1.
Case Overview................................................................................... 2
2.
Peta konsep....................................................................................... 5
3.
Definisi.............................................................................................. 6
4.
Basic Science..................................................................................... 6
5.
Etiologi............................................................................................ 15
6.
Faktor Risiko.................................................................................... 15
7.
8.
Epidemiologi.................................................................................... 17
9.
Pemeriksaan Penunjang....................................................................17
10. Penatalaksanaan.............................................................................. 17
11. Komplikasi....................................................................................... 21
12. Prognosis......................................................................................... 21
13. Bioetika Humaniora...........................................................................21
1. Case Overview
Keterangan
Interpretasi
Pria
Usia: 60 tahun
Faktor risiko
Keluhan Utama:
Sesak nafas, disertai dengan suara
Mengi
bertambah berat
Keluhan Penyerta:
dikarenakan
Riwayat pengobatan
gangguan
Faktor resiko
usia muda
Sejak 10 tahun yang lalu penderita
Bersifat kronis
nafas
Sejak 2 tahun ini penderita berhenti
bekerja
karena
sesak
nafas
yang
memberat
Hasil Pemeriksaan Fisik:
Sakit sedang, nyaman pada posisi
duduk
Tanda Vital
TD: 110/70 mmHg
Normal
Takikardi
Respirasi: 36 x/menit
Takipneu
Suhu: 37,5C
Udem di kedua tungkai
Thorax foto:
-Pembesaran jantung apeks bulat
-Hiperaerasi paru dengan penurunan
tanda
vaskuler
perifer
paru
(emfisematous)
-ICS melebar & difragma datar
Tanda PPOK
EKG
Pembesaran jantung: CTR > 50 %
Diagnosis Banding:
Cardiomegali
2. Bronkitis
3. Asma
4. Perikarditis konstriktif
Diagnosis Kerja:
Cor pulmonale kronik dengan gagal
jantung
1.
2. Peta konsep
3. Definisi
Cor Pulmonale adalah keadaan patologis dengan ditemukannya hipertrofi
ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional struktur dan paru.
Tidak termasuk kelainan karena penyakit jantung primer pada jantung kiri dan
penyakit jantung kongenital. (WHO, 1963).
Cor pulmonale adalah keadaan patologis akibat hipertrofi atau dilatasi
ventrikel kanan yang disebabkan oleh hipertensi pulmonal. (Braunwahl, 1980).
4. Basic Science
Anatomi Jantung
Topografi
Memiliki 4 ruang
-2 atrium: dextra dan sinistra
-2 ventrikel: dextra dan sinistra
Vaskularisasi
-arteri: a.coronaria dextra et sinistra
-vena: v.coronaria
Inervasi:
-simpatis: T1-T4
-parasimpatis: N.vagus
Anatomi paru-paru
Paru-paru mempunyai sumber suplai darah dari Arteria Bronkialis dan Arteria
pulmonalis. Arteria Bronkialis berasal dari Aorta torakalis dan berjalan sepanjang
dinding posterior bronkus. Vena bronchialis yang besar mengalirkan darahnya ke
dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara ke vena cava superior dan
mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena brochialis yang lebih kecil akan
mengalirkan darah vena pulmonalis, karena sirkulasi bronchial tidak berperanan
pada pertukaran gas, darah yang tidak teroksigenasi mengalami pirau sekitar 23% curah jantung. Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenisasi dari
sirkulasi sistemik dan
kebutuhan
berfungsi
memenuhi
metabolisme jaringan
paru-paru.
Arteri Pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena
campuran ke paru-paru dimana darah tersebut mengambil bagian dalam
pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutup
alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses pertukaran gas
antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian dikembalikan
Pada paru-paru basis nya terletak diatas diafragma, dengan apex nya terdapat
diatascosat 1 dan kedalam pangkal leher. Paru-paru mempunyai batas-batas
yaitu, margo inferior, margo anterior, dan margo posterior.
Aliran pembuluh limfe nya bermuara ke dalam nodi lymphatici yang disebut nodi
trancheobronchiater
Histologi Jantung
Dinding jantung tersusun atas 3 lapisan, dari paling dalam yaitu endokardium,
miokardium, dan perikardium paling luar. Perikardium berupa kantong yang
melipat dan membentuk rongga perikardium. Rongga ini berisikan cairan
sehingga memudahkan kontraksi jantung. Bagian perikardium yang melekat ke
miokardium disebut perikardium visceral atau epikardium. Sedangkan bagian
yang melekat ke struktur lain di rongga thorax disebut perikardium parietal.
Secara histologis struktur perikardium yang penting ialah epikardium.
a. Endokardium, merupakan lapisan dinding jantung paling tipis. Terdiri atas
selapis sel endotel gepeng diatas lapisan tipis jaringan ikat longgar yang
didominasi serabut kolagen dan elastin, dan beberapa sel otot polos. Di bawah
endokardium terdapat lapisan subendokardium yang memisahkan endokardium
dengan miokardium. Lapisan ini lebih tebal dari endokardium, terdiri atas jaringan
ikat yang diantara serabutnya dapat ditemukan vena, nervus dan di dinding
ventrikel dapat ditemukan pula serabut sistem konduksi jantung atau serabut
Purkinje.
Struktur jantung penting lainnya di endokardium ialah katup, ada 4 katup jantung
yang melekat pada skeleton fibrosa atau rangka jaringan ikat jantung yang sering
disebut anulus fibrosus. Katup merupakan modifikasi endokardium yang memiliki
jaringan ikat sangat padat akan kolagen dengan selapis endotel. Sedangkan
anulus fibrosus berasal dari jaringan ikat padat endokardium yang sangat kaya
kolagen pada kanal atrioventrikular. Katup memiliki struktur pendukung berupa
chorda tendinea dan muskulus papillaris yang terdapat di ventrikel. Chorda
tendinea berupa jaringan ikat padat yang menghubungkan katup dengan
muskulus papillaris. Sedangkan muskulus papillaris merupakan bagian dari
miokardium yang menonjol dan melekat dengan chorda tendinea. Keberadaan
kedua struktur ini penting untuk mencegah prolaps katup.
8
menjadi bronkus sekunder lobus atas dan lobus bawah. Jadi, tiga lobus kanan
dan dua lobus kiri diisi oleh bronkus sekunder dan setiap bronkus lobaris
bercabang lebih lanjut menjadi bronkus tersier, yang turut menyusun segmen
bronkopulmonar, dalam tiap paru terdapat sepuluh segmen.
1. Bronchus
Bronchus terdiri dari bronchus primer, sekunder dan tersier. Terdapat
dua percabangan dari bronchus primer yang terbagi menjadi bronchus
primer kiri dan kanan yang masing-masing akan masuk ke paru-paru
bagian kanan dan kiri. Bronchus kanan bentuknya lebih vertical, pendek
dan lebar dibandingkan dengan bronchus kiri.
Sama seperti trachea, bronchus primer berisi incomplete ring of
cartilage dan dilapisi oleh sel epitel pseudostratified columnar bersilia.
Pada bagian entering paru-paru, bronchus primer membelah menjadi
bronchus yang lebih kecil yang disebut dengan bronchus sekunder, yang
terdapat satu di tiap lobus dari paru-paru. Kemudian bronchus sekunder
membelah menjadi bronchus yang lebih kecil lagi yang disebut dengan
bronchus
tersier
yang
akan
membelah
menjadi
bronkhiolus.
smooth
11
muscle.
Smooth muscle
2. Bronkhiolus
Bronkhiolus terbagi dua menjadi terminal bronkhiolus dan respiratory
bronkhiolus. Terminal bronkhiolus adalah saluran yang menyambung dari
bronchus dan bercabang menjadi respiratory bronkhiolus yang akan
berpenetrasi dalam ke dalam paru-paru. Terjadi perubahan epitel dari
simple cuboidal ke simple squamous.
12
3. Alveolus
Alveolus adalah sebuah kantung yang berbentuk cup yang dilapisi oleh
epitel simple squamous dan ditopang oleh thin elastic basement
membrane. Dinding dari alveolus memiliki dua macam tipe sel. Sel
alveolus tipe I adalah sel epitel selapis gepeng yang membentuk a nearly
continuous lining of the alveolar wall dan merupakan sel yang paling
banyak. Sel alveolus tipe II yang juga disebut septal sel adalah sel epitel
cuboidal atau round dengan free surface yang berisi microvilli. Juga
terdapat alveolar makrofag pada dinding alveolus yang memfagosit dust
particle dan debris lainnya dari alveolar space. Juga terdapat fibroblast
yang memproduksi reticular dan elastic fiber.
13
Fisiologi
Terdapat 4 Fungsi saluran pernafasan:
Ventilasi paru, masuk keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru
Pengangkutan o2 dan co2 dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari
seluruh tubuh
Pengaturan ventrilasi
Udara
nasal
alveolus
faring
alveoli kapiler
O2
trakea
jantung
bronkus
bronkiolus
seluruh tubuh
5. Etiologi
Etiologi Cor Pulmonale dapat digolongkan dalam 4 kelompok:
1. Penyakit pembuluh darah paru
2. Tekanan darah pada arteri pulmonal oleh tumor mediastinum, aneurisma,
granuloma atau fibrosis.
3. Penyakit neuor muscular dan dinding dada.
4. Penyakit yang mengenai aliran udara paru, alveoli, termasuk PPOK.
Penyakit paru lain adalah penyakit paru interstisial dan gangguan
pernapasan saat tidur
6. Faktor Risiko
Faktor risiko penyakit cor pulmonale:
1. Merokok
2. Gaya hidup
15
16
8. Epidemiologi
Insidens diperkirakan 6-7% dari semua penyakit jantung pada orang dewasa
disebabkan oleh PPOK. Umumnya pada daerah dengan polusi udara yang tinggi
dan kebiasaan merokok yang tinggi dengan prevalensi bronchitis kronik dan
emfisema didapatkan peningkatan kekerapan cor pulmonale. Lebih banyak
disebabkan exposure dari pada predisposisi dan pria lebih sering terkena dari
pada wanita. Data kematian yang dikumpulkan sejak tahun 1991 dari bagian Ilmu
Kedokteran Respirasi FK UI Unit paru RSU Persahabatan penyebab kematian
akibat cor pulmonal sebanyak 7 kasus dari 175 jumlah total kematian pasien
penderita penyakit paru atau sebesar 4,10%. Cor pulmonal menduduki ranking
kelima setalah TB paru, tumor paru, pneumonia, dan bronkhiektasis
9. Pemeriksaan Penunjang
negative, aVF positive), p pulmonal (II, III, Avf), T inverted (VI, II, III)
Echocardiography: dilatasi ventrikel kanan, dilatasi atrium kanan,
10.
Penatalaksanaan
Terapi Oksigen
Terapi oksigen berfungsi mengurangi vasokonstrinksi dan menurunkan
resistensi vascular paru yang kemudian meningkatkan isi sekuncup
ventrikel kanan. Selain itu, dapat meningkatkan kadar oksigen arteri dan
meningkatkan hantaran oksigen ke jantung, otak dan organ vital lain.
Indikasi:
a. PaO2 < 55 mmHg atau SaO2 <88%
17
Vasodilator
Vasodilator telah digunakan sebagai terapi jangka panjang pada kor
pada
pasien
hipertensi
18
pulmonale
primer
dibanding
secara
rutin.
Rubin
menemukan
pedoman
untuk
Beta-agonis selektif
Beta-agonis selektif memiliki keuntungan tambahan selain sebagai
bronkodilator juga memiliki efek kliren mukosiliar. Agonis beta selektif memiliki
keuntungan tambahan sebagai bronkodilator dan efek mukosiliar. Epoprostenol,
treprostinil, dan iloprost adalah analog prostasiklin dan memiliki efek vasodilator
yang kuat. Epoprostenol dan treprostinil diberikan secara intravena dan iloprost
sebagai inhaler. Bosentan yang merupakan antagonis reseptor endotelin-A dan
endotelin-B diindikasikan untuk hipertensi arteri pulmonalis termasuk hipertensi
pulmonal primer. Dalam uji klinis, bosentan meningkatkan kapasitas, penurunan
laju kerusakan klinis, dan peningkatan hemodinamika.
Antikoagulan
Pemberian antikoagulan pada kor pulmonal berdasarkan indikasi atas
19
kanan dan adanya faktor imobilisasi pada pasienataupun adanya hipertensi arteri
pulmonal primer.
Di samping terapi diatas pasien korpulmonal pada PPOK harus mendapat
terapi standar untuk PPOK, komplikasi dan penyakit penyerta (Sudoyo,W.2006).
Flebotomi
Tindakan flebotomi pada pasien kor pulmonal dengan hematokrit yang
tinggi diindikasikan jika hematokrit > 55%. Sasarannya adalah penurunan Hct di
bawah 50% (Sudoyo,W.2006).
Digitalis
Glikosida jantung seperti digitalis dapat digunakan pada gagal ventrikel
secara
hati-hati
dan
dihindari
selama
episode
akut
cor
pulmonale. Digitalis hanya digunakan pada pasien kor pulmonal bila disertai
gagal jantung kiri. Digitalis tidak terbukti meningkatkan fungsi ventrikel kanan
pada pasien kor pulmonal dengan fungsi ventrikel kiri normal, hanya pada pasien
kor pulmonal dengan fungsi ventrikel kiri yang menurunkan digoksin bisa
meningkatkan fungsi ventrikel kanan. Di samping itu pengobatan dengan digitalis
menunjukkan peningkatan terjadinya komplikasi aritmia.
o
Digoxin (Lanoxin)
Memiliki efek inotropik positif pada gagal miokardium. Efek ini dicapai melalui
penghambatan Na + / K +-ATPase pompa, mengarah ke
peningkatan
konsentrasi
natrium
intraseluler
bersama
dengan
seiring
Teofilin
Selain efek bronchodilatory, teofilin (methilxanthin) telah dilaporkan untuk
mengurangi resistensi pembuluh darah paru dan tekanan di arteri paru pada
pasien kor pulmonal kronis sekunder karena PPOK. Teofilin memiliki efek
inotropik lemah dan dengan demikian dapat meningkatkan ejeksi ventrikel kanan
dan kiri.
Dosis rendah teofilin juga telah disarankan karena memiliki efek antiinflamasi yang membantu untuk mengontrol penyakit paru-paru yang mendasari
20
Maintenance doses:
11.
Komplikasi
Sinkop
Hipoksia
Efusi pleura
Gagal jantung kanan
Edema
Hepatomegaly
12.Prognosis
Quo Ad Vitam: dubia ad malam
Quo Ad Functionam: dubia ad malam
13.
Bioetika Humaniora
KDM
Beneficence:
Kriteria
meminimalisir
akibat
buruk.
Dokter
21
b. Patient Preferrences
Pada prinsip ini dokter melihat bagaimana penilaian pasien tersebut
tentang manfaat dan beban dari tindakan tindakan medis yang akan
diterima oleh pasien. KDM yang di nilai adalah:
c. Quality of Live
Dalam
prinsip
ini
dokter
melakukan
penilaian
kualitas
hidup
d. Contextual Features
Dalam prinsip ini dokter diharapkan mampu menilai aspek non medis
yang mempengaruhi keputusan yang dibuatoleh pasien berkaitan dengan
tindakan medis seperti faktor keluarga, ekonomi, agama dan budaya.
KDM yang terkait:
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, W.A Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta: EGC;
2014.
2. Junqueira, L.C. dan Carneiro, J. 2014. Histologi Dasar. Ed ke-12. Jakarta:
EGC.
3. Guyton, Arthur C. Hal.l, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta: EGC; 2014.
4. Lorraine M. Wilson. Patofisiologi. Edisi 4. Jakarta: EGC; 1995.
5. Moore, Keith L. 2002. Essential Clinical Anatomy. Jakarta: Hipokrates.
6. Price, Sylvia. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC. 2002.
7. Robbins, Abbas, Aster. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9. Jakarta: Elsevier
Saunders; 2015.
8. Sobotta, Johannes. Atlas of Human Anatomy, 23th ed.
23
1. Resep
dr. Bonar
SIP: 010/XI/2015
Jl. Tutorial No.2, Cimahi
Cimahi, 22 November 2015
R/ Glibenclamide tab 5 mg No. XVI
S 1-0-0 h a.c.
24