Oleh:
Lilis Khalisah, S.Kep
M.Riyan Saputra, S.Kep
JURNAL
BAB II
TINJAUAN TEORI
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep PICO
Menurut Nordenstrom (2007) langkah pertama dalam proses EBM (Evidence
Base Medicine) adalah merumuskan pertanyaan yang terfokus. Pertanyaan
yang dirumuskan dengan baik adalah prasyarat untuk mendapatkan jawaban
yang berguna. Pertanyaannya harus spesifik dan ringkas agar bisa dicari di
database dan dapat dijawab setelah mendapat penilaian kritis terhadap
informasi yang ada. Informasi yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan
klinis, pendekatan pico dapat digunakan untuk menentukan pasien, intervensi,
komparator dan hasilnya
Menurut Bryant & Pace (2008) pendekatan yang diterima untuk merumuskan
pertanyaan klinis diperkenalkan oleh sackett dan rekan kerjanya yaitu
menggunakan akronimetri atau yang disebut dengan PICO. Pendekatan ini
mencakup komponen berikut:
1. Person/Problem/Populations
Patient/person - apa individu pasien atau populasi pasien dikaitkan dengan
pertanyaan klinis? Apakah ada sub kelompok pasien yang membutuhkan,
perhatian khusus? (Bryant & Pace, 2008).
P: pasien, populasi atau masalah
Tipe pasien mana yang menjadi fokus perhatian, yaitu apakah berdasarkan
diagnosis, populasi atau masalah pasien? Subjek dalam kebanyakan
masalah EBM adalah pasien dengan diagnosis tertentu. Coba untuk setepat
mungkin dalam menentukan karakter, ,misalnya: diagnosis, stadium
penyakit jika diketahui, usia, jenis kelamin, tes diagnostik atau pengukuran
klinis dan lain-lain (Nordenstrom, 2007).
a. Person
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam
(2014).
b. Problem
Masalah adalah bagian penting dari suatu penelitian, karena masalah
membutuhkan suatu proses pemecahan yang sistematik, logis, dan
ilmiah dengan menetapkan metode ilmiah (scientific method). Proses
ilmiah tersebut akan selalu dikembangkan sejak identifikasi masalah
(Hidayat, 2007).
c. Population
Populasi adalah subyek (misalnya manusia: klien) yang memenuhi
kriteria yang dapat ditetapkan (Nursalam, 2014).
2. Interventions
Intervention - intervensi apa yang dapat digunakan dalam situasi klinis ini?
(Bryant & Pace, 2008). Apa intervensi (seringkali alternatif baru) yang
ingin Anda bandingkan dengan pengobatan standar, yaitu kelompok
eksperimen apa itu? Apakah intervensi obat baru, operasi, radioterapi, tes
diagnostik, metode bedah baru, akupunktur, dan lain-lain? (Nordenstrom,
2007).
3. Comparation
Comparation - intervensi tambahan apa yang dapat dipertimbangkan dan
dibandingkan dengan intervensi terpilih? (Bryant & Pace, 2008). Apa yang
ingin Anda bandingkan dengan intervensi? Apa intervensi kontrolnya?
mungkin mengontrol tentang perawatan, tes atau tindakan yang standar
obat, perawatan bedah, fisioterapi? Atau mungkin alternatifnya yang
sampai sekarang belum memberikan perlakuan sama sekali? Kemudian
bisa menjadi alternatif pengobatan baru yang bisa dibandingkan
(Nordenstrom, 2007).
4. Outcome
Outcome - apa yang paling diinginkan untuk populasi pasien, pasien, dan /
atau pasien? (Bryant & Pace, 2008). Hasil apa yang diinginkan? Apakah
pertanyaan berlaku untuk hasil seperti bertahan hidup, pengurangan gejala,
kualitas hidup, berkurangnya waktu sakit, efek samping, kambuh, dll?
Apakah efek ekonomi kesehatan yang terlibat? Apakah tes diagnostik
lebih murah atau yang lebih bisa diandalkan (Nordenstrom, 2007).
4. Temperature kompres
Menurut (Asmadi, 2008), temperatur air untuk pengompresan di
klasifikasikan sebagai berikut :
a. Dingin sekali : Dibawah 13°C
b. Dingin : 13-18°C (50-65 F°)
c. Sejuk : 18-26°C (65-80 F°)
d. Hangat kuku : 26-34°C (80-93 F°)
e. Hangat : 34-37°C (93-98 F°)
f. Panas : 37-41°C (98-105 F°)
g. Sangat Panas : 41-46°C
Jadi, temperature kompres dingin yaitu berkisar antara 13-18oC.
Infeksi dapat terjadi, tapi sangat kecil kemunginannya jika luka perineum
dirawat degan bai. Selama di rumah sakit, dokter aan memerisa perineum
setidaknya sekali sehari untuk memastikan tidak terjadi peradangan atau
tanda infeksi lainnya.
TELAAH JURNAL
BAB III
FORMAT ANALISA JURNAL KEPERAWATAN
Intervention :
Kompres dingin terhadap pengurangan nyeri luka perineum
Comparation :
1. Jurnal yang dianalisa :
Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka
Perineum pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking
Kabupaten Tuban. Hasil penelitian sebelum diberikan
perlakuan kompres dingin sebagian besar responsden
mengalami nyeri sedang 12 (60%), nyeri ringan dan berat 4
(20%) dan setelah diberikan perlakuan kompres dingin
sebagian besar responsden mengalami nyeri ringan 15 (75%),
nyeri sedang 4 (20%) serta 1 (5%) yang mengalami nyeri berat.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji Wilcoxon
didapatkan W hitung lebih kecil W tabel maka H0 ditolak
artinya ada pengaruh kompres dingin terhadap pengurangan
nyeri luka perineum pada ibu nifas.
2. Jurnal pembanding :
a. Aromaterapi Lavender dapat Menurunkan Intensitas Nyeri
Perineum Pada Ibu Post Partum. Hasil penelitian
menunjukkan ada penurunan nyeri sebelum dan setelah
pemberian aromaterapi laender secara inhalasi (Z=3,77)
dengan p value= 0,001. Aromaterapi lavender dapat
menjadi alternative terapi komplementer untuk menurunkan
nyeri pada ibu post partum.
b. Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri
Luka Jahitan Perineum pada Ibu Post Partum di Rumah
Sakit Muhamadiyah Lamongan. Hasil penelitian diperoleh
tingkatan nyeri ibu post partum dengan luka jahitan
perineum sebelum dilakukan teknik relaksasi mengalami
nyeri sedang sebanyak 17 orang atau 85%, setelah
dilakukan teknik relaksasi nyeri berkurang menjadi ringan
sebanyak 11 orang atau 55% dan tidak merasa nyeri
sebanyak 9 orang atau 45%. Dari hasil penelitian diperoleh
p=0,001 (p<0,05) yang artinya terdapat pengaruh teknik
relaksasi terhadap penurunan nyeri luka jahitan perineum
pada ibu post partum.
c. Efektifitas Senam Kegel dan Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Nyeri Perineum pada Ibu Post Partum di BPM
Prima Boyolali. Nyeri perineum pada ibu post partum
sebelum senam kegel memiliki rata-rata nyeri 4.73. Nyeri
perineum pada ibu post partum. Setelah dilakukan senam
kagel memiliki rata-rata nyeri 3.53. Nyeri perineum pada
ibu post partum sebelum melakukan relaksasi nafas dalam
memiliki rata-rata nilai nyeri 5.46. Nyeri perineum pada ibu
post partum sesudah melakukan relaksasi nafas dalam
memiliki rata-rata nilai nyeri 4.60. Ada perbedaan nyeri
perineum sebelum dan sesudah senam kagel diperoleh nilai
p-value 0,001 dimana 0,001>0,05. Ada perbedaan nyeri
perineum sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam
diperoleh nilai p-value 0,007 dimana 0,007>0,05. Ada
pengaruh nyeri perineum setelah senam kegel dibandingkan
setelah relaksasi nafas diperoleh nilai p-value 0,036 dimana
0,036>0,05.
Outcome:
Metode sederhana yang dapat di gunakan untuk mengurangi nyeri
yang secara alamiah yaitu dengan memberikan kompres dingin
pada luka, ini merupakan alternatif pilihan yang alamiah dan
sederhana yang dengan cepat mengurangi rasa nyeri selain dengan
memakai obat-obatan. Terapi dingin menimbulkan efek analgetik
dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls
nyeri yang mencapai otak lebih sedikit. Sehingga dari penelitian ini
diharapkan dengan memberikan kompres dingin mampu
menurunkan nyeri luka perineum pada ibu nifas.
( ) ( )