TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
hanya pada perencanaan bangunan baja. Pada saat itu program ini sudah bisa
digunakan untuk pemodelan, analisa, desain dan pendetailan struktur baja. Versi
ini berkembang sampai versi 9. Untuk versi selanjutnya Tekla Corporation sebagai
pengembang program ini memperluas kemampuan Tekla Structures dengan
menambah fitur untuk pemodelan, analisis, desain dan detailing struktur beton
bertulang. Saat ini Tekla Corporation sudah merilis Tekla Structures 20. Dalam
versi yang terbaru ini sudah ditambahkan fitur atau modul untuk keperluan
manajemen konstruksi.
2. 2
yang lebih akurat dari sebuah bangunan yang dibangun secara digital. BIM
mendukung desain melalui tahap yang memungkinkan analisis yang lebih baik dan
kontrol daripada proses manual. Model yang dihasilkan dalam software ini
mengandung geometri yang tepat dan data yang diperlukan untuk mendukung
pembangunan, fabrikasi, dan kegiatan pengadaan dimana bangunan tersebut
direalisasikan. Definisi Building Information Modeling dalam Handbook of BIM
(Eastman, Teicholz, Sacks & Liston 2011) meliputi mulai dari teknologi untuk
merangkul proses konstruksi secara keseluruhan.
2. 3
2. 4
scheduling
tahapan
konstruksi.
Manajemen
informasi
3D
shop
drawing,
meningkatkan
ketelitian
dalam
pengecekan
ketidakserasian dan hasil pada struktur yang lebih solid atau kompleks dengan
permasalahan di lapangan yang lebih sedikit.
2. 5
Pembebanan
Dalam perancangan suatu bangunan tentunya ada umur rencana bangunan,
dimana selama umur rencananya struktur harus dapat menerima berbagai macam
kondisi pembebanan yang mungkin terjadi.
Kesalahan dalam mengaplikasikan dan menganalisi beban menggunakan
software analisa struktur merupakan salat satu penyebab utama kegagalan struktur.
Mengingat hal tersebut, sebelum melakukan analisis dan desain struktur perlu
adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada
struktur beserta karakteristiknya.
Beban beban yang bekerja pada struktur bangunan dapat berupa
kombinasi dari beberapa beban yang terjadi secara bersamaan. Untuk memastikan
bahwa suatu struktur bangunan dapat bertahan selama umur rencananya, maka
pada proses perancangan dari struktur perlu ditinjau beberapa kombinasi
pembebanan yang mungkin terjadi.
2. 5. 1 Beban Statik
Jenis-jenis beban statis menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Gedung 1983 adalah sebagai berikut :
a) Beban Mati (Dead Load / D)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap.
Tabel 2.1 Beban mati pada struktur
Beban Mati
Berat
Beton Bertulang
2400 kg/m3
250 kg/m2
Langit-langit + penggantung
18 kg/m2
Keramik
24 kg/m2
21 kg/m2
Baja WF
7850 kg/m3
10 kg/m2
Beban Hidup
Berat
250 kg/m2
200 kg/m2
400 kg/m2
300 kg/m2
300 kg/m2
harus diambil
10
Beban terbagi rata per m2 bidang datar yang berasal dari beban air hujan
sebesar (40 0,8) kg/m2 sudut kemiringan atap dalam derajat, dengan
ketentuan bahwa beban tidak perlu diambil lebih besar dari 20kg/m2, dan
tidak perlu ditinjau jika kemiringan atapnya lebih dari 50
Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau pemadam kebakaran
dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg
d) Beban Angin (W)
Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan
tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang
ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif ini dinyatakan dalam kg/m2
dengan mengalikan tekanan tiup yang ditentukan pada:
1. Tekanan tiup harus diambil minimum 25 Kg/m2
2. Tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 Km dari pantai harus
diambil sebesar 40 Kg/m2
Dengan koefisien angin tekan sebesar (-0.02 0,4) 25 kg/ m2
2. 5. 2 Beban Dinamik
a) Beban Gempa (Earthquake Load / E)
Beban Gempa adalah beban dinamik dengan arah bolak balik yang tidak
bersifat terus menerus bekerja pada struktur bangunan atau dapat dikatakan
merupakan beban sementara yang bekerja pada struktur bangunan. Dalam Tugas
Akhir ini beban gempa akan dianalisis menggunakan analisis respon spektrum
yang datanya terdapat dalam situs puskim.pu.go.id seperti pada Gambar 2. 10 dan
Tabel 2. 3 berikut:
Sumber: Puskim.pu.go.id
Gambar 2.10 Spektra percepatan
11
Variabel
PGA (g)
SS (g)
S1 (g)
CRS
CR1
FPGA
FA
FV
PSA (g)
SMS (g)
SM1 (g)
SDS (g)
SD1 (g)
T0 (detik)
TS (detik)
Nilai
0.443
0.978
0.358
1.053
0.951
1.057
1.109
1.684
0.468
1.084
0.603
0.723
0.402
0.111
0.556
T
(detik)
0
T0
TS
TS+0
TS+0.1
TS+0.2
TS+0.3
TS+0.4
TS+0.5
TS+0.6
TS+0.7
TS+0.8
TS+0.9
TS+1
TS+1.1
TS+1.2
TS+1.3
TS+1.4
TS+1.5
TS+1.6
TS+1.7
TS+1.8
TS+1.9
TS+2
SA (g)
0.289
0.723
0.723
0.613
0.532
0.469
0.42
0.381
0.348
0.32
0.296
0.276
0.258
0.243
0.229
0.217
0.205
0.195
0.186
0.178
0.171
0.164
0.157
0.151
TS+2.1
TS+2.2
TS+2.3
TS+2.4
TS+2.5
TS+2.6
TS+2.7
TS+2.8
TS+2.9
TS+3
TS+3.1
TS+3.2
TS+3.3
4
0.146
0.141
0.136
0.132
0.127
0.123
0.12
0.116
0.113
0.11
0.107
0.104
0.102
0.1
Sumber: Puskim.pu.go.id
12
(2-1)
(2-2)
(2-3)
(2-4)
5) 1,2D 1,0E + L L
(2-5)
(2-6)
13
2. 6
Analisis Struktur
Analisis struktur yang dimaksud adalah mencari respons struktur terhadap
pembebanan yang diberikan, yaitu berupa momen, gaya geser, gaya aksial atau
gaya-gaya reaksi perletakan, maupun deformasi (lendutan) struktur itu sendiri.
2. 7
Desain Struktur
Desain struktur adalah opsi tambahan (bisa dipakai, bisa juga tidak) yang
14
standar yang digunakan pada program tersebut sesuai dengan standar lokal yang
berlaku.
(2-7)
2. Penampang Tak-Kompak
Untuk penampang yang memenuhi p < r , kuat lentur nominal
penampang ditentukan sebagai berikut:
(2-8)
(2-8a)
Keterangan :
Fr
= 70 100 mPa
3. Penampang Langsing
Untuk pelat sayap yang memenuhi r , kuat lentur nominal penampang
adalah,
(2-9)
2. Bentang Menengah
Untuk komponen struktur yang memenuhi Lp L Lr , kuat nominal
komponen struktur terhadap momen lentur adalah
(2-11)
,
,
2,3
(2-11a)
15
3. Bentang Panjang
Untuk komponen struktur yang memenuhi Lr L , kuat nominal komponen
struktur terhadap lentur adalah
(2-12)
(2-12a)
1,10
(2-13)
dengan,
5
(2-13a)
(2-13b)
1,10
1,37
(2-14)
0,6.
1,10
(2-14a)
atau,
(2-14b)
,
dengan,
1,10
(2-14c)
(2-15)
16
(2-15a)
atau,
0,6.
(2-15b)
,
dengan,
.
1,5
(2-15c)
(2-16)
Untuk c 0,25
maka = 1
maka
untuk c 1,2
maka = 1,25c2
1,43/ 1,6
(2-16a)
0,67. c
(2-16b)
(2-16c)
dengan,
(2-17)
Kc adalah faktor panjang tekuk yang besarnya tercantum pada SNI 031729-2002
17
0,625
1,375
(2-18)
Untuk
2. 8
0,2
(2-19)
0,2
1
(2-20)
Sambungan
Sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat pengisi, pelat buhul,
pelat pendukung, dan pelat penyambung) dan alat pengencang (baut dan las).
Sambungan
tipe
tumpu
adalah
sambungan
yang
dibuat
dengan
menggunakan baut yang dikencangkan dengan tangan, atau baut mutu tinggi yang
dikencangkan untuk menimbulkan gaya tarik minimum yang disyaratkan, yang
kuat rencananya disalurkan oleh gaya geser pada baut dan tumpuan pada bagianbagian yang disambungkan.
Sambungan
tipe
friksi
adalah
sambungan
yang
dibuat
dengan
18
1. End Plate
Sambungan momen plat ujung (End Plate) terdiri dari plat yang di las pada
ujung balok dan di baut pada saat pengerjaan di lapangan ke kolom. Sambungan
momen plat ujung dapat dikelompokkan berdasarkan keadaan ujung luarnya yaitu
rata (flush), atau diperluas (extended).
a) Flush End Plate
19
profil yang disambung, baik pada posisi atas, bawah maupun kedua-duanya. Posisi
ini memungkinkan pemasangan baut pada elevasi yang lebih tinggi dari sayap
profil, sehingga lengan gaya dari momen tahanan yang ada bisa lebih besar dari
lengan momen beban pada pelat sayap profil.
Berdasarkan referensi dari penelitian sebelumnya menunjukan sambungan
momen extended end plate mempunyai kinerja yang lebih baik jika dibandingkan
dengan sambungan momen flush end plate, akibatnya secara dimensi dan nilai
ekonomis biasanya sambungan momen extended end plate akan menghasilkan
dimensi dan formasi baut yang lebih ekonomis serta ketebalan pelat ujung yang
dibutuhkan juga lebih tipis jika dibandingkan sambungan momen flush end plate.
Sambungan momen flush end plate juga tidak jarang digunakan jika keadaan
geometri sambungan momen extended end plate menggangu elemen yang lain.
2. 8. 2. Sambungan Geser Sederhana
Sambungan geser sederhana diasumsikan untuk memiliki tahanan rotasi
yang kecil atau tidak sama sekali. Sambungan geser tersebut diasumsikan untuk
membawa hanya komponen geser dari beban yang diidealisasikan sebagai pin atau
roll dalam desain. Oleh karena itu, tanpa gaya-gaya momen diasumsikan
disalurkan oleh sambungan dari komponen yang didukung ke komponen
pendukung. Jenis-jenis sambungan geser sederhana sebagai berikut:
1. Sambungan Siku Ganda
Sambungan siku ganda (double angle) dibuat dengan memasang pada
bidang sepasang siku (dengan baut atau las) kepada badan balok yang
didukung dan diluar bidang sepasang siku (dengan baut atau las) kepada badan
dari balok penunjang.
20
2. End Plate
21
juga dengan metode pembuatan quenching-tempering. Baut A325 dan A490 biasa
digunakan untuk semua jenis struktur. Berikut adalah kekuatan baut dari berbagai
gaya yang bekerja pada sambungan:
1. Kuat Tarik Satu Baut
0,75
(2-21)
keterangan:
f
= 0,75
fub
Ab
(2-22)
Keterangan:
r1 = 0,5
r1 = 0,4
(2-23)
(2-24)
(2-25)
Keterangan:
n adalah jumlah baut
m adalah jumlah bidang geser
22
Tepi dipotong
dengan mesin
1,75 db
1,50 db
1,25 db
Dengan db adalah diameter nominal baut pada daerah tak berulir.
Tabel 2.5 Jarak tepi minimum
23