PENDAHULUAN
Diare akut didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang cair
sebanyak tiga kali atau lebih dalam sehari. Onset akut ditinjau dari lamanya gejala
diare yang tidak lebih atau sama dengan dari 14 hari. Kandungan air yang
terkandung pada feses melebihi dari jumlah normalnya yaitu 10mL/kg/hari pada
bayi dan anak kecil yang disebabkan karena adanya ketidak seimbangan fisiologi
absorbsi dari air, ion serta substrat organik lainnya.1
Diare akut pada anak biasanya disebabkan oleh infeksi pada usus besar
atau usus kecil atau keduanya. Beberapa kelainan dapat disebabkan oleh diare,
termasuk sindrom malabsorbsi dan enteropati. Diare akut pada umumnya dapat
hilang sendiri (self-limited), tetapi infeksi akut dapat memiliki durasi morbiditas
yang memanjang. Komplikasi utama dari diare akut adalah dehidrasi, dimana bila
tidak tertangani dengan baik hal ini dapat mengancam nyawa. 1
Pada negara berkembang, dilaporkan rata rata anak berumur kurang dari
lima tahun memiliki tiga kali episode diare pertahun, dan pada beberapa tempat
melaporkan bahwa angka ini meningkat enam sampai delapan kali pertahun. Pada
negara berkembang, malnutrisi merupakan faktor yang penting pada diare. Diare
yang berulang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan serta meningkatnya
resiko kematian.2 Kematian anak yang disebabkan oleh diare telah berkurang
dalam dua tahun belakangan ini. Hal ini dikarenakan pemberian rehidrasi oral
yang telah berkembang. Hal lain yang menyebabkan berkurangnya angka
kematian dikarenakan telah ditemukannya vaksin rotavirus. Seperti diketahui
bahwa penyebab terbesar diare pada anak adalah rotavirus, dengan adanya vaksin
ini diharapkan dapat menekan angka diare khususnya pada anak-anak. 1
Meskipun kematian yang disebabkan oleh diare menurun, tetapi angka ini masih
cukup tinggi. Saat ini diare pada anak merupakan kasus kedua tertinggi penyebab
kematian pada anak, dengan 18,6% dari 10.6 juta kematian pada anak dibawah
lima tahun pertahunnya. Meskipun angka mortalitas diare di seluruh dunia
menurun, tetapi angka morbiditas meningkat.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare akut merupakan buang air besar dengan frekuensi lebih dari
biasanya (lebih dari tiga kali sehari) yang disertai dengan perubahan konsistensi
feses (konsistensi menjadi lebih cair) dengan atau tanpa darah atau/dan lendir.
Kandungan air pada feses kira-kira lebih dari 10 ml/kg berat badan/hari pada bayi
atau 200 g/hari pada remaja dan dewasa. 1,3 Kandungan air yang berlebih ini
disebabkan karena adanya gangguan keseimbangan fisiologi dari proses yang
terjadi di usus halus dan usus besar, meliputi: absorbsi ion, bahan-bahan organik,
dan air.Sebagian besar diare berlangsung selama 7 hari, dan biasanya sembuh
sendiri (self limiting disease). Hanya 10% kasus yang berlanjut sampai 14 hari.
Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari disebut dengan diare akut.1,3,4
2.2 Epidemiologi
Di negara berkembang, pada anak-anak berusia kurang dari lima tahun ratarata terjadi tiga episode diare per anak per tahunnya, tetapi di beberapa negara
berkembang dilaporkan terjadi 6 8 episode diare per anak per tahunnya.1
Di Indonesia, diare merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak dan
saat ini masih menjadi masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi, terutama di
daerah pedesaan. Dalam 30 tahun terakhir, sejak 1983, diare yang dikategorikan
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) rata-rata terjadi 148 kasus per tahun.Separuh
dari wilayah Indonesia,terutama desa, tidak luput dari serangan diare. Walaupun
jumlah kasus cenderung turun dari waktu ke waktu, demikian pula dengan angka
insidennya, masalah ini masih merupakan isu kesehatan dasar. Meskipun angka
kesakitan diare yang dilaporkan dari tahun ke tahun menurun, akan tetapi diare
masih tetap perlu diwaspadai. Karena angka kesakitan yang sebenarnya dari hasil
survei masih tinggi, pada semua golongan umur hingga 411 per 1000 penduduk
pada tahun 2010.5 Kematian pada anak yang disebabkan diare masih sangat tinggi,
yaitu 42% pada bayi dan 25% pada balita.6
2.3 Etiologi
Etiologi dari diare akut dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yakni:
bakteri, virus, dan parasit. Beberapa agen penginfeksi masuk ke tubuh penderita
lewat makanan dan minuman yang dikonsumsi penderita (food borne disease).
