Anda di halaman 1dari 5

A.

JUDUL PERCOBAAN

: hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat dan

basa kuat
B. HARI , TANGGAL PERCOBAAN :
a. Mulai : Kamis , 20 Oktober 2016
b. Selesai : Kamis , 20 Oktober 2016
C. TUJUAN PERCOBAAN
:
1. Menentukan orde reaksi dari hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah dan
dalam suasana asam kuat
D. DASAR TEORI
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen
(H+ ) dan anion hidroksida (OH- ) melalui suatu proses kimia. Hidrolisis juga dapat
didefinisikan sebagai terurainya garam dalam air yang menghasilkan asam atau basa.
Etil asetat merupakan senyawa organik dengan rumus CH3COOC2H5. Senyawa etil asetat
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tidak berwarna,
memiliki aroma khas. Biasanya etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut. Etil
asetat merupakan pelarut polar yang volatil (mudah menguap), tidak beracun,dan tidak
higroskopis. Senyawa ini merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu
donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang
terikat pada atom elektronegatif).
Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3% dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada
suhu kamar. Kelarutan etil asetat meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian,
senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam. Etil asetat dapat dihidrolisis
pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol. Katalis asam seperti asam
sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan dari hidrolisis yaitu
reaksi esterifikasi Fischer. Untuk memperoleh rasio hasil yang tinggi, biasanya digunakan asam
kuat dengan proporsi stoikiometri, misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan etanol
dan natrium asetat yang tidak dapat bereaksi lagi dengan etanol.
Struktur etil asetat

Reaksi yang terjadi pada percobaan ini:


CH3COOC2H5 + H2O C2H5OH + CH3COOH
CH3COOH + NaOH C2H5OH + CH3COONa

Sifat-Sifat Kimia etil asetat:


a. Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (COOH) dalam asam karboksilat seperti asam
asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat
adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat
(CH3COO ). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka
rumah) memiliki pH sekitar 2.4.
b. Dimer
Siklis Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat
berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer juga dapat
dideteksi pada uap bersuhu 120 C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di dalam pelarut takberikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat murni.Dimer dirusak dengan
adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan
65.066.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154157 J mol1 K1.Sifat dimerisasi ini juga
dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya.
c. Sebagai Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam
asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga asam asetat bisa melarutkan

baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak
dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut
polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan
bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.
d. Reaksi-Reaksi
Kimia Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan
seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat
juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang
terkenal adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir semua garam
asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat.
Dua reaksi organik tipikal dari asam asetat
Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan garam
asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan logam, dan
menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan garam karbonat atau
bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam asetat adalah pembentukan etanol
melalui reduksi, pembentukan turunan asam karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida
asetat melalui substitusi nukleofilik. Anhidrida asetat dibentuk melalui kondensasi dua molekul
asam asetat. Ester dari asam asetat dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi Fischer, dan juga
pembentukan amida. Pada suhu 440 C, asam asetat terurai menjadi metana dan karbon dioksida,
atau ketena dan air.
Penentuan Orde Reaksi
Penentuan orde reaksi dalam suatu reaksi dapat ditentukan dengan menggunakan metode
integral. Metode integral sendiri dapat diterapkan dengan dua cara, yaitu:
1. Metode integral non grafik
Untuk dapat menggunakan metode ini maka kita perlu mengubah persamaan diferensial lau
reaksi menjadi persamaan integral. Selanjutnya akan didapat rumus umum untuk tiap orde
sebagai berikut:

kt

1
1

2(a x) 2 2a 2

Untuk penentuan orde reaksi dapat dengan menghitung nilai k. Apabila nilaik k sama atau
sangat kecil selisihnya maka reaksi tersebut memiliki orde dari rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai k.
2. Metode integral grafik
Untuk dapat menggunakan metode ini perlu diperhatikan data yang akan diplotkan pada
grafik.
a. Orde 1

y = kx + b

ln (a-x)

b. Orde 2

t
1/(a-x)

y = kx + b

c. Orde 3
t

1/(a-x)2

y = kx + b

Untuk dapat menentukan orde dapat kita analisis dari nilai regresi (R 2) pada setiap persamaan
garis linier yang didapat. Orde reaksi ditentukan dari nilai R2 yang paling mendekati 1.
DAFTAR PUSTAKA
Bird,Tony.1987.Kimia Fisika Untuk Universitas.Gramedia : Jakarta
Day,R.A dan Underwood.1987.Analisis Kimia Kuantitatif.Erlangga:Jakarta
Endah, Soepi dan Suyono. 1990. Kinetika Kimia. Surabaya: University Press IKIP
Surabaya.
Suyono dan Bertha Yonata. 2011. Panduan Praktikum Kimia Fisika III. Surabaya:
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya.
Keenan,C.W.1999.Kimia Untuk Universitas Jilid 2.Erlangga : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai