendiri setiap hari.
Menjadi seorang pemimpin bukanlah perkara gampang. Menjadi pemimpin itu
sangat sulit dan besar sekali tanggung jawabnya (kalau calon pemimpin itu sadar!).

menjadi pemimpin memerlukan pengorbanan besar baik harta, waktu, bahkan jiwa.
Seorang pemimpin memiliki waktu 24 jam sama dengan masyarakat biasa, bedanya
kualitas pemanfaatan waktu 24 jam tersebut. Seringkali seorang pemimpin yang menjadi
presiden, gubernur, walikota maupun bupati selalu menjadi sasaran empuk cacianmakian, kritikan, sumpah-serapah, masukan, bahkan pembunuhan dari masyarakatnya
sendiri.
Di sisi lain, masyarakat selalu dijadikan sapi perah, dieksploitir, dibohongi.
Namun tidak semua hal itu terjadi pada semua masyarakat maupun pemimpin. Ada juga
pemimpin dan masyrakat yang bermitra dalam hal positif untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa dan negara mereka.
Dalam konteks propinsi Bengkulu, saya sering mendengar ucapan yang
mengatakan bahwa gubernur Agusrin itu meminta fee 10 % dari proyek pembangunan
yang sedang dilaksanakan sekarang, bapak Agusrin juga disebutkan telah memasukan
sanak-keluarganya di jabatan-jabatan strategis di pemerintahan, sehingga ada istilah
Semua Dari Manna (SDM), Bengkulu selatan, yaitu tempat gubernur dilahirkan. Ada juga
yang mengatakan bahwa pembangunan yang dilakukan gubernur tidak konsisten dengan
rencana awal. Gubernur juga dikatakan telah menitipkan utang bagi anak-cucu yang ada
di propinsi Bengkulu. Akibatnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Bintang
Reformasi (PBR) yang mendukung Agusrin kena getahnya, termasuk wakil gubernur
Muhammad Syamlan yang terkenal sebagai ustadz kondang di Bengkulu.
Sebagai partai yang terkenal dengan gerakan moralitas dan keagamaan, PKS
mengalami penurunan image dari para simpatisan yang telah memilihnya kemarin.
Keputusan PKS untuk mengusung Agusrin dan Syamlan harus diakui merupakan pilihan
yang tepat karena perpaduan antara profesi pengusaha dan ustadz (guru). Pilihan ini
diharapkan dapat memajukan propinsi Bengkulu di bidang ekonomi dan juga
meningkatkan akhlak dari penduduknya. Sebuah perpaduan yang ideal.
Setelah berjalan sekian lama masyarakat menilai harapan tersebut jauh panggang
dari api. Akibatnya kepercayaan yang diberikan kepada mereka berdua menjadi turun dan
masyarakat menilai bahwa mereka telah dibohongi oleh Gubernur. Walaupun banyak
orang berharap Wagub dapat menyeimbangkan perilaku Gubernur, namun apalah daya
Wagub yang memiliki kewenangan yang terbatas.

Tentu kita semua masih ingat dengan pemecatan Wagub sebagai kordinator tes
CPNS. Semenjak itulah Agusrin telah menabuh genderang perang terhadap reformasi
yang telah lama digulirkan. Agusrin disebut-sebut tidak mampu membawa perubahan
yang selalu dijadikan jargon kampanyenya. Agusrin dianggap masih memiliki pola pikir
orde baru. Akhirnya harapan masyarakat yang begitu besar dan terlanjur dialamatkan
kepada Agusrin menjadi sirna. Efeknya masyarakat menilai pemimpinnya sama aja
dengan orde baru. Sudah pasti ditebak, hal ini pasti akan berimbas pada pemilu selanjut,
masyarakat berpikir untuk golput atau tidak memilih pada pilkada yang akan datang.
Kalau sudah begitu otomatis tingkat partisipasi politik mereka menjadi menurun.
Apesnya, jika yang ikut pilkada bukanlah seorang reformis, sudah dipastikan bangsa ini
akan flashback kembali pada zaman soeharto. Akankah kita merelakan hal itu terjadi
kembali? Padahal sudah berapa nyawa dan tenaga yang dikorbankan untuk menurunkan
soeharto

dari

tampuk

kepemimpinan.

Tapi ada pertanyaan lain yang mesti kita jawab, apakah Agusrin dan Syamlan itu
malaikat yang tidak punya nafsu dan tidak akan pernah berbuat dosa? Apakah kita
menganggap mereka adalah orang suci yang hanya beribadah dan tidak berbuat dosa?
Makhluk seperti apakah mereka kalau begitu? Kita seenaknya saja mengkritik mereka,
tetapi kita tidak pernah tahu bagaimana sulitnya membangun propinsi Bengkulu yang
heterogen dan tertinggal ini. Atau justru pola pikir kita yang primitif menyebabkan kita
menjadi miskin. Kita selalu menginginkan perubahan secara revolusioner bukan secara
gradual. Coba jika jabatan gubernur dan wakil gubernur itu kita yang menjalankannya?
Apakah sama dengan mereka, lebih buruk dari mereka, atau lebih baik dari mereka?
Pernahkah kita membayangkan hal tersebut? Saya berani mengatakan bahwa tidak ada
jaminan apapun kita lebih baik dari mereka. Yang ada hanyalah ucapan-ucapan dari mulut
yang tidak ada action-nya sama sekali, alias omong doang (omdo).
Saya menulis tulisan ini tidak ada maksud melakukan pembelaan terhadap siapasiapa, hanya mencoba mengkaji fenomena sosial yang ada disekeliling kita secara
objektif mungkin. Tidak ada tendensi apapun dalam tulisan ini. Tulisan ini lahir dari
sebuah keprihatinan yang mendalam betapa kita seringkali mengkritik seseorang namun
kita jarang sekali mengkritik dan memperbaiki diri kita sendiri. Lisan kita selalu berkata,
namun perkataan yang kita ucapkan jarang sekali yang baik dan berbobot.