E.coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella dan Vibrio cholera merupakan
beberapa contoh bakteri patogen yang menyebabkan epidemi diare pada anak.
Vibrio cholera yang adalah penyebab kolera merupakan salah satu dari kasus
epidemik dan sering diidentikkan dengan kematian pada anak, terutama pada
dewasa dan anak dengan usia yang lebih besar. Tiga penyebab utama diare cair
pada anak adalah infeksi Rotavirus, V. cholera dan E.coli. Penyebab paling utama
dari diare cair pada anak di bawah usia lima tahun adalah Rotavirus.4,5,8 Penyebab
utama diare yang disertai dengan perdarahan adalah Shigella (UNICEF, 2009;
WHO, 2009).
Tabel 2.1 Penyebab Diare Akut4
Infeksi
Obat-obatan
Alergi makanan
Obat-obatan lain
Cow's milk protein allergy (CMPA)
Alergi protein kedelai
Kelainan proses
cerna/absorpsi
Hipolaktase awitan lambat (atau tipe dewasa)
Defisiensi vitamin
Defisiensi niasin
Tertelan logam berat
Co, Zn, cat
Penyebab utama diare dengan dehidrasi berat pada anak dibawah 5 tahun di
seluruh dunia adalah Rotavirus. Sebuah studi meta-analisis yang dilakukan oleh
Parashar menunjukkan bahwa infeksi rotavirus dapat menyebabkan 114 juta
episode diare, 24 juta kunjungan rawat jalan, 2,4 juta kunjungan rawat inap dan
610.000 kematian balita pada tahun 2004. Diperkirakan 82% kematian akibat
diare rotavirus terjadi pada negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika,
dimana akses kesehatan dan status gizi masih menjadi masalah.4
Diare dapat terjadi karena infeksi yang terjadi di luar usus. Infeksi di luar
usus yang sering disertai diare adalah otitis media akut, infeksi saluran kemih, dan
penyakit paru. Penggunaan beberapa macam obat, terutama antibiotik, sering
dihubungkan dengan infeksi Clostridium difficile. Alergi terhadap protein susu
sapi
(CMPA)
merupakan
salah
satu
diagnosis
banding
yang
perlu
dipertimbangkan selain sindrom malabsorpsi bila diare tidak sembuh dalam 10-14
hari. Diare juga dapat terkait dengan penggunaan antibiotik. Penggunaan
antibiotik dapat mengganggu keseimbangan flora normal usus sehingga bisa
mempermudah infeksi bakteri pathogen dan menyebabkan diare.5
Tabel 2.2 Patogen penyebab diare akut
Patogen
Virus
Rotavirus
Calcivirus
Astrovirus
Enteric type adenovirus
Bakteri
Campylobacter jejuni
Salmonella
Escherichia coli
Shigella
Yersinia enterocolitica
Clostridium difficile
Vibrio
para
haemolyticus
Vibrio cholera 01
Vibrio cholera non 01
Aeromonas hydrophilia
Parasit
Cryptosporidium
Giardia lamblia
2.4
Mekanisme Diare
cairan dalam usus yang melebihi kapasitas absoprsi maksimum dalam usus. Diare
juga bisa diakibatkan oleh peningkatan motilitas usus yang mengakibatkan
pemendekan waktu transit (transit time). Selain itu penurunan motilitas juga dapat
memicu diare akibat pertumbuhan bakteri karena stasis.11,12,13 Ada 2 prinsip
mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekretorik dan osmotik.4
Tabel 2.3 Mekanisme diare akut3
Penurunan Absorpsi
Faktor mukosa
Perubahan keadaan mukosa
Fungsi belum sempurna
Penurunan luas permukaan
Atropi vili
Trauma brush border
Reseksi usus
Kelainan enzim spesifik dan transportasi
Defisiensi disakaridase
Defisiensi enterokianse
Kelainan transportasi ion (Na+ /H+, Cl- / HCO3-)
Faktor intralumen
Peningkatan osmolaritas
Larutan yang tidak dapat diserap
Makanan yang terlalu banyak
Pertumbuhan bakteri
Insufisiensi pancreas
Defisiensi garam empedu
Penyakit akibat parasit
Peningkatan Sekresi
Toksin bakteri (toksin Cholera, toksin E. Coli heat-liable dan heatstable)
Mediator inflamasi (eisosanoid, dan produk lain dari sel mast)
2.4.1
Diare Sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absropsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi
cairan yang mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja
cair. Hal ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare yang terjadi karena
infeksi, perubahan yang terjadi akibat adanya rangsangan pada mukosa usus oleh
toksin bakteri seperti Escherichia coli dan Vibrio cholera atau virus (rotavirus).
2.4.2
Diare Osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus
dengan cairan ekstraseluler. Dalam keadaan ini, diare dapat terjadi apabila suatu
bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa
larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorpsi
sehingga terjadi diare.2,5
Anamnesis anak dengan gejala diare akut perlu dimulai dengan mengambil
informasi yang mungkin mengarahkan pada penyakit lain dengan presentasi klinis
yang mirip dengan diare akut. Gejala respiratori seperti batuk, sesak nafas atau
takipneu mengarahkan pada adanya penyakit dasar pneumonia. Adanya sakit
telinga mungkin merupakan gejala otitis media akut. Frekuensi berkemih, urgensi,
dan nyeri saat berkemih mengarahkan pada pielonefritis. Anamnesis yang baik
dapat menjadi petunjuk kemungkinan penyebab diare tanpa harus melakukan
pemeriksaan penunjang.4
Tujuan anamnesis selanjutnya adalah untuk menilai beratnya gejala dan
resiko komplikasi seperti dehidrasi. Pertanyaan spesifik mengenai frekuensi,
volume dan lamanya muntah serta diare, diperlukan untuk menentukan derajat
kehilangan cairan dan gangguan elektrolit yang terjadi.4
derajat dehidrasi pada penderita diare. Faktor penting penyebab morbiditas dan
mortalitas pada diare akut dan muntah adalah ketidak akuratan penilaian terhadap
defisit cairan dan kehilangan cairan. Gejala dan tanda dehidrasi perlu ditemukan
untuk menententukan derajat dehidrasi pada anak (Tabel 3).
Tabel 3. Penilaian Derajat Dehidrasi Akut Menurut WHO.4
Tanda dan Gejala
Tanpa
ANAMNESIS
Diare
1-3x
Derajat Dehidrasi
Ringan/Sedang
Berat
3x atau lebih
Terus menerus
Muntah
Kadang-kadang
banyak
Biasanya sering
Rasa Haus
sedikit
Tidak ada atau
Haus
sedikit
tidak mau
Kencing
Normal
Sedikit, pekat
minum
Tidak kencing
Nafsu
Normal
Nafsu makan
(6 jam)
Nafsu makan
berkurang, aktifitas
menurun
sangat lemas.
makan/aktifitas
PEMERIKSAAN
FISIK
a.Inspeksi
KU
Baik
Mengantuk/Gelisah Gelisah/tidak
Mata
Air Mata
Mulut/lidah
Napas
Normal
Ada
Basah
Normal
Cekung
Tidak ada
Kering
Lebih cepat kering
sadar
Sangat cekung
Tidak ada
Sangat kering
Cepat dan dalam
b. Palpasi
Turgor
Kembali cepat
Kembali pelan
Kembali sangat
Lebih cepat
Nadi
Normal
cepat/tidak
teraba
Ubun-ubun
Normal
Cekung
Sangat cekung
c. Kehilangan
Sedikit
5-9%
>10%
berat badan
Kesimpulan
2/lebih gejala:
2/lebih gejala:
2/lebih gejala:
Dehidrasi (-)
Dehidrasi ringan
dehidrasi berat
sedang.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan jika ditemukan diare dengan dehidrasi
berat. Jika diarenya hanya disertai dehidrasi ringan sedang ataupun diare tanpa
dehidrasi, pemeriksaan penunjang tidak dilakukan. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan meliputi: pemeriksaan elektrolit serum, nitrogen urea, kadar gula darah
dan analisis gas darah. Pemeriksaan mikrobiologi dan virology dilakukan jika
hasilnya dapat dijadikan acuan untuk mengganti tata laksana.
Pemeriksaan antigen rotavirus dapat mengkonfirmasi penyebab, tetapi tidak
mengubah tata laksana. Pemeriksaan antigen Giardia dan apusan feses untuk telur
dan parasit umumnya tidak diperlukan, kecuali diare berlanjut lebih dari sepuluh
hari atau ada riwayat paparan.4
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut. Apabila ada tandatanda yang mengarah pada intoleransi laktosa dan kecurigaan amebiasis,
pemeriksaan feses dilakukan.
Aspek-aspek yang dinilai pada pemeriksaan tinja adalah:
Analisis gas darah dan elektrolit dilakukan bila secara klinis dicurigai
adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
2.7 Penatalaksanaan
Menurut WHO ada lima lintas penatalaksanaan diare, yakni: cairan
rehidrasi, zinc, nutrisi, antibiotic yang tepat, dan edukasi.
2.7.2 Zinc
Suplementasi zinc berfungsi untuk mengurangi durasi, mengurangi
keparahan, dan mengurangi episode terjadinya diare terutama di negara-negara
berkembang.8 Berdasarkan penelitian yang diadakan oleh INCLAN Child Net
Zinc Effectiveness for Diarrhea Group, ditemukan bahwa suplementasi zinc tidak
mengganggu rehidrasi oral dan mengurangi penggunaan medikasi lain dalam
penatalaksanaan diare akut.9
Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut
didasarkan kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi
saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare.
Zinc terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang
air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi
pada anak. Zinc diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak
mengalami diare dengan dosis: umur < 6 bulan : 10 mg per hari, umur > 6 bulan
20 mg per hari.
Zinc telah dikenali berperan di dalam metallo-enzymes, polyribosomes,
selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan penting di dalam pertumbuhan sel dan
fungsi kekebalan. Sazawal S dkk melaporkan pada bayi dan anak lebih kecil
dengan diare akut, suplementasi zinc secara klinis penting dalam menurunkan
lama dan beratnya diare.5,7,10
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama
dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama dua sampai tiga bulan.
Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Dosis zinc untuk anak-anak:
2.7.3 Nutrisi
ASI dan makanan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi
yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak
tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi dengan frekuensi
yang lebih banyak (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat, buah-buahan
diberikan terutama pisang.10
Makanan per oral diberikan sesegera mungkin saat kondisi sudah
membaik.8,10,11 Rekomendasi pemberian makanan secepatnya pada tata laksana
diare akut terutama ditekankan pada meneruskan pemberian ASI dan makanan
sehari-hari.12 Hal ini dapat mencegah terjadinya gangguan gizi, menstimulasi
perbaikan usus, dan mengurangi derajat serta lamanya penyakit.10,13
Anak yang lebih besar yang telah menerima bermacam variasi makanan
sebaiknya diberikan makanan yang seimbang, cukup energi, dan mudah dicerna.
Karbohidrat kompleks seperti: nasi, mie, kentang, roti, biskuit dan pisang
sebaiknya diberikan sejak awal, kemudian ditambahkan sayuran dan daging
matang.9,10 Makanan yang perlu dihindari adalah yang mengandung gula
sederhana seperti minuman ringan (soft drink), jus buah kental, minuman
mengandung kafein, dan sereal yang dilapisi gula. 9,10 Berikan makanan yang
mudah dicerna, rendah serat, dan tidak merangsang.
2.7.4 Antimikroba selektif
Jika penderita diare termasuk penderita yang imunokompeten, terapi
antimikroba diberikan pada kondisi-kondisi:1
Lamblia.
Jika diare bertahan dalam jangka waktu yang lama dengan agen penyebab
Agen penyebab diare adalah Yersinia pada penderita dengan sickle cell
disease.
Infeksi Salmonella pada bayi dengan usia yang sangat muda, terjadi
peningkatan temperatur tubuh di atas normal atau ditemukannya kultur
darah positif.
Jika ada indikasi diatas digunakan antibiotika yang selektif. Antibiotika
Sterilisasi botol susu bila bayi oleh karena suatu sebab tidak mendapat
ASI
Penyediaan dan penyimpanan makanan anak/bayi secara bersih
Gunakan air bersih dan matang untuk minum
Mencuci tangan sebelum menyiapkan dan memberi makanan
Membuang tinja di jamban
Imunisasi campak
Makanan seimbang untuk menjaga status gizi yang baik
ASI, susu formula, dan makanan harus dilanjutkan selama diare dan
ditingkatkan setelah diare sembuh
Terdapat beberapa tatalaksana lain yang sering diberikan selain
penatalaksanaan diare yang telah disebutkan diatas. Pemberian antiemetik,
antimotilitas, dan antidiare sebagai pengobatan diare kurang bermanfaat bahkan
dapat menyebabkan komplikasi yang serius.12,13 Pada bayi berusia kurang dari tiga
bulan, pemberian obat antispasmolitik dan antisekretorik tidak diberikan. Obat
pengeras tinja tidak bermanfaat dan tidak perlu untuk diberikan. 4 Obat-obatan
tersebut tidak mengurangi volume tinja ataupun memperpendek lama sakit. Efek
sedasi atau anoreksia yang ditimbulkan akan mengurangi keberhasilan terapi
rehidrasi oral.12
Penanganan diare akut lainnya adalah dengan probiotik dan prebiotik.
Probiotik merupakan organisme hidup yang dalam dosis tertentu efektif dalam
mengatasi diare akut pada anak-anak. Berdasarkan studi yang telah dilakukan
probiotik memberikan hasil yang baik dalam mengatasi diare akut. 1 Probiotik
yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan diare yang disebabkan oleh
Rotavirus pada anak-anak adalah Lactobacillus GG, Sacharomyces boulardii,
serta Lactobacillus reuteri.
Probiotik memiliki manfaat dalam mengurangi durasi dari watery
diarrhea. Berdasarkan studi, probiotik efektif untuk mengurangi durasi diare yang
disebabkan oleh virus tetapi tidak efektif untuk mengurangi durasi diare yang
disebabkan oleh bakteri (Guandalini). Selain berfungsi dalam hal mengurangi
durasi diare, probiotik juga mengurangi penyebaran infeksi Rotavirus.1
Mekanisme probiotik sebagai tata laksana diare melalui produksi substansi
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama
: TNK
Tanggal lahir
: 21 Februari 2014
Umur
: 2 tahun 0 bulan 16 hari
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Jl. Letda Winda No. 9 Kayumas DA
Agama
Pendidikan
No. RM
Tanggal MRS
Tanggal pemeriksaan
: Islam
:: 14012545
: 5 Maret 2016 pukul 13.10 WITA
: 8 Maret 2016
sempat sedikit turun tetapi kembali naik lagi disertai mencret dan muntah
hingga akhirnya pasien dibawa ke UGD RSUP Sanglah.
Pasien juga dikatakan nafsu makannya menurun semenjak buang air
besar cair dan muntah-muntah. Awalnya pasien biasa makan nasi, bubur, dan
minum susu, namun setelah keluhan muncul pasien terlihat enggan untuk
makan. Sesekali pasien hanya ingin minum air, namun setelah minum pasien
muntah lagi. Sehingga pasien saat itu terlihat lemas dan aktivitasnya
berkurang.
Keluhan lain seperti batuk, pilek, kejang, ataupun sesak nafas disangkal
oleh ibu pasien. BAK (+) pada pasien setiap kali buang air besar. BAK
terakhir dikatakan 11 jam yang lalu dengan volume sebanyak 1/4 aqua gelas.
Saat pemeriksaan tanggal 8 Maret 2016 kondisi pasien sudah tampak
membaik. BAB pasien dikatakan sudah tidak cair lagi. Pasien juga tidak
mengalami demam ataupun muntah-muntah lagi. Nafsu makan pasien mulai
mambaik meskipun pasien masih terlihat agak lemas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dikatakan tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
dan dikatakan belum pernah masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Dikatakan bahwa tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami
keluhan BAB cair ataupun demam. Riwayat penyakit lain dalam keluarga juga
disangkal
Riwayat Pengobatan
Pada tanggal 4 Maret 2016 pasien diperiksakan ke Rumah Sakit Puri
Raharja dan mendapatkan obat Praxion dan Narfoz untuk menghilangkan
keluhan pasien dan diminum 3 kali sehari.
Riwayat Sosial
Riwayat Intranatal
-
Menegakkan kepala
Membalik badan
Duduk
Merangkak
Berdiri
Berjalan
Bicara
: 3 bulan
: 5 bulan
: 6 bulan
: 9 bulan
: 11 bulan
: 11 bulan
: 12 bulan
Keadaan umum
Kesadaran umum
: Compos Mentis E4 V5 M6
Nadi
Respirasi
: 28 kali/menit
Suhu axilla
: 36,7 oC
Saturasi O2
Skala Nyeri
:0
Status Antropometri :
: 2800 gram
: 48 cm
: 12 kg
Tinggi Badan
: 95 cm
: 14 kg
Lingkar Kepala
: 48 cm
: 13 cm
Berat Badan/Umur
: z score 0 sampai -2
Tinggi Badan/Umur
: z score 2 sampai 3
: z score -2 sampai -1
Waterlow
: 85 % gizi kurang
Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan kalori
: 1400 kkal/hari
Kebutuhan protein
: 21 gram/hari
Kebutuhan cairan
: 1100 ml/hari
Status Generalis
Kepala
Mata
Leher
THT
Thorax
Cor
: Simetris (+)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor | sonor
sonor | sonor
sonor | sonor
+|+,
-|-,
-|-
+|+,
-|-,
-|-
Abdomen
Inspeksi
Perkusi
3.4
Kulit
Genital
Inguinal
Ekstremitas
3.5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan DL, FL dan Kimia Klinik
berupa CRP
Hasil
Satuan
5.02
28.6
51.7
6.8
0.2
0.6
12.1
1.43
2.59
0.34
0.01
0.03
0.61
5.11
12.4
40.6
79.4
24.2
30.5
11.6
202
6.7
10^3/L
%
%
%
%
%
%
10^3/L
10^3/L
10^3/L
10^3/L
10^3/L
10^3/L
10^6/L
g/dL
%
fL
g/dL
g/dL
%
10^3/L
fL
Nilai
Rujukan
6.00 - 14.00
18.30 - 47.10
30.0 - 64.30
0.0 - 7.10
0.00 - 5.0
0.0 - 0.70
0.0 - 4.0
1.10 - 6.60
1.80 - 9.00
0.0 - 1.0
0.0 - 0.70
0.0 - 0.10
0.0 - 0.4
4.10 - 5.3
12.0 - 16.0
36.00 - 49.00
78.0 - 102.0
25.00 - 35.00
31 36
11.6 - 18.7
140 440
6.80 - 10.0
Remarks
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Makroskopis
Warna
Darah
Konsistensi
Lendir
Kuning
Negatif
Cair
Positif
Mikroskopis
Eritrosit
Leukosit
Negatif
Negatif
Amoeba
Vegetatif
Kista
Telor Cacing
- Lain-lain
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Hasil
Satuan
0.6
mg/L
Nilai
Rujukan
0.00 - 5.00
Remarks
Dari hasil pemeriksaan kimia klinik berupa cek kadar CRP didapatkan kadar
CRP dalam batas normal.
3.6
DIAGNOSIS KERJA
Diare akut dehidrasi ringan-sedang et causa viral dd/ baktri + Gizi kurang
3.7
PENATALAKSANAAN
Pasien gagal URO
Rehidrasi KAEN 3B 75 ml/kgBB 900 ml habis dalam 3 jam 100
tetes makro/menit
Kebutuhan cairan 1100 ml/hari IVFD KAEN 3B 15 tetes makro/menit
Cairan
hiperosmolar
(oralit)
mencret/muntah
Zinc 20 mg @ 24 jam IO
10
ml/kgBB
120
ml
setiap
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal/Waktu
5 Maret 2016 /
17.00 WITA)
S (Subjective), O (Objective, A
(Assessment/ICD-X), P (Planning)
S : BAK (+), diare 1 kali di triage
anak, makan sedikit-sedikit
O : St. Present :
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 100x/menit, regular, isi
cukup
RR : 26 x/menit
Tax : 37oC
St. General:
Kepala : Normosefali, UUB
datar
Mata : Anemis (-/-), Icterus (-/-),
Cowong (-/-)
THT : Mukosa bibir basah
Thorax : Simetris (+), Retraksi
(-)
Cor : S1S2 tunggal, regular,
murmur (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh
-/Abdomen : Distensi (-), BU (+)
meningkat, turgor
kembali cepat.
Ekstremitas : akral hangat (+),
Instruksi
-
Kebutuhan cairan
maintenance 1100
ml/hari ~ IVFD KAEN
3B 1100 ml/hari ~ 15
tetes makro/menit
Kebutuhan kalori
1400 kkal/hari, protein
21 gram/hari diet nasi
3 x I porsi
Zinc elemental 20
mg @ 24 jam oral
Paracetamol 120
mg (cth I) bila suhu
38oC + kompres hangat,
dapat diulangi @ 4 jam
Oralit hipoosmolar
120 ml @
mencret/muntah per oral
Konsul TS
Gastrohepatologi sebagai
DPJP TS Gastro acc
sebagai DPJP
CRT 2 detik
A : Diare akut dehidrasi ringansedang (terehidrasi) et causa
suspek viral dd/ bakteri + Gizi
kurang
P:
-
6 Maret 2016 /
06.00 WITA)
Kebutuhan cairan
maintenance 1100
ml/hari ~ IVFD KAEN
3B 1100 ml/hari ~ 15
tetes makro/menit
Kebutuhan kalori
1400 kkal/hari, protein
21 gram/hari diet nasi
3 x I porsi
Zinc elemental 20
St. General:
mg @ 24 jam oral
Kepala : Normosefali, UUB
Paracetamol 120
datar
mg (cth I) bila suhu
Mata : Anemis (-/-), Icterus (-/-),
38oC + kompres hangat,
Cowong (-/-)
dapat diulangi @ 4 jam
THT : Kesan tenang
Thorax : Simetris (+), Retraksi
Oralit hipoosmolar
(-)
120 ml @
Cor : S1S2 tunggal, regular,
mencret/muntah per oral
murmur (-)
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh
-/Abdomen : Distensi (-), BU (+)
meningkat, turgor
kembali cepat.
Ekstremitas : akral hangat (+),
CRT 2 detik
A : Diare akut dehidrasi ringansedang (terehidrasi) et causa
viral + Gizi kurang
P:
-
7 Maret 2016 /
06.00 WITA)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien adalah pasien baru yang diantar ke UGD RSUP Sanglah pada tanggal
5 Maret 2016. Pasien didiagnosis dengan diare akut dengan dehidrasi ringansedang. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan
fisik, dan penunjang laboratorium.
Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan dari ibu pasien bahwa anaknya
mengalami buang air besar dengan konsistensi cair sebanyak 4-5 kali dalam sehari
disertai muntah dan demam. Buang air besar cair dikatakan sejak satu hari
sebelum masuk rumah sakit (4 Maret 2016). Hal ini sesuai dengan pengertian dan
teori mengenai diare yaitu buang air besar dengan frekuensi lebih dari biasanya
(lebih dari tiga kali sehari) yang disertai dengan perubahan konsistensi feses
(konsistensi menjadi lebih cair) dengan atau tanpa darah atau/dan lendir. Dalam
IDAI (2009) disebutkan salah satu keluhan penyerta pada diare adalah muntah hal
27
ini juga terjadi pada pasien ini. Perjalanan penyakit hingga saat dilakukan
pemeriksaan ialah 1 hari dimana hal ini menunjukkan diare akut, sesuai dengan
teori yang ada bahwa diare akut adalah diare yang terjadi kurang dari 14 hari. 15
Muntah merupakan gejala non spesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan
oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas. Saat
diperiksakan ke Rumah Sakit Puri Raharja pasien dikatakan demam namun Ibu
pasien tidak tahu pasti berapa suhunya. Penyebab dari diare dapat berupa
intoleransi makanan maupun infeksi. Adanya gejala demam tinggi pada pasien
mengarahkan adanya tanda infeksi pada pasien yang kemungkinan menjadi
penyebab dari diare. Beberapa mekanisme dasar yang dapat menimbulkan diare
diantaranya adalah adanya gangguan osmotik pada usus, gangguan sekresi pada
usus, dan gangguan penyerapan dari usus. Adanya infeksi dapat menyebabkan
ketiga jenis gangguan tersebut. Endotoksin yang berasal dari infeksi bakteri dapat
menyebabkan gangguan sekresi. Invasi virus pada dinding usus dapat merusak
epitel-epitel usus dan menyebabkan penurunan kemampuan penyerapan dari usus.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal kecuali adanya mata
cowong, mukosa bibir kering, bising usu meningkat dan turgor kulit kembali
lambat. Komplikasi yang paling utama dari diare adalah dehidrasi. Dehidrasi pada
pasien diakibatkan oleh meningkatnya frekuensi buang air besar dan
meningkatnya jumlah cairan tubuh yang terbuang bersama dengan tinja pada saat
pasien buang air besar. Sesuai dengan klasifikasi derajat dehidrasi dari WHO
pasien tersebut tergolong dehidrasi ringan-sedang, dimana pasien buang air besar
lebih dari 3x dalam sehari, pasien terlihat masih bisa minum, nafsu makan dan
aktifitas yang menurun, mata terlihat cowong, dan turgor kulit yang sedikit
melambat. 4
Pemeriksaan penunjang dapat membantu untuk meneggakan etiologi dari
diare. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan darah lengkap, kimia klinik berupa
CRP dan feses lengkap. Dari pemeriksaan penunjang darah lengkap dan
pemeriksaan kadar CRP yang dilakukan tidak ditemukan adanya tanda tanda
infeksi seperti adanya leukositosis dan peningkatan kadar CRP, namun hal ini
tidak menutup kemungkinan bahwa pasien tidak terkena infeksi baik oleh virus
ataupun bakteri. Dengan pemeriksaan feses lengkap, diharapkan dapat membantu
pengasuh juga diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar, mencuci tangan
sebelum menyiapkan dan memberi makanan kepada pasien
BAB V
KESIMPULAN
Diare akut merupakan buang air besar dengan frekuensi lebih biasanya
(lebih dari tiga kali sehari) yang disertai dengan perubahan konsistensi feses
(konsistensi menjadi lebih cair) dengan atau tanpa darah atau/dan lendir. Di
Indonesia, diare merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak dan saat ini
masih menjadi masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi, terutama di daerah
pedesaan.
Etiologi patogen dari diare akut dapat dibagi menjadi tiga golongan besar,
yakni : bakteri, virus, dan parasit. Mekanisme diare dibagi menjadi diare
sekretorik dan diare osmotik. Penegakan diagnosis diare dapat dilakukan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan mencari etiologi dengan pemeriksaan penunjang
laboratorium.
Menurut WHO ada lima lintas penatalaksanaan diare, yakni: cairan
rehidrasi, zinc, nutrisi, antibiotik yang tepat, dan edukasi.
Pada pasien laki-laki berusia 2 tahun ini didapatkan gejala dan tanda-tanda
yang serupa dengan manifestasi klinis diare akut dengan rehidrasi ringan-sedang
et causa virus dd/ bakteri dan didukung oleh pemeriksaan fisik dan penunjang
yang telah dilakukan. Berdasarkan prosedur penatalaksanaan diare akut dengan
dehidrasi ringan-sedang saat ini pasien menjalani perawatan di rumah sakit dan
Daftar Pustaka
Gastrointestinal
Disease.
Edisi
Ke-Tiga.
Canada:BC
Decker;2008. h. 28-36.
6. Juffrie Mohammad, Mulyani Sri Nenny, Modul Diare UKK GastroHepatologi IDAI, 2009:143
7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (2009), Buku kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, Percetakan
Infomedika: Jakarta. Hal. 283-312.