Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
Diare akut didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang cair
sebanyak tiga kali atau lebih dalam sehari. Onset akut ditinjau dari lamanya gejala
diare yang tidak lebih atau sama dengan dari 14 hari. Kandungan air yang
terkandung pada feses melebihi dari jumlah normalnya yaitu 10mL/kg/hari pada
bayi dan anak kecil yang disebabkan karena adanya ketidak seimbangan fisiologi
absorbsi dari air, ion serta substrat organik lainnya.1
Diare akut pada anak biasanya disebabkan oleh infeksi pada usus besar
atau usus kecil atau keduanya. Beberapa kelainan dapat disebabkan oleh diare,
termasuk sindrom malabsorbsi dan enteropati. Diare akut pada umumnya dapat
hilang sendiri (self-limited), tetapi infeksi akut dapat memiliki durasi morbiditas
yang memanjang. Komplikasi utama dari diare akut adalah dehidrasi, dimana bila
tidak tertangani dengan baik hal ini dapat mengancam nyawa. 1
Pada negara berkembang, dilaporkan rata rata anak berumur kurang dari
lima tahun memiliki tiga kali episode diare pertahun, dan pada beberapa tempat
melaporkan bahwa angka ini meningkat enam sampai delapan kali pertahun. Pada
negara berkembang, malnutrisi merupakan faktor yang penting pada diare. Diare
yang berulang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan serta meningkatnya
resiko kematian.2 Kematian anak yang disebabkan oleh diare telah berkurang
dalam dua tahun belakangan ini. Hal ini dikarenakan pemberian rehidrasi oral
yang telah berkembang. Hal lain yang menyebabkan berkurangnya angka
kematian dikarenakan telah ditemukannya vaksin rotavirus. Seperti diketahui
bahwa penyebab terbesar diare pada anak adalah rotavirus, dengan adanya vaksin
ini diharapkan dapat menekan angka diare khususnya pada anak-anak. 1
Meskipun kematian yang disebabkan oleh diare menurun, tetapi angka ini masih
cukup tinggi. Saat ini diare pada anak merupakan kasus kedua tertinggi penyebab
kematian pada anak, dengan 18,6% dari 10.6 juta kematian pada anak dibawah
lima tahun pertahunnya. Meskipun angka mortalitas diare di seluruh dunia
menurun, tetapi angka morbiditas meningkat.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare akut merupakan buang air besar dengan frekuensi lebih dari
biasanya (lebih dari tiga kali sehari) yang disertai dengan perubahan konsistensi
feses (konsistensi menjadi lebih cair) dengan atau tanpa darah atau/dan lendir.
Kandungan air pada feses kira-kira lebih dari 10 ml/kg berat badan/hari pada bayi
atau 200 g/hari pada remaja dan dewasa. 1,3 Kandungan air yang berlebih ini
disebabkan karena adanya gangguan keseimbangan fisiologi dari proses yang
terjadi di usus halus dan usus besar, meliputi: absorbsi ion, bahan-bahan organik,
dan air.Sebagian besar diare berlangsung selama 7 hari, dan biasanya sembuh
sendiri (self limiting disease). Hanya 10% kasus yang berlanjut sampai 14 hari.
Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari disebut dengan diare akut.1,3,4
2.2 Epidemiologi
Di negara berkembang, pada anak-anak berusia kurang dari lima tahun ratarata terjadi tiga episode diare per anak per tahunnya, tetapi di beberapa negara
berkembang dilaporkan terjadi 6 8 episode diare per anak per tahunnya.1
Di Indonesia, diare merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak dan
saat ini masih menjadi masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi, terutama di
daerah pedesaan. Dalam 30 tahun terakhir, sejak 1983, diare yang dikategorikan
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) rata-rata terjadi 148 kasus per tahun.Separuh
dari wilayah Indonesia,terutama desa, tidak luput dari serangan diare. Walaupun
jumlah kasus cenderung turun dari waktu ke waktu, demikian pula dengan angka
insidennya, masalah ini masih merupakan isu kesehatan dasar. Meskipun angka
kesakitan diare yang dilaporkan dari tahun ke tahun menurun, akan tetapi diare
masih tetap perlu diwaspadai. Karena angka kesakitan yang sebenarnya dari hasil
survei masih tinggi, pada semua golongan umur hingga 411 per 1000 penduduk
pada tahun 2010.5 Kematian pada anak yang disebabkan diare masih sangat tinggi,
yaitu 42% pada bayi dan 25% pada balita.6
2.3 Etiologi

Etiologi dari diare akut dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yakni:
bakteri, virus, dan parasit. Beberapa agen penginfeksi masuk ke tubuh penderita
lewat makanan dan minuman yang dikonsumsi penderita (food borne disease).
E.coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella dan Vibrio cholera merupakan
beberapa contoh bakteri patogen yang menyebabkan epidemi diare pada anak.
Vibrio cholera yang adalah penyebab kolera merupakan salah satu dari kasus
epidemik dan sering diidentikkan dengan kematian pada anak, terutama pada
dewasa dan anak dengan usia yang lebih besar. Tiga penyebab utama diare cair
pada anak adalah infeksi Rotavirus, V. cholera dan E.coli. Penyebab paling utama
dari diare cair pada anak di bawah usia lima tahun adalah Rotavirus.4,5,8 Penyebab
utama diare yang disertai dengan perdarahan adalah Shigella (UNICEF, 2009;
WHO, 2009).
Tabel 2.1 Penyebab Diare Akut4

Infeksi

Infeksi usus (termasuk keracunan makanan)


Infeksi ekstra usus (otitis media akut, infeksi

Obat-obatan

saluran kemih, pneumonia)


Antibiotik

Alergi makanan

Obat-obatan lain
Cow's milk protein allergy (CMPA)
Alergi protein kedelai

Kelainan proses

Alergi makanan multiple


Defisiensi enzim sukrase/isomaltase

cerna/absorpsi
Hipolaktase awitan lambat (atau tipe dewasa)
Defisiensi vitamin
Defisiensi niasin
Tertelan logam berat
Co, Zn, cat
Penyebab utama diare dengan dehidrasi berat pada anak dibawah 5 tahun di
seluruh dunia adalah Rotavirus. Sebuah studi meta-analisis yang dilakukan oleh
Parashar menunjukkan bahwa infeksi rotavirus dapat menyebabkan 114 juta
episode diare, 24 juta kunjungan rawat jalan, 2,4 juta kunjungan rawat inap dan
610.000 kematian balita pada tahun 2004. Diperkirakan 82% kematian akibat
diare rotavirus terjadi pada negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika,
dimana akses kesehatan dan status gizi masih menjadi masalah.4

Diare dapat terjadi karena infeksi yang terjadi di luar usus. Infeksi di luar
usus yang sering disertai diare adalah otitis media akut, infeksi saluran kemih, dan
penyakit paru. Penggunaan beberapa macam obat, terutama antibiotik, sering
dihubungkan dengan infeksi Clostridium difficile. Alergi terhadap protein susu
sapi

(CMPA)

merupakan

salah

satu

diagnosis

banding

yang

perlu

dipertimbangkan selain sindrom malabsorpsi bila diare tidak sembuh dalam 10-14
hari. Diare juga dapat terkait dengan penggunaan antibiotik. Penggunaan
antibiotik dapat mengganggu keseimbangan flora normal usus sehingga bisa
mempermudah infeksi bakteri pathogen dan menyebabkan diare.5
Tabel 2.2 Patogen penyebab diare akut
Patogen
Virus
Rotavirus
Calcivirus
Astrovirus
Enteric type adenovirus
Bakteri
Campylobacter jejuni
Salmonella
Escherichia coli
Shigella
Yersinia enterocolitica
Clostridium difficile
Vibrio
para
haemolyticus
Vibrio cholera 01
Vibrio cholera non 01
Aeromonas hydrophilia
Parasit
Cryptosporidium
Giardia lamblia

2.4

Frekuensi kasus sporadik di Negara berkembang


(%)
25 40
1 20
49
68
37
35
03
12
02
01
02
13
13

Mekanisme Diare

Secara konseptual mekanisme terjadinya diare dibagi menjadi penurunan absorpsi


dan peningkatan sekresi.1-4 Biasanya mekanisme diare terjadi karena peningkatan

cairan dalam usus yang melebihi kapasitas absoprsi maksimum dalam usus. Diare
juga bisa diakibatkan oleh peningkatan motilitas usus yang mengakibatkan
pemendekan waktu transit (transit time). Selain itu penurunan motilitas juga dapat
memicu diare akibat pertumbuhan bakteri karena stasis.11,12,13 Ada 2 prinsip
mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekretorik dan osmotik.4
Tabel 2.3 Mekanisme diare akut3

Penurunan Absorpsi
Faktor mukosa
Perubahan keadaan mukosa
Fungsi belum sempurna
Penurunan luas permukaan
Atropi vili
Trauma brush border
Reseksi usus
Kelainan enzim spesifik dan transportasi
Defisiensi disakaridase
Defisiensi enterokianse
Kelainan transportasi ion (Na+ /H+, Cl- / HCO3-)
Faktor intralumen
Peningkatan osmolaritas
Larutan yang tidak dapat diserap
Makanan yang terlalu banyak
Pertumbuhan bakteri
Insufisiensi pancreas
Defisiensi garam empedu
Penyakit akibat parasit
Peningkatan Sekresi
Toksin bakteri (toksin Cholera, toksin E. Coli heat-liable dan heatstable)
Mediator inflamasi (eisosanoid, dan produk lain dari sel mast)

2.4.1

Diare Sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus

halus. Hal ini terjadi bila absropsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi

cairan yang mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja
cair. Hal ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare yang terjadi karena
infeksi, perubahan yang terjadi akibat adanya rangsangan pada mukosa usus oleh
toksin bakteri seperti Escherichia coli dan Vibrio cholera atau virus (rotavirus).
2.4.2

Diare Osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan

elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus
dengan cairan ekstraseluler. Dalam keadaan ini, diare dapat terjadi apabila suatu
bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa
larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorpsi
sehingga terjadi diare.2,5

Gambar 2.1 Skema Diare Osmotik dan Sekretorik5


Proses yang sama mungkin terjadi bila bahan terlarut adalah laktosa (pada anak
dengan defisiensi laktase) atau glukosa (pada anak dengan malabsorpsi
glukosa);kedua keadaan kadang-kadang merupakan komplikasi dari infeksi usus.
Bila substansi yang diabsorpsi dengan buruk misalnya berupa larutan hipertonik,
air (dan beberapa elektrolit) akan berpindah dari ekstraseluler ke dalam lumen
usus hingga osmolaritas dari isi usus sama dengan ekstraseluler dan darah. Hal ini

menaikkan volume tinja, dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan


tubuh.2,5,10
2.5 Manifestasi Klinis
2.5.1 Anamnesis
Hal-hal dasar yang perlu ditanyakan kepada pasien untuk menggali
informasi-informasi untuk kepentingan penegakan diagnosis, yaitu:

Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna, konsentrasi


tinja, lendir dan/darah dalam tinja, dan bau tinja.

Penyerta diare: Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran


menurun, buang air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.

Jumlah cairan yang masuk selama diare.

Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,


mengkonsumsi makanan yang tak biasa.

Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.

Anamnesis anak dengan gejala diare akut perlu dimulai dengan mengambil
informasi yang mungkin mengarahkan pada penyakit lain dengan presentasi klinis
yang mirip dengan diare akut. Gejala respiratori seperti batuk, sesak nafas atau
takipneu mengarahkan pada adanya penyakit dasar pneumonia. Adanya sakit
telinga mungkin merupakan gejala otitis media akut. Frekuensi berkemih, urgensi,
dan nyeri saat berkemih mengarahkan pada pielonefritis. Anamnesis yang baik
dapat menjadi petunjuk kemungkinan penyebab diare tanpa harus melakukan
pemeriksaan penunjang.4
Tujuan anamnesis selanjutnya adalah untuk menilai beratnya gejala dan
resiko komplikasi seperti dehidrasi. Pertanyaan spesifik mengenai frekuensi,
volume dan lamanya muntah serta diare, diperlukan untuk menentukan derajat
kehilangan cairan dan gangguan elektrolit yang terjadi.4

2.5.2 Pemeriksaan fisik


Terdapat dua tujuan utama pemeriksaan fisik pada penderita diare. Pertama,
mencari tanda- tanda penyakit penyerta, kedua adalah untuk memperkirakan

derajat dehidrasi pada penderita diare. Faktor penting penyebab morbiditas dan
mortalitas pada diare akut dan muntah adalah ketidak akuratan penilaian terhadap
defisit cairan dan kehilangan cairan. Gejala dan tanda dehidrasi perlu ditemukan
untuk menententukan derajat dehidrasi pada anak (Tabel 3).
Tabel 3. Penilaian Derajat Dehidrasi Akut Menurut WHO.4
Tanda dan Gejala
Tanpa
ANAMNESIS
Diare

1-3x

Derajat Dehidrasi
Ringan/Sedang

Berat

3x atau lebih

Terus menerus

Muntah

Tidak ada atau

Kadang-kadang

banyak
Biasanya sering

Rasa Haus

sedikit
Tidak ada atau

Haus

Haus sekali atau

sedikit

tidak mau

Kencing

Normal

Sedikit, pekat

minum
Tidak kencing

Nafsu

Normal

Nafsu makan

(6 jam)
Nafsu makan

berkurang, aktifitas

tidak ada, anak

menurun

sangat lemas.

makan/aktifitas

PEMERIKSAAN
FISIK
a.Inspeksi
KU

Baik

Mengantuk/Gelisah Gelisah/tidak

Mata
Air Mata
Mulut/lidah
Napas

Normal
Ada
Basah
Normal

Cekung
Tidak ada
Kering
Lebih cepat kering

sadar
Sangat cekung
Tidak ada
Sangat kering
Cepat dan dalam

b. Palpasi
Turgor

Kembali cepat

Kembali pelan

Kembali sangat

Lebih cepat

pelan (>2 detik)


Sangat

Nadi

Normal

cepat/tidak
teraba

Ubun-ubun

Normal

Cekung

Sangat cekung

c. Kehilangan

Sedikit

5-9%

>10%

berat badan
Kesimpulan

2/lebih gejala:

2/lebih gejala:

2/lebih gejala:

Dehidrasi (-)

Dehidrasi ringan

dehidrasi berat

sedang.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan jika ditemukan diare dengan dehidrasi
berat. Jika diarenya hanya disertai dehidrasi ringan sedang ataupun diare tanpa
dehidrasi, pemeriksaan penunjang tidak dilakukan. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan meliputi: pemeriksaan elektrolit serum, nitrogen urea, kadar gula darah
dan analisis gas darah. Pemeriksaan mikrobiologi dan virology dilakukan jika
hasilnya dapat dijadikan acuan untuk mengganti tata laksana.
Pemeriksaan antigen rotavirus dapat mengkonfirmasi penyebab, tetapi tidak
mengubah tata laksana. Pemeriksaan antigen Giardia dan apusan feses untuk telur
dan parasit umumnya tidak diperlukan, kecuali diare berlanjut lebih dari sepuluh
hari atau ada riwayat paparan.4
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut. Apabila ada tandatanda yang mengarah pada intoleransi laktosa dan kecurigaan amebiasis,
pemeriksaan feses dilakukan.
Aspek-aspek yang dinilai pada pemeriksaan tinja adalah:

Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau

Mikroskospis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri

Kimia: pH, Clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)

Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut

Analisis gas darah dan elektrolit dilakukan bila secara klinis dicurigai
adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
2.7 Penatalaksanaan
Menurut WHO ada lima lintas penatalaksanaan diare, yakni: cairan
rehidrasi, zinc, nutrisi, antibiotic yang tepat, dan edukasi.

2.7.1 Oral Rehydration Therapy


Penatalaksanaan diare meliputi lima hal, yakni: cairan rehidrasi oral, zinc,
nutrisi, antibiotic yang tepat, dan edukasi. Pada kebanyakan kasus, terapi yang
paling efektif adalah oral rehydration therapy (ORT).Hanya saja ORT tidak bisa
dipakai pada kasus diare akut yang disertai dehidrasi berat. Terapi farmakologis
jarang digunakan untuk terapi pada diare akut.4
Rehidrasi yang dilakukan pada penderita diare tanpa dehidrasi adalah
dengan memberikan larutan oralit dengan osmolaritas rendah. Larutan oralit yang
digunakan untuk rehidrasi pada diare tanpa dehidrasi sejumlah 10 ml/kgBB dan
diberikan setiap kali buang air besar.
ORT yang digunakan pada kasus diare akut dengan dehidrasi ringansedang disesuaikan dengan berat badan pasien. Volume ORT atau oralit yang
diberikan sejumlah 75 ml/KgBB. Jika ada Buang Air Besar (BAB) berikutnya
diberikan oralit sejumlah 10 ml/KgBB. Pada bayi yang masih mengkonsumsi Air
Susu Ibu (ASI), ASI dapat diberikan. Jika bayi kurang dari enam bulan dan tidak
mendapatkan ASI karena berbagai kondisi dapat diberikan 100 - 200 ml air masak
ataupun susu formula.4
Pada diare yang disertai dengan dehidrasi berat diperlukan upaya rehidrasi
dengan cairan infus. Untuk bayi dengan usia kurang dari 12 bulan diberikan
cairan ringer laktat sejumlah 30 ml/KgBB dalam satu jam, yang diulangi bila nadi
masih lemah ataupun tidak teraba. Jika nadi sudah teraba kuat maka diberikan
ringer laktat sejumlah 70 ml/KgBB dalam lima jam.
Untuk anak berusia lebih dari satu tahun dengan dehidrasi berat, diberikan
ringer laktat sejumlah 30 ml/KgBB dalam setengah sampai satu jam. Jika nadi
masih lemah ataupun tidak teraba, langkah pertama ini diulangi lagi. Jika nadi
sudah teraba kuat dilanjutkan dengan ringer laktat sejumlah 70 ml/KgBB dalam
dua setengah sampai tiga jam.
Penilaian dilakukan setiap satu sampai dua jam.Jika rehidrasi belum
tercapat rate cairan intravena ditingkatkan. Oralit segera diberikan (5
ml/KgBB/jam) jika penderita bisa minum, biasanya tiga sampai empat jam untuk
bayi dan satu sampai dua jam untuk balita. Untuk bayi dievaluasi enam jam
berikutnya, sedangkan untuk anak-anak dievaluasi tiga jam berikutnya.

2.7.2 Zinc
Suplementasi zinc berfungsi untuk mengurangi durasi, mengurangi
keparahan, dan mengurangi episode terjadinya diare terutama di negara-negara
berkembang.8 Berdasarkan penelitian yang diadakan oleh INCLAN Child Net
Zinc Effectiveness for Diarrhea Group, ditemukan bahwa suplementasi zinc tidak
mengganggu rehidrasi oral dan mengurangi penggunaan medikasi lain dalam
penatalaksanaan diare akut.9
Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut
didasarkan kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi
saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare.
Zinc terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang
air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi
pada anak. Zinc diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak
mengalami diare dengan dosis: umur < 6 bulan : 10 mg per hari, umur > 6 bulan
20 mg per hari.
Zinc telah dikenali berperan di dalam metallo-enzymes, polyribosomes,
selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan penting di dalam pertumbuhan sel dan
fungsi kekebalan. Sazawal S dkk melaporkan pada bayi dan anak lebih kecil
dengan diare akut, suplementasi zinc secara klinis penting dalam menurunkan
lama dan beratnya diare.5,7,10
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama
dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama dua sampai tiga bulan.
Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Dosis zinc untuk anak-anak:

Anak di bawah umur 6 bulan: 10 mg (1/2 tablet) per hari

Anak di atas umur 6 bulan: 20 mg (1 tablet) per hari

Efek zinc sehingga zinc dapat digunakan

untuk mengurangi durasi,

mengurangi keparahan, dan mengurangi episode terjadinya diare antara lain:

Zinc merupakan kofaktor enzim superoxide dismutase (SOD)

Zinc berperan sebagai antioksidan

Zinc mampu menghambat sintesis Nitric Oxide (NO), yang pada


akhirnya menyebabkan sekresi air dan elektrolit

Zinc berperan dalam penguatan sistem imun

Zinc juga berperan dalam aktivasi limfosit T

Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus.10

2.7.3 Nutrisi
ASI dan makanan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi
yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak
tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi dengan frekuensi
yang lebih banyak (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat, buah-buahan
diberikan terutama pisang.10
Makanan per oral diberikan sesegera mungkin saat kondisi sudah
membaik.8,10,11 Rekomendasi pemberian makanan secepatnya pada tata laksana
diare akut terutama ditekankan pada meneruskan pemberian ASI dan makanan
sehari-hari.12 Hal ini dapat mencegah terjadinya gangguan gizi, menstimulasi
perbaikan usus, dan mengurangi derajat serta lamanya penyakit.10,13
Anak yang lebih besar yang telah menerima bermacam variasi makanan
sebaiknya diberikan makanan yang seimbang, cukup energi, dan mudah dicerna.
Karbohidrat kompleks seperti: nasi, mie, kentang, roti, biskuit dan pisang
sebaiknya diberikan sejak awal, kemudian ditambahkan sayuran dan daging
matang.9,10 Makanan yang perlu dihindari adalah yang mengandung gula
sederhana seperti minuman ringan (soft drink), jus buah kental, minuman
mengandung kafein, dan sereal yang dilapisi gula. 9,10 Berikan makanan yang
mudah dicerna, rendah serat, dan tidak merangsang.
2.7.4 Antimikroba selektif
Jika penderita diare termasuk penderita yang imunokompeten, terapi
antimikroba diberikan pada kondisi-kondisi:1

Agen penginfeksi adalah Vibrio cholerae, Shigella species, dan Giardia

Lamblia.
Jika diare bertahan dalam jangka waktu yang lama dengan agen penyebab

diare yang dicurigai adalah Enteropathogenic E coli.


Jika agen penginfeksi Enteroinvasive E coli yang secara serologi, genetik,
dan patogenisitasnya sama dengan infeksi Shigella.

Agen penyebab diare adalah Yersinia pada penderita dengan sickle cell

disease.
Infeksi Salmonella pada bayi dengan usia yang sangat muda, terjadi
peningkatan temperatur tubuh di atas normal atau ditemukannya kultur
darah positif.
Jika ada indikasi diatas digunakan antibiotika yang selektif. Antibiotika

yang diberikan bila ada indikasi:


1. Penyebab kolera
Umur > 7 tahun: Tetrasiklin 50 mg/KgBB/hari, dibagi

empat dosis, selama 2 3 hari.


Semua umur : Trimetoprim (TMP) 8 mg/KgBB/hari
Sulfamethoxazole (SMX) 40 mg/KgBB/hari, dibagi dua

dosis, selama tiga hari.


2. Disentri
Anak-anak: Trimetoprim (TMP) 10 mg/KgBB/hari
Sulfamethoxazole (SMX) 50 mg/KgBB/hari, dibagi dua
dosis, selama lima hari, atau Ampisilin 50 mg/KgBB/hari,

dibagi empat dosis selama lima hari.


Bayi: Eritromisin 25 mg/KgBB/hari, dibagi empat dosis,

selama tiga hari.


3. Giardiasis
Antibiotika yang dipilih adalah Metronidazole dengan dosis 30
50 mg/KgBB/hari dibagi tiga dosis sehari.
4. Amebiasis
Antibiotika pilihan adalah Metronidazole dengan dosis 30 50
mg/KgBB/hari dibagi tiga dosis sehari.
2.7.5 Edukasi
Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan
kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau
minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam tiga
hari. Orang tua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.
Langkah promotif/preventif:
Pemberian ASI eksklusif tetap diberikan sampai usia enam bulan

Sterilisasi botol susu bila bayi oleh karena suatu sebab tidak mendapat
ASI
Penyediaan dan penyimpanan makanan anak/bayi secara bersih
Gunakan air bersih dan matang untuk minum
Mencuci tangan sebelum menyiapkan dan memberi makanan
Membuang tinja di jamban
Imunisasi campak
Makanan seimbang untuk menjaga status gizi yang baik
ASI, susu formula, dan makanan harus dilanjutkan selama diare dan
ditingkatkan setelah diare sembuh
Terdapat beberapa tatalaksana lain yang sering diberikan selain
penatalaksanaan diare yang telah disebutkan diatas. Pemberian antiemetik,
antimotilitas, dan antidiare sebagai pengobatan diare kurang bermanfaat bahkan
dapat menyebabkan komplikasi yang serius.12,13 Pada bayi berusia kurang dari tiga
bulan, pemberian obat antispasmolitik dan antisekretorik tidak diberikan. Obat
pengeras tinja tidak bermanfaat dan tidak perlu untuk diberikan. 4 Obat-obatan
tersebut tidak mengurangi volume tinja ataupun memperpendek lama sakit. Efek
sedasi atau anoreksia yang ditimbulkan akan mengurangi keberhasilan terapi
rehidrasi oral.12
Penanganan diare akut lainnya adalah dengan probiotik dan prebiotik.
Probiotik merupakan organisme hidup yang dalam dosis tertentu efektif dalam
mengatasi diare akut pada anak-anak. Berdasarkan studi yang telah dilakukan
probiotik memberikan hasil yang baik dalam mengatasi diare akut. 1 Probiotik
yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan diare yang disebabkan oleh
Rotavirus pada anak-anak adalah Lactobacillus GG, Sacharomyces boulardii,
serta Lactobacillus reuteri.
Probiotik memiliki manfaat dalam mengurangi durasi dari watery
diarrhea. Berdasarkan studi, probiotik efektif untuk mengurangi durasi diare yang
disebabkan oleh virus tetapi tidak efektif untuk mengurangi durasi diare yang
disebabkan oleh bakteri (Guandalini). Selain berfungsi dalam hal mengurangi
durasi diare, probiotik juga mengurangi penyebaran infeksi Rotavirus.1
Mekanisme probiotik sebagai tata laksana diare melalui produksi substansi

antimicrobial, modifikasi dari toksin, mencegah penempelan agen penginfeksi


saluran cerna, dan stimulasi sistem imun.14
Prebiotik adalah bahan makanan yang tahan dari enzim-enzim pencernaan
sehingga tidak dapat dicerna oleh tubuh serta secara selektif mempengaruhi
perkembangan flora saluran cerna yang bermanfaat untuk tubuh sehingga dapat
meningkatkan kesehatan tubuh. Selain mempengaruhi perkembangab flora yang
bermanfaat, prebiotik berguna dalam mencegah infeksi karena hasil fermentasinya
menghasilkan asam organik sehingga dapat menurunkan pH saluran cerna.15
2.8 Prognosis
Dengan penatalaksanaan diare yang baik, prognosisnya baik. Kematian
pada penderita diare disebabkan oleh dehidrasi berat dan malnutrisi sekunder.
Prognosis menjadi buruk setelah terjadinya malnutrisi dan malabsorbsi sekunder,
kecuali penderita mendapat perawatan di rumah sakit dan mendapatkan nutrisi
parenteral. Neonatus dan infant muda merupakan kelompok yang beresiko
terjadinya sindrom dehidrasi, malnutrisi, dan malabsorpsi. Meskipun angka
kematian rendah di negara berkembang, anak-anak dapat meninggal karena
komplikasi yang ada.10,12
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat diare diantaranya: 4,10 hipernatremia,
hiponatremia, demam, overhidrasi, asidosis metabolic, hipokalemia, ileus paralitik,
kejang, malabsorpsi dan intoleransi laktosa, malabsorpsi glukosa, muntah dan gagal
ginjal akut
2.10 Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekaloral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada
cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif
meliputi:
a) Pemberian ASI yang benar.

b) Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping


ASI
c) Penggunaan air bersih yang cukup
d) Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan
e) Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
f) Membuang tinja bayi dengan benar.
2. Memperbaiki daya tahan tubuh penderita
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
anak dan dapat mengurangi resiko diare antara lain:
a) Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun.
b) Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi
makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi
anak.
c) Imunisasi campak.4,7,9

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama
: TNK
Tanggal lahir
: 21 Februari 2014
Umur
: 2 tahun 0 bulan 16 hari
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Jl. Letda Winda No. 9 Kayumas DA

Agama
Pendidikan
No. RM
Tanggal MRS
Tanggal pemeriksaan

: Islam
:: 14012545
: 5 Maret 2016 pukul 13.10 WITA
: 8 Maret 2016

3.2 ANAMNESIS (Ibu Kandung Pasien)


Keluhan utama
Buang air besar cair
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke triage anak RSUP Sanglah pada tanggal 5 Maret 2016
pada pukul 13.10 WITA dengan keluhan utama buang air besar cair yang
dikeluhkan muncul mulai Jumat, 4 Maret 2016. Buang air besar dikatakan
cair dan bercampur dengan sedikit ampas. Selain itu juga dikatakan terlihat
berlendir dengan warna kekuningan disertai sedikit busa dengan frekuensi
hingga 4-5 kali per hari dengan volume 1/3 ukuran aqua gelas. BAB pasien
juga dikatakan tidak bercampur darah. Keluhan ini dirasakan muncul sejak
siang hari, pada pagi harinya pasien buang air besar sebanyak 1 kali tetapi
tidak secair seperti pada siang hari. Makan terakhir yang dikonsumsi oleh
pasien adalah nasi, buah, dan susu. Keluhan pasien ini tidak membaik dengan
istirahat. Gejala lain yang meyertai keluhan pasien adalah adanya muntah,
demam, dan nafsu makan menurun.
Keluhan muntah dikatakan muncul berdekatan dengan mulainya pasien
buang air besar cair. Pasien dikatakan muntah dengan frekuensi 3-4 kali per
hari terutama saat pasien selesai diberikan makan dan minum. Muntah
dikatakan dengan volume sekitar 1/4 gelas aqua berisi air susu ataupun
makanan yang dimakan. Keluhan pasien ini tidak membaik dengan istirahat
atau dengan pemberian asupan makanan yang lain.
Keluhan lain yang dikatakan dialami oleh pasien adalah demam. Keluhan
ini muncul pertama kali sebelum pasien buang air besar cair dan muntahmuntah yaitu sekitar pukul 07.00 WITA. Panas dikatakan sumer-sumer lalu
tinggi tetapi ibu pasien tidak mengetahui berapa suhu tertinggi yang sempat
diperiksa. Pada hari Jumat sore pasien dibawa ke Rumah Sakit Puri Raharja
dan mendapatkan obat untuk menurunkan panas. Panas badan dikatakan

sempat sedikit turun tetapi kembali naik lagi disertai mencret dan muntah
hingga akhirnya pasien dibawa ke UGD RSUP Sanglah.
Pasien juga dikatakan nafsu makannya menurun semenjak buang air
besar cair dan muntah-muntah. Awalnya pasien biasa makan nasi, bubur, dan
minum susu, namun setelah keluhan muncul pasien terlihat enggan untuk
makan. Sesekali pasien hanya ingin minum air, namun setelah minum pasien
muntah lagi. Sehingga pasien saat itu terlihat lemas dan aktivitasnya
berkurang.
Keluhan lain seperti batuk, pilek, kejang, ataupun sesak nafas disangkal
oleh ibu pasien. BAK (+) pada pasien setiap kali buang air besar. BAK
terakhir dikatakan 11 jam yang lalu dengan volume sebanyak 1/4 aqua gelas.
Saat pemeriksaan tanggal 8 Maret 2016 kondisi pasien sudah tampak
membaik. BAB pasien dikatakan sudah tidak cair lagi. Pasien juga tidak
mengalami demam ataupun muntah-muntah lagi. Nafsu makan pasien mulai
mambaik meskipun pasien masih terlihat agak lemas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dikatakan tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
dan dikatakan belum pernah masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Dikatakan bahwa tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami
keluhan BAB cair ataupun demam. Riwayat penyakit lain dalam keluarga juga
disangkal
Riwayat Pengobatan
Pada tanggal 4 Maret 2016 pasien diperiksakan ke Rumah Sakit Puri
Raharja dan mendapatkan obat Praxion dan Narfoz untuk menghilangkan
keluhan pasien dan diminum 3 kali sehari.
Riwayat Sosial

Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Sehari-hari pasien


merupakan anak yg aktif. Pasien termasuk anak yang jarang sakit. Kakakkakak paien dikatakan sehat.
Riwayat Prenatal
-

Antenatal Care (ANC) dikatakan teratur dan dilakukan setiap bulan di


bidan dan dokter spesialis kandungan.

Dikatakan pernah dilakukan USG sebanyak 2 kali di dokter spesialis


kandungan, dengan hasil tidak ada perdarahan dan tidak tampak adanya
kelainan.

Hari pertama haid terakhir tidak diingat ibu pasien.

Riwayat penggunaan obat sedasi, analgesi ataupun anastesi disangkal


oleh ibu

Riwayat Intranatal
-

Ibu pasien melahirkan pasien secara section caesaria ditolong oleh


dokter spesialis kandungan dengan umur kehamilan 38 minggu. Berat
badan lahir 2800 gram, panjang badan 48 cm dan lingkar kepala
dikatakan lupa. Saat lahir dikatakan pasien langsung menangis.

Tidak ada riwayat perdarahan, gawat janin, dan demam.

Riwayat Penyakit Ibu


Demam saat kehamilan, hipertensi dalam kehamilan, anemia, diabetes
melitus, penyakit paru kronis, penyakit hati dan ginjal, penyakit kolagen dan
pembuluh darah,dan perdarahan, disangkal oleh ibu pasien.
Riwayat Imunisasi
- Hepatitis B 4 kali
- BCG 1 kali
- DPT 3 kali
- Campak 1 kali
- Polio 4 kali
Riwayat Nutrisi
Pasien dikatakan hanya mendapatkan ASI sampai dengan usia 1 bulan dan
diberikan sesuai keinginan pasien. Pasien mulai mendapatkan susu formula

sejak usia 0 bulan dengan frekuensi 3 kali/hari. Pasien mendapatkan bubur


susu sejak usia 6 bulan dengan frekuensi 2-3 kali/hari hingga saat ini. Pasien
mulai diberikan nasi tim sejak usia 8 bulan dengan frekuensi 2-3 kali/hari, dan
mulai diperkenalkan dengan makanan dewasa sejak usia 11 bulan dengan
frekuensi 1-2 kali/hari.
Riwayat Tumbuh Kembang
-

Menegakkan kepala
Membalik badan
Duduk
Merangkak
Berdiri
Berjalan
Bicara

: 3 bulan
: 5 bulan
: 6 bulan
: 9 bulan
: 11 bulan
: 11 bulan
: 12 bulan

Riwayat Alergi, Operasi, dan Transfusi


Pasien dikatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, obat,
dan lainnya. Pasien juga tidak pernah menjalani operasi ataupun mendapatkan
tranfusi.
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Present

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran umum

: Compos Mentis E4 V5 M6

Nadi

: 108 kali/menit, regular, isi cukup

Respirasi

: 28 kali/menit

Suhu axilla

: 36,7 oC

Saturasi O2

: 98% pada udara ruangan

Skala Nyeri

:0

Status Antropometri :

Berat Badan Lahir

: 2800 gram

Panjang Badan Lahir

: 48 cm

Berat Badan Sekarang

: 12 kg

Tinggi Badan

: 95 cm

Berat Badan Ideal

: 14 kg

Lingkar Kepala

: 48 cm

Lingkar Lengan Atas

: 13 cm

Berat Badan/Umur

: z score 0 sampai -2

Tinggi Badan/Umur

: z score 2 sampai 3

Berat Badan/Tinggi Badan

: z score -2 sampai -1

Waterlow

: 85 % gizi kurang

Kebutuhan nutrisi

Kebutuhan kalori

: 1400 kkal/hari

Kebutuhan protein

: 21 gram/hari

Kebutuhan cairan

: 1100 ml/hari

Status Generalis

Kepala
Mata

Leher
THT

: Normosefali, Ubun-ubun besar : datar


: Konjungtiva pucat (-), hiperemi (-), sekret (-)
Sclera ikterik (-/-), pupil isokor (+)
Mata cowong (+/+)
Refleks cahaya : +/+, edema (-), katarak (-)
: Pembesaran kelenjar (-)
: Telinga: sekret (-),
Hidung: nafas cuping hidung (-),
Tenggorokan : faring hiperemis (-)
Lidah : secret (-); Bibir : mukosa kering (+), sianosis (-)
Tonsil : T1/T1

Thorax
Cor

: Simetris (+)
Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis tidak teraba

Perkusi

: batas atas jantung ICS II, batas kanan jantung


parasternal line dekstra, batas kiri jantung
midclavicular line sinistra ICS V

Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)


Pulmo :

Inspeksi

: Simetris saat statis & dinamis, retraksi (-)

Palpasi

: Vokal fremitus N|N


N|N
N|N

Perkusi

: sonor | sonor
sonor | sonor
sonor | sonor

Auskultasi : vesikuler +|+, ronkhi

-|-, wheezing -|-

+|+,

-|-,

-|-

+|+,

-|-,

-|-

Abdomen
Inspeksi

: Distensi (-), Ascites (-)

Auskultasi : Bising usus (+) meningkat


Palpasi

: Nyeri tekan (-), Turgor kembali lambat (+), Hepar


tidak teraba, Lien tidak teraba, Massa tidak teraba.

Perkusi

3.4

: Timpani, Troube Space : timpani

Kulit

: Turgor kembali lambat (+), eritema perianal (-)

Genital

: Tidak ada kelainan

Inguinal

: Pembesaran kelenjar (-)

Ekstremitas

: Akral hangat pada keempat ekstremitas, edema (-),


sianosis (-), CRT < 2 detik

Kelainan bawaan : Tidak ada


DIAGNOSIS SEMENTARA
Diare akut dehidrasi ringan-sedang et causa suspect viral dd/ bakteri + Gizi
kurang

3.5

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan DL, FL dan Kimia Klinik
berupa CRP

Hasil Pemeriksaan DL (5 Maret 2016, Pk. 12.40 WITA)


Pemeriksaan
WBC
NE%
LY%
MO%
EO%
BA%
LUC%
NE#
LY#
MO#
EO#
BA#
LUC#
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV

Hasil

Satuan

5.02
28.6
51.7
6.8
0.2
0.6
12.1
1.43
2.59
0.34
0.01
0.03
0.61
5.11
12.4
40.6
79.4
24.2
30.5
11.6
202
6.7

10^3/L
%
%
%
%
%
%
10^3/L
10^3/L
10^3/L
10^3/L
10^3/L
10^3/L
10^6/L
g/dL
%
fL
g/dL
g/dL
%
10^3/L
fL

Nilai
Rujukan
6.00 - 14.00
18.30 - 47.10
30.0 - 64.30
0.0 - 7.10
0.00 - 5.0
0.0 - 0.70
0.0 - 4.0
1.10 - 6.60
1.80 - 9.00
0.0 - 1.0
0.0 - 0.70
0.0 - 0.10
0.0 - 0.4
4.10 - 5.3
12.0 - 16.0
36.00 - 49.00
78.0 - 102.0
25.00 - 35.00
31 36
11.6 - 18.7
140 440
6.80 - 10.0

Remarks
Rendah

Tinggi

Tinggi

Rendah
Rendah

Rendah

Dari hasil pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukopenia.


Hasil Pemeriksaan Faeces Lengkap (5 Maret 2016, Pk. 12.40 WITA)

Makroskopis
Warna
Darah
Konsistensi
Lendir

Kuning
Negatif
Cair
Positif

Mikroskopis
Eritrosit
Leukosit

Negatif
Negatif

Amoeba
Vegetatif
Kista
Telor Cacing
- Lain-lain

Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

Dari hasil pemeriksaan faeces lengkap didapatkan gambaran makroskopis


faeces berwarna kuning dengan konsistensi cair dan berisi lendir.
Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik (5 Maret 2016, Pk. 12.40 WITA)
Pemeriksaan
CRP

Hasil

Satuan

0.6

mg/L

Nilai
Rujukan
0.00 - 5.00

Remarks

Dari hasil pemeriksaan kimia klinik berupa cek kadar CRP didapatkan kadar
CRP dalam batas normal.
3.6

DIAGNOSIS KERJA
Diare akut dehidrasi ringan-sedang et causa viral dd/ baktri + Gizi kurang

3.7

PENATALAKSANAAN
Pasien gagal URO
Rehidrasi KAEN 3B 75 ml/kgBB 900 ml habis dalam 3 jam 100
tetes makro/menit
Kebutuhan cairan 1100 ml/hari IVFD KAEN 3B 15 tetes makro/menit
Cairan

hiperosmolar

(oralit)

mencret/muntah
Zinc 20 mg @ 24 jam IO

10

ml/kgBB

120

ml

setiap

Paracetamol 10 mg/kgBB/kali 120 mg ~ 1 cth jika Tax 38o C per


oral + kompres hangat dapat diulang @ 4 jam
Kebutuhan kalori 1400 kkal/hari
Kebutuhan protein 21 g/hari
Plan of care:
Monitoring vital sign dan keluhan
Balance cairan
3.8

FOLLOW UP PASIEN

Tanggal/Waktu
5 Maret 2016 /
17.00 WITA)

S (Subjective), O (Objective, A
(Assessment/ICD-X), P (Planning)
S : BAK (+), diare 1 kali di triage
anak, makan sedikit-sedikit
O : St. Present :
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 100x/menit, regular, isi
cukup
RR : 26 x/menit
Tax : 37oC
St. General:
Kepala : Normosefali, UUB
datar
Mata : Anemis (-/-), Icterus (-/-),
Cowong (-/-)
THT : Mukosa bibir basah
Thorax : Simetris (+), Retraksi
(-)
Cor : S1S2 tunggal, regular,
murmur (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh
-/Abdomen : Distensi (-), BU (+)
meningkat, turgor
kembali cepat.
Ekstremitas : akral hangat (+),

Instruksi
-

Kebutuhan cairan
maintenance 1100
ml/hari ~ IVFD KAEN
3B 1100 ml/hari ~ 15
tetes makro/menit

Kebutuhan kalori
1400 kkal/hari, protein
21 gram/hari diet nasi
3 x I porsi

Zinc elemental 20
mg @ 24 jam oral

Paracetamol 120
mg (cth I) bila suhu
38oC + kompres hangat,
dapat diulangi @ 4 jam

Oralit hipoosmolar
120 ml @
mencret/muntah per oral

Konsul TS
Gastrohepatologi sebagai
DPJP TS Gastro acc
sebagai DPJP

CRT 2 detik
A : Diare akut dehidrasi ringansedang (terehidrasi) et causa
suspek viral dd/ bakteri + Gizi
kurang
P:
-

Diagnostik : cek FL bila ada


bahan
Terapi : suportif cairan
adekuat & nutrisi adekuat,
pemberian zinc elemental 10-14
hari, pemberian antipiretik.

6 Maret 2016 /
06.00 WITA)

S : Demam (-), Diare (+) 1 kali di


ruangan, Mual (+), Muntah (+)
@ minum, minum air/susu (+)
O : St. Present :
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 100x/menit, regular, isi
cukup
RR : 26 x/menit
Tax : 37,3oC

Kebutuhan cairan
maintenance 1100
ml/hari ~ IVFD KAEN
3B 1100 ml/hari ~ 15
tetes makro/menit

Kebutuhan kalori
1400 kkal/hari, protein
21 gram/hari diet nasi
3 x I porsi

Zinc elemental 20
St. General:
mg @ 24 jam oral
Kepala : Normosefali, UUB
Paracetamol 120
datar
mg (cth I) bila suhu
Mata : Anemis (-/-), Icterus (-/-),
38oC + kompres hangat,
Cowong (-/-)
dapat diulangi @ 4 jam
THT : Kesan tenang
Thorax : Simetris (+), Retraksi
Oralit hipoosmolar
(-)
120 ml @
Cor : S1S2 tunggal, regular,
mencret/muntah per oral
murmur (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh
-/Abdomen : Distensi (-), BU (+)
meningkat, turgor
kembali cepat.
Ekstremitas : akral hangat (+),

CRT 2 detik
A : Diare akut dehidrasi ringansedang (terehidrasi) et causa
viral + Gizi kurang
P:
-

Diagnostik : cek DL pagi ini


Terapi : suportif cairan
adekuat & nutrisi adekuat,
pemberian zinc elemental 10-14
hari, pemberian antipiretik.
Monitor : Vital sign,
keluhan, dan balance cairan
Balance Cairan :
CM : 1000 cc
CK : 500 cc
IWL : 300 cc
PU : 1,73 cc/kgBB/jam
BC : (+) 200 cc

7 Maret 2016 /
06.00 WITA)

S : Demam (-), Diare (+) 1 kali di


Kebutuhan cairan
ruangan, Muntah (-), makan (+),
maintenance 1100
minum (+)
ml/hari ~ IVFD KAEN
3B 1100 ml/hari ~ 15
O : St. Present :
tetes makro/menit
Kesadaran : Compos mentis
Kebutuhan kalori
Nadi : 100x/menit, regular, isi
1400 kkal/hari, protein
cukup
21 gram/hari diet nasi
RR : 24 x/menit
3 x I porsi
Tax : 36,8oC
Zinc elemental 20
St. General:
mg @ 24 jam oral
Kepala : Normosefali, UUB
Paracetamol 120
datar
mg (cth I) bila suhu
Mata : Anemis (-/-), Icterus (-/-),
38oC + kompres hangat,
Cowong (-/-)
dapat diulangi @ 4 jam
THT : Kesan tenang
Thorax : Simetris (+), Retraksi
Oralit hipoosmolar
(-)
120 ml @
Cor : S1S2 tunggal, regular,
mencret/muntah per oral
murmur (-)

Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh


-/Abdomen : Distensi (-), BU (+)
meningkat, turgor
kembali cepat.
Ekstremitas : akral hangat (+),
CRT 2 detik
A : Diare akut dehidrasi ringansedang (terehidrasi) et causa
suspek viral dd/ bakteri + Gizi
kurang
P:
-

Diagnostik : cek FL bila ada


bahan
Terapi : suportif cairan
adekuat & nutrisi adekuat,
pemberian zinc elemental 10-14
hari, pemberian antipiretik.
Monitor : Vital sign,
keluhan, dan balance cairan
Balance Cairan : 23.00 06.00
CM : 200 cc
CK : 100 cc
IWL : 41,56 cc
PU : 2,5 cc/kgBB/jam
BC : (+) 58,44 cc

BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien adalah pasien baru yang diantar ke UGD RSUP Sanglah pada tanggal
5 Maret 2016. Pasien didiagnosis dengan diare akut dengan dehidrasi ringansedang. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan
fisik, dan penunjang laboratorium.
Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan dari ibu pasien bahwa anaknya
mengalami buang air besar dengan konsistensi cair sebanyak 4-5 kali dalam sehari
disertai muntah dan demam. Buang air besar cair dikatakan sejak satu hari
sebelum masuk rumah sakit (4 Maret 2016). Hal ini sesuai dengan pengertian dan
teori mengenai diare yaitu buang air besar dengan frekuensi lebih dari biasanya
(lebih dari tiga kali sehari) yang disertai dengan perubahan konsistensi feses
(konsistensi menjadi lebih cair) dengan atau tanpa darah atau/dan lendir. Dalam
IDAI (2009) disebutkan salah satu keluhan penyerta pada diare adalah muntah hal

27

ini juga terjadi pada pasien ini. Perjalanan penyakit hingga saat dilakukan
pemeriksaan ialah 1 hari dimana hal ini menunjukkan diare akut, sesuai dengan
teori yang ada bahwa diare akut adalah diare yang terjadi kurang dari 14 hari. 15
Muntah merupakan gejala non spesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan
oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas. Saat
diperiksakan ke Rumah Sakit Puri Raharja pasien dikatakan demam namun Ibu
pasien tidak tahu pasti berapa suhunya. Penyebab dari diare dapat berupa
intoleransi makanan maupun infeksi. Adanya gejala demam tinggi pada pasien
mengarahkan adanya tanda infeksi pada pasien yang kemungkinan menjadi
penyebab dari diare. Beberapa mekanisme dasar yang dapat menimbulkan diare
diantaranya adalah adanya gangguan osmotik pada usus, gangguan sekresi pada
usus, dan gangguan penyerapan dari usus. Adanya infeksi dapat menyebabkan
ketiga jenis gangguan tersebut. Endotoksin yang berasal dari infeksi bakteri dapat
menyebabkan gangguan sekresi. Invasi virus pada dinding usus dapat merusak
epitel-epitel usus dan menyebabkan penurunan kemampuan penyerapan dari usus.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal kecuali adanya mata
cowong, mukosa bibir kering, bising usu meningkat dan turgor kulit kembali
lambat. Komplikasi yang paling utama dari diare adalah dehidrasi. Dehidrasi pada
pasien diakibatkan oleh meningkatnya frekuensi buang air besar dan
meningkatnya jumlah cairan tubuh yang terbuang bersama dengan tinja pada saat
pasien buang air besar. Sesuai dengan klasifikasi derajat dehidrasi dari WHO
pasien tersebut tergolong dehidrasi ringan-sedang, dimana pasien buang air besar
lebih dari 3x dalam sehari, pasien terlihat masih bisa minum, nafsu makan dan
aktifitas yang menurun, mata terlihat cowong, dan turgor kulit yang sedikit
melambat. 4
Pemeriksaan penunjang dapat membantu untuk meneggakan etiologi dari
diare. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan darah lengkap, kimia klinik berupa
CRP dan feses lengkap. Dari pemeriksaan penunjang darah lengkap dan
pemeriksaan kadar CRP yang dilakukan tidak ditemukan adanya tanda tanda
infeksi seperti adanya leukositosis dan peningkatan kadar CRP, namun hal ini
tidak menutup kemungkinan bahwa pasien tidak terkena infeksi baik oleh virus
ataupun bakteri. Dengan pemeriksaan feses lengkap, diharapkan dapat membantu

untuk menilai feses secara makroskopis maupun mikroskopis sehingga dapat


menentukan penyebab diare. Pada pemeriksaan mikroskopis feses lengkap tidak
ditemukan adanya leukosit. Dari gambaran makroskopis feses berwarna kuning
dengan konsistensi cair dan berisi lendir. Berdasarkan data yang di dapat dari
pasien, pasien kemudian didiagnosis dengan diare akut dehidrasi ringan-sedang
ec. viral dd/ bacterial infection.
Prisip penatalaksanaan diare secara garis besar terdiri atas, terapi penggantian
cairan tubuh yang hilang melalui terapi rehidrasi, pemberian zinc, dan mengganti
elektrolit yang hilang bersamaan dengan diare. Pada pasien ini penatalaksaan
diberikan segera setelah ditemukan tanda dehidrasi dimana pasien diberikan terapi
cairan melalui IVFD karena gagal dengan upaya rehidrasi oral. Karena pasien
mengalami dehidrasi ringan-sedang pasien diberikan rehidrasi cairan KAEN 3B
sebanyak 900 ml dalam 3 jam pertama dengan 100 tetes makro/menit. Setelah
rehidrasi berhasil selanjutnya pasien diberikan cairan maintenance sesuai
kebutuhan tubuhnya yaitu sebanyak 1100 ml/hari dengan IVFD KAEN 3B 15
tetes makro/menit. Selain itu pasien juga diberikan cairan hipoosmolar (oralit) 10
ml/kgBB/kali setara 120 ml setiap mencret/muntah. Pemberian rehidrasi per oral
menjadi pilihan utama dalam terapi menggantikan cairan dan elektrolit yang
hilang pada diare. Pemberian cairan rehidrasi oral dengan osmolaritas rendah telah
terbukti memperpendek durasi diare dan mengurangi cairan intravena untuk
rehidrasi.
Pasien diberikan pemenuhan kebutuhan energi 1400 kkal/hari dan kebutuhan
protein 21 g/hari. Pemberian diet pada pasien diare dilakukan dengan tujuan
memberikan nutrisi dengan jumlah dan komposisi adekuat, sehingga dapat
mencukupi metabolisme rumatan. Jika anak masih menyusui, pemberian ASI
dapat dilanjutkan selama anak diare.
Pasien juga diberikan Zinc 20 mg @ 24 jam secara oral. Fungsi zinc pada
pasien diare adalah menjaga integritas mukosa usus melalui fungsinya dalam
regenerasi sel dan stabilitas membran sel.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah edukasi orang tua pasien untuk
membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan kesehatan bila ditemukan hal
sebagai berikut : demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit, sangat haus,
diare makin sering, atau belum membaik dalam tiga hari. Selain itu orang tua dan

pengasuh juga diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar, mencuci tangan
sebelum menyiapkan dan memberi makanan kepada pasien

BAB V
KESIMPULAN
Diare akut merupakan buang air besar dengan frekuensi lebih biasanya
(lebih dari tiga kali sehari) yang disertai dengan perubahan konsistensi feses
(konsistensi menjadi lebih cair) dengan atau tanpa darah atau/dan lendir. Di
Indonesia, diare merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak dan saat ini
masih menjadi masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi, terutama di daerah
pedesaan.
Etiologi patogen dari diare akut dapat dibagi menjadi tiga golongan besar,
yakni : bakteri, virus, dan parasit. Mekanisme diare dibagi menjadi diare
sekretorik dan diare osmotik. Penegakan diagnosis diare dapat dilakukan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan mencari etiologi dengan pemeriksaan penunjang
laboratorium.
Menurut WHO ada lima lintas penatalaksanaan diare, yakni: cairan
rehidrasi, zinc, nutrisi, antibiotik yang tepat, dan edukasi.
Pada pasien laki-laki berusia 2 tahun ini didapatkan gejala dan tanda-tanda
yang serupa dengan manifestasi klinis diare akut dengan rehidrasi ringan-sedang
et causa virus dd/ bakteri dan didukung oleh pemeriksaan fisik dan penunjang
yang telah dilakukan. Berdasarkan prosedur penatalaksanaan diare akut dengan
dehidrasi ringan-sedang saat ini pasien menjalani perawatan di rumah sakit dan

mendapatkan terapi yang bersifat simptomatis dan suportif. Melihat kondisi


pasien saat ini, prognosis penyakit pasien mengarah ke dubius ad bonam.

Daftar Pustaka

1. Agtini MD, Soenarto S. Situasi Diarea di Indonesia. Buletin Jendela data


dan Informasi Kesehatan. Triwulan II. Kementerian Kesehatan RI. 2011.
P3-44.
2. Juffrie M, Soenarto SY, Oswari H, dkk. Buku Ajar GastroenterologiHepatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010 h. 87-120
3. Craven L, Editor. Pediatric Gastrointestinal Disease. Edisi Ke-Dua Jilid 1.
Missouri:Mosby;2009. h. 251-260.
4. Pedoman Pelayan Medis Kesehatan Anak RSUP Sanglah. Edisi Tahun
2011. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak/FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar
5. Walker A, Durie PR, Hamilton JR, Walker-Smith JA, Watkins JB.
Pediatric

Gastrointestinal

Disease.

Edisi

Ke-Tiga.

Canada:BC

Decker;2008. h. 28-36.
6. Juffrie Mohammad, Mulyani Sri Nenny, Modul Diare UKK GastroHepatologi IDAI, 2009:143
7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (2009), Buku kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, Percetakan
Infomedika: Jakarta. Hal. 283-312.

8. Departemen Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia 2003. Jakarta


Depkes RI 2009.
9. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Pedoman Pelayanan Medis Kesehatan
Anak. 2011. RSUP Sanglah; Denpasar.
10. Kemenkes. Pengendalian diare di Indonesia. Buletin jendela data
&informasi kesehatan. Volume 2.Triwulan 2. 2011.
11. Soenarto, Sri Suparyati. Vaksin Rotavirus untukpencegahandiare.
Buletinjendela data &informasi kesehatan. Volume 2.Triwulan 2. 2011.
12. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis :DiareAkut.
2010. Jilid 1. p. 58-62.
13. Anonymous. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan
Anak. RSUP Nasional DR. Cipto Mangunkusumo. 2007.
14. Ignatius Sudigbia. Tinjauan Terapi Nutrisi pada Diare Anak. Dibacakan
dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar. Semarang: 1994.
15. Antonius HP, Badriul H, Setyo H. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Donter Anak Indonesia. 2009.
16. Hannif, Nenny SM, Susy K. Faktor Risiko Diare Akut pada Balita. Berita
Kedokteran Masyarakat. Vol 27 no.1. 2011.

Anda mungkin juga menyukai