Anda di halaman 1dari 4

MEMBANGUN PEREKONOMIAN TANPA HUTANG?

Oleh: Mardi Sahendra*

Membangun

kekuatan

perekonomi

Republik

Indonesia

tanpa

hutang,

mungkinkah? Mungkin saja jika para pemimpin di Indonesia mempunyai kemauan


dan tekad yang kuat untuk itu. Tentunya hal ini bertentangan dengan keinginan
atau pernyataan Cawapres SBY, kita tidak perlu alergi dengan utang. Bagi saya,
hutang adalah hal yang patut dihindari dan hanya dijadikan sebagai alternatif
terakhir dari sekian banyak alternatif yang ada. Saya memang bukan ahli ekonomi,
tapi saya sangat yakin bahwa segelintir ekonom akan sepakat dengan tulisan saya
ini. Pernyataan awal dari tulisan ini boleh jadi terkesan subjektif. Namun, bukanlah
sesuatu yang dilarang untuk dibicarakan. Pernyataan ini timbul dari sebuah
pemikiran setelah melihat sebuah film. Sebuah film dimana sebuah Negara bisa
berdaulat dan mampu menjalankan roda pemerintahan dengan mandiri tanpa
intervensi Negara lain. Berdaulat bukan berarti harus menjadi sombong seperti
Amerika Serikat. Berdaulat tetap menjalin hubungan diplomatik yang baik dengan
semua Negara. Tidak mungkin sebuah Negara bisa maju jika dia menutup hubungan
diplomatik. Dahulu Jepang terkenal dengan kebijakan isolasi. Namun Jepang
menyadarinya dan dibuatlah kebijakan yang terkenal dengan nama Restorasi Meiji.
Saya juga mengetahui dari ajaran agama, bahwa hutang itu tidak baik bagi
seseorang atau kelompok maupun Negara. Walaupun hutang bukanlah barang tabu,
hendaklah semaksimal mungkin tetap menghindarinya. Sekali lagi, pernyataan saya
ini tentu sangat berlawanan arus dengan Professor Boediono yang mantan
Gubernur Bank Indonesia. Ilmu saya sangat mungkin tidak selevel dengan beliau,
namun saya sangat menyangsikan jika hutang dapat menjadi faktor pertumbuhan
ekonomi maupun keluar dari krisis global. Menurut saya, jika ide dari Pak Boed itu
dipakai pada saat dia terpilih, saya khawatir bangsa ini akan setback sewaktu
zaman Presiden Soeharto, hanya berbeda kemasan saja. Kalau rakyat kecil seperti
saya sudah cemas dengan ide Pak Boed, apalagi pakar ekonomi dan praktisi
ekonomi. Bagi saya, isu neoliberalisme yang sedang menerpa Pak Boed, bukanlah

omong kosong. Itu adalah sebuah realita. Namun janganlah anda tanyakan, apa
alasan saya mengatakah hal itu, karena saya bukanlah ekonom seperti ibu Aviliani
maupun Bapak Imam Sugema dan kawan-kawan. Saya hanya ingin mengatakan
bahwa pernyataan itu timbul dari alam pikiran saya sendiri yang bekerja dengan
cerdas, namun sulit untuk didefinisikan dengan bahasa akademik bidang ekonomi.
Saya tidak akan marah jika ada orang yang menertawakan pendapat dan alasan
saya ini, karena saya bukan ahli dibidangnya. Namun mengapa saya berani
menyuarakah masalah itu? Karena itu adalah hak saya sebagai warga Negara
Indonesia yang peduli terhadap kemandirian dan kedaulatan bangsa ini. Saya
adalah salah satu anak bangsa, yang tidak ingin bangsa ini kolaps dan tergadaikan
oleh keinginan neo-imperialisme.
Hendaknya para pemimpin bangsa ini harus banyak belajar dari pemimpin
bangsa lain. Apakah mereka tidak ingin belajar dari Presiden Iran, Mahmoud
Ahmadinejad? Apakah mereka tidak mau belajar dengan Presiden Kuba, Fidel Castro
(diteruskan oleh Raul Castro)? Dan apakah mereka tidak mau belajar dari Presiden
Venezuela, Hugo Chavez, dan Bolivia, Morales? Tolong, yang dilihat dari mereka
adalah kebaikanya untuk serius membangun kekuatan ekonomi tanpa intervensi
neo-imperialisme. Sekali lagi janganlah kita hanya membahas kejahatan atau
kediktatoran mereka, karena saat ini kita sedang membahas tentang kemandirian
dan kedaulatan bangsa Indonesia!
Bagaimana kita memulai mewujudkan impian itu? Saya tidak ingin berteori
dengan begitu banyak teorema-teorema yang complicated. Alam pikiran saya
mengatakan mulailah dari mengubah pola pikir anak bangsa dari mentalitas
penjajah. Mentalitas yang ingin dilayani dan lambat dalam bekerja. Ambillah contoh
sederhana, jangan tanamkan anak kita untuk menjadi pegawai negeri sipil! Apabila
ada yang tidak setuju dengan pernyataan ini, tidak masalah dan saya menganggap
dia mempunyai pendapat sendiri. Saya juga tidak mengharamkan orang untuk
menjadi pegawai negeri sipil. Namun saya lebih menghendaki, Indonesia lebih
banyak mencetak pengusaha-pengusaha yang banyak dibandingkan PNS. Rasio
perbandinganya adalah sepuluh banding tujuh. Artinya, diantara sepuluh orang
anak bangsa, tujuh orang adalah pengusaha. Terserah mau jadi pengusaha apa.

Pola pikir ini harus dirubah sejak anak-anak kita duduk dibangku sekolah
dasar. Pola pikir yang mengajarkan kepada mereka untuk mandiri menghidupi
dirinya sendiri dan orang lain. Tanamkanlah kepada mereka untuk menyediakan dan
membuat lapangan kerja setelah mereka tamat SMA atau perguruan tinggi. Jangan
lagi menanamkan di dalam pikiran mereka menjadi lulusan yang siap bekerja atau
siap pakai! Biarkan mereka berkreasi untuk mewujudkan mimpi mereka. Pupuk dan
peliharalah mereka menjadi wiraswasta-wiraswasta tangguh dan mendunia. Hal itu
harus juga dimulai dari peradaban terkecil, yaitu keluarga kita semua.
Semakin banyak lapangan kerja, semakin berkurang jumlah pengangguran.
Artinya, semakin sedikit angka pengangguran akan mengurangi beban Negara dari
biaya sosial yang tinggi. Selain akan mengurangi angka kriminalitas yang
berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan seseorang. Semakin banyak
penerimaan Negara dari ekspor, tentu akan menambah cadangan devisa Negara
dan mengurangi defisit anggaran. Jika devisa kita besar, tentu semakin sedikit
hutang yang kita perlukan. Semakin sedikit hutang maka kita akan semakin kuat
dan mandiri untuk menjalankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdaulat. Artinya semua itu akan berproses dari yang kecil dan akan terus
berproses dan saling berkaitan seperti sebuah sistem atau siklus.
Saya berkeyakinan, pasti tulisan saya ini akan dibaca oleh ekonom maupun
orang yang pakar dibidang ekonomi dan moneter. Bisa jadi setelah membaca
tulisan saya ini, beraneka rupa ekspresi dan respon akan muncul. Ada yang tertawa
sinis kepada saya karena berani menulis tentang ekonomi yang tidak berdasar. Ada
juga yang setuju dengan sedikit penambahan menurut pandangan ekonomi mereka.
Bisa juga ada yang terbengong-bengong dan bingung dengan tulisan saya. Bagi
saya, semua itu adalah sebuah dinamika dalam berpikir dan berpendapat. Apapun
ekspresi dan respon mereka, saya berketetapan, tidak akan memperdulikan karena
saya sebagai orang Indonesia juga ingin menyampaikan kepada pemimpin bangsa
ini sesuatu yang penting dengan bahasa saya sendiri. Jadi, saya meminta kepada
seluruh anak bangsa, untuk lebih cerdas dan cermat dalam menentukan pilihan
ketika berpartisipasi pada pemilihan presiden 2009.
Bagi saya, ini adalah pertaruhan besar yang akan menentukan nasib bangsa,
bukan hanya lima tahun ke depan, namun lebih dari itu. Saya bukan memprovokasi

anda, karena saya tidak pandai melakukan itu dan tidak mempunyai niat sebesar
atom sekalipun untuk mengagitasi anda. Siapalah saya, bagian dari sekian ratus
juta anak bangsa yang membutuhkan seorang pemimpin visioner dan mencintai
serta memiliki kasih sayang kepada kita semua. Besar harapan kita siapapun yang
terpilih bisa membuat bangsa ini mandiri dan berdaulat. Semua bangsa yang
memiliki perekonomian dan moneter yang fondasinya kokoh seperti karang di
lautan. Bangsa ini harus menjadi bangsa kuat dan maju. Sebuah bangsa yang bisa
membantu

bangsa

lain

untuk

ikut

sejahtera

bersama

Negara

kita

dalam

memberantas kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan keberpenyakitan.


Semua itu adalah tugas mulia, maka dari itu, marilah kita pilih sosok presiden yang
mampu mewujudkan cita-cita itu semua!
*Penulis adalah pengelola situs www.mardisahendra.blogspot.com dan Trainer
Kaizen Writer Club.

Anda mungkin juga menyukai

  • Garuda Didadaku
    Garuda Didadaku
    Dokumen2 halaman
    Garuda Didadaku
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Filosofis Monyet Dan Ikan
    Filosofis Monyet Dan Ikan
    Dokumen1 halaman
    Filosofis Monyet Dan Ikan
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Saya Pamit Dan Undur Diri
    Saya Pamit Dan Undur Diri
    Dokumen2 halaman
    Saya Pamit Dan Undur Diri
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Disiplin Sholat
    Disiplin Sholat
    Dokumen3 halaman
    Disiplin Sholat
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Ekonomi Tanpa Utang
    Ekonomi Tanpa Utang
    Dokumen4 halaman
    Ekonomi Tanpa Utang
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Embargo Iran
    Embargo Iran
    Dokumen4 halaman
    Embargo Iran
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • The Election
    The Election
    Dokumen1 halaman
    The Election
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Heboh BS
    Heboh BS
    Dokumen3 halaman
    Heboh BS
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Brantas Korupsi
    Brantas Korupsi
    Dokumen1 halaman
    Brantas Korupsi
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • TK Jis
    TK Jis
    Dokumen3 halaman
    TK Jis
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Waktu
    Waktu
    Dokumen1 halaman
    Waktu
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Water Point
    Water Point
    Dokumen3 halaman
    Water Point
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Urwah Bin Zubair
    Urwah Bin Zubair
    Dokumen8 halaman
    Urwah Bin Zubair
    Mardi Sahendra Qolbu
    100% (1)
  • Tukang Parkir
    Tukang Parkir
    Dokumen2 halaman
    Tukang Parkir
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Masa Lalu
    Masa Lalu
    Dokumen3 halaman
    Masa Lalu
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Kembali Fitri
    Kembali Fitri
    Dokumen3 halaman
    Kembali Fitri
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Pemimpin Visioner
    Pemimpin Visioner
    Dokumen2 halaman
    Pemimpin Visioner
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Gub Wagub Mundur
    Gub Wagub Mundur
    Dokumen3 halaman
    Gub Wagub Mundur
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Image War
    Image War
    Dokumen5 halaman
    Image War
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Demi Waktu
    Demi Waktu
    Dokumen5 halaman
    Demi Waktu
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Brantas Korupsi
    Brantas Korupsi
    Dokumen1 halaman
    Brantas Korupsi
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Be Xo
    Be Xo
    Dokumen7 halaman
    Be Xo
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Fenomena AAC
    Fenomena AAC
    Dokumen3 halaman
    Fenomena AAC
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Adelin Lis
    Adelin Lis
    Dokumen4 halaman
    Adelin Lis
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Belajar Dari Bayi Under1st
    Belajar Dari Bayi Under1st
    Dokumen1 halaman
    Belajar Dari Bayi Under1st
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Deep Sea
    Deep Sea
    Dokumen2 halaman
    Deep Sea
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Be Xo
    Be Xo
    Dokumen7 halaman
    Be Xo
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Bohong
    Bohong
    Dokumen4 halaman
    Bohong
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat
  • Akibat Nila Setitik
    Akibat Nila Setitik
    Dokumen3 halaman
    Akibat Nila Setitik
    Mardi Sahendra Qolbu
    Belum ada peringkat