Sekarang yang mesti kita lakukan adalah terus mengawali setiap proyek
pembangunan yang sedang berjalan. Kita harus proaktif untuk mengawasi proyek-proyek
tersebut dari awal sampai selesai. Kalau mereka bersalah kita harus ingatkan bahwa uang
itu bukan milik pribadi melainkan milik orang banyak. Jika mereka berprestasi dan benar
harus kita dukung dengan hati yang tulus dan ikhlas dan tidak boleh disembunyikan
pujian tersebut. Kita tidak boleh hanya menjadi penonton dari pembangunan. Kita harus
ikut serta memberikan sumbangsih yang positif dalam pembangunan daerah kita. Sebagai
contoh, jika gubernur ingin menjadikan Bengkulu sebagai kawasan wisata yang
dikunjungi oleh orang asing, maka akan kita dukung secara penuh. Tetapi jika
pembangun wisata internasional memberikan peluang yang besar untuk menjadi
Bengkulu kota pelacuran dan perjudian, wajib hukumnya bagi kita untuk menolaknya
secara mentah-mentah. Hal seperti inilah yang mesti kita lakukan agar pembangunan
Bengkulu berjalan sesuai hati nurani kita. Ini hanyalah contoh kecil dan masih banyak
contoh-contoh yang lain.
*Penulis adalah pengelola situs www.oelatboeloe.blogspot.com dan aktif di komunitas
Kaizen Writer Club (KWC) FISIP-UNIB.

Anda mungkin juga menyukai

  • Garuda Didadaku
    Garuda Didadaku
    Dokumen2 halaman
    Garuda Didadaku
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Filosofis Monyet Dan Ikan
    Filosofis Monyet Dan Ikan
    Dokumen1 halaman
    Filosofis Monyet Dan Ikan
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Saya Pamit Dan Undur Diri
    Saya Pamit Dan Undur Diri
    Dokumen2 halaman
    Saya Pamit Dan Undur Diri
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Disiplin Sholat
    Disiplin Sholat
    Dokumen3 halaman
    Disiplin Sholat
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Ekonomi Tanpa Utang
    Ekonomi Tanpa Utang
    Dokumen4 halaman
    Ekonomi Tanpa Utang
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Embargo Iran
    Embargo Iran
    Dokumen4 halaman
    Embargo Iran
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • The Election
    The Election
    Dokumen1 halaman
    The Election
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Heboh BS
    Heboh BS
    Dokumen3 halaman
    Heboh BS
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Brantas Korupsi
    Brantas Korupsi
    Dokumen1 halaman
    Brantas Korupsi
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • TK Jis
    TK Jis
    Dokumen3 halaman
    TK Jis
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Waktu
    Waktu
    Dokumen1 halaman
    Waktu
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Water Point
    Water Point
    Dokumen3 halaman
    Water Point
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Urwah Bin Zubair
    Urwah Bin Zubair
    Dokumen8 halaman
    Urwah Bin Zubair
    Mardi Sahendra Qolbu
    100% (1)
  • Tukang Parkir
    Tukang Parkir
    Dokumen2 halaman
    Tukang Parkir
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Masa Lalu
    Masa Lalu
    Dokumen3 halaman
    Masa Lalu
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Kembali Fitri
    Kembali Fitri
    Dokumen3 halaman
    Kembali Fitri
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Pemimpin Visioner
    Pemimpin Visioner
    Dokumen2 halaman
    Pemimpin Visioner
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Ekonomi Tanpa Utang
    Ekonomi Tanpa Utang
    Dokumen4 halaman
    Ekonomi Tanpa Utang
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Image War
    Image War
    Dokumen5 halaman
    Image War
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Fenomena AAC
    Fenomena AAC
    Dokumen3 halaman
    Fenomena AAC
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Gub Wagub Mundur
    Gub Wagub Mundur
    Dokumen3 halaman
    Gub Wagub Mundur
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Be Xo
    Be Xo
    Dokumen7 halaman
    Be Xo
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Brantas Korupsi
    Brantas Korupsi
    Dokumen1 halaman
    Brantas Korupsi
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Adelin Lis
    Adelin Lis
    Dokumen4 halaman
    Adelin Lis
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Belajar Dari Bayi Under1st
    Belajar Dari Bayi Under1st
    Dokumen1 halaman
    Belajar Dari Bayi Under1st
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Demi Waktu
    Demi Waktu
    Dokumen5 halaman
    Demi Waktu
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Deep Sea
    Deep Sea
    Dokumen2 halaman
    Deep Sea
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Be Xo
    Be Xo
    Dokumen7 halaman
    Be Xo
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Akibat Nila Setitik
    Akibat Nila Setitik
    Dokumen3 halaman
    Akibat Nila Setitik
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat