Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS JURNAL PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP

PENGURANGAN NYERI LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS


DI BPS SITI ALFIRDAUS KINGKING KABUPATEN TUBAN

Oleh:
Lilis Khalisah, S.Kep
M.Riyan Saputra, S.Kep

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS B
TAHUN 2017
BAB I

JURNAL
BAB II

TINJAUAN TEORI
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep PICO
Menurut Nordenstrom (2007) langkah pertama dalam proses EBM (Evidence
Base Medicine) adalah merumuskan pertanyaan yang terfokus. Pertanyaan
yang dirumuskan dengan baik adalah prasyarat untuk mendapatkan jawaban
yang berguna. Pertanyaannya harus spesifik dan ringkas agar bisa dicari di
database dan dapat dijawab setelah mendapat penilaian kritis terhadap
informasi yang ada. Informasi yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan
klinis, pendekatan pico dapat digunakan untuk menentukan pasien, intervensi,
komparator dan hasilnya

Menurut Bryant & Pace (2008) pendekatan yang diterima untuk merumuskan
pertanyaan klinis diperkenalkan oleh sackett dan rekan kerjanya yaitu
menggunakan akronimetri atau yang disebut dengan PICO. Pendekatan ini
mencakup komponen berikut:
1. Person/Problem/Populations
Patient/person - apa individu pasien atau populasi pasien dikaitkan dengan
pertanyaan klinis? Apakah ada sub kelompok pasien yang membutuhkan,
perhatian khusus? (Bryant & Pace, 2008).
P: pasien, populasi atau masalah
Tipe pasien mana yang menjadi fokus perhatian, yaitu apakah berdasarkan
diagnosis, populasi atau masalah pasien? Subjek dalam kebanyakan
masalah EBM adalah pasien dengan diagnosis tertentu. Coba untuk setepat
mungkin dalam menentukan karakter, ,misalnya: diagnosis, stadium
penyakit jika diketahui, usia, jenis kelamin, tes diagnostik atau pengukuran
klinis dan lain-lain (Nordenstrom, 2007).
a. Person
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam
(2014).
b. Problem
Masalah adalah bagian penting dari suatu penelitian, karena masalah
membutuhkan suatu proses pemecahan yang sistematik, logis, dan
ilmiah dengan menetapkan metode ilmiah (scientific method). Proses
ilmiah tersebut akan selalu dikembangkan sejak identifikasi masalah
(Hidayat, 2007).
c. Population
Populasi adalah subyek (misalnya manusia: klien) yang memenuhi
kriteria yang dapat ditetapkan (Nursalam, 2014).

2. Interventions
Intervention - intervensi apa yang dapat digunakan dalam situasi klinis ini?
(Bryant & Pace, 2008). Apa intervensi (seringkali alternatif baru) yang
ingin Anda bandingkan dengan pengobatan standar, yaitu kelompok
eksperimen apa itu? Apakah intervensi obat baru, operasi, radioterapi, tes
diagnostik, metode bedah baru, akupunktur, dan lain-lain? (Nordenstrom,
2007).

3. Comparation
Comparation - intervensi tambahan apa yang dapat dipertimbangkan dan
dibandingkan dengan intervensi terpilih? (Bryant & Pace, 2008). Apa yang
ingin Anda bandingkan dengan intervensi? Apa intervensi kontrolnya?
mungkin mengontrol tentang perawatan, tes atau tindakan yang standar
obat, perawatan bedah, fisioterapi? Atau mungkin alternatifnya yang
sampai sekarang belum memberikan perlakuan sama sekali? Kemudian
bisa menjadi alternatif pengobatan baru yang bisa dibandingkan
(Nordenstrom, 2007).
4. Outcome
Outcome - apa yang paling diinginkan untuk populasi pasien, pasien, dan /
atau pasien? (Bryant & Pace, 2008). Hasil apa yang diinginkan? Apakah
pertanyaan berlaku untuk hasil seperti bertahan hidup, pengurangan gejala,
kualitas hidup, berkurangnya waktu sakit, efek samping, kambuh, dll?
Apakah efek ekonomi kesehatan yang terlibat? Apakah tes diagnostik
lebih murah atau yang lebih bisa diandalkan (Nordenstrom, 2007).

B. Konsep Kompres Dingin


Menurut Asmadi (2008) kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh
dengan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada
bagian tubuh yang memerlukan. Kompres dingin adalah pemeliharaan suhu
tubuh dengan memberikan sensasi dingin pada tubuh.
1. Manfaat kompres dingin :
a. Menurunkan suhu tubuh
b. Mencegah peradangan meluas
c. Mengurangi kongesti
d. Mengurangi perdarahan setempat
e. Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat.

2. Indikasi kompres dingin:


a. Klien dengan suhu tubuh yang tinggi.
b. Klien dengan batuk atau muntah darah
c. Radang, memar (Asmadi, 2008).

3. Pengaruh fisiologis dan terapis kompres dingin adalah sebagai berikut:


a. Dapat mengatasi atau mengurangi keluarnya stikoline, yakni materi
kimiawi yang dikeluarkan oleh gerak saraf. Ini akan menyebabkan
hilangnya (nyeri) otot-otot hingga dapat menimbulkan relaksasi.
b. Menurunnya nyeri yang akut, dan menghilangkan nyeri yang menua.
Pengaruh fisiologis kompres dingin ini lebih lama dibandingkan
dengan pengaruh kompres hangat
c. Meringankan nyeri. Karena terapi ini dapat mengalihkan saraf perasa
nyeri ke dalam otak.
d. Bekerja guna mengerutkan pembuluh darah pada saat terapi dilakukan,
dan membatasi jumlah darah yang mengalir dari pembuluh darah yang
merusak, dengan demikian berpengaruh besar dalam mengurangi
pembengkakan, hingga kemudian akan membantu percepatan
penyembuhan.
e. Kompres dingin juga memiliki pengaruh seperti yang dimilii kompres
hangat dalam meringankan otot-otot.
f. Menambah kemampuan otot-otot lemah, jika kompres dingin ini
digunakan sebentar (Mahmud, 2009).

4. Temperature kompres
Menurut (Asmadi, 2008), temperatur air untuk pengompresan di
klasifikasikan sebagai berikut :
a. Dingin sekali : Dibawah 13°C
b. Dingin : 13-18°C (50-65 F°)
c. Sejuk : 18-26°C (65-80 F°)
d. Hangat kuku : 26-34°C (80-93 F°)
e. Hangat : 34-37°C (93-98 F°)
f. Panas : 37-41°C (98-105 F°)
g. Sangat Panas : 41-46°C
Jadi, temperature kompres dingin yaitu berkisar antara 13-18oC.

5. Patofisiologi Kompres Dingin Terhadap Nyeri


Potter & Perry (2006) dalam Putri (2016) menyatakan bahwa kompres
dingin dapat menghilangkan nyeri. Teori ini menyatakan cara kerja
dari kompres dingin adalah dengan pelepasan endorphin, sehingga
memblok transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan
lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C
dan delta-A berdiameter kecil, sehingga gerbang sinap menutup
transmisi impuls nyeri.

Endorphin merupakan substansi seperti morfin yang diproduksi oleh


tubuh (termasuk zat kimiawi endogen) dan mempunyai konsentrasi
kuat dalam sistem saraf. Endorphin ini berfungsi sebagai inhibitor
terhadap transmisi nyeri dengan memblok transmisi impuls otak dan
medulla spinalis. Kompres dingin digunakan untuk meredakan nyeri
dengan memperlambat kecepatan konduksi saraf, menyebabkan
mati rasa dan bekerja sebagai counterirritant. Pemberian tindakan
aplikasi dingin dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan
penyembuhan. Aplikasi dingin berkaitan dengan melambatnya
kemampuan saraf-saraf nyeri dalam menyalurkan rangsangan nyeri
(Sulistiyani, 2009 dalam Putri, 2006).

Kompres dingin atau cold therapy merupakan modalitas terapi fisik


yang menggunakan sifat fisik dingin untuk terapi berbagai kondisi,
termasuk pada nyeri luka perineum. Kompres dingin bekerja dengan
menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol nyeri. Terapi dingin
yang diberikan akan mempengaruhi impuls yang dibawa oleh serabut
taktil A-Beta untuk lebih mendominasi sehingga “gerbang” akan menutup
dan impuls nyeri akan terhalangi. Nyeri yang dirasakan akan
berkurang atau hilang untuk sementara waktu. Tujuan dilakukannya
kompres dingin yaitu untuk mengurangi inflamasi yang terjadi pada
tempat yang terserang nyeri sehingga sensasi nyeri pasien dapat berkurang
(Nurchairiah, 2014 dalam Putri, 2016).

Dalam bidang kedokteran, kompres dingin banyak digunakan


untuk mengurangi rasa nyeri. Pada aplikasi dingin memberikan efek
fisiologis yakni menurunkan respon inflamasi, menurunkan aliran
darah dan mengurangi edema, mengurangi rasa nyeri lokal. Teknik
ini berkaitan dengan teori gate control dimana stimulasi kulit berupa
kompres dingin dapat mengaktivasi transmisi serabut saraf sensorik
A-Beta yang lebih besar dan lebih cepat. Hal ini menutup “gerbang”
sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dengan diameter
yang kecil (Purnamasari, 2014 dalam Putri, 2016).

6. Langkah-langkah Kompres Dingin Pada Perineum


Persiapan Alat
 Handuk/waslap/kain bersih
 Air es/batu es
 Baskom
 Perlak

Langkah-langkah kompres dingin pada perineum:

a. Ibu diminta tetap rileks serta nyaman selama dilakukan tindakan.


b. Handuk atau waslap dicelupkan ke dalam air es atau dapat dengan batu
es yang dibungkus dengan handuk/waslap/kain bersih dan diletakkan
pada bagian perineum.
c. Pengompresan pada perineum ini dilakukan selama 3 kali dalam 1
hari.
d. Pengompresan dilakukan selama selama 10-15 menit pada suhu 18°C.
e. Setiap setelah pengompresan dilakukan jeda waktu selama 30 menit
lalu diulang pengompresan kembali.
f. Pengompresan dilakukan pada hari ke 3 – 7 setelah postpartum
(Purwaningsih, 2015).

Penggunaan kompres dingin dilakukan pada hari ke 3 - 7 setelah


persalinan. Untuk memberikan efek terapeutik yang diharapkan
(mengurangi nyeri), sebaiknya suhu tidak terlalu dingin (yaitu, berkisar
antara 18-27°C), karena suhu yang terlalu dingin selain memberikan rasa
tidak nyaman juga dapat menyebabkan frostbite/membeku (Tamsuri, 2006
dalam Purwaningsih, 2015).

Cara melakukan kompres dingin yaitu dengan meletakkan kompres dingin


pada punggung bawah atau perineum dengan menggunakan kantong es,
kantong jeli, kantong beras, sarung tangan lateks yang diisi dengan
kepingan-kepingan es, kain basah yang didinginkan, kaleng minuman
ringan yang dingin botol plastic air beku, atau benda-benda dingin lainnya.
Selalu letakkan satu atau dua lapis kain atau bantalan tempat tidur sekali
pakai antara benda dingin dan kulit ibu bersalin. Tindakan ini menghindari
rasa tidak nyaman mendadak yang akan terjadi jika benda dingin langsung
diletakkan pada kulit dan melakukan untuk intervensi terhadap dari rasa
sejuk menjadi dingin (Simkin, 2005).

Kompres dingin dapat memberikan kelegaan. Contoh mencakup kantung


berisi es, lap muka yang didinginkan, sarung tangan yang diisi potongan
es, kantung yang berisi kacang yang dibekukan, pin plastic berlubang yang
diisi dengan es, kompres dingin instant, atau gel beku seperti camper ice,
atau kompres dingin yang digunakan untuk mengatasi cidera pada atlet.
Diletakkan pada punggung bagian bawah untuk meredakan sakit
punggung selama persalinan, kompres dingin efeknya sangat
mengagumkan. Juga letakkan pada perineum segera setelah melahirkan
untuk membantu mengurangi sakit dan pembengkakan (Simkin, et al,
2007).
C. Konsep Luka Perinium
Perineum adalah daerah yang terletak antaa vulva dan anus yang juga berperan
dalam persalinan.
1. Perineum yang lunak dan elastic serta cukup leba, umumnya tidak
memberikan kesukaran dalam kelahiran kepala janin. Jika terjadi robekan
hanya sampai rupture perineal tingkat I atau II.
2. Perineum yang kaku dan tidak elastic akan menghambat persalinan kala II
dan dapat meningkatkan risiko terhadap janin. Juga dapat menyebabkan
luka perineum yang luas sampai tingkat III. Hal ini sering ditemui pada
primitua yaitu primigravida berumur di atas tahun. Untuk mencegahnya
dilakukan episiotomy.
3. Perineum yang sempit akan mudah terjadi robekan-robekan jalan lahir.
Dalam memimpin persalinan kala II lakukanlah episiotomy pimer (Sofian,
2011).

Laserasi Perineum biasanya diklasifikasikan ke dalam empat derajat sesuai


dengan luka robekan :
1. Laserasi derajat satu mencakup fourchette (lipatan kulit yang tipis di
belakang vulva), kulit perineum, dan membran mukosa vagina tanpa
melibatkan otot.
2. Laserasi derajat dua mencakup (selain kulit dan membran mukosa) otot
badan perineum, tetapi tidak sfingter rektum. Robekan ini biasanya meluas
ke atas pada satu atau dua sisi vagina, yang membuat cedera berbentuk
segitiga.
3. Laserasi derajat tiga meluas komplet melalui kulit, membran mukosa,
badan perineum, dan sfingter rektum. Jenis ini sering disebut robekan
komplet. Sering kali, laserasi derajat tiga ini meluas dengan jarak tertentu
ke atas dinding anterior rektum.
4. Laserasi derajat empat, robekan yang meluas ke dalam rectum (Reeder et
al, 2012).
Laserasi derajat satu dan dua sangat umum terjadi pada primigravida;
insidennya yang tinggi merupakan salah satu rasional untuk penggunaan
episiotomi. Untungnya, laserasi derajat 3 dan 4 sangat jarang terjadi. Ketiga
jenis laserasi dijahit oleh dokter segera setelah pelahiran untuk memastikan
bahwa struktur perineum disatukan kembali sehingga kondisinya kira-kira
sama dengan kondisi sebelum pelahiran. Teknik yang digunakan untuk inisial
episiotomi, walaupun penjahitan laserasi lebih sulit dilakukan karena garis
jaringan yang harus disatukan tidak teratur (Reeder et al, 2012).

Derajat Laserasi Perineum


Sumber : Saifuddin 2008

Menurut Bahiyatun (2008) luka pada perineum akibat episiotomy, merupakan


daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Tindakan
membersihkan vulva dapat member kesempatan melakukan inspeksi secara
seksama daerah perineum. Robekan perineum terjadi pada semua persalinan,
dan biasanya robekan terjadi di garis tengah dan dapat meluas apabila kepala
janin lahir terlalu cepat. Perineum yang dilalui bayi biasanya mengalami
peregangan, lebam, dan trauma. Rasa sakit pada perineum semakin parah jika
perineum robek atau disayat pisau bedah. Seperti semua luka baru, area
epistiotomi atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh, yaitu 7
hingga 10 hari. Pengamatan dan perawatan khususnya diperlukan untuk
menjamin agar daerah itu sembuh dengan cepat dan mudah pencucian daerah
perineum memberikan kesempatan untuk melakukan inspeksi secara seksama
pada daerah tersebut dan mengurangi rasa sakitnya.

Infeksi dapat terjadi, tapi sangat kecil kemunginannya jika luka perineum
dirawat degan bai. Selama di rumah sakit, dokter aan memerisa perineum
setidaknya sekali sehari untuk memastikan tidak terjadi peradangan atau
tanda infeksi lainnya.

Menurut Simkin, et al (2007) perawatan khusus untuk perineum dianjurkan,


khususnya jika anda mendapat jahitan untuk menutup episiotomy atau
robekan, atau jika perineum sangat lecet atau bengkak. Tujuan dasar dari
perawatan perineum adalah untuk mengurangi nyeri, mempercepat
penyembuhan, dan mencegah infeksi.. jahitan akan hilang dalam waktu 2
sampai 4 minggu dan jaringan biasanya pulih dalam waktu 4 sampai 6
minggu, meskipun akan merasa kurang nyaman untuk beberapa waktu.
Ketidaknyamanan selama berhubungan seksual dapat berlangsung selama
beberapa bulan. Hubungi pemberi perawatan jika ketidaknyamanan ini tetap
ada, mungkin dapat diobati.

 Bidan atau perawat akan memberikan kompres es pada perineum


segera sesudah anda melahirkan untu mengurangi rasa sakit dan
pembengkakan. Gunakan kompres es secara berkala selama beberapa
hari. Anda dapat meletakkan es yang dihancukan atau kain pembasuh
basah yang dibekukan dalam kantong beresleting dan membungkusnya
dengan beberapa lembar pembalut perineum, atau dapat membasahi
pembalut yang bersih dengan witch hazel (pupur cair) dan
membekukannya sebelum digunakan. Pembalut witch hazel beku
memberikan peredaan nyeri pada daerah robekan, episiotomy, dan
wasir.
 Senam kontraksi dasar panggul yang dilakukan cukup sering (Kegel
dan Super Kegel) akan dapat meningkatkan sirkulasi pada perineum,
mempercepat penyembuhan dan mengurangi pembengkakan. Jiga
membantu mengembalikan kekuatan dan dan tonus otot pada dasar
panggul.
 Sehabis berkemih, bersihkan diri anda dengan menyiramkan air hangat
ke daerah perineum dari depan ke anus.
 Jangan memakai tampon sebelum pengecekan vagina
 Selalu usap atau keringkan dari depan ke belakang untuk mencegah
infeksi perineum akibat organism dari anus.
 Pemberi perawatan akan meresepkan atau memberi preparat untuk
diulaskan pada perineum guna meningkatkan kenyamanan.
 Berbaring dan istirahat sesering mungkin pada minggu pertama atau
kedua sesudah melahirkan. Jia duduk atau beerdiri, gaya tarik bumi
akan meningkatkan pembengkakan.
 Ganti pembalut wanita yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut
dengan baik sehingga tidak bergeser.
 Lepasan pembalut dari arah depan ke belakang untuk menghindari
penyebaran bakteri dari anus ke vagina.
 Alirkan atau bilas dengan air hangat/cairan antiseptic pada area
perineum setelah defekasi. Keringkan dengan kain pembalut atau
handuk dengan cara ditepuk-tepuk, dan dari arah depan ke belakang.
Jangan dipegang sampai area tersebut pulih
 Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupaan tanda
penyembuhan. Namun, untuk meredakan rasa tidak enak, atasi dengan
beendam di air hangat atau kompres dingin dengan kain pembalut yang
telah didinginkan.
 Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi
tekanan pada daerah tersebut.
Cara Mencegah Robekan Perineum
Menurut Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008) dalam
Purwaningsih (2015) kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat
manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh
tubuh bayi untuk mencegah luka atau meminimalkan laserasi pada
perineum. Cara-cara yang dianjurkan untuk meminimalkan terjadinya
laserasi perineum diantaranya adalah :
a. Saat kepala membuka vulva (5-6 cm), penolong meletakkan kain yang
bersih dan kering yang dilipat sepertiganya di bawah bokong ibu dan
menyiapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu, untuk
mengeringkan bayi segera setelah lahir.
b. Melindungi perineum dengan satu tangan dengan kain bersih dan
kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan empat jari tangan
pada sisi yang lain pada belakang kepala bayi.
c. Menahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat
keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.
d. Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala, bahu, dan
seluruh tubuh bayi secara bertahap dengan hati-hati dapat mengurangi
regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum.
BAB III

TELAAH JURNAL
BAB III
FORMAT ANALISA JURNAL KEPERAWATAN

1. Uraian PICO (Problem, Intervention, Comparison, Outcome)


 Person/Problem/Population :
- Person : Ibu nifas yang mendapat luka perineum di BPS
Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban pada
Bulan Mei-Juni 2011 yaitu 20 orang.
- Problem : Nyeri luka perineum pada ibu nifas
- Population : Seluruh ibu nifas dengan luka perineum di BPS
Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban pada
Bulan Mei-Juni 2011 yaitu 24 orang

 Intervention :
Kompres dingin terhadap pengurangan nyeri luka perineum

 Comparation :
1. Jurnal yang dianalisa :
Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka
Perineum pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking
Kabupaten Tuban. Hasil penelitian sebelum diberikan
perlakuan kompres dingin sebagian besar responsden
mengalami nyeri sedang 12 (60%), nyeri ringan dan berat 4
(20%) dan setelah diberikan perlakuan kompres dingin
sebagian besar responsden mengalami nyeri ringan 15 (75%),
nyeri sedang 4 (20%) serta 1 (5%) yang mengalami nyeri berat.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji Wilcoxon
didapatkan W hitung lebih kecil W tabel maka H0 ditolak
artinya ada pengaruh kompres dingin terhadap pengurangan
nyeri luka perineum pada ibu nifas.
2. Jurnal pembanding :
a. Aromaterapi Lavender dapat Menurunkan Intensitas Nyeri
Perineum Pada Ibu Post Partum. Hasil penelitian
menunjukkan ada penurunan nyeri sebelum dan setelah
pemberian aromaterapi laender secara inhalasi (Z=3,77)
dengan p value= 0,001. Aromaterapi lavender dapat
menjadi alternative terapi komplementer untuk menurunkan
nyeri pada ibu post partum.
b. Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri
Luka Jahitan Perineum pada Ibu Post Partum di Rumah
Sakit Muhamadiyah Lamongan. Hasil penelitian diperoleh
tingkatan nyeri ibu post partum dengan luka jahitan
perineum sebelum dilakukan teknik relaksasi mengalami
nyeri sedang sebanyak 17 orang atau 85%, setelah
dilakukan teknik relaksasi nyeri berkurang menjadi ringan
sebanyak 11 orang atau 55% dan tidak merasa nyeri
sebanyak 9 orang atau 45%. Dari hasil penelitian diperoleh
p=0,001 (p<0,05) yang artinya terdapat pengaruh teknik
relaksasi terhadap penurunan nyeri luka jahitan perineum
pada ibu post partum.
c. Efektifitas Senam Kegel dan Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Nyeri Perineum pada Ibu Post Partum di BPM
Prima Boyolali. Nyeri perineum pada ibu post partum
sebelum senam kegel memiliki rata-rata nyeri 4.73. Nyeri
perineum pada ibu post partum. Setelah dilakukan senam
kagel memiliki rata-rata nyeri 3.53. Nyeri perineum pada
ibu post partum sebelum melakukan relaksasi nafas dalam
memiliki rata-rata nilai nyeri 5.46. Nyeri perineum pada ibu
post partum sesudah melakukan relaksasi nafas dalam
memiliki rata-rata nilai nyeri 4.60. Ada perbedaan nyeri
perineum sebelum dan sesudah senam kagel diperoleh nilai
p-value 0,001 dimana 0,001>0,05. Ada perbedaan nyeri
perineum sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam
diperoleh nilai p-value 0,007 dimana 0,007>0,05. Ada
pengaruh nyeri perineum setelah senam kegel dibandingkan
setelah relaksasi nafas diperoleh nilai p-value 0,036 dimana
0,036>0,05.

 Outcome:
Metode sederhana yang dapat di gunakan untuk mengurangi nyeri
yang secara alamiah yaitu dengan memberikan kompres dingin
pada luka, ini merupakan alternatif pilihan yang alamiah dan
sederhana yang dengan cepat mengurangi rasa nyeri selain dengan
memakai obat-obatan. Terapi dingin menimbulkan efek analgetik
dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls
nyeri yang mencapai otak lebih sedikit. Sehingga dari penelitian ini
diharapkan dengan memberikan kompres dingin mampu
menurunkan nyeri luka perineum pada ibu nifas.

Hasil penelitian sebelum diberikan perlakuan kompres dingin


sebagian besar responden mengalami nyeri sedang 12 (60%), nyeri
ringan dan berat 4 (20%) dan setelah diberikan perlakuan kompres
dingin sebagian besar responsden mengalami nyeri ringan 15
(75%), nyeri sedang 4 (20%) serta 1 (5%) yang mengalami nyeri
berat. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji Wilcoxon
didapatkan W hitung lebih kecil W tabel maka H0 ditolak artinya
ada pengaruh kompres dingin terhadap pengurangan nyeri luka
perineum pada ibu nifas.
2. Mengisi tabel dibawah ini :
No Komponen Aspek Hasil Analisa
a. Penelitian ini bertujuan untuk
menurunkan nyeri luka perineum
pada ibu nifas dengan cara
pemberian kompres dingin.
b. Desain penelitian pra-
eksperimental dengan rancangan
one group pre test–post test
design. Populasinya adalah
seluruh ibu nifas dengan luka
perineum 24 orang. Pengambilan
sampel dilakukan secara
consecutive sampling sebanyak 20
Dimensi orang.
Abstrak
1 Sunstantif c. Pengumpulan data dilakukan
dan Teori dengan cara melakukan observasi
sebelum dan sesudah pemberian
kompres dingin pada luka
perineum.
d. Ada pengaruh kompres dingin
terhadap pengurangan nyeri luka
perineum pada ibu nifas
a. Konsep nyeri (Hidayat, 2008)
b. Nyeri luka perineum (Tamsuri,
2006)
Pendahuluan
c. Hasi survey yang didapatkan di
daerah yang dilakukan penelitian
d. Manajemen nyeri dengan kompres
dingin (Price, 2005)

Mengetahui pengaruh kompres dingin


terhadap pengurangan nyeri luka
Penelitian
perineum ibu nifas di BPS Siti
Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban.
Ibu nifas yang mendapat luka
perineum di BPS Siti Alfirdaus
Kingking Kabupaten Tuban pada
Sampel
Bulan Mei-Juni 2011 yaitu sebanyak
20 orang. dengan metode pengambilan
sampel consecutive sampling.
Instrumen
Lembar observasi
Penelitian
a. Tingkat nyeri sebelum diberikan
Dimensi
kompres dingin pada ibu nifas
2 Desain
sebagian besar mengalami nyeri
Metodologi
sedang yaitu 12 (60%) dan tidak
ada yang mengalami nyeri sangat
berat (0%).
b. Tingkat nyeri sesudah diberikan
Analisis kompres dingin pada ibu nifas
Statik sebagian besar mengalami nyeri
ringan yaitu 15 orang (75%)
c. Setelah dilakukan analisa data
dengan menggunakan uji
Wilcoxon yang menggunakan
teknik consecutive sampling, pre-
test dan post-test tanpa kelompok
kontrol dan di hitung secara
manual didapatkan hasil w hitung
=12 w tabel = 40, dengan tingkat
kemaknaan p = 0,05 didapatkan
Whitung lebih kecil dari Wtabel,
maka H0 ditolak artinya terdapat
pengaruh kompres dingin terhadap
pengurangan nyeri luka perineum
pada ibu nifas.
a. Identifikasi Tingkat Nyeri Luka
Perineum Ibu Nifas Sebelum
diberikan Kompres Dingin
Berdasarkan tabel dapat diketahui
bahwa sebagian besar ibu nifas
mengalami nyeri sedang yaitu 12
(60%) dan tidak ada yang
mengalami nyeri sangat berat (0%).

Setiap ibu yang telah menjalani


proses persalinan dengan
Dimensi
3 Pembahasan mendapatkan luka perineum akan
Interpretasi
merasakan nyeri, nyeri yang
dirasakan pada setiap ibu dengan
luka perineum menimbulkan
dampak yang tidak menyenangkan
seperti kesakitan dan rasa takut
untuk bergerak sehingga banyak
ibu dengan luka perineum jarang
mau bergerak pascapersalinan
sehingga dapat mengakibatkan
banyak masalah diantaranya sub
involusi uterus, pengeluaran lochea
yang tidak lancar, dan perdarahan
pascapartum (Potter, 2005).

b. Identifikasi Tingkat Nyeri Luka


Perineum pada Ibu Nifas Setelah
diberikan Kompres Dingin
Berdasarkan tabel dapat diketahui
bahwa terdapat perubahan tingkat
nyeri sesudah diberikan kompres
dingin yaitu dari ibu nifas yang
mengalami nyeri sedang sebanyak
12 (60%) menjadi 4 (20%).

Metode sederhana yang dapat di


gunakan untuk mengurangi nyeri
yang secara alamiah yaitu dengan
memberikan kompres dingin pada
luka, ini merupakan alternatif
pilihan yang alamiah dan
sederhana yang dengan cepat
mengurangi rasa nyeri selain
dengan memakai obat-obatan. Cara
pemakaian metode kompres dingin,
yaitu memberikan rasa dingin pada
klien dengan menggunakan
kantung es atau air es pada tubuh
yang terasa nyeri atau pada bagian
tubuh yang membutuhkan (Potter,
2005).

c. Perbandingan Tingkat Nyeri Luka


perineum pada Ibu Nifas Sebelum
dan Setelah diberikan kompres
dingin
Berdasarkan tabel dapat diketahui
bahwa terjadi penurunan tingkat
nyeri pada luka perineum ibu nifas
yaitu dari 4 orang (20%) yang
nyeri berat menjadi 1 orang (5%),
12 orang (60%) nyeri sedang
menjadi 4 orang (20%), dan yang
mengalami nyeri ringan dari 4
orang (20%) menjadi 15 orang
(75%).

Kompres dingin merupakan suatu


prosedur menempatkan suatu
benda dingin pada tubuh bagian
luar. Dampak fisiologisnya adalah
vasokontriksi pada pembuluh
darah, mengurangi rasa nyeri, dan
menurunkan aktivitas ujung saraf
pada otot (Tamsuri, 2006).

Dari hasil penelitian di atas bahwa


setelah diberikan kompres dingin
sebagian besar ibu nifas mengalami
tingkat nyeri ringan. Penggunaan
kompres dingin terbukti dapat
menghilangkan nyeri, Terapi
dingin menimbulkan efek analgetik
dengan memperlambat kecepatan
hantaran saraf sehingga impuls
nyeri yang mencapai otak lebih
sedikit.
Ibu nifas yang mendapat luka
Subjek perineum di BPS Siti Alfirdaus
Penelitian Kingking Kabupaten Tuban pada
Bulan Mei-Juni 2011
Penggunaan kompres dingin pada
perineum aman digunakan karena
sudah terbukti dapat menurunkan
nyeri, namun apabila suhu yang terlalu
dingin selain memberikan rasa tidak
Dimensi
4 nyaman juga dapat menyebabkan
Etik
Dilema Etik frostbite/membeku. Selain itu
perhatikan juga pemasangan kompres
pada daerah yang mengalami
penurunan sensasi seperti pada
penderita diabetes, hemiplegia, atau
penderita yang tidak sadar (Tamsuri,
2006).
Pelanggaran Dalam jurnal tidak terdapat
Prinsip Etik pelanggaran prinsip etik
Pre terapi – diberikan kompres dingin
Kejelasan – post terapi tetapi tidak
Informasi mencantumkan frekuensi, berapa lama
Presentasi
dan suhu pada kompres dingin.
5 dan
Terdiri dari: judul, abstrak,
Penulisan
Teknik pendahuluan, metode penelitian, hasil
Penulisan penelitian, pembahasan, kesimpulan,
saran dan daftar pustaka
a. Hidayat, M. 2008 Keterampilan
dasar praktik klinik untuk
kebidanan. Jakarta: Salemba
medika
b. Hidayat. A.A. 2009. Metode
penelitian kebidanan dan teknik
analisis data. Jakarta: Salemba
Medika
c. Nursalam. 2008. Konsep dan
penerapan metodologi penelitian
ilmu keperawatan. Jakarta:
6 Daftar Pustaka
Salemba Medika
d. Potter, P.A. 2005. Buku ajar
fundamental keperawatan. Jakarta:
EGC
e. Price, S.A.2005. Patofisiologi..
Jakarta: EGC
f. Sugiono. 2007. Statistika untuk
penelitian. Bandung: CV Alfabeta
g. Tamsuri, A 2006. Konsep dan
penatalaksanaan nyeri. Jakarta:
EGC
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik procedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Bahiyatun. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Bryant, P.J & Pace H.A. 2008. Evidence Based Medicine for Clinical Decision
Making. Maryland: American Society of Health-System Pharmacists
Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika
Mahmud, M.H. 2008. Terapi Air. Jakarta: Qultummedia
Manurung, S. (2011). Keperawatan Profesional. Jakarta Timur: CV Trans Info
Medika
Nordentstrom, J. 2007. Evidence Based Medicine. Australia: Blackwell Publishing
Ltd
Nursalam. 2014. Metodelogi Penelitian dan Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Rahmawati, E.S. 2013. Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri
Luka Perineum pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten
Tuban. Stikes NU Prodi DIII Kebidanan.
Simkin, P. et al. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, melahirkan, dan bayi.
Jakarta: Arcan
Sofian, A. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta EGC
Widayani, W. 2016. Aromaterapi Lavender dapat menurunkan Intensitas Nyeri
Perineum pada Ibu Post Partum. Journal Ners and Midwifery Indonesia.
ISDN 23354-7642
Reeder, M, et al. 2012. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi &
Keluarga Volume 1 Edisi 18. Jakarta : EGC

Banjarmasin, Mei 2017


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai