DEMAM TIFOID
1.
2.
3.
4.
Pengertian (Definisi)
Anamnesis 1
Pemeriksaan Fisik 1
Kriteria Diagnosis 1
5.
Diagnosis Kerja
Demam Tifoid
6.
Diagnosis Banding5
1. Demam dengue
2. Malaria
3. Enteritis bacterial
7.
Pemeriksaan
Penunjang1,2,3,4,5
Laboratorium
1. Darah perifer lengkap sering: leukopenia, anemia dan
trombositopenia.
2. Uji Widal: bila kenaikan 4 kali titer antibody O dan H
pada specimen yang diambil pada jarak 2 minggu
3. Kultur darah, feses dan urin
4. Uji TUBEX
5. Typhidot
6. Dipstick
7. Enzyme linked immunosorbent assay (ELISA)
Trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:
1. Diet (pemberian makanan padat dini, menghindari
sementara sayuran yang berserat)
2. Terapi penunjang (simptomatik)
3. Pemberian antimikroba
Pemberian antimikroba pilihan utama:
1. Kloramfenikol 4x500 mg (50-70 mg/KgBB) 14-21 hari
atau sampai dengan 7 hari bebas demam.
8.
Tata Laksana4,6
9.
Edukasi
10.
Prognosis
Alternatif lain:
1. Tiamfenikol 4x500 mg
2. Kotrimoksazol 2x960 mg selama 2 minggu
3. Ampisilin dan amoksisillin 50-150 mg/Kg BB selama
2 minggu
4. Sefalosporin generasi III: seftriakson 3-4 gram dalam
dekstrosa 100 cc selama jam per-infus sekali sehari,
selama 3-5 hari
5. Sefotaksim 2-3x1 gram, Sefoperazon 2x1 gram
6. Fluorokuinolon
Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin 2x500 mg/hari (15 mg/KgBB)
selama 5-7 hari
Ofloksasin 2x400 mg/hari (15 mg/KgBB) selama
5-7 hari
Perfloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
1. Edukasi mengenai kebersihan air, makanan, dan
sanitasi
2. Vaksinasi
Jika tidak diobati, angka kematian pada demam tifoid 1020%, sedangkan pada kasus yang diobati angka mortalitas
tifoid sekitar 2%. Kebanyakan kasus kematian
berhubungan dengan malnutrisi, balita, dan lansia. Pasien
usia lanjut atau pasien debil prognosisnya lebih buruk.
Tingkat Evidens
12.
Tingkat Rekomendasi
13.
Penelaah Kritis
14.
Indikator (Outcome)
15.
Kepustakaan
Pengertian (Definisi)1-4
2.
Anamnesis1
3.
Pemeriksaan Fisik1
4.
Kriteria Diagnosis
1.
2.
3.
4.
Fatigue
Dyspnea
shortness of breath
Keluhan saluran pencernaan: anoreksia, nausea, dan
rasa penuh.
5. Jika berat dapat terjadi konfusi, disorientasi,
gangguan pola tidur dan mood.
1. Sesak
2. Irama gallop saat auskultasi jantung
3. Kongesti paru: ronki basah pada kedua basal paru.
4. Peningkatan vena jugular akibat adanya tekanan
pada abdomen
5. Pada abdomen: hepatomegal, asites,
6. Ikterus karena fungsi hepar yang terganggu.
7. Edema ekstremitas yang umumnya simetris
Berdasarkan klasifikasi NYHA 2,3
Class I: pasien dengan penyakit jantung tanpa
keterbatasan aktivitas. Aktivitas biasa tidak
menyebabkan fatigue, dyspnea, atau nyeri angina.
Class II: penderita penyakit jantung dengan
keterbatasan ringan pada aktivitas fisik. Aktivitas
biasa menyebabkan fatigue, dyspnea, atau nyeri
angina; yang hilang dengan istirahat.
Class III: penderita penyakit jantung dengan
keterbatasan pada aktivitas fisik. Sedikit aktifitas
menyebabkan fatigue, dyspnea, atau nyeri angina;
hilang dengan istirahat.
Class IV: penderita penyakit jantung dengan
ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik. Keluhan
gagal jantung atau sindrom angina mungkin masih
dirasakan meskipun saat istirahat. Jika melakukan
aktivitas fisik, rasa tidak nyaman bertambah.
Pertimbangan rawat inap pada pasien gagal jantung:3
1. Tidak membaik dengan pemberian regimen sodium
atau setelah pembatasan cairan
2. Iskemik miokard akut
3. Tekanan darah tinggi yang tidak mengalami
perbaikan
4. Atrial fibrilasi atau aritmia lainnya
5. Setelah pemberian obat penghambat inotropic
Diagnosis Kerja
6.
Diagnosis Banding
7.
Pemeriksaan Penunjang4
8.
Tata Laksana1,3,4
100-200 mg/hari
Ketika diuresis tidak adekuat, dapat diberikan dosis
loop diuretin IV yang lebih tinggi atau tambahkan
diuretic kedua (contoh: Thiazide). (2aB)
2. Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan
aktivasi neurohormonal, dan pada gagal jantung
yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri.
Captopril dosis pemeliharaan 25-50 mg tid,
Benazepil 5-10 mg bid
Enalapril 10 mg bid
Lisinopril 5-20 mg/hari
Ramipril 2,5-5 mg bid
Trandolapril 4 mg qd.
3. Penyekat beta, memiliki manfaat yang sama dengan
penghambat ACE. Pemberian terapi penyekat beta
dimulai dengan dosis rendah setelah status volume
cairan tertangani. (1B)
Carvedilol dosis pemeliharaan 12,5-50 bid
Bisoprolol 2-10 qd
Metoprolol suksinat 10-30 mg.
4. Angiotensin II antagonis reseptor digunakan bila ada
kontraindikasi penggunaan penghambat ACE
Valsatran dosis pemeliharaan 80-320 mg
Candesartan 4-32 mg
Irbesartan 150-300 mg
Lasartan 50-100 mg.
5. Kombinasi hidralazin dengan isosorbite dinitrat
untuk pasien yang intoleran terdapat penghambat
ACE.
6. Digoksin untuk pasien gagal jantung disfungsi
sistolik ventrikel kiri terutama dengan fibrilasi atrial.
Dosis 0,125 qd dosis maksimal 0,375qd
7. Antikoagulan dan antiplatelet. Pemberian profilaksis
thrombosis/thromboembolism
disarankan
pada
pasien HF yang dirawat. (1B)
8. Hindari antiaritmia dan antagonis kalsium
9. Pemakaian alat dan tindakan bedah:
9.
Edukasi
10.
Prognosis
11.
Tingkat Evidens
12.
Tingkat Rekomendasi
13.
Penelaah Kritis
14.
Indikator (Outcome)
15.
Kepustakaan