di Mekah, nama agen pembawa wahyu ini tak pernah disampaikan kepada
Nabi. Barulah pada tahun ke-4 H, diberitahukan bahwa agen itu adalah
malaikat yang disebut Jibril.
2:97Katakanlah:
kan pada karakter Nabi. Namun, ternyata dakwah yang ditujukan kepada
sanak keluarga ini mendapatkan pertentangan. Khususnya perlawanan dari
Abu Lahab dan Abu Jahal. Kedua nama ini bukanlah nama asli, melainkan
nama panggilan (Arab: kunyah). Abu Lahab adalah pakdenya Nabi Muhammad sendiri, yang nama aslinya adalah Abid Al Uza ibn Abdul Mutthalib. Abu
Jahal mempunya nama asli Amru bin Hisyam. Abu Jahal ini merupakan tokoh
masyarakat Quraisy.
Ayat 6 dan seterusnya dalam surat ini berkaitan dengan perlawanan dari
mereka. Namun, esensinya ditujukan kepada setiap orang yang merasa serba
cukup dan berbuat melampaui batas kewajaran. Jadi, kosaka insn pada
ayat 6 ini bukan sifat seluruh manusia. Jika ayat ini disifatkan kepada seluruh
manusia, maka para nabi pun termasuk manusia yang melampaui batas.
Orang yang merasa cukup, tetapi tidak berbuat melampaui batas tidak termasuk dalam pernyataan ayat 6-7 tersebut.
Kemudian ditegaskan bahwa dalam proses perjalanan manusia, dari bayi
hingga matinya, akhirnya manusia dikembalikan kepada Tuhannya. Kita harus
memperhatikan dengan sungguh-sungguh bahwa kita ini kembali kepada
Tuhan kita, Tuan kita, Rab kita. Inilah landasan akhlak agar kita tak pernah
merasa berpisah kepada Tuan kita (Inggris: our Lord).
masyarakat Yahudi dan Nasrani yang hidup di Jazirah Arabia. Oleh karena itu,
Abu Jahal marah melihat Nabi melakukan salat di sekitar Kabah. Berdasarkan
riwayat Abu Jahal menghalangi Nabi untuk salat di sekitar Kabah di pagi hari.
Abu Bakar pun dilempari dengan tahi unta ketika salat di sekitar Kabah. Ayat
ini memberi tahu bahwa Abu Jahal sebagai tokoh Quraisy menolak ritualnya
orang Yahudi atau Nasrani. Hal ini dimaksudkan untuk tidak menjatuhkan adatistiadat Quraisy. Kekeliruan Abu Jahal adalah melanggar HAM orang lain yang
tidak melakukan ritual seperti yang mereka lakukan. Ayat 14 menjelaskan bahwa Allah yang sudah mereka kenal itu melihat apapun yang mereka lakukan.
15. Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti, niscaya Kami tangkap
jambulnya.
16. Jambul orang yang mendustakan lagi durhaka.
17. Maka biarlah dia memanggil golongannya.
18. Kelak Kami akan memanggil Zabaniyah (pasukan berani mati).
19. Sekali-kali jangan! Janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah
dan dekatkanlah.
Ayat ini merupakan ancaman terhadap kelompok Abu Jahal, dan Abu
Lahab berada di dalamnya. Kalimat menarik ubun-ubun atau menangkap
jambul pada ayat 15 ini merupakan penghinaan. Dengan kata lain, penghinaan ini ditujukan kepada Abu Jahal dan kawan-kawan dan kepada semua
orang yang mengingkari kebenaran dan durhaka. Pada waktu itu (ayat 16)
Abu Jahal dibiarkan untuk memanggil anggota majlisnya. Namun, ayat ini pun
menyatakan bahwa pengikut Nabi pun akan ditolong oleh pasukan berani
mati, yaitu 13 tahun kemudian saat terjadi pertempuran Badar.
Penutup surat memerintahkan Nabi untuk tidak menghentikan dakwahnya.
Beliau harus terus berjuang untuk menegakkan kebenaran, menghancurkan kedurhakaan. Oleh karena itu, beliau diperintah untuk bersujud dan terus mendekatkandiri kepada Allah.
Taman Yasmin, 9 Mei 2015
Wassalam,
A. Chodjim
5