Bab I Pendahuluan: Nur Haris Munandar H311 14 510
Bab I Pendahuluan: Nur Haris Munandar H311 14 510
H311 14 510
BAB I
PENDAHULUAN
reaksinya,
kemudian
dari
data
kinetika
maupun
data
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk menengetahui pengaruh
kinetika reaksi biodiesel dari minyak biji kapuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Sub Kelas
: Dilleniidae
Ordo
: Malvales
Famili
: Bombacaceae
Genus
: Ceiba
Spesies
: Ceiba pentandra L.
Tanaman kapuk menghasilkan buah kapuk antara 500 sampai 4.000 buah
dalam satu kali waktu dengan masing-masing buah mengandung 200 11 biji. Biji
kapuk sangat keras dengan ujung berbentuk kapsul dan berwarna hitam
kecoklatan (N. Norazahar, dkk, 2012: 542).
Biji kapuk ini dapat diproses menjadi minyak biji kapuk, sedangkan
bungkilnya dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman tembakau dan
3
sayuran, serta dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak. Biji buah kapuk
memiliki kandungan utama minyak sebesar 25,67 % sampai 40,64% (Murni
Yuniwati, 2012: 204). Sifat fisika dan kimia minyak biji kapuk dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Biji Kapuk (Sopiana, 2011: 10)
Minyak biji kapuk berwarna kuning kecoklatan, berbau tengik dan dapat
diperoleh melalui proses pengepresan biji kapuk. Minyak biji kapuk terdiri dari
70% asam lemak jenuh dan 30% asam lemak tak jenuh. Kandungan asam lemak
berupa asam linoleat sekitar 68,452%, asam palmitat 26,515% dan asam stearat
2,287% (Herawati Puspadiman, 2013: 54). Struktur minyak biji kapuk dapat
dilihat pada Gambar 1.
dinyatakan sebagai monoalkil ester dari asam lemak rantai panjang yang
bersumber dari golongan lipida (Darnoko, 2000).
Biodiesel didefinisikan sebagai monoalkil ester rantai panjang dari
asam lemak yang diderivasi dari bahan yang dapat diperbaharui (renewable
feedstocks), untuk penggunaan penyudutan kompresi (compression-ignition) dari
mesin diesel. Biodiesel dianggap sebagai bahan bakar pengganti (alternatif)
dari bahan bakar konvensional
ester
diesel
solar
yang
tersusun
dari
metil
reaksi
untuk
transesterifikasi
berkatalis
basa
dapat
diformulasikan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah penyerangan atom karbon
karbonil dari molekul trigliserida oleh anion alkohol (ion metoksida) untuk
tahap
awal
bahan
tidak
proses. Pengadukan
dihomogenisasi
yang
kuat (vigorous
terutama
stirring)
merupakan salah satu metode homogenisasi yang cukup berhasil untuk proses
yang dilakukan secara batch dan kontinyu (Darnoko, 2000).
2. Rasio Molar
Rasio molar antara alkohol dan minyak nabati tergantung dari jenis katalis
yang digunakan, untuk menjamin reaksi transesterifikasi berlangsung ke arah
kanan maka direkomendasikan menggunakan katalis berlebih, perbandingan rasio
molar 6: 1 dari metanol terhadap katalis basa bisa digunakan untuk
mendapat rendemen ester yang maksimum (Freedman, 1986).
a. Metanol
Alkohol
yang
paling
umum
digunakan
untuk
transesterifikasi
menit).
Pemisahan
mudah
fase
tersedia
ester
dalam
dan
gliserol
bentuk absolut
secara
alami
oleh
menghasilkan uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara setelah beberapa hari,
uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan
bantuan
sinar
yang
diperoleh sekitar 97 99% dan proses yang dipilih bergantung dari mutu
bahan baku (minyak nabati) awal, jika minyak mempunyai nilai FFA< 0,5 %
maka bisa langsung diproses dengan transesterifikasi dengan katalis basa, bila
kandungan FFA > 5 % maka
proses
harus
dilakukan
dengan
Es-trans
8
asam
dilakukan
dalam
rangka
mensintesis
seperti asam
minyak
sulfat, asam
phospat, asam klorida cocok untuk reaksi yang mempunyai bilangan asam
lemak bebas tinggi. Reaksi katalis asam memerlukan waktu reaksi jauh
lebih panjang dibanding reaksi katalis basa (Van Gerpen, 2004).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
mL KOH x N KOH x Mr
Bobot contoh ( gram ) x 10
Keterangan :
Mr = Molekul relatif asam lemak yang paling banyak dalam minyak.
2. Proses pembuatan biodiesel
a. Pembuatan Biodiesel dengan Variasi Waktu Reaksi
Sebanyak 150 mL minyak dimasukkan dalam labu leher tiga dan
dipanaskan hingga mencapai suhu 50 owater bath. Sambil menuggu pemanasan,
sebanyak 57 ml methanol teknis 96 % dicampur dengan 1,25 gram KOH p.a dan
diaduk selama 5 menit. Kemudian mencampur larutan tersebut dengan minyak di
dalam labu leher tiga yang dipanaskan dengan water bath. Dimana suhu reaksi
dijaga 60oC dengan kecepatan pengadukan 600 rpm selama 60 menit.
10
Dari hasil tersebut di atas maka minyak biji kapuk layak digunakan untuk bahan
baku pembuatan biodiesel.
2. Kadar FFA Minyak Biji kapuk
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa kadar asam lemak bebas (%FFA)
sebesar 4,8486 %. Minyak dengan kandungan FFA lebih besar dari 2% tidak dapat
langsung diolah menjadi biodiesel, melainkan harus diesterifikasi terlebih dahulu
agar kandungan FFAnya lebih rendah dari 2%. Proses esterifikasi dilakukan
dengan katalis asam seperti H2SO4. Oleh karena itu pada penelitian ini sebelum
proses transesterifikasi dilakukan proses esterifikasi dengan katalisator H 2SO4
(pekat) sebanyak 3 ml dan terjadi penurunan kadar FFA minyak biji kapuk
menjadi 1,56 % .
3. Kinetika reaksi Biodiesel
a. Pengaruh Waktu Reaksi
Pengaruh waktu reaksi terhadap konversi dipelajari pada variasi waktu 60, 75, 90,
105 dan 120 menit. Pada variasi waktu, variabel lain yaitu suhu reaksi dibuat tetap
pada 60oC .. Digunakan suhu 60 0C karena penelitian sebelumnya merupakan
suhu yang optimal untuk persen hasil biodiesel yang diperoleh.
Data konversi terhadap waktu pada suhu 60oC dapat dilihat pada Tabel 2.
12
Dari data di atas menunjukkan semakin lama waktu reaksi maka konversi
semakin bertambah, konversi paling optimal pada waktu 105 menit, waktu reaksi
yang lebih lama konversinya menurun meski relatif sedikit, hal ini kemungkinan
disebabkan waktu 106 menit merupakan waktu saat dimana kesetimbangan reaksi
transesterifikasi tercapai. Transesterifikasi merupakan reaksi yang reversible
(bolak-balik) sehingga saat reaksi sudah mencapai kondisi optimum maka reaksi
akan bergeser ke kiri dan akan memperkecil produk yang diperoleh. Hal ini juga
sejalan dengan yang diungkapkan (Rosu, Rexana, et.al, 1999) bahwa semakin
lama waktu reaksi yang diberikan maka reaksi akan semakin berlangsung
sempurna hingga sampai pada titik maksimum dan kemudian untuk waktu yang
lebih lama lagi akan terjadi reaksi lain yaitu berupa reaksi hidrolisis ester. Dari
tabel 2, kemudian dihitung nilai tetapan reaksi (k) nya, diperoleh hasil seperti
yang disajikan dalam Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Harga k untuk variabel perubahan waktu reaksi
13
Hubungan antara -ln(1-Xa) dengan waktu reaksi (t) dapat dilihat pada Gambar 1
dan dengan regresi linier didapatkan persamaan matematis sebagai berikut :
14
15
Dengan data pada Tabel 5 diperoleh hasil seperti yang tercantum pada
Tabel 5.
Tabel 5 .Perhitungan parameter kinetika
16
Resume
1. Reaksi transesterifikasi pada kondisi perbandingan mol minyak dan metanol
1:3 , dengan kecepatan putaran pengaduk 600 rpm selama 105 menit dan suhu
reaksi 90 0 C memberikan konversi tertinggi sebesar 0,916 mol (%).
17
18