Anda di halaman 1dari 8

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam
pelayanan kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan
medis yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan
komplikasi. Namun demikian, pembedahan yang dilakukan juga dapat
menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan nyawa (Haynes,et al
2009).
Sesuai dengan keselamatan pasien diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 44 pasal 43 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan secara
lebih khusus lagi tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1691/Menkes/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Dalam Permenkes ini terdapat sasaran keselamatan pasien yang terdiri dari 6
(enam) sasaran keselamatan pasien yaitu Ketepatan Identifikasi Pasien,
Peningkatan Komunikasi Yang Efektif, Peningkatan Keamanan Obat Yang
Perlu Diwaspadai (High Alert), Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat
Pasien Operasi, Pengaturan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan dan
Pengurangan Risiko Pasien Jatuh (Hipkabi, 2012).

Salah satu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit merupakan pelayanan
IBS (instalasi bedah sentral), dimana hal tersebut diperuntukkan bagi pasien
yang memerlukan tindakan pembedahan. Kamar bedah merupakan suatu unit
yang memberikan proses pelayanan pembedahan yang banyak mengandung
risiko dan angka terjadinya kasus kecelakaan, jika dalam pelaksanaannya
tidak memperhatikan pasien, kesiapan pasien, prosedur, maka pasien akan
mengalami cedera.

Sehubungan dengan data KTD di rumah sakit di berbagai negara


menunjukkan angka 3-16% yang mana angka tersebut tidaklah kecil.
Penelitian di 56 negara dari 192 negara anggota WHO tahun 2004
diperkirakan 234,2 juta prosedur pembedahan dilakukan setiap tahun
berpotensi komplikasi dan kematian (Weiser et al., 2009). Menurut penelitian
Rhudy Marseno (2015) kesalahan medis didefinisikan menjadi kejadian yang
tidak diharapkan (KTD), dan kejadian nyaris cedera (KNC), KTD adalah
suatu kejadian kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan atau perencanaan yang salah untuk
mencapai suatu tujuan dan KNC adalah suatu kejadian akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil yang
dapat mencederai pasien tetapi cedera serius tidak terjadi karena
keberuntungan. Semua tindakan operasi yang multidisiplin, melibatkan
berbagai keahlian dan pengalihan antar system didalam rumah sakit yang
kompleks yang dapat menimbulkan risiko yang tinggi terhadap kejadian
insiden kecelakaan pada pasien.
Menurut World Health Organization (2009) memperkirakan angka kejadian
medical error 50% komplikasi dan kematian dapat dicegah dengan
mengembangkan Surgical safety checklist (SSCL) sebagai upaya untuk
meningkatkan keselamatan pasien, mengurangi angka kematian dan
kecacatan. WHO mengidentifikasi tiga fase operasi yaitu sebelum induksi
anestesi (sign in), sebelum sayatan kulit (time out), dan sebelum pasien
meninggalkan ruang operasi (sign out).Surgical Sefty Checklist (SSCL)
adalah sebuah daftar periksa untuk memberikan pembedahan yang aman dan
berkualitas pada pasien terdiri dari sign in, time out, dan sign out (Tirtabayu,
Kasus terkait dengan tindakan operasi dunia, yaitu: kesalahan mengeluarkan
ginjal yang sehat dialami oleh Louis Park di rumah sakit Park Nicollet
Metodhist. Peralatan kesehatan (retractor) sepanjang 33 cm tertinggal di
dalam perut, dialami oleh Donald Church di University of Washington

Medical Centre, salah amputasi kaki dialami oleh Willie di Tampa, Florida
dan operasi otak yang salah dialami oleh wanita di Rhode Island Hospital
(Kompasiana, 2016).
Di Indonesia menurut penelitian Sumarianto (2013) data tentang medical
error secara pasti belum ada, namun pada data laporan insiden kecelakaan
pasien tahun 2010, sebanyak 46,1% dari 105 kasus terjadi pada pasien di
sejumlah rumah sakit. Di Indonesia kasus terkait tindakan operasi yaitu: kasa
tertinggal di ruang antara otot dan tulang dialami oleh Parjo di rumah sakit
Remen Waras dan salah amputasi kaki dialami oleh sawin di rumah sakit
Prima Graha (Media online, 2016).
Sejalan dengan penelitian Sandrawati et al (2013) angka insidensi kejadian
tidak diharapkan pertahun dari pasien yang mengalami pembedahan sebesar
3% dan separuh kasus tersebut dapat dicegah dengan menggunakan Surgical
safety checklist (SSCL). Menurut Sulastri (2015) Surgical safety checklist
merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh
tim professional di ruang operasi diantaranya dokter bedah, perawat, dokter
anestesi, perawat anestesi dan lainnya sehingga dapat meminimalkan setiap
resiko pembedahan yang yang tidak diinginkan seperti salah pasien, salah
prosedur, salah lokasi pembedahan maupun resiko pasien terjatuh dan resiko
terjadinya infeksi.
Keselamatan pasien di rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain motivasi dan komitmen kerja. Motivasi adalah proses yang bersifat
internal atau ekternal bagi setiap pegawai yang menyebabkan timbulnya sikap
antusias dan persistensi dalam melaksanakan tugas ( Winardi,2011). Menurut
Stoner faktor

yang dapat meningkatkan motivasi kerja perawat adalah

pemberian imbalan langsung ( insentif,tunjangan) dan imbalan tidak langsug (


pelatihan dan promosi jabatan).
Faktor lain yang berhubungan dengan sikap perawat dalam pelaksanaan
keselamatn pasien adalah komitmen kerja. Komitmen kerja dapat juga
diartikan bahwa tingkat kepercayaan, keterkaitan, individu terhadap tujuan

dan mempunyai keinginan kuat untuk melaksanakan tugas dan bekerja di


suatu rumah sakit (Mathis dan Jackson dalam Wijaya,2012).
Peran perawat sangat penting untuk sebuah pelayanan rumah sakit, terlebih
tenaga perawat bedah sangat diperlukan sekali karena mereka punya
kekhususan sendiri. Untuk menjadi seorang perawat bedah yang terampil
perlu waktu untuk mendidik dan melatihnya. ( HIPKABI 2014).
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin merupakan salah satu rumah
sakit tipe A pendidikan dan terbesar di Kalimantan Selatan dan menjadi pusat
rujukan di Kalimantan Selatan dan Tengah. Salah satu Instansi di RSUD Ulin
adalah Instansi Bedah Sentral yang memberikan pelayanan pembedahan baik
yang terencana maupun pembedahan yang darurat.
Hasil studi pendahuluan awal dilakukan peneliti dengan wawancara dan
observasi terhadap 6 orang perawat di ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS)
RSUD Ulin Banjarmasin secara acak pada tanggal 10 oktober 2016. Hasil
yang didapatkan 4 orang sudah melakukan pelaksanaan surgical safety
checklist (SSCL) yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,
sedangkan 2 orang perawat tidak melakukan pelaksanaan surgical safety
checklist (SSCL).
Melalui observasi terhadap 2 orang yang tidak melakukan pelaksanaan
surgical safety checklist (SSCL) tersebut, ditemukan bahwa 1 orang perawat
yang tidak melaksanakan penghitungan kasa pada saat fase time out dan
perawat yang 1 orangnya lagi tidak melakukan pemberian antibiotik tepat
waktu,yang seharusnya pemberian antibiotik 60 menit sebelum dilakukan
operasi. Peneliti mewawancarai pada hari yang sama terhadap 2 orang
perawat yang tidak melakukan prosedur pelaksanaan surgical safety checklist
tersebut didapatkan jawaban 1 dari 2 orang perawat tersebut sudah merasa
benar dalam melaksanakan prosedur surgical safety checklist, sesuai dengan
pengalaman yang di dapat dari perawat senior sebelumnya,dan 1 orang dari
perawat

lainnya

menyatakan

bahwa

dikerjakan

upah/insentifnya yang diberikan rumah sakit sama saja.

atau

tidak

hasil

Pada fase time out perawat instrumen (Scrub) sangat berperan dalam
penghitungan alat instrumen dan penghitungan kasa serta jarum yang
dikeluarkan pada waktu sebelum dimulainya operasi.
Berdasarkan uraian diatas tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian
lebih lanjut tentang Hubungan motivasi dan komitmen dengan kepatuhan
perawat bedah pada pelaksanaan prosedur surgical safety checklist(SSCL).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian ini yaitu :
1.2.1 Apakah ada hubungan motivasi kerja perawat dengan kepatuhan
perawat bedah pada pelaksanaan surgical safety checklist(SSCL) di
1.2.2

Instalasi Bedah Sentral RSUD Ulin Banjarmasin ?


Apakah ada hubungan komitmen kerja perawat dengan kepatuhan
perawat bedah pada pelaksanaan surgical safety checklist(SSCL) di

1.2.3

Instalasi Bedah Sentral RSUD Ulin Banjarmasin ?


Apakah ada hubungan secara bersama-sama antara motivasi dan
komitmen kerja dengan kepatuhan perawat bedah pelaksanaan surgical
safety checklist(SSCL) di Instalasi Bedah Sentral RSUD Ulin
Banjarmasin ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan motivasi dan komitmen kerja dengan kepatuhan
perawat bedah pada pelaksanaan Surgical safety checklist (SSCL) di
IBS RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2016.
1.3.2

Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi motivasi perawat bedah dengan kepatuhan
pada pelaksanaan Surgical safety checklist (SSCL) di IBS
RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2016.

1.3.2.2 Mengidentifikasi komitmen perawat bedah dengan kepatuhan


pada pelaksanaan Surgical safety checklist (SSCL) di IBS
RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2016.
1.3.2.3 Mengidentifikasi kepatuhan perawat bedah pada pelaksanaan
Surgical safety checklist (SSCL) di IBS RSUD Ulin
Banjarmasin tahun 2016.
1.3.2.4 Menganalisis hubungan motivasi dan komitmen

perawat

bedah dengan kepatuhan pada pelaksanaan Surgical safety


checklist (SSCL) di IBS RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2016.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk
mahasiswa agar menjadi perawat professional dalam melakukan
1.4.2

tindakan khususnya di kamar bedah.


Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Responden
Diharapkan bagi perawat yang bekerja di ruang bedah sentral
mengetahui dan dapat melakukan tindakan yang tepat dalam
pelaksanaan Surgical safety checklist (SSCL).
1.4.2.2 Tempat Penelitian
Diharapkan data atau informasi hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan masukan bagi RSUD Ulin Banjarmasin dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam hal
Surgical safety checklist (SSCL).
1.4.2.3 Institusi Pendidikan
Memberikan masukan pada institusi pendidikan tentang
pelaksanaan Surgical safety checklist (SSCL).
1.4.2.4 Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan
pustaka di dalam bidang yang berhubungan dengan Surgical
safety checklist (SSCL) bagi penelitian-penelitian lain.

1.5 Penelitian Terkait

Sepengetahuan penulis, belum pernah dilakukannya penelitian seperti yang


dilakukan penulis saat ini, ada beberapa penelitian yang mirip dengan
penelitian yang akan diteliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut :
1.5.1 Sandrawati (2013) dengan judul Rekomendasi untuk Meningkatkan
Kepatuhan Penerapan Surgical Sefety Checklist di Kamar Operasi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapanSurgical safety
checklist(SCCL) dengan menganalisa pengaruh kebijakan, prosedur,
budaya keselamatan pasien, dan factor individu terhadap kepatuhan
penerapan SSCL di kamar bedah.Desain penelitian cross-sectional
study. Populasi perawat di ruang bedahdi RSUD H. Badarudin
Tanjung. Jumlah sampel 47 orang yang diambil secara total sampling.
Instrumen dalam penelitian ini ialah kuesioner untuk data responden
dan kepatuhan penerapan SSCL.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
variabel bebas, variabel terikat, desain penelitian, metode penelitian,
populasi penelitian, sampel penelitian dan tahun penelitian. Variabel
penelitian ini yakni motivasi dan komitmen perawat dengan
kepatuhan pelaksanaan surgical safety checklist. Desain penelitian
menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan studi
cross sectional. Populasi seluruh perawat bedah di IBS RSUD Ulin
Banjarmasin. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan pada tahun
2016.
1.5.2

Nanang Wahyudi (2014) dengan judul Hubungan Komitmen Dengan


Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Perawat Di
RSUD Ulin Banjarmasin. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan komitmen dengan kepatuhan penggunaan alat
pelindung diri. Desain penelitian studi deskriptif

analitik dengan

pendekatan cross sectional. Populasi perawat di RSUD Ulin


Banjarmasin. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 96 orang dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Uji Statistik yang digunakan
adalah Chi-Square dengan = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara komitmen dengan


kepatuhan penggunaan alat pelindung diri.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
variabel bebas, variabel terikat, desain penelitian, metode penelitian,
populasi penelitian, sampel penelitian dan tahun penelitian. Variabel
penelitian ini yakni motivasi dan komitmen dengan pelaksanaan
surgical safety checklist. Desain penelitian menggunakan metode
penelitian analitik dengan pendekatan studi cross sectional. Populasi
seluruh perawat bedah di IBS RSUD Ulin Banjarmasin. Pengambilan
sampel penelitian ini dilakukan pada tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